Anda di halaman 1dari 6

Nama: Farhan Anzilan

Npm: 4301. 17. 265


Kelas: C
Mata Kuliah Hukum Pemerintahan Daerah

Kedudukan Presiden Dalam Pemerintahan Daerah

A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Menurut UUD 1945

Negara Republik Indonesia didirikan di atas dasar teori bernegara Indonesia


yang dari kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan bangsa Indonesia sendiri.
Istilah – istilah asing dalam sistem hukum kenegaraan kita harus dicarikan arti
dan maknanya dalam teori bernegara bangsa Indonesia. Selain itu arti dan makna
istilah – istilah tersebut di dalam sejarah kenegaraan selalu berkembang sesuai
dengan tingkat kecerdasan suatu bangsa.

Sesuai dengan Undang – Undang Dasar 1945, Indonesia ialah suatu negara
yang berdasarkan atas hukum (rechstaat), dengan pengertian bahwa pola yang
diambil tidak menyimpang dari negara berdasarkan hukum pada umumnya
(genus begrip), namun disesuaikan dengan keadaan di Indonesia, dengan
menggunakan ukuran baik pandangan hidup maupun pandangan bernegara
bangsa Indonesia.

Apabila kita melihat pada Undang – Undang Dasar 1945, di dalamnya


ditegaskan bahwa pokok – pokok sistem pemerintahan negara kita adalah:

i. Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechstaat),


tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtstaat).
ii. Pemerintahan berdasar atas sistem Konstitusi (hukum dasar),tidak
bersifat absolutism (kekuasaan tidak terbatas).
iii. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (Die gesante staatgewalt liegt allein bei der Majelis.
Kedaulatan Rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama Majelis
Permusyawaratan Rakyat, sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia. Majelis ini menetapkan Undang – Undang Dasar dan
menetapkan garis garus besar haluan negara. Majelis ini juga
mengangkat Kepala Negara (presiden) dan Wakil Kepala Negara
(Wakil Presiden). Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara
tertinggi, sedang presiden harus menjalankan haluan negara menurut
garis – garis bsar yang telah ditetapkan oleh Majelis. Presiden yang
diangkat oleh majelis, bertunduk dan bertanggung jawab kepada
Majelis. Ia “mandataris” dari Majelis, ia berwajib menjalankan putusan
– putusan Majelis. Presiden tidak berada di samping (neben), tetapi
berada di bawah (untergeordnet) Majelis.
iv. Presiden ialah penyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi
dibawah Majelis. Dibawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden
ialah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi. Dalam
menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab
adalah di tangan presiden.
v. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Di samping Presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden harus
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk
undang – undang (Gesetzgebung) dan untuk menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (staatsbegrooting). Oleh karena itu
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan, artinya kedudukan
Presiden tidak tergantung kepada Dewan.
vi. Menteri Negara ialah membantu Presiden. Menteri Negara tidak
bertanggung jawab keoada Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden
mengangkat dan meperhatikan Menteri – Menteri negara. Menteri –
Menteri itu tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat. Kedudukannya tidak terrgantung pada Dewan, tetapi tergantun
pada Presiden. Mereka ialah pembantu presiden.
vii. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. Meskipun kepala negara
tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia bukan
dictator, yang artinya kekuasaannya tidak tak ter-batas. Diatas telah
ditegaskan bahwa ua bertanggung jawab kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Kecuali itu, ia harus memperhatikan
sungguh – sungguh suara Dewan Perwakilan Rakyat. Kedudukan
Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat. Dewan ini tidak bias
dibubarkan oleh Presiden (berlainan dengan sistem parlementer).
Kecuali itu, anggota – anggota Dewan Perwakilan Rakyat semuanya
merangkap menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Oleh
karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi
tindakan – tindakan Presiden, dan jika Dewan menganggap bahwa
Presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh
Undang – Undang Dasar, maka Majelis itu dapat diundang untuk
persidangan istimewa agar supaya bias minta pertanggung jawab
kepada Presiden. Menteri – mernteri Negara bukan pegawai biasa.
Meskipun kedudukan Menteri Negara tergantung pada Presiden, tetapi
mereka bukan pegawai tinggi biasa oleh karena Menteri – Menterilah
yang terutama menjalankan kekuasaan Pemerintah pouvoir executive)
dalah praktek. Sebagai Pemimpin Departemen, Menteri mengetahui
seluk – beluk hal – hal yang mengenai lingkungan pekerjaannya.
Berhubung dengan itu, Menteri mempunyai pengaruh besar terhadap
Presiden dalam menentukan politik negara yang mengenai
Departemennya. Memang yang dimaksudkan ialah para Menteri itu
Pemimpin – pemimpin Negara. Untuk menetapkan politik Pemerintah
dan koordinasi dalam Pemerintahan Negara, para Menteri bekerja
Bersama satu sama lain seat – eratnya di bawa pimpinan Presiden.1

Apabila kita simak ketentuan – ketentuan dalam Undang – Undang Dasar


1945 beserta penjelasannya mengenai sistem pemerintahan negara seperti yang
disebutkanm yang menetapkan bahwa Presiden sebagai Mandataris MPR wajib
menjalankan garis – garis besar haluan negara yang telah ditetapkan oleh MPR,
dan Presiden mempunyai kekuasaan membentuk undang – undang dengan
persetujuan DPR, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa di negara kita
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dalah arti eksekutif dan di samping
itu juga memegang kekuasaan membentuk Undang – undang (dalam arti
kekuasaan legislative) dengan persetujuan DPR.

Dengan perkataan lain, Presiden adalah pemegang kekuasaan ‘eksekutif’ dan


juga pemegang kekuasaan ‘legislatif’ dengan persetujuan DPR. Dengan adanya
dua kekuasaan yang depegang oleh sebuah organ negara, Undang – Undang Dasar
1945 jelas tidak menganut ajaran Trias Politica dari Montesquieu yang
mengatakan bahwa di dalam suatu negara terdapat tiga kekuasaan yang terpisan
satu sama lain.2

1
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang – undangan Dasar – Dasar dan Pembentukannya, (Yogyakarta: Kanisius,
1998), hlm. 57
2
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang – undangan Dasar – Dasar dan Pembentukannya, (Yogyakarta: Kanisius,
1998), hlm. 59
B. Presiden Penyelenggara Tertinggi Pemerintah Negara

Di dalam pasal 4 ayat 1 Undang – undang Dasar 1945 ditentukan bahwa


“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang – undang Dasar”.

Pemerintah dalam arti Lembaga yang menyelenggarakan pemerintahan sesuai


dengan UUD 1945 adalah presiden. Pengertian ini diperjelas oleh A. Hamid S.
Altamimi dengan penjelasan sebagai berikut

“Di bawah UUD 1945, yang dimaksud dengan Pemerintah (regering) ialah
organ yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia sebagai
penyelenggaraannya yang tertinggi, dengan bagian – bagiannya terdiri dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Tingkat 1, dan Pemerintah Daerah Tingkat
II”.3

3
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang – Undangan Dasar – Dasar dan Pembentukannya, (Yogyakarta: Kanisius,
1998), hlm. 61
Daftar Pustaka

Indrati, Maria Farida. 1998. Ilmu Perundang – Undangan Dasar – Dasar dan Pembentukannya.
Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai