Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini merupakan ancaman besar

bagi pembangunan sumber daya manusia sehingga perlu mendapatkan

perhatian yang lebih serius dari semua pihak. Tuberkulosis merupakan

salah satu penyakit infeksi paru kronik yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sudah lama dikenal oleh

masyarakat dan masih menjadi masalah kesehatan dengan morbiditas dan

mortalitas yang tinggi terutama di negara-negara berkembang.

TB MDR merupaka masalah Kesehatan yang masih jadi ancaman

serius ,di negara-negara berkembang terutama daerah TBC tergolong

umum ,kasusnya cukup tinggi,sebuah studi dalam jurnal Tropical Disease

Travel Medicine and Vaccines ( 2016 ) menemukan ada sebanyak 4,1 %

kasus kebal obat yang muncul pertama kali.di samping itu ,ada 19% kasus

tuberculosis MDR yang berkembang dari TBC biasa ada pula 240.000

kasus kematian akibat resistansi obat TB pada tahun yang sama.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun

2017, TB paru adalah penyebab kematian kesembilan di seluruh dunia dan

penyebab utama dari satu agen infeksius. Diperkirakan 10,4 juta orang

jatuh sakit dengan TB paru pada tahun 2016 : 90% adalah orang dewasa,

65% adalah laki-laki, 10% adalah orang yang hidup dengan HIV (74% di

1
2

Afrika) dan 56 % berada di negara-negara berkembang seperti India,

NIndonesia, China, Filipina dan Pakistan (Wulandari, 2020).

Sementara itu jumlah kasus baru TB Paru di Indonesia sebanyak

420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis

kelamin, jumlah kasus baru TB Paru tahun 2017 pada laki-laki sebesar

245.298 dan perempuan sebesar 175.696 atau 1,4 kali lebih besar

dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan survei prevalensi

tuberkulosis, prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan

pada perempuan, begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini

terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada faktor risiko TB

Paru misalnya merokok dan kurangnya ketidak patuhan minum obat. Pada

masing - masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi

pada laki - laki dibandingkan perempuan (Herlina,dkk 2020).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Jambi jumlah penderita

penyakit Tuberculosis (TB ) paru pada tahun 2019 berkisar 1.488 kasus,

pada tahun 2020 berkisar 1.021 kasus, dan pada tahun 2021 menjadi

1.537 kasus yang terjadi di Kota Jambi.

Berdasarkan data yang didapat dari salah satu Rumah Sakit Swasta

di Kota Jambi yaitu RS Royal Prima Jambi, didapatkan data kasus TB

paru dilihat dari pasien rawat jalan dan rawat inap dengan kasus TB paru

baru dan TB paru berulang pada tahun 2020 sebanyak 22 orang dimana 18

orang rawat inap dan 4 orang rawat jalan, pada tahun 2021 sebanyak 14

orang dimana 13 orang rawat inap dan 1 orang rawat jalan dan pada tahun
3

2022 pasien rawat jalan dan rawat inap yang berobat di RS Royal

Prima Jambi dengan hasil TCM Positif dilihat dari laboratorium dari bulan

januari sampai April sebanyak 44 orang yang TB paru positif. Dan dari 44

orang yang hasil TCM positif hanya 21 orang yang diobati di RS Royal

Prima Jambi dimana 18 rawat inap dan 3 orang rawat jalan..

Indonesia mengembangkan strategi tersebut dalam program

Pengawas Minum Obat (PMO), suatu bentuk pengawasan terhadap

kepatuhan meminum obat sesuai program kepada penderita TB. Pengawas

Minum Obat yang memantau dan mengingatkan penderita TB paru untuk

meminum obat secara teratur (Wulandari, 2020).

Ketidakpatuhan berobat mengakibatkan penderita TB dapat

kambuh dengan kuman yang resisten terhadap Obat Anti Tuberkulosis

(OAT), sehingga menjadi sumber penularan kuman resisten dan gagal

pengobatan. Hal itu mengakibatkan pengobatan ulang TB lebih sulit,

waktu pengobatan lebih lama dan dana yang dikeluarkan lebih banyak

(Wulandari, 2020).

Peran tenaga kesehatan dalam hal ini merupakan salah satu faktor

yang sangat mempengaruhi perubahan perilaku. Peran tenaga kesehatan

dalam promosi kesehatan adalah sebagai advocator, educator, motivator

dan fasilitator. Peran perawat tidak hanya menilai kepatuhan klien pada

pengobatan tapi juga harus mampu menangani ketidakpatuhan bila terjadi,

peran penting inilah yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan

klien dan keluarga (Gunawan & Dayu, 2020).


4

Berdasarkan peneliti sebelumnya Indasari,dkk 2020 hasil

penelitian peran berada dibawah nilai mean dengan hasil kepatuhan sedang

karena peran perawat yang kurang dilaksanakan adalah peran sebagai

konselor. Konselor adalah proses membantu klien untuk mengenali dan

menghadapi masalah – masalah psikologis dan sosial yang menekan untuk

membina hubungan interpersonal yang sudah membaik, dan untuk

meningkatkan perkembangan personal. Untuk itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Pasien

dan Peran Perawat Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien

TB di RS Royal Prima Jambi Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah Hubungan Pengetahuan Pasien dan

Peran Perawat Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB di RS

Royal Prima Jambi Tahun 2022.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Pasien dan Peran Perawat

Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB.


5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan peran perawat terhadap kepatuhan

minum obat di RS Royal Prima Jambi.

b. Untuk mengetahui pengetahuan pasien terhadap kepatuhan minum

obat di RS Royal Prima Jambi.

c. Untuk mengetahui terhadap kepatuhan minum obat di RS Royal

Prima Jambi.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap agar penulisan Skripsi dengan judul Hubungan

Pengetahuan Pasien dan Peran Perawat Terhadap Kepatuhan Minum Obat

pada Pasien TB di RS Royal Prima Jambi Tahun 2022 dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak. Adapun manfaat yang dapat diberikan adalah :

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada

institusipendidikan khususnya bidang kesehatan dan diharapkan

menjadi suatu masukan bagi mahasiswa tentang Tuberculosis.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah pengalaman dan

wawasan Serta masukan atau informasi untuk meningkatkan mutu

pelayanan di Rumah Sakit tentang Tuberculosis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

serta dapat dipergunakan sebagai literatur atau sumber referensi untuk

penelitian lebih lanjut tentang Tuberculosi.


6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian Kuantitatif dengan

pendekatan Cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan

Pengetahuan Pasien dan Peran Perawat Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Anti Tuberkulosis pada Pasien TB di RS Royal Prima Jambi Tahun 2022.

Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien yang tediagnosa TBC dan

mengkonsumsi OAT diunit Rawat jalan RS Royal Prima Jambi. Saat ini

jumlah sampel sebanyak 44 responden. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah total sampling. Penelitian ini akan dilakukan pada

tanggal 09 Februari 2023 s/d 15 Februari 2023 di RS Royal Prima Jambi.

Anda mungkin juga menyukai