Anda di halaman 1dari 17

EDI DARMA PURBA

Beranda ▼

Selasa, 19 September 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY A DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG


MELUR RSJ PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN
2016

KATA
PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan
asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah  di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara
untuk memenuhi salah satu syarat praktek dan mata kuliah keperawatan jiwa
dalam menyelesaikan Profesi Ners. Adapun
proposal yang telah disepakati dan
telah disusun oleh penulis dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A 
DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RSJ. Prof. DR. M.
ILDREM MEDAN”.

Dalam penyusunan laporan ini banyak


pihak yang membantu penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada
Bapak/Ibu :
1.         
Ns. Rinco Siregar,S.Kep, MNS, selaku
Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperwatan dan Kebidanan Universitas Sari
Mutiara Indonesia
2.         
dr. Chandra S, Sp.OG selaku Direktur RSJ
DR. M. ILDERM yang telah memberikan izin kepada penulis dalam
melaksanakan
praktek jiwa di RSJ DR. M. ILDERM
3.         
Duma Farida Panjaitan, S.Pd, S.Kep,
Ners, selaku Kepala Bidang Keperawatan RSJ DR. M. ILDERM yang telah
mengizinkan
penulis untuk melaksanakan praktek lapangan keperawatan jiwa.
4.         
Lince Herawati S.Pd, S. Kep, Ners, selaku
Kepala Bidang Diklat di RSJ DR. M. ILDERM yang telah telah mengijinkan
penulis
untuk melaksanan praktek lapangan keperawatan jiwa.
5.         
Jack Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku
Koordinator Praktek Belajar Lapangan sekaligus sebagai pembimbing
lapangan di RSJ
DR. M. ILDERM yang telah mengarahkan penulis dalam penyelesaian proposal ini.
6.         
Safaruddin, S.Kep, Ns. selaku Kepala
Seksi Struktural di RSJ DR. M. ILDERM sekaligus sebagai pembimbing lapangan
yang telah mengarahkan penulis dalam penyelesaian proposal ini.
7.     
Perdi Lubis, S. Kep, Ners selaku Kepala
Ruangan Sinabung beserta staf jajarannya RSJ DR. M. ILDERM
8.     
Delfi Purba,S.Kep Ns. selaku Kepala
Ruangan Bukit Barisan beserta staf jajarannya di RSJ DR. M. ILDERM
9.     
Staf Pegawai Rumah RSJ DR. M. ILDERM.
10.  Staf
Pengajar dan Pegawai Universitas Sari Mutiara Indonesia.
11.  Orang
tua kami yang selalu memberikan dukungan, materi dan doa untuk menyelesaikan
tugas makalah ini .
12.  Teman-teman
Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah bersama-sama
menyelesaikan tugas makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa isi laporan ini


masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami dari penulis sangat
mengharapkan
kritik dan saran guna memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan,        Desember 2016

                                                                                     Kelompok

BAB
I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Pelayanan
kesehatan yang menjadi pintu pelayanan
terdepan dalam hubungannya dengan masyarakat adalah di
rumah sakit. Sebagai
pemberi layanan kesehatan yang kompleks, perawat senantiasa mengembangkan ilmu
dan
tekhnologi di bidang keperawatan mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan serta
trend dan issue dalam pelayanan.
Dengan semakin berkembangnya kehidupan dan
modernisasi di semua bidang kehidupan menimbulkan gejolak sosial
yang cukup
terasa dalam kehidupan manusia. Terjadinya perang, konflik dan lilitan krisis
ekonomi dan
berkepanjangan salah satu pemicu yang menyebabkan stress, depresi
dan berbagai gangguan kesehatan jiwa. Bagi
mereka yang tidak mampu
mengendalikan stressor baik dari internal maupun eksternal, mereka akan
kehilangan
kontrol pikirnya, salah satu contohnya menyebabkan harga diri rendah (Yosep, 2010).

Menurut
klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder Text
Revision (DSM IV, TR 2011,
harga diri
rendah merupakan salah satu jenis gangguan jiwa kategori gangguan
kepribadian (Videbeck, 2011).

World
Health Organitation tahun 2011 menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang
atau sekitar 450 juta orang terganggu
jiwanya. Sedangkan menurut Dharmono (2013), penelitian yang dilakukan World
Health Organitation di berbagai
Negara menunjukkan bahwa sebesar 20 – 30 %
pasien yang datang ke pelayanan kesehatan menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Departement
of Human Service (2014),
memperkirakan 51 juta penduduk Amerika didiagnosis
mengalami gangguan jiwa
(Videbeck, 2012).

Menurut
data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad
Ildrem Medan klien
 skizoprenia sebanyak 16.419 jumlah rawat jalan
sebanyak 14.349 orang dan rawat inap sebanyak 2.070 orang, jumlah
laki – laki
pada pasien rawat jalan 9.789 orang dan jumlah perempuan sebanyak 4.562 orang.
Data 10 penyakit terbesar
tahun 2014 di antaranya. Gangguan mental organic ( f
oo – F 09 ) sebanyak 432 orang, gangguan mental dan prilaku
akibat akibat
penggunaan zat psiko aktif (f 10 – f19) sebanyak 971 orang , skz, gangguan
skijotipal dan gangguan
waham (f 20 –f 29) sebanyak 11.059, gangguan suasana
perasaan (afektif ) f 30 – f 39 sebanyak 1.441, gangguan neurotik
, somatufram
dan gangguan yang berkaitan  dengan steres
( f 40 – f 49 ) sebanyak 312, gangguan sindrom prilaku yang
berhubungan dengan
gangguan fisiologis dan factor fisik (f 50 – f 59) sebanyak 20 orang , gangguan
kepribadian dan
prilaku masa dewasa ( f 60 – f 69 ) sebanyak 0, gangguan
retardasi mental  (f 70 – f 59) sebanyak
78 orang , gangguan
perkembangan pisiko logis ( f 80 – f 89) sebanyak 8 orang,
dan gangguan perilaku dan emosional dengan onset pada
masa kanak – kanak dan remaja
(f 90 –f 98) sebanyak 28 0rang.

Strategi
pelaksanaan komunikasi adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan terjadwal
yang diterapkan pada
pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan
jiwa yang ditangani (Fitria, 2012).
Strategi pelaksaan
komunikasi pada pasien harga diri rendah mencakup kegiatan
yang dimulai dari mengidentifikasi hingga melatih
kemampuan yang masih dimiliki
pasien sehingga semua kemampuan dapt dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki
akan meningkatkan harga diri pasien (Keliat, 2015).

Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penulis ingin memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa
pada Ny A dengan
Harga Diri Rendah
Pada  di ruang Melur RSJD Provsu Medan
dengan pelayanan kesehatan secara holistik dan
komunikasi terapeutik dalam
meningkatkan kesejahteraan serta mencapai 
tujuan yang diharapkan.

B.       Ruang Lingkup


Dalam
penulisan ini, kelompok hanya membahas pada satu kasus saja yaitu Asuhan
Keperawatan pada Ny. A dengan
Harga
Diri Rendah melalui pendekatan keperawatan yang diobservasi
dari tanggal  09 Desember 2016.

C.      Tujuan Penulisan


.   
Tujuan
Umum
Mampu
mengelola Asuhan Keperawatan pada klien Ny.A dengan Harga Diri Rendah di ruang Melur RSJD
Provsu
Medan.

    
Tujuan
Khusus

a.   
Mampu mengkaji Ny.A dengan  harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa daerah
Provsu Medan.
b.     
Mengetahui kemampuan kognitif dan
psikomotor Klien
dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah
intervensi pada kelompok
kontrol di ruangan Melur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

D.      Metode Penulisan


Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu:
1.   
Studi Kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku atau
sumber yang berhubungan dengan penyakit jiwa Schizophrenia Paranoid.
2.   
Studi Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan klien
dan mengumpulkan data secara tepat dan akurat.
3.   
Observasi
Penulis mengadakan pertemuan
langsung tentang keadaan klien dan perkembangan penyakitnya.

BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A.
Landasan Teoritis Medis
1. Definisi
Harga
diri rendah adalah penilaian  uang salah
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan
ideal diri. Pencapaian ideal diri cita-cita/harapan langsung menghasilkan
perasaan berharga. Harga
diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri
maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan
diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah
dicapai
individu dalam hidupnya (Hidayat, 2010).

Menurut
Erikson (2013
dikutip dari Potter dan Perry, 2012),
anak-anak kecil mulai mengembangkan rasa berguna
dengan cara belajar untuk
bertindak berdasarkan inisiatif mereka sendiri. Contoh seorang anak yang sangat
pandai
dalam pelajaran metematika akan merasa nyaman untuk untuk mengerjakan
soal-soal matematika dibandingkan
dengan temannya yang lain. Hal ini dapat
meningkatkan harga diri anak tersebut.

Sebaliknya
bila seorang anak yang baru pindah ke sekolah baru dan tidak dapat menyesuaikan
diri dengan teman
sekelasnya, maka harga dirinya dapat menurun sampai anak
tersebut mencapai kembali kepercayaan dirinya di
dalam lingkungan  yang baru. Frekuensi
pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga
diri yang
tinggi. Empat cara meningkatkan harga diri:
a.         
Memberi kesempatan berhasil
b.        
Menanamkan gagasan
c.         
Mendorong aspirasi
d.        
Membantu membentuk koping

Menurut
Boyd (2013),
individu yang memiliki harga diri yang positif akan lebih percaya diri untuk
mencoba perilaku
sehat yang baru dan sangat kecil kemungkinan untuk mengalami
depresi. Sedangkan gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai persaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal
mencapai
keinginan.

Pendapat
ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan yang disampaikan oleh Potter dan
Perry (2012)
bahwa
seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung menunjukan keberhasilan
yang diraihya sesuai dengan adalah
atas bantuan orang lain dan bukan karena
kemampuannya sendiri. Individu yang harga dirinya rendah  akan merasa
tidak berdaya, frustasi ,
depresi, dan menjadi korban. Individu yang harga dirinya rendah sangat rentan
terhadap
tekanan akibat stres. Sementara itu, individu yang memiliki harga diri
yang positif akan memperlihatkan keyakinan
diri dan menunjukkan antusiasme pada
suatu kegiatan dan dapat mengatasi rasa frustasi dengan baik.

Stuart
dan Laraia (2010)
menyatakan bahwa harga diri sangat terancam selama masa remaja. Pada masa ini
harga
diri remaja akan mengalami banyak perubahan, karena pada masa ini banyak
keputusan yang harus dibuat remaja
menyangkut dirinya sendiri. Remaja dituntut
untuk menentukan pilihan diri sendiri, posisi peran, dan memutuskan
apakah
remaja mampu meraih sukses dibidang kegiatan yang dipilihnya, dan apakah remaja
dapat berpartisipasi
atau diterima diberbagai aktivitas sosial. Harga diri akan
stabil pada masa dewasa dan dapat memberikan kejelasan
pada  gambaran diri individu dewasa. Karena pada
periode ini, individu dewasa lebih mudah untuk menerima
dirinya dan lebih
idealis dibandingkan usia remaja. Individu dewasa mampu belajar untuk mengatasi
segala
kelemahannya dan mempu mengoptimalkan kekuatan yang ada pada dirinya.
Pada lansia, gangguan harga diri akan
muncul kembali karena adanya
perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia antara lain memasuki masa pensiun,
kehilangan pasangan, dan kelemahan fisik.

Gangguan
harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
1.     
Situasional, yaitu terjadi trauma yang
tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, perceraian, putus sekolah,
putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
     Gangguan
pada klien yang dapat terjadi harga diri rendah karena:
a.      Privacy yang
kurang diperhatikan, misalnya: pemerikasaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang
tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
parineal).
b.    harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
    karena
dirawat/sakit/penyakit.
c.    Perlakuan
petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
    berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
    tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan     
    fisik.
2.      Kronik
yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini
mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini  mengakibatkan respons yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan
fisik yan kronis atau pada klien
gangguan jiwa.

2. Penyebab
Gangguan harga
diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara:
a.    Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat
terjadi harga diri rendah, karena :
1.    Privacy yang kurang diperhatikan,
misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,
pemeriksaan perneal).
2.    Harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3.    Perlakuan petugas kesehatan yang
tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan,
berbagai
tindakan tanpa persetujuan.

b.    Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan
pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Dalam
tinjauan life span history klien,
penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok
(Yosep, 2012)
Tanda dan
Gejalanya :
a.    Data
subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta
bantuan orang laindan mengungkapkan malu dan tidak bisa
bila diajak melakukan sesuatu.
b.      Data
objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya
dapat dilakukan, wajah tampak murung.

3.   
Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya
isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang
maladaptif,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 2011 : 336).
Tanda dan gejala :
Data Subyektif :
a.    Mengungkapkan
untuk memulai hubungan/pembicaraan
b.   
Mengungkapkan
perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c.   
Mengungkapkan
kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif:
a.    Kurang
spontan ketika diajak bicara
b.    Apatis
c.    Ekspresi
wajah kosong
d.  
Menurun
atau tidak adanya komunikasi verbal
e.   
Bicara
dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

4.   
Proses terjadinya Masalah
Konsep
diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
membuat seseorang mengetahui
tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain (Stuart & Sunden, 2010).
Konsep diri tidak
terbentuk sejak lahir namun dipelajari.
 

Salah satu komponen konsep diri


yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Keliat, 2013). Sedangkan harga diri rendah
adalah menolak dirinya sebagai
sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika
individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah
jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan
menerima
penghargaan dari orang lain.

Gangguan harga diri rendah di


gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,
mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri
secara
sosial.

Faktor yang mempegaruhi harga


diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis,
kegagalan
yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag
tidak realistis. Sedangkan
stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti
:
a.       Trauma seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam.
b.          Ketegangan peran beruhubungan
dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami
frustrasi.
Ada tiga jeis transisi peran :
1)          Transisi peran perkembangan
adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan
ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-
nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
2)          Transisi peran situasi terjadi
dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
3)   Transisi peran sehat sakit
sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini
mungkin
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan dan fungsi tubuh, perubahan
fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga
diri rendah dapat terjadi secara :
1.      Situasional, yaitu terjadi trauma yang
tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus
hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena privacy yang kurang
diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter,
pemeriksaan pemeriksaan
perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai
karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2.    Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap
diri telah berlangsung lama.

5.    Penatalaksanaan
Therapy
medik :
1.   
Trihexiphenidil
THP 2 mg (2x1)
2.   
Clompromazine
100 mg (1x1)

B.
TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal
dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan meliputi data biologi,
psikologi, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokan menjadi faktor predisposisi,
prespitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki
klien ( Keliat, 2005).

2. Masalah Keperawatan
Adapun
masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Harga diri rendah adalah sebagai
berikut:
a.   
Harga
diri rendah
b.  
Perubahan persepsi sensori : halusinasi
c.   
Harga diri rendah.
d.  
Isolasi sosial
e.   
Berduka disfungsional
f.   
Penatalaksanaan regimen terapeutik
inefektif
g.  
Koping keluarga inefektif
h.  
Koping
Individu inefektif
(Fitria, 2009)

3.    Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan
hasil observasi, wawancara, atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber
sekunder, maka perawat
dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
sebagai berikut : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
(Marlindawani
Jenny, 2010).

4. Rencana Tindakan Keperawatan


a.
Tindakan Keperawatan untuk Klien
1)   Tujuan umum: sesuai masalah
(problem).
2)   Tujuan khusus :
a.     Klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan perawat
Tindakan :
3)   Bina hubungan saling percaya
a.    Salam terapeutik
b.    Perkenalan diri
c.    Jelaskan tujuan inteniksi
d.   Ciptakan lingkungan yang tenang
e.    Buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat dan topik pembicaraan).
4)   Beri kesempatan pada klien
mengungkapkan perasaannya.
5)   Sediakan waktu untuk mendengarkan
klien.
6)   Katakan kepada klien bahwa ia
adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri.
7)      Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
a.  Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien.
8)   Hindarkan memberi penilaian
negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis.
9)   Klien dapat menilai kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki.
10)  Klien dapat menilai kemampuan
yang dapat digunakan.
Tindakan :
a.    Diskusikan bersama klien
kemampuan yang masih dapat digunakan.
b.    Diskusikan pula kemampuan yang
dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
11)  Klien dapat menetapkan /
merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
a.    Rencanakan bersama klien aktivitas
yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
b.    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien.
c.    Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan.
12)  Klien dapat melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a.    Beri kesempatan mencoba kegiatan
yang telah direncanakan.
b.    Beri pujian atas keberhasilan
c.    Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah.
13)  Klien dapat memanfaatkan sistem
pendukung yang ada.
Tindakan :
a.    Beri pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien.
b.    Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat.
c.    Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.
-   Beri reinforcement positif atas
keterlibatan keluarga.

5. Evaluasi
a. Kemampuan
yang diharapkan dari pasien :
1.   
Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan
aspek positif yang dimliki
2.   
Pasien dapat menilai kemampuan yang
dapat dikerjakan
3.   
Pasien dapat melatih kemampuan yang
dapat dikerjakan
4.   
Pasien dapat membuat jadwal kegiatan
harian
5.   
Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai
jadwal kegaiatan harian
b. Kemampuan
yang diharapkan keluarga :
1.        
Mengidentifikasikan kemampuan yang
dimiliki pasien
2.   
Menyediakan fasilitas untuk pasien dapat
melakukan kegaitan
3.   
Mendorong pasien melakukan kegiatan
4.   
Memuji pasien saat mpasien dapat
melakukan kegiatan
5.   
Membantu melatih pasien
6.   
Membantu penyusunan jadwal kegiatan
pasien
7.   
Membantu perkembangan pasien

BA
B
TINJAUAN
KASUSIII
A. Kasus
Pengkajian dilakukan pada
tanggal 09 Desember 2016 dengan nama klien Ny A berusia 36 tahun. Klien masuk
pada
tanggal 27 September 2016 di Ruangan
melur. Klien dibawa kerumah sakit  dengan alasan, klien merasa tidak
berguna,
klien suka melamun, pergi tanpa tujuan, sedih dan suka menangis,
bicara ngawur. Klien menyesal karna telah
selingkuh .  

Klien merupakan anak ke- 1


dari 3 bersaudara. Orang yang paling berarti bagi klien adalah anak, suami dan
keluarganya. Klien mengetahui agama yang dianutnya, dan selama dirumah sakit
klien tidak pernah beribadah.

Dari observasi yang didapat,


ditemukan data; penampilan rapi dan sesuai dengan cara penggunaan nya. Saat
diajak
berkomunikasi atau wawancara, klien kooperatif akan tetapi kontak mata
kurang, klien tampak malu-malu. Klien
mengatakan sedih, kecewa karena klien
merasa terlalu lama dan keluarga jarang menjenguk klien ke RSJ. Selama
interaksi
klien sangat kooperatif  , kontak mata kurang, akan tetapi klien sering
tidak nyambung antara pertanyaan
dengan jawaban. Klien mengalami gangguan
konsep diri : Harga diri rendah.

B.
Pengkajian
Ruang
rawat     : Melur
Tanggal
Rawat : 27 November 2016

I.         
Identitas Klien
Inisial                           :
Ny.
A
Tanggal pengkajian     :
13
Desember 2016
Umur                           :  36 Tahun
No. MR                       :
03.78.62
Informan                     :
Klien

II.      
Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien menangis
tanpa sebab dan mengatakan ingin bunuh diri dan menyesali perbuatannya.
III.  
Faktor Predisposisi
1.   
Klien
mengalami gangguan jiwa 5 bulan yang lalu dan pernah berobat ke psikiater
2.     
Klien
pernah berobat di RSJ, pulang dalam keadaan tenang. Pada saat di rumah klien
tidak mau minum obat dan
tidak kontrol ke RSJ dan dibawa kembali ke RSJ.
3.   
Klien
mengatakan tidak ada keluarganya yang gangguan jiwa
4.   
Klien
mengalami penolakan dari masyarakat di daerah tempat tinggalnya karena sering berantam
dengan suaminya
dan juga karena
klien sudah dirawat di RSJ.
Masalah Keperawatan : - Regiment Traupetik Inefektif
-  
 Koping
keluarga Inefektif
5.   
Pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien
menyesal telah menyelingkuhi suaminya.

IV. FISIK
1.   
Tanda
vital : TD  : 110/8097 mmHg    N : 80x/i   
S : 37 0C   P : 20 x/i
2.   
Ukur          : 
TB : 165 cm                          BB : 63 kg
Pasien menyatakan tidak memiliki keluhan fisik dan merasa
sehat

V.   
PSIKOSOSIAL
1.     
Genogram

       

                   
  : Pasien
                   
       : Tinggal serumah
    
      
Keterangan:
    
      
Klien
     anak ke 1 dari 3 bersaudara, klien selama sakit tinggal bersama
orangtuanya. Keluarga
tidak pernah
     
memperhatikan
:    : dan memperdulikan klien sehingga klien sering
menyendiri, melamun, malas berhubungan dengan
orang
M lain, merasa tidak berguna
dan bersalah, keluarga tidak ada yang memperhatikan klien selama berada
La
dirumah,
e
ki- klien mengatakan selama di rumah sakit keluarganyanya tidak pernah menjenguknya.
Masalah
ni
lak Keperawatan : Koping Keluarga inefektif.
in
gg
    
Konsep
Diri
al
a.      
Gambaran
diri : Klien merasa tidak    senang dengan anggota tubuhnya karna gendut
b.     
Identitas
        : klien anak ke 1
      
dari tiga bersaudara
c.      
Peran
          : klien senang sama
      anak-anak
d.     
Ideal
diri      : klien ingin cepat
     sembuh dan ingin cepat pulang
e.      
Harga
diri  :klien
merasa tidak
: berarti lagi dikeluarga, gagal dalam  

                      hidup Per


Masalah
keperawatan : Gangguan
emKonsep Diri : Harga Diri Rendah
    
Hubungan
Sosial pu
a.      
Orang
berarti :  orang tua dan
ansuami
b.     
Peran
serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien tidak pernah ikut dalam kegiatan kelompok.
c.      
Hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain : Klien sulit untuk berhubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan
:  Isolasi
Sosial : Menarik Diri.

4.  Spiritual
a.     
Nilai
dan keyakinan : klien percaya
adanya tuhan
                        

b.     
Kegiatan
ibadah : selama diRSJ Klien tidak pernah beribadah
                       

     
STATUS MENTAL
1.   
Penampilan
Klien mengunakan pakaian seperti biasanya dan tampak rapi dan rambut
acak-acakan
2.   
Pembicaraan
Klien berbicara lambat
dan klien menjawab pertanyaan sesuai yang ditanyakan dan klien mampu memulai
pembicaraan
3.   
Aktifitas
Motorik
Klien
masih dapat beraktifitas diruangan dengan baik dan pada saat melaksanakan
aktifitas klien tidak banyak
bicara

4.   
Alam
Perasaan
Klien mengatakan
merasa ketakutan diceraikan suaminya.
Masalah Keperawatan : Konsep Diri
5.   
Afek
Klien bila ditanya hanya menjawab seadanya dan tidak mau bertanya lagi
6.     
Interaksi
selama wawancara
Klien selama diajak wawancara, klien tampak kooperatif,
kontak mata kurang. Klien tampak sedikit malu-malu.
7.     
Persepsi
Klien
sering mendengar suara bisikan seperti penghakiman
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
8.     
Proses
Pikir dan Isi Pikir
Pada
saat wawancara, klien sangat koperatif dan memberi respon yang baik dan tidak
ditemukan berpikir waham.
9.     
Tingkat
Kesadaran
Tingkat kesadaran klien baik karena klien masih dapat
membedakan disorientasi waktu, tempat dan orang.
10. 
Memori
Memori klien baik, klien masih dapat mengingat kejadian
yang lalu dan kejadian yang sekarang dan dapat
menceritakannya dengan perawat.
11. 
Tingkat
Konsentrasi dan Kemampuan Berhitung
Tingkat konsentrasi berhitung klien baik, klien masih
dapat berhitung dengan hitungan sederhana tanpa bantuan
orang lain.
12. 
Kemampuan
penilaian
Ketika perawat menanyakan perbuatan jahat dan baik, klien
mampu membandingkannya dan klien mampu
menetukan pilihan ketika diberi pilihan,
seperti duluan mana mandi atau makan, klien menjawab mandi dulu
karena kalau
mandi badan terasa segar setelah itu baru makan.
13. 
Daya
Tilik Diri
Klien menyadari
saat ini sedang sakit dan berada di rumah sakit jiwa

VII.   
Kebutuhan Persiapan Pulang
1. 
MAKAN
dan BAB/BAK
   Klien dapat makan dan BAB BAK sendiri, tampa
bantuan orang lain.
2. 
Mandi
dan Berpakaian/berhias
Klien dapat mandi dan berpakain sendiri tanpa membutuhkan
bantuan orang lain
3. 
Istirahat
dan tidur
Klien menyatakan bahwa tidur siang kurang dari 1 jam dan
kalau malam ±  6 jam. Klien juga sering
melakukan
kegiatan dirumah sakit walau harus disuruh dulu oleh pegawai.         
4. 
Penggunaan
obat dan Pemeliharaan kesehatan
Klien sebelum dirawat jarang meminum obat dan sekarang
lagi mengikuti perawatan lanjutan di RSJ. Prof. DR. M.
Ildrem
Masalah Keperawatan : Regiment Traupetik
Inefektif
5. 
Kegiatan
di RSJ. Prof. DR. M. Ildrem
Klien dalam kegiatan sehari-harinya di RSJ. Prof. DR. M.
Ildrem membantu dalam mempersiapkan makanan, mencuci
dan menjemur  pakaian. Tekait klien masih dirawat, maka keuangan
diatur oleh keluarganya.
6. 
Kegiatan
di luar rumah
Klien jarang beraktivitas diluar rumah, karena
tetangganya menjauhi dia semenjak kejadian itu. Sehingga klien
hanya menyendiri
dirumah.

VIII.  MEKANISME
KOPING
Mekanisme koping klien adaptif, klien dapat berbicara dan
berinteraksi dengan orang lain, tetapi tampak malu-malu.
Klien jika tidak
diajak berkomunikasi maka akan selalu menyendiri.
Masalah keperawatan : Koping individu
inefektif

IX.   
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien
kurang dukungan dari kelompok masyarakat karena klien kurang berinteraksi
dengan baik disebabkan respon
kejadian yang dilakukan klien terhadap suaminya,
sehingga klien susah bergaul dan sering menyendiri. Klien
mengatakan hanya
tamat STM dan ingin melanjutkan kuliah namun tidak ada biaya. Klien
mengatakan pernah
melamar pekerjaan namun tidak diterima
sehingga klien merasa gagal dalam hidupnya, tidak berguna. Klien senang
berdiam diri di rumah, klien jarang
berinteraksi dengan orang lain dan jarang bergaul.
Masalah keperawatan
: Harga diri rendah dan Isolasi Sosial

X.    PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien kurang mengerti
tentang penyakit yang dialami, serta belum tau tentang penanganan dari penyakit
yang dialami,
hanya bisa pasrah dengan situasi yang ada, untuk obat-obatan
klien belum mengetahui manfaatnya, yang dia tau
hanya disuruh oleh perawat
untuk meminumnya teapat waktu.

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa
medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi
medik : Resperidon 2mg    2x1
Thp
2 mg             2x1
Cpz
100 mg         1x1
C.  Daftar Masalah Keperawatan
Harga
Diri Rendah
    

Isolasi
Sosial
    

Regiment Traupetik Inefektif


    

Koping individu inefektif


    

D.    Analisis Data


Data Masalah
Sering menunduk,
kurangnya Isolasi sosial : menarik diri
interaksi social,susah bergaul

dengan orang lain, tampak


menyendiri.

Tidak pernah di jenguk oleh

keluarga semenjak di rumah


sakit, Harga Diri Rendah
kecewa dan putus asa,
tidak di
perhatikan oleh
keluarga, merasa
tidak berguna lagi, malu, suka
melamun, bicara ngawur

Klien tidak mau minum obat dan Koping individu inefektif


tidak kontrol ke RSJ

E.
Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah
 

Koping individu efektif


F.
Daftar Diagnosis Keperawatan
1.       
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2.       
Isolasi Sosial : Menarik Diri

G.
Rencana Keperawatan :
NO SP Kemampuan/Kompetensi
1 HDR Sp 1 : Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif
yang dimiliki pasien
Sp 2:
-  Menilai Kemampuan yang dapat digunakan
-  Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
kemampuan
-  Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 1
Sp 3: Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih dari SP 2
Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang
dipilih SP 3
2 Isolasi SP 1 :  Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
Sosial

SP 2 :

-Melatih berhubungan sosial secara bertahap.


-Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3 :
-Melatih cara berkenalan dengan 2 orang
atau lebih.
-Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien

H.
ASUHAN KEPERAWATAN
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa, 1.  
Data :

13-12-2016 Klien merasa hidupnya S : Klien senang


Pukul 11.30 tidak berarti lagi di

WIB keluarga
dan lingkungan O :
semenjak klien                        Klien mampu
dirawat di rumah sakit, melakukan
Klien terlihat sedih kebersihan dan
karena berada di RSJ merapikan tempat
merasa terasing dari tidurnya
keluarga dan terpisah

dengan keluarga A : Harga


Diri Rendah

(+)
2. Diagnosa Keperawatan:

“Harga Diri Rendah” P : Mengali aspek



positif yang dimiliki
3.         
Tindakan
Keperawatan:
Sp 1 :
a.      
Bina hubungan saling
percaya
b.     
Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien
c.       Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan
harian

Rencana Tindak Lanjut :


Sp 2 (Menilai
kemampauan
yang digunakan,
menetapkan atau memilih
kemampuan dan melatih
kegiatan sesuai
kemampuan
yang dipilih)

Rabu, 1.   
Data : Klien merasa S : Klien senang
14-12-2016 hidupnya tidak berarti

Pukul 11.30 lagi di keluarga dan O :


WIB lingkungan
semenjak 1.     
Klien mampu
klien                        dirawat di menyapu dan
rumah sakit, Klien mengepel lantai
terlihat sedih karena bersama teman
berada di RSJ merasa lainya.
terasing dari keluarga 2.     
Klien mampu
dan terpisah dengan mengambil air
keluarga. minum.

2.   
Diagnosa A :  Harga Diri Rendah
Keperawatan: (+)
“Harga Diri Rendah”


P : Melatih kemampuan
3.  
Tindakan
Keperawatan membersihkan dan
: merapikan ruangan
Sp 2 : setiap hari.
a.               
Evaluasi jadwal
kegiatan harian
b.  Anjurkan klien
           

untuk memberikan
contoh
membersihkan dan
merapikan tempat
tidur
c.               
Anjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian

Rencana Tindak Lanjut :


Sp 3
a.      
Melatih kemampuan
yang dipilih
(Merapikan tempat
tidur dan
membersihkan
lingkungan)
b.     
Klien mampu
mengambil air
minum.
Sp
4 (Mengevaluasi
kemampuan yang dimiliki)

Kamis, 1.  
Data : S :  Klien
senang
15-12-2016 Klien merasa hidupnya

Pukul 11.30 tidak berarti lagi di O : Klien


dapat
WIB keluarga
dan lingkungan melaksanakan
semenjak klien                        dengan baik
dirawat di rumah sakit,

Klien terlihat sedih A : Harga


Diri Rendah
karena berada di RSJ (+)
merasa terasing dari

keluarga dan terpisah P : Anjurkan


klien agar
dengan keluarga kegiatan ini dapat

dimasukkan
dalam
2.   
Diagnosa jadwal keseharian
Keperawatan: 2x1 hari
“ Harga Diri Rendah “

3.   
Tindakan
Keperawatan:
Sp 3:
a.        
Melatih kemampuan
klien (Sp 2)
b.  Anjurkan klien
           

memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian

Sp 4 :
a.  Mengevaluasi jadwal
         

kegiatan harian
b.     
Menganjurkan klien untuk
melakukan kembali
bagaimana merapikan
tempat tidur dan
membersihkan
lingkungan
c.           
Klien mampu mengambil
air minum.
d.         
Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Jumat, 1.
Data : S : Klien senang
16-12-2016 Klien mengatakan sering

Pukul 11.30 menunduk, kurangnya O :  Klien tampak


WIB interaksi sosial,susah merasa
malu-malu
bergaul dengan orang lain, melakukan hal
klien tampak menyendiri yang diajarkan

2.Diagnosa Keperawatan:
A : Isolasi
Sosial (+)
“Isolasi
Sosial : Menarik
P : Mengidentifikasi
Diri”
penyebab Isolasi

sosial
c.           
Tindakan
Keperawatan :

Sp 1 :
1.   
Mengidentifikasi
penyebab,
menanyakan Siapa
yang tidak dekat
dengan paien
2.   
Menanyakan
keuntungan dan
kerugian
berinteraksi dengan
orang lain
serta
Mendiskusikan
kerugian bila pasien
hanya mengurung
diri dan tidak
bergaul dengan
orang
lain.
3.   
Menjelaskan
pengaruh isolasi
sosial terhadap
kesehatan fisik
pasien.

Rencana Tindak Lanjut :


Sp 2 (Melatih
berhubungan
sosial secara bertahap)

Sabtu, 1.      Data :

17-12-2016 Klien mengatakan sering S : Klien


kelihatan
Pukul 11.30 menunduk,
kurangnya senang saat
WIB interaksi sosial,susah berinteraksi
bergaul dengan orang lain.

klien tampak
menyendiri O :  Klien melakukan
hal yang
diajarkan

2.          Diagnosa A : Isolasi


Sosial (+)
Keperawatan:

“Isolasi
Sosial : Menarik P : Latihan kemampuan
Diri” yang dimiliki 2x

sehari
3.          Tindakan
Keperawatan:
SP 2 :
1.     
Mengevaluasi
kegiatan yang
lalu (SP 1).
2.     
Melatih
berhubungan
sosial dengan
bertahap
kepada
perawat
3.     
Memasukkan
dalam jadwal
kegiatan pasien.

Rencana Tindak Lanjut :


SP 3 (Melatih berhubungan
sosial secara
bertahap)

Senin, 1.     
Data :

19-12-2016 Klien mengatakan sering S : Klien


senang
Pukul 11.30 menunduk,
kurangnya

WIB interaksi social,susah O :


Klien melakukan
hal
bergaul dengan orang lain yang diajarkan
Klien
tampak menyendiri.

A : Isolasi
Sosial (+)

2.         
Diagnosa P : Anjurkan
Keperawatan: berkenalan dan
“Isolasi
Sosial : Menarik berinteraksi pada
Diri” orang lain 2 x sehari

3.     
Implementasi:
SP 3 :
1.     
Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 2).
2.     
Latih cara berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3.     
Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien

BAB
IV
PEMBAHASAN
Setelah
penulis melaksanakan asuhan keperawatan jiwa kepada Ny.A dengan gangguan konsep
diri diri : Harga Diri
Rendah Di ruang melur RSJ.
Prof. DR. M. ILDREM, maka penulis pada BAB ini akan membahasan kesenjangan
antara
teoritis dengan tinjauan kasus.
Pada 
pembahasan  ini  diuraikan 
tentang  hasil  pelaksanaan 
tindakan  keperawatan dengan
pemberian terapi kognitif
pada klien harga diri rendah.  Pembahasan 
menyangkut  analisis  hasil 
penerapan  terapi  kognitif 
terhadap  masalah 
keperawatan 
harga  diri  rendah berdasarkan  teori 
model  stres  adaptasi 
Stuart  dan  teori 
model  interpersonal Peplau.
Tindakan  keperawatan  didasarkan 
pada  pengkajian  dan  diagnosis
keperawatan  yang  terdiri 
dari  tindakan  generalis 
dan  tindakan  spesialis 
yang dijabarkan sebagai berikut.

A.    Pengkajian
Tahap
pengkajian pada klien harga diri  rendah
dilakukan  interaksi perawat-klien
melalui  komunikasi  terapeutik 
untuk mengumpulkan  data  dan 
informasi  tentang status  kesehatan 
klien.  Pada  tahap 
ini  terjadi  proses 
interaksi 
manusia,
komunikasi,  transaksi dengan peran yang
ada pada perawat  sebagaimana konsep
Peplau  tentang  manusia 
yang  bisa  dipengaruhi 
dengan  adanya  siatu 
proses interpersonal (Fitzpatrick & Whall, 1989). Perawat
bersama-sama
klien kemudian menetapkan masalah yang dihadapi klien,
menentukan  tujuan yang akan dicapai,
mengidentifikasi 
cara  atau 
rencana  kegiatan,  serta 
melaksanakan  kegiatan-kegiatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
melalui pemberian tindakan
keperawatan generalis dan terapi kognitif.

Selama pengkajian
dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari pasien dan tenaga
kesehatan di
ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan
data karena keluarga pasien jarang mengunjungi
pasien di rumah sakit jiwa. Maka
penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang
lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien.
Adapun upaya tersebut yaitu:
    
Melakukan pendekatan dan membina
hubungan saling percaya diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih
percaya

dengan menggunakan perasaan.


Mengadakan pengkajian klien dengan
wawancara
    

       
Mengadakan pengkajian dengan cara
membaca status, melihat buku rawatan dan bertanya kepada pegawai ruangan

melur

Dalam
pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal sama
seperti pada tinjauan teoritis.
Pada kasus Ny.A, klien mendengar suara-suara,
gelisah, bicara sendiri, mondar-mandir, tampak tegang, mudah emosi,
putus asa,
sedih dan lain-lain. Gejala gejala tersebut merupakan manifestasi klinis dari
halusnasi (Keliat, dkk.2014).
selain itu terdapat faktor predisposisi maupun
presipitasi yang menyebabkan kekambuhan penyakit yang dialami oleh
Ny.A
Tindakan
keperawatan spesialis dengan pemberian 
terapi kognitif bertujan untuk membantu 
klien mengembangkan 
pola  pikir 
yang  rasional,  berfikir 
realitas  dan membentuk  kembali 
perilaku  dengan  mengubah 
pesan-pesan 
internal  (Copel, 
2007).  Terapi  kognitif 
berfokus  pada  pemrosesan 
pikiran  dengan  segera, 
yaitu bagaimana 
individu
mempersepsikan  atau menginterpretasi  pengalamannya 
dan menentukan  bagaimana  cara 
dia merasakan 
dan  berperilaku 
(Viedebeck,  2010).

Pemberian  terapi 
kognitif  dapat  membantu 
klien  untuk  mengubah 
pernyataan dirinya yang mempengaruhi
perasaannya ke arah pikiran yang
lebih positif.  Pelaksanaan  terapi 
kognitif  menggunakan  pedoman 
yang  telah 
teruji 
melalui beberapa  riset  yang menunjukkan  hasil 
keefektifan  terapi  pada 
klien  harga  dirirendah kronis 
(Rahayuningsih, dkk, 2011) ( Sasmita, dkk, 2011). Hasil penerapan terapi  kognitif 
ini  juga  menunjukkan 
hasil  bahwa 
dengan 
penerapan  terapikognitif  didapatkan 
kemampuan  klien melawan  pikiran 
otomatis  negatif  denganperilaku 
rasional 
secara  mandiri  sehingga 
klien  mampu  menerima 
diri  terkaitdengan stresor yang
dihadapi  (Jumaini, dkk,
2011; Syarniah,
dkk, 2011; Sartika,dkk,  2011).  Pemberian 
tindakan  terapi  kognitif 
bermanfaat  untuk  dapat
meningkatkan  harga 
diri  klien  secara 
bermakna.  Pelaksanaaan  terapi 
kognitif dilakukan  secara  individu 
setiap 
klien  dan 
dilakukan  sendiri  oleh 
penulis.
                                                                                
Pemberian
terapi kognitif diberikan dengan frekuensi 
interaksi rata-rata enam (6) kali 
pertemuan  dengan  tiap 
pertemuan  berlangsung  selama 
30-45 menit.  Prosespelaksanaan
terapi kognitif terdiri dari empat (4) sesi pertemuan,
namun beberapa klien
memerlukan  pertemuan  ulang 
tergantung  dari  jumlah 
pikiran  negatif  yang muncul,
sehingga rata-rata dilakukan
sebanyak enam (6) kali pertemuan.

B.     Diagnosa Keperawatan


Harga
Diri Rendah
    

    
Isolasi
Sosial
    
Regiment Traupetik Inefektif
    
Koping keluarga Inefektif

    
Koping individu inefektif

Dari diagnose diatas tidak ada kesenjangan antara


teori dan kasus. Dimana semua diagnosa pada teori muncul pada
kasus Ny.A ,
Tetapi dalam asuhan keperawatan ini, kelompok mengangkat 2 diagnosa saja, yaitu
Gangguan Konsep Diri
: Harga Diri Rendah dan Isolasi Sosial : Menarik diri.   Ketiga diagnosa lainnya tidak menjadi
prioritas penanganan
dikarenakan :
Regiment Traupetik Inefektif
    

Diagnosa
ini telah telah tertangani, dikarenakan pasien sedang melakukan perawatan di
RSJ. Prof. DR. M. Ildrem, sehingga
minum obat serta perawatan teraupetik telah
dilakukan dan diingatkan oleh perawat selama perawatan.
    
Koping keluarga Inefektif
Dikerenakan
keluarga tidak pernah mendatangi klien selama masa pemberian asuhan keperawatan
    
Koping individu inefektif

Dengan penanganan diagnosa harga diri rendah maka


klien akan memiliki koping individu yang baik.

4.      Implementasi
Sesi
satu terapi kognitif, perawat dan klien secara bersama-sama mengidentifikasi pikiran  otomatis 
negatif  klien  dan 
alasan  timbulnya  pikiran 
tersebut.  Peran perawat  dan 
klien  pada  sesi 
satu  ini  sesuai 
dengan  konsep 
interpersonal 
Peplauyaitu membina hubungan perawat dengan klien yang disebut tahap
orientasi. Pada fase  orientasi 
ditandai 
dimana  perawat  melakukan 
kontrak  awal  untuk membangun kepercayaan klien dan terjadi
proses
pengumpulan data (Alligood &Tomey, 
2010).  Peran  lain 
yang  dilakukan  perawat 
pada  fase  ini 
adalah  sebagai
konselor dimana
perawat menggali perasaan klien dan menanyakan kesiapan klienuntuk  berinteraksi. 
Fase  orientasi 
dilanjutkan 
fase  identifikasi,  dimana   
terjadiproses  penggalian  perasan-perasaan  yang 
dialami  klien,  pengkajian 
data-data, pengalaman  klien,  serta 
bagaimana  cara  klien 
mengatakan 
ketakutan,ketidakmampuan  dan 
ketidakberdayaan  dalam 
berhubungan  dengan  orang 
lain.
Fase  orientasi 
dan  identifikasi  dalam 
sesi  satu  terapi 
kognitif    merupakan  tahap pengkajian  dasar, 
dimana 
perawat  memfasilitasi 
klien  untuk  bisa 
menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.  Pelaksanaan 
sesi  satu 
terapi 
kognitif  pada  klien 
harga  diri  rendah 
ditemukan pikiran otomatis negatif pada klien berupa penilaian diri
sebagai orang yang tidak berguna,  tidak
berharga, gagal dalam hidup,  tidak ada
orang yang peduli dengan klien, 
pikiran  tidak memiliki  kemampuan 
apapun,   ragu-ragu,  serta malu 
dengan kondisi  diri.  Temuan 
ini  sesuai 
dengan 
pendapat  yang  mengungkapkan 
bahwa pada klien harga diri 
rendah kronis ditemukan perasaan dan
penilaian diri secara negatif  tentang 
kondisi  dan  kemampuan 
diri  (Keliat,  2006; 
NANDA,  2012; Townsend, 2009;
Stuart, 2009). Pada klien dengan harga diri rendah akan  terjadi
penolakan
dan membenci kondisi diri sendiri. 
Sesi  dua 
terapi  kognitif  yaitu 
mengidentifikasi  tanggapan  rasional 
dan  latihan melawan  pikiran 
otomatis 
negatif.  Pada 
pelaksanan  sesi  dua 
ini  menggunakan pendekatan
model  interpersonal Peplau  tahap 
eksploitasi.
Pada  tahap  eksploitasi ini perawat melatih klien untuk
menggunakan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis
negatif. Tahap ini
dilakukan sampai klien benar-benar menguasai dengan baik secara kognitif maupun
psikomotor.  

Peran  perawat 
dalam  pemberian  terapi 
kognitif  adalah  untuk 
membuat  pikiran klien  yang 
terselubung  menjadi 
lebih 
terbuka  dan  ini 
sangat  penting  untuk mengatasi  kognitif 
yang  bersifat  otomatis 
(Gladding,  2009).  Kognitif 
atau pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan yang merujuk pada pikiran
rasional, mempelajari fakta, mengambil
keputusan dan mengembangkan 
pemikiran,  sedangkan  psikomotor 
atau 
kemampuan  praktek merujuk  pada 
pergerakan  muskuler  yang 
merupakan  hasil  dari 
kordinasi pengetahuan 
dan      menunjukkan 
penguasaan  terhadap  suatu 
tugas  atau keterampilan  (Craven, 
2006).  Pada  sesi 
ini  klien 
melakukan 
pengambilan keputusan  terhadap  pilihan 
perawatan  atau  penyelesaian masalah  yang 
dihadapi
dengan mempelajari fakta rasional.  

Sesi  tiga 
tindakan  terapi  kognitif 
adalah  mengidentifikasi  manfaat 
dari  latihan tentang  kemampuan 
untuk 
menggunakan  tanggapan 
rasional  terhadap  pikiran otomasi negatif. Pada sesi tiga ini
juga menggunakan
pendekatan fase eksploitasi Peplau.  Pada 
sesi  ini  merupakan 
situasi  dimana  klien 
dapat merasakan  adanya nilai 
hubungan 
sesuai  pandangan/persepsinya  terhadap 
situasi  yang  dialami 
dan dirasakan.  Dalam  fase 
ini  perawat 
mendiskusikan 
lebih  mendalam  tentang manfaat penggunaan  tanggapan 
rasional. Proses  ini membutuhkan
banyak
energi agar dapat mentransfer energi klien dari yang negatif menjadi
seorang yang positif dan produktif. Hasil yang
dicapai pada sesi ini adalah
klien mengungkapkan hasil dan 
mencatat  dalam  buku 
harian  dan  seluruh 
klien 
mampu  mengikuti 
latihan dengan  baik.  Seluruh 
klien menyatakan mendapatkan manfaat 
terhadap  latihan yang 
dilakukan 
dan  klien  mampu 
mengungkapkannnya.  Sebagian  besar 
klien mampu menggunakan buku harian
dengan baik.  

Sesi
empat terapi kognitif merupakan pemanfaatan support system yang bertujuan untuk
 meningkatkan  komunikasi 
perawat  dengan  klien 
dan  keluarga  yang merupakan  support 
system  utama  bagi 
klien.  Terapi  kognitif 
sesi 
empat dilaksanakan dengan
melibatkan keluarga khususnya care giver utama klien. Care giver  utama 
diberikan 
penjelasan  dan 
teknik  terapi  kognitif 
secara  singkat sehingga  diharapkan 
mampu  mendampingi  atau 
mengontrol  klien  dalam melakukan  latihan 
secara  mandiri.  Hal 
ini  sesuai  dengan 
prinsip  terapi  bahwa terapi
kognitif merupakan  suatu pendekatan  terapi yang bersifat edukatif dengan
tujuan  mengajarkan  klien 
untuk  dapat 
menolong 
dirinya  sendiri  (Townsend, 2009).  Kemampuan 
care  giver  diharapkan 
menjadi  support  system 
yang
menunjang kemampuan klien secara mandiri. 

Pada
diagnosa keperawatan harga diri rendah strategi pertemuan yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
Strategi pertemuan yang kedua yaitu membantu klien menilai kemampuan
yang dapat
digunakan. Strategi pertemuan yang ketiga yaitu membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang
akan dilatih. Strategi pertemuan yang keempat
yaitu latih kemampuan yang dipilih klien. Pada diagnosa keperawatan
Isolasi social strategi pertemuan yang dilakukan yaitu  Mengidentifikasi penyebab isolasi social,
melatih berhubungan
sosial secara bertahap, Melatih cara berkenalan dengan 2
orang atau lebih dan kelompok dan Memasukkan dalam
jadwal kegiatan pasien. Implementasi
pada keluarga tdak dilakukan, dikarenakan selama melakukan pengkajian
hingga
berakhirnya implementasi, tidak ada keluarga pasien yang menjenguk Ny A .

5.      Evaluasi
Evaluasi
yang dilakukan pada tindakan keperawatan pada klien harga diri rendah ini
dengan membandingkan data
respon klien atau penilaian terhadap stresor pada
scaning pengkajian. Data ini me`liputi
respon kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku, dan  sosial 
yang  dibandingkan  saat 
pertama  klien  akan 
diberikan  intervensi  dan setelah
intervensi diberikan. Pada
tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah : Klien dapat melakukan latihan
bercakap-
cakap dengan orang lain, Klien mampu melaksanakan jadwal yang telah
dibuat bersama bahkan klien dapat diajak
unutk bernyanyi bersama sambil bermain
gitar, Selain itu, dapat dilihat dari setiap evalusi yang dilakukan pada
asuhan
keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang dialami oleh Ny.A dari hari
kehari selama proses
interaksi.

BAB
V
PENUTUP

A.   
Kesimpulan
Setelah
penulis melakukan pengkajian dan perawatan pada Ny.A dengan gangguan konsep
diri : Harga diri rendah di
Ruang Sorik
Merapi RSJ.
Prof. DR. M. Ildrem selama 2 minggu penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
dalam
malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina hubungan saling
percaya dan juga membutuhkan
kolaborasi yang baik dengan tenaga medis (dokter
dan perawat), keluarga dan juga lingkungan  terapeutik, agar semua
maksud dan tujuan klien
dirawat maupun perawat yang merawat tercapai.

B.    
SARAN
1.     
Klien
a.        
Libatkan klien dalam aktivitas positif
b.        
Minum obat secara rutin
c.        
Memahami aspek positif dan kemampuan
yang dimilikinya
d.       
Berlatih untuk berinteraksi dengan orang
lain

2.     
Perawat
a.        
Lebih mengingatkan terapi theraupetik
terhadap klien
b.               
Menyarankan perawat ruangan akan
memperhatikan kondisi pasien yang memiliki diagnosa khusus, tidak
menyamakan
perilaku (Terkait pemberian SP)
c.        
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan
perawatan klien
d.       
Memberi reinforcement

Unknown
di
09.38

Berbagi
1 komentar:

Unknown 18 Desember 2018 05.23


dapusnya boleh di share pak ?
Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai:


wind (Google Logout

Publikasikan Pratinjau
Beri tahu saya

‹ Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Unknown
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai