Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi
Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai keluarnya produk konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan, yakni pada usia kehamilan 22 minggu atau jika berat
janin kurang dari 500 gram. Namun, American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) sendiri mendefinisikan abortus jika terjadi pada 13 minggu
pertama kehamilan. Abortus sering disebut juga keguguran atau early pregnancy loss.

Penyebab abortus belum diketahui dengan pasti, namun diduga berkaitan dengan
kelainan kromosom janin. Kelainan kromosom menyebabkan kegagalan implantasi
akibat peningkatan reaksi sistem imun ibu terhadap janin dan terganggunya
perkembangan plasenta sehingga terjadi apoptosis.
Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. (Hanifa Wiknjosastro, 2006; 306)

Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dengan ostium


sudah terbuka dan ketuban yang teraba. (Rustam Mochtar, 1998; 212)

B. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor umumnya


abortus didahului oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu :

1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni :

a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atua kelainan
kromosom (monosam, trisomi atau poliplodi).
b. Embrio dengan kelainan lokal.
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas).
1. Faktor maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membaca resiko bayi janin yang sedang berkembang,
terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak
diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi
terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :

1) Virus : Misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicela


zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalo melitus.
2) Bakteri : Misalnya salmonella typhii.
3) Parasit : Misalnya toxoplasma gondii, plasmodium.
b. Penyakit vaskular
Misalnya hipertensi vaskular.

c. Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukup atau
pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.

d. Faktor imunologis
Ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human Lekocyte Antigen).

e. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan :

1) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum gravidarum


sebelum minggu ke-8.
2) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.
f. Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten
atau retro flexio uteris gravidi incarcerata.

g. Faktor psikosomatik
Pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

2. Faktor eksternal
a. Radiasi : Dosis 1 – 10 rad bayi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan : Antagaonce asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya
tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah
dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin atau untuk
pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan
benzen.
C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadi keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga jaringan kekurangan nutrisi
dan O2. Bagian terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk
mengeluarkan dengan kontraksi.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal
yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala
umum sakit perut karena kontraksi uterus, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran
seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
C. Gejala klinis
1. Keguguran ini ditandai dengan :
2. Perdarahan lebih banyak, kadang gumpalan darah.
3. Perut mules (sakit) lebih hebat.
4. Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak kanalis servikalis terbuka
dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba atau ketuban utuh (mungkin
menonjol).
D. Penanganan
1. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan :
a. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu)
atau misoprostol 400 meg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu).
b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu
a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
b. Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
untuk pembantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Anda mungkin juga menyukai