Anda di halaman 1dari 17

[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

AKIBAT HUKUM DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN SEDARAH


(TUNGKU) MENURUT HUKUM ADAT DI KABUPATEN MANGGARAI, NUSA
TENGGARA TIMUR DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
GREGORY YEFTA JANGGUR
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana
ABSTRAK
Perkawinan Tungku merupakan perkawinan sedarah yang hingga saat ini masih sering dilakukan
di kalangan masyarakat adat Manggarai. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah (1) Apakah
faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan sedarah atau “Tungku’ dikalangan masyarakat adat
Manggarai? dan (2) Apakah akibat hukum yang timbul dari perkawinian sedarah atau “Tungku”
dalam prespektif Hukum Adat yang berlaku di Manggarai dan Hukum Positif di Indonesia?
Penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan dengan dua cara yaitu: Metode yang
digunakan dalam mengumpulkan data yaitu wawancara dan studi pustaka. Data yang
dikumpulkan selanjutnya dianalisis kemudian disajikan atau dipaparkan secara empiris. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perkawinan Tungku terjadi karena dijodohkan (paksa) oleh kedua
orang tua baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan,dan karena perkawinan tungku
sudah menjadi budaya di kalangan masyarakat adat Manggarai. Dalam perkawinan Tungku
menimbulkan akibat hukum, baik dari hukum adat di Manggarai maupun hukum positif di
Indonesia, khususnya Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang
menerangkan “perkawinan yang dilarang adalah perkawinan antara mereka yang satu sama
dengan yang lain bertalian keluarga dalam garis ke atas maupun garis ke bawah, baik karena
kelahiran yang sah maupun tidak sah .”

Kata Kunci : Perkawinan Sedarah (Tungku), Faktor-faktor Tungku, Akibat Hukum


perkawinan Tungku

ABSTRACT
Tungku Marriage is an incestuous marriage that is still often practiced among the indigenous
people of Manggarai. The main problems in this study are: (1) What are the factors that cause
inbreeding, or "Tungku," among the indigenous people of Manggarai? and (2) What are the legal
consequences arising from inbreeding or "Tungku" marriages in the perspective of customary law
in force in Manggarai and positive law in Indonesia? This research was conducted using a
collection technique in two ways, namely: The methods used in collecting data were interviews
and literature study. The collected data was then analyzed and presented or described empirically.
The results showed that the Tungku Marriage occurred due to an arranged marriage (forced) by
both parents from both the male and female sides, and because the tungku marriage had become
a culture among the indigenous people of Manggarai. In Tungku marriages, there are legal
consequences, both from customary law in Manggarai and from positive law in Indonesia,
especially Law Number 1 of 1974 concerning Marriage, which stipulates that "prohibited
marriages are marriages between those who are related to one another in the family line up and
down the line, either by lawful or illegitimate birth."

Keywords: Inbreeding Marriage (Tungku), Tungku Factors, Legal Consequences of Tungku


Marriage
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

1. PENDAHULUAN Berbicara mengenai hukum dan/atau


aturan-aturan tentang perkawinan , di
A. Latar Belakang Indonesia sendiri terdapat yang namanya
Hukum Adat. Banyaknya daerah-daerah di
Perkawinan merupakan suatu Indonesia yang memiliki kebudayaan dan
peristiwa dalam kehidupan yang dipilih oleh adat istiadat berbeda di masing-masing
hampir semua manusia di dunia walaupun daerah maka, berbeda juga Hukum Adatnya.
ada beberapa diantaranya memimilih untuk Salah satunya pada masyarakat adat
tidak melakukan perkawinan. Perkawinan Manggarai, Nusa Tenggara Timur .Adat
dilihat sebagai suatu hal yang penting Manggarai memiliki aturan-aturan adat
karena dengan adanya perkawinan dapat terkait perkawinan, yang didalamnya juga
terbentuk suatu keluarga yang baru. Adanya berbicara tentang perkawina sedarah atau
suatu perkawinan karena ada hubungan disebut “Tungku”.
antara pria dan wanita sebagai suami dan Perkawinan Tungku sendiri terdiri
istri,yang sama-sama mempunyai tujuan dari berbagai jenis yaitu Tungku cu,Tungku
membina sebuah rumah tangga dan neteng nara dan Tungku anak rona musi.
meneruskan keturunan. Perkawinan tidak Tungku cu merupakan perkawinan antara
saja menyangkut pribadi kedua calon suami anak dari kedua saudara kandung. Sama
istri, tetapi juga menyangkut urusan pengertiannya dengan Tungku cu, Tungku
keluarga dan masyarakat. Soedharyo Saimin neteng nara juga merupakan perkawinan
mengatakan bahwa “Perkawian adalah suatu antara anak dari saudara namun yang
perjanjian ynag diadakan oleh dua orang, membedakan yaitu saudara sepupu,
dalam hal ini perjanjian antara seorang pria sedangkan Tungku anak rona musi adalah
dengan seorang wanita dengan tujuan perkawinan yang terjadi antara anak laki-
materil, yakni memebentuk keluarga ( laki dan anak perempuan yang bukan
rumah tangga) yang bahagia dan kekal itu keluarga kandung atau dekat secara garis
haruslah berdasarkan Ketuahanan Yang keturunan.
Maha Esa, sebagai asas pertama dalam Perkawinan Tungku masih sering
Pancasila. terjadi di kalangan masyarakat Manggarai
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU hingga saat ini ,dimana menimbulkan
No. 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas beberapa pertanyaan terkait faktor yang
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mempengaruhi terjadinya perkawian
yang selanjutnya disebu UUP, menyatakan sedarah atau Tungku, akibat hukum positif
bahwa “ Perkawianan adalah ikatan lahir di Indonesia maupun hukum adat di
batin antara seorang pria dan seorag wainta Manggarai dan keabsahan dari perkawinan
sebagai suami istri dengan tujuan tersebut.
membentuk keluarga (rumah tangga) yang Maka berdasarkan latar belakang
bahagia dan kekal berdasrakan Ketuhanan tersebut penulis, mumutuskan membuat
Yang Maha Esa. skripsi yang berjudul “Akibat Hukum Dan
Faktor-Faktor Penyebab Perkawinan
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

Sedarah (Tungku) Hukum Adat Di Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974, oleh


Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Ritna Makdalena M. Arunde ( Lex
Timur Dan Hukum Positif Di Indonesia”. Privatum ). Kedua tulisan tersebut, yang
menjadi tolak ukur calon peneliti dalam
pembuatan karya tulis.
Karya tulis milik Silky Yolanda
B. Rumusan Masalah Villincya dan karya tulis Ritna Makdalena
Berdasarkan latar belakang di atas, maka M. Arunde berfokus pada akibat hukum
beberapa permasalahan yang dibahas dalam prespektif hukum positif di
dalam penelitian ini adalah : Indonesia sedangkan fokus penelitian
yang akan di teliti oleh calon peneliti
1. Apakah faktor-faktor penyebab adalah akibat hukum dalam prespektif
terjadinya perkawinan sedarah atau hukum di Indonesia serta hukum adat dan
“Tungku’ dikalangan masyarakat adat faktor-faktor terjadinya perkawinan
Manggarai? sedarah.
2. Apakah akibat hukum yang timbul
dari perkawinian sedarah atau
“Tungku” dalam prespektif Hukum
Adat yang berlaku di Manggarai dan D. Tujuan Penlitian dan Manfaat
Hukum Positif di Indonesia? Penelitian
1. Tujuan Penelitian
C. Keaslian Penelitian a. Untuk mengetahui dan menganalisis
Berdasarkan pengamatan calon faktor-faktor penyebab terjadinya
peneliti terhadap judul yang di ambil perkawinan sedarah atau “Tungku’
tentang “Akibat Hukum Dan Faktor- dikalangan masyarakat hukum adat
Faktor Penyebab Perkawinan Sedarah Manggarai.
(Tungku) Menurut Hukum Positif Di b. Untuk mengetahui dan mengalisis akibat
Indonesia Dan Hukum Adat Di Kabupaten hukum yang timbul dari perkawinian
Manggarai Nusa Tenggara” ini belum sedarah atau “Tungku” dalam prespektif
pernah diteliti sebelumnya di lingkungan Hukum Adat yang berlaku di Manggarai
Fakultas Hukum Universitas Nusa dan Hukum Positif di Indonesia.
Cendana.
Adapun salah satu karya tulis yang 2. Manfaat Penlitian
ditemukan calon peneliti yakni karya dari a. Manfaat Teoritis
Silky Yolanda Villincya (Universitas Hasil penelitian ini di harapkan dapat
Sriwijaya Palembang) dengan skirpsi memberikan kontribusi terhadap
berjudul Akibat Hukum Perkawinan perkembangan Ilmu hukum,
Sedarah Atau Incest Dalam Perspektif khususnya peranan hukum adat dalam
Hukum Positif Indonesia dan Tinjauan mengatur perkawinan sedarah
Yuridis Tentang Perkawinan Sedarah menurut hukum adat Manggarai
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

b. Manfaat Praktis Data sekunder adalah data yang


Hasil penelitian ini dapat digunakan diperoleh dari studi kepustakaan
sebagai referensi bagi penelitan bahan-bahan hukum.
berikutnya yang mengkaji tentang
perkawinan sedarah menurut hukum
adat Manggarai. 4. Aspek-aspek Penelitian
Aspek dalam penelitiaan ini, yakni :
E. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian a. Penyebab terjadinya perkawinan
Lokasi Penelitian ini adalah di sedarah atau Tungku di Kabupaten
Kelurahan Pitak, Kabupaten Manggarai.
Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara b. Proses penyelesaian perkawinan
Timur. sedarah atau Tungku ,dilihat dari
prespektif hukum adat di
Kabupaten Manggarai.
2. Spesifikasi Penelitian c. Akibat hukum dari perkawinan
Penelitian hukum merupakan suatu sedarah atau Tungku, dilihat dari
kegiatan ilmiah yang mempelajari Undang-undang yang mengatur
terkait dengan gejala hukum yang tentang perkawian di Indonesia.
terjadi dalam masyarakat, yang
didasarkan pada metode atau cara, 5. Populasi, Sampel, dan Responden
sistematika dan pemikiran-pemikiran a. Populasi
tertentu. Jenis penelitian yang Yang menjadi populasi dalam
digunakan oleh penulis adalah penelitian ini adalah Tokoh
penelitian hukum Empiris, yaitu jenis adat/Tua adat berjumlah 2 orang,
penelitian hukum yang berdasarkan Lurah kelurahan Pitak, Tokoh
kejadian atau peristiwa nyata yang Agama 1 orang , Pegawai Dinas
terjadi dalam masyarakat. Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Manggarai dan
pasangan kawin yang seharusnya
3. Jenis dan Sumber Data tidak diperbolehkan melakukan
a. Data Primer perkawinan berjumlah 2 pasangan
Data primer adalah data yang Tungku. Jadi total populasi pada
diperoleh langsung dari sumber penelitian ini berjumlah 9 orang.
utama atau observasi di lapangan
melalui wawancara dengan b. Sampel
beberapa pihak yang mengetahui Teknik sampel yang digunakan
tentang hukum adat Manggarai. adalah teknik sampel jenuh, yaitu
b. Data Sekunder menggunkan semua populasi
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

sebagai anggota sampel demi 7. Pengolahan Data dan Analisis Data


kepentingan penelitian. a. Pengolahan data
Sumber data yang diperoleh
dalam penelitian ini diolah dalam
beberapa tahapan sebagai berikut
c. Responden 1) Editing, yaitu data yang
Sebagai sumber informasi untuk diperoleh dan diperiksa
menunjang penelitian, maka yang apakah masih terdapat
dipilih sebagai responden, yaitu : kekurangan serta apakah
1) Pasangan Tungku : 4 Orang data tersebut sesuai
2) Tokoh Adat/ Tua Adat : 2 Orang dengan kepentingan
3) Tokoh Agama : 1 Orang penulisan.
4) Lurah : 1 Orang 2) Coding, yaitu proses
5) Pegawai Dinas Kependudukan pengklasifikasian
dan Catatan Sipil : 1 Orang jawaban-jawaban para
_______________ responden agar
memudahkan analisis.
Jumlah : : 9 Orang 3) Tarbulasi, yaitu
6. Teknik Pengumpulan Data memasukan semua data
Teknik-teknik yang digunakan oleh yang telah di coding
peneliti dalam pengumpulan data dalam bentuk table
yaitu : distribusi frekuensi.
a. Teknik yang digunakan adalah b. Analisis data
pengumupulan data primer yaitu Data setelah diolah akan
berupa wawancara dan dianalisis secara deskriptif
mengajukan pertanyaan lisan kualitatif
maupun dengan pedoman
pertanyaan secara tertulis
terhadap responden 2. TINJAUAN PUSTAKA
b. Study Kepustakaan, yaitu
memperoleh data sekunder A. Pengertian Perkawinan Menurut
dengan cara membaca dan Hukum Positif di Indonesia
mempelajari berbagai literatur, Menurut Pasal 1 di dalam Undang-
peraturan perundang-undangn, Undang Perkawinan No 1 tahun 1974
buku-buku, internet dan bahan menyatakan bahwa “perkawinan adalah
tulis lainnya yang berkaitan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki
dengan penelitian yang hendak dengan seorang perempuan sebagai suami –
dilakukan. isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.”
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

Menurut Undang-undang Perkawinan, kesamaan hak, kewajiban dan


menyelenggarakan perkawinan bukan hanya tanggungjawab.
untuk melahirkan suatu ikatan perdata saja b) Menurut Agama Hindu
tetapi juga memasukkan nilai Agama di Dikaji dari susastra Hindu, maka perkawinan
dalamnya.” Dengan kata lain,perkawinan dikenal dengan istilah pawiwahan yang
menurut UU Perkawinan bukan hanya berasal dari kata wiwaha, yang berarti
sebagai perbuatan hukum saja,akan tetapi meningkatkan kesucian dan sepiritual
juga merupakan perbuatan (Sudarsana, 2005: 2-3). Kitab Manusmrti
keagamaan.Sahnya suatu perkawinan tidak dapat diketahui bahwa perkawinan bersifat
hanya memenuhi syarat yuridis semata tetapi religius dan obligator karena dikaitkan
juga syarat dari masing-masing agama yang dengan kewajiban seseorang untuk
dipeluk yang melangsungkan perkawinan”. mempunyai keturunan serta menebus dosa-
Pasal 2 ayat (1) UU perkawinan dosa orang tua dengan menurunkan seorang
dijelaskan “perkawinan adalah sah apabila putra.
dilakukan menurut hukum masing-masing Dalam perkawinan yang diatur oleh
agamanya dan kepercayaannya itu”. KUH Perdata bahwa perkawinan bersifat
Indonesia terdiri dari berbagai macam monogami dan mutlak adalah bahwa setiap
agama dan kepercayaan, dimana pada setiap suami hanya mempunyai seorang istri saja
agama memiliki pengertian masing-masing dan begitu pula sebaliknya.sebelum
tentang perkawinan. Adapun pengertiannya diberlakukannya Undang-undang No.1
sebagai berikut. Tahun 1974 tentang perkawinan, hukum
a) Menurut Agama Khatolik yang dipakai salah satunya adalah KUH
Perkawinan Katolik adalah perpaduan dua Perdata ,” yaitu dalam ketentuan Pasal 26
pribadi: yang satu bukanlah budak dari yang KUH Perdata dikatakan Undang-undang
lain. Keduanya saling memberikan diri, memandang soal perkawinan hanya dalam
keduanya menjadidi sakramen cinta kasih, hubungan perdata dan dalam Pasal 81 KUH
karena “ubi caritas et amor Deus ibi est” (Jika Perdata dikatakan bahwa tidak ada upacara
ada cinta kasih hadirlah Tuhan). Sebab keagamaan yang diselenggarakan,sebelum
perkawinan “Katolik” adalah komunitas atau kedua pihak membuktikan kepada pejabat
persekutuan hidup suami istri (consortium), agama mereka bahwa perkawinan di hadapan
di mana mereka saling bersatu, berbagi dan Pegawai Pencatat Sipil telah berlangsung.”
berpartisipasi dalam nasib untung dan
malang. Selain itu, perkawinan berarti sebuah Menurut Kompilasi Hukum Islam
patnership yang ditandai dengan pemberiaan pada Pasal 2 menjelaskan bahwa ,
dan penerimaan diri timbal balik secara total perkawinan menurut hukum Islam adalah
(bdk Kan 1055) yang diwujudkan dalam pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
mutual cooperation, support dan miitsaqan ghaliizhan untuk menaati perintah
compassionship. Relasi ke-parner-an ini Allah dan melakukannya merupakan ibadah.
mengandaikan kedudukan dan martabat yang Istilah perkawinan adalah merupakan istilah
sama antara laki-laki dan perempuan serta yang umum, yang digunakan untuk semua
makhluk ciptaan Allah dimuka bumi,
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

sedangkan pernikahan hanyalah “kebiasaan” yang pada umumnya harus


diperuntukkan bagi manusia. Seperti kata berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
nikah berasal dari bahasa Arab yaitu Misalnya, “Adat Jawa” maka yang
“nikaahun” yang merupakan masdar atau dimaksud adalah kebiasaan berperilaku
kata asal dari kata kerja nakaha, yang dalam masyarakat Jawa. Begitu pula jika
sinonim dengan tazawwaja. Jadi kata nikah dikatakan “Adat Palembang”, “Adat Batak”,
berarti “adh-dhammu wattadaakhul” artinya Adat Minangkabau”, Adat Jambi”, dan
bertindih dan memasukkan, sedangkan sebagainya. Jadi jika dikaji secara lebih
dalam kitab lain dikatakan bahwa nikah mendalam dan secara ilmiah terdapat
adalah “adh-dhmmu wal-jam’u” artinya perbedaan antara keduanya..
bertindih dan berkumpul. Hukum adat memiliki corak
Jadi perkawinan (nikah) adalah relegiues magis, yang artinya setiap
merupakan salah satu peristiwa penting masyarakat diliputi oleh kekuatan gaib yang
dalam kehidupan manusia, merupkan suatu harus dipelihara agar masyarakat itu tetap
lembaga resmi yang mempertalikan secara aman, tentram, bahagia dan lain-lain.
sah antara seorang pria dengan seorang Adanya pemujaan-pemujaan khususnya
wanita untuk hidup bersama sebagai suami terhadap arwah-arwah nenek moyang
istri. sebagai pelindung adat istiadat yang
diperlukan bagi kebahagiaan masyarakat.
B. Syarat Sah Perkawinan Setiap kegiatan atau kegiatan bersama
Syarat sah suatu perkawian dijelaskan seperti membuka tanah, membangun rumah,
dalam UU No 1 Tahun 1974 Pasal 2,6,7, menanam dan peristiwa penting lainnya
dan 8. selalau diadakann dengan upacara religius
yang bertujuan agar maksud dan tujuan
C. Hukum Adat mendapat berkah serta tidak ada halangan
dan selalu berhasil dengan baik.
Kebanyakan masyarakat umum
Adat adalah merupakan
jarang menggunakan sebutan hukum adat,
pencerminan kepribadian suatu bangsa,
yang sering digunakan dalam pembicaraan
sebagai salah satu penjelasan jiwa bangsa
adalah “Adat” saja. Dengan menyebut kata
yang bersangkutan dari masa ke masa.
“adat” maka yang dimaksud adalah
Berbicara tentang adat dan hukum adat pada
“kebiasaan” yang pada umumnya harus
dasarnya membicarakan tentang hakekat
berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
atau sifat-sifat dasar dari hukum itu sendiri.
Misalnya, “Adat Jawa” maka yang
Seorang sarjana antropologi bernama
dimaksud adalah kebiasaan berperilaku
Bronisław Kasper Malinowski menyatakan
dalam masyarakat Jawa. Begitu pula jika
bahwa semua aktifitas kebudayaan manusia
dikatakan Kebanyakan masyarakat umum
dan di antara aktifitas kebudayaan yang
jarang menggunakan sebutan hukum adat,
sedemikian itu ada aktifitas yang
yang sering digunakan dalam pembicaraan
mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan
adalah “Adat” saja. Dengan menyebut kata
naluri manusia secara timbal balik dengan
“adat” maka yang dimaksud adalah
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

sesama manusia yang lain yaitu menunaikan kewajiban-kewajiban orang tua (termasuk
dan menerima kewajiban berdasrkan prinsip anggota keluarga atau kerabat) menurut
yang disebut Principle of Reciprocity. hukum adat setempat, yaitu dalam
Aktivitas tersbut yang oleh B. Malinowski pelaksanaan upacara adat dan selanjutnya
disebut hukum, yang berperan menjaga dalam peran serta membina dan memilihara
ketertiban dalam masyarakat. Pendapat B. kerukunan, keutuhan dan kelanggengan dari
Malinowsky di atas pada dasarnya kehidupan anak-anak mereka yang terikat
menyatakan bahwa hukum itu dapat di dalam perkawinan.
jumpai dalam setiap masyarakat . Tujuan perkawinan dalam hukum
adat bagi masyarakat adat yang bersifat
D. Perkawinan Menurut Hukum Adat kekerabatan untuk mempertahankan dan
Pada Umumnya meneruskan keturunan menurut garis
kebapakan atau keibu-bapakan. n. Oleh
Menurut Hukum adat pada
karena sistem keturunan dan kekerabatan
umumnya di Indonesia perkawinan itu
antara suku bangsa Indonesia yang satu dan
bukan saja berarti sebagai “perikatan
lain berbeda-beda, maka tujuan perkawinan
perdata”, tetapi juga merupakan “perikatan
adat bagi masyarakat juga berbeda antara
adat” dan sekaligus merupakan “perikatan
suku bangsa yang satu dan daerah yang lain,
kekerabatan dan ketetanggaan”. Jadi
begitu juga dengan akibat hukum dan
terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan
upacara perkawinannya.
semata-mata membawa akibat terhadap
Pada masyarakat adat Patriliniar,
hubungan keperdataan, seperti hak dan
perkawinan bertujuan memperthankan garis
kewajiban suami istri, harta bersama,
keturunan bapak, sehingga anak laki-
kedudukan anak, hak dan kewajiban orang
laki(tertua), harus melaksanakan bentuk
tua, tetapi juga menyangkut hubungan-
perkawinan ambil istri, dimana setelah
hubungan adat istiadat kewarisan,
terjadi perkawinan ikut dalam kekerabatan
kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan
suami dan melpaskan kedudkan adatnya
serta menyangkut upacara-upacara adat dan
susunan kekerabatan bapakn. Sebaliknya
keagamaan.
pada masyarakat kekerabatan adat
Perkawinan dalam perikatan adat
matrilinear, perkawinan bertujuan
adalah perkawinan yang mempunyai akibat
mempertahankan garis keturunan ibu,
hukum terhadap hukum adat yang berlaku
sehingga anak wanita (tertua) harus
dalam masyarakat bersangkutan. Akibat
melaksanakan bentuk perkawinan ambil
hukum ini telah ada sejak sebelum
suami, dimana setelahnya suami ikut dalam
perkawinan terjadi, yaitu misalnya dengan
kekerabatan istri dan melepaskan kedudukan
adanya hubungan pelamaran yang
adatnya dalam susunan kekerabatan orang
merupakan “rasan sanak” (hubugan anak-
tuannya.
anak,bujang-gadis) dan “rasan tuha”
(hubugan antara orang tua keluarga dari para
E. Perkawinan Menurut Hukum Adat
calon suami istri). Setelah terjadinya ikatan
Manggarai
perkawinan maka timbul hak-hak dan
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

Terjadinya suatu perkawinan saling membahagiakan pria dan


memberikan perubahan status sosial baik wanita (kudut it’a le mose di’as ise
bagi pribadi yang melangsungkan wina rona).
perkawinan maupun keluarga besarnya.
Dalam kehidupan masyarakat adat Secara etimologis kata kawing
Manggarai, dengan adanya perkawinan artinya menikah, dalam masyarakat adat
maka keluarga besar mempelai laki-laki Manggarai mengenal 3 jenis perkawinan
mengemban status sebagai anak wina yaitu :
(penerima perempuan) dan keluarga besar a) Kawing Cangkang
mempelai perempuan menjadi anak rona Kawing cangkang merupaka
(pemmberi perempuan). Selanjutnya status perkawinan yang terjadi antara
anak rona dan abak wina tidak bisa mereka yang sebelum perkawinan ini
ditukarkan satu sama lain, status tersebut tidak memiliki hubungan
akan diwariskan turun temurun. kekerabatan baik berdasarkan
Tujuan dari perkawinan adat hubungan darah maupun hubungan
masyarakat Manggarai yaitu : perkawinan. Perkawinan ini menjadi
a) Untuk mendapat keturunan (kudut pembuka hubungan kekerabatan
beka weki one-beka salang pe’ang). b) Kawing cako
Anak atau keturunan dalam tradisi Kawing cako merupakan perkawian
adat Manggarai merupakan berkat yang terjadi antara para orang tua
yang kelihatan dari yang maha mempelai yang mempunayi
Kuasa, rahmat dan berkat yang hubungan darah biologis ,yaitu
paling nyata bagi pasangan baru. keturunan dari kakak laki-laki
Anak sebagai berkat ini selanjutnya dengan keturunan dari adik laki-laki
menjadi hrapan untuk membangun (kawing cako cama wau) atau antara
dan mengembangkan keturunan keturunan kakak perempuan dengan
baru. keturunan adik perempuan (kawing
b) Perkawinan adat masyarakat cako cama anak wina).
Manggarai juga bertujuan c) Kawing tungku
menambah eratnya jalinan keluarga Kawing tungku merupakan
besar. Melalui perkawinan segala merupakan perkawinan yang dapat
kesalahan , kekhilafan masa lalu menghubungkan dan menguatkan
dalam satu keluarga besar dimaafkan kembali relasi saudara-saudari.
dan mulai berdamai kembali .Hal ini Kawing tungku adalah perkawinan
terlihat nyata dalam perkawinan antara anak saudara dengan anak
antara suku setelah peperangan saudari, baik antara saudara dan
sekian lama atau bercekcok sekian saudari kandung maupun saudara
lama. dan saudari sepupu. Terdapat
c) Perkawinan adat masyarakat beberapa jenis kawing tungku antara
Manggarai juga bertujuan untuk lain :
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

1) Tungku Cu
Tungku cu merupakan
b) Penjelasan Bagan Kerangka Berpikir
perkawinan yang terjadi
antara anak laki-laki dari Perkawinan adalah ikatan lahir batin
saudara dengan anak antara seorang pria dengan seorang wanita
perempuan dari saudara sebagai suami istri dengan tujuan
kandung. membentuk keluarga (rumah tangga) yang
2) Tungku Neteng Nara bahagia dan kekal berdasrkan Ketuhanan
Kawing tungku neteng nara Yang Maha Esa, sebagaimana tertulis dalam
adalah perkawinan antara pasal 1 UU No. 1 tahun 1974 tentang
anak laki-laki dari saudari perkawinan. Dalam melangsungkan
perempuan dengan anak perkawinan tentunya harus memenuhi
perempuan dari saudara syarat-syarat dan ketentuan ,sesuai peraturan
sepupunya. perundang-undangan tertulis terakait
3) Tungku Anak Rona Musi perkawinan yang berlaku di Indonesia.
Tungku anak roan musi Selain dari undang-undang tentang
adalah perkawinan yang perkawinan terdapat juga hukum adat yang
dilakukan dengan keluarga pada setiap daerah memiliki aturan-aturan
kerabat pemberi istri mertua adat yang berbeda-beda.
laki-laki Masyarakat adat Manggarai
memiliki hukum adat sendiri yang juga
F. Kerangka Berpikir mengatur tentang perkawinan menurut
a) Bagan Kerangka Berpikir hukum adat Manggarai. Dalam kehidupan
masyarakat Manggarai ,terdapat yang
Tungku
namanya perkawinan sedarah atau disebut
dengan “Tungku”. Dalam undang-undang
No.1 tahun 1974 tentang perkawinan
Faktor Penyebab Terjadinya
Tungku melarang perkawinan sedarah, namun
terdapat beberapa pasangan dalam
masyarakat adat Manggarai yang
Akibat Hukum melakukan tungku. Hal inilah yang
membuat penulis tertarik untuk meneliti,
faktor-faktor tejadinya perkawinan tungku
dikalangan masyarakat di kabupaten
Hukum Positif di Hukum Adat Manggarai. Tidak hanya pada faktor
Indonesia Manggarai penyebabnya, penulis juga akan mencari
akibat hukum yang terjadi akibat dari
perkawina tungku tersbut, baik dari
Penyelesaian prespektif hukum di Indonesia maupun
hukum adat di Manggarai.
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

ketika mereka dijodohkan tidak adanya


3. HASIL DAN PEMBAHASAN penolakan karena lingkup perkenalan
A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya lawan jenis memang hanya dari lingkup
Perkawinan Sedarah Atau “Tungku’ keluarga maupun lingkungan sekitar
Dikalangan Masyarakat Adat Manggarai tempat mereka tinggal.
4) Agar harta warisan dari orang
Berdasarkan hasil wawancara tua/keluarga tidak terpecah kekeluraga
dengan bapak Lorens Mbombe dan ibu atau garis keturunan lain.
Bibina Ndilu selaku pakar adat Manggarai, 5) Demi menjaga kelestarian budaya
pada tanggal 20 Oktober 2022 mengatakan Manggarai , karena tungku termasuk dari
bahwa : budaya Manggarai itu sendiri.
Ada beberapa faktor penyebab 6) Demi lebih mempererat kembali
terjadinya perkawinan Tungku di hubungan keluarga.
Manggarai, yaitu sebagai berikut :
1) Faktor pertama, yang sering dijadikan
Di luar perhitungan cinta sejati tidak
alasan terjadinya perkawiana tungku
disangkal bahwa, dari berbagai tradisis lisan
yaitu karena dijodohkan oleh orang tua
yang masih terpelihara ditengah masyarakat
dari pihak pria dan wanita.
Mangarai hingga saat ini, ada perkawian
2) Dalam sisitem hirarki masayrakat adat
yang terjadi karena dijodohkan orang tua
Manggarai terdapat yang namanya
dengan alasan sebagai berikut:
gendang/beo. Gendang sendiri
1) Orang Tua menyenangi calon menantu
merupakan rumah adat Manggarai yang
pria (ko’a) karena tampan (atareba di’a),
ditempati oleh tua golo (kampung adat),
pandai dan terampil dalam pekerjaan,
yang berhak menjadi Tua Golo adalah
begitupun sebaliknya calon menantu
anak/ keturunan dari Tua Golo tersebut.
wanita. Bila kedua orang tua (pihak laki-
Demi tetap memepertahankan garis
laki dan perempuan ) sudah saling
keturuan yang sama dari tua golo
bertemu hati maka pada gilirannya
tersebut maka diadakannya perkawinan
mereka menganjurakan ( memaksa)
tungku tersebut.
anak-anaknya untuk segera menikah.
3) Kawin tungku ini dilakukan dipengaruhi
2) Ada perasaan takut dalam diri orang tua
faktor lingkungan. Berdasarkan hasil
jangan sampai anaknya “berdarah
wawancara yang telah dilakukan tua adat
dingin” (dara luba) yang diyakini sulit
disini mengatakan bahwa pada zaman
mendapatkan jodoh
dahulu perempuan di Manggarai sangat
3) Ada orang tua yang kemungkinan
diatur, mereka tidak diperbolehkan
memiliki utang lama yang belum
untuk keluar dari daerah, menempuh
terbayarkan kepadaorang tua pemuda
Pendidikan dan melakukan pekerjaan
yang datang melamar. Persoalaan utang
seperti laki-laki karena dianggap tabuh.
piutang akann diselesaikan dengan
Dari hal inilah maka relasi perempuan
menjodohkan anak gadisnya.
zaman dulu masih sempit, sehingga
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

4) Perkawinan dengan paksaan orang tua conco . Hukum adatnya, bila ayah anak
dapat terjadi juga karena anak gadis telah hasil reba –molas tersebut membawah
mendapat kecelakaan (ngoeng lata, loma seekor kuda untuk mengakui dan rela
lata). Kalau hal ini terjadi maka orang memelihara anak itu , maka anak itu
tua demi menututpmasa lalu diketahui ayahnya walapun tidak
menganjurkan ( memaksa) anak menikahi ibunya .
gadisnya menikah dengan pemuda yang Dalam hasil wawancara pada tanggal
telah mencelakaianya. 14 Oktober 2022 bersama bapak Lorens
Mbombe yang merupakan mantan guru
B. Akibat Hukum Yang Timbul Dari agama dan pakar adat Manggarai di
Perkawinian Sedarah Atau “Tungku” kelurahan Pitak. Beliau menyampaikan
Dalam Prespektif Hukum Adat Yang bahwa dalam perkawianan menurut adat
Berlaku Di Manggarai dan Hukum Positif Manggaarai ,tidak ada aturan khusus
Di Indonesia ataupun sanksi adat bagi pasangan yang
a) Akibat Hukum Yang Timbul Dari melakukan perkawinan Tungku, hal ini
Perkawinian Sedarah Atau “Tungku” Dalam karena dalam adat Manggarai perkawinan
Prespektif Hukum Adat Yang Berlaku Di tungku sangat dianjurkan kerena
Manggarai merupakan budaya masyarakat
Manggarai. Sanksi hanya akan diterapkan
Dalam Hukum adat Manggarai
apabila salah satu dari pasangan tungku
terdapat beberapa aturan-aturan terkait
baik suami maupun istri meminta untuk
perkawinan yang tentunya mempunyai
cerai, maka baik suami atupun istri harus
sanksi ,antara lain :
memabawah Ela Kules/Denda. Salah satu
1) Roko/ wendo
yang menjadi kendala yaitu perkawian
Roko artinya menculik anak gadis orang
tungku tidak dibenarkan oleh Greja .
dan mengantarnya ke kampung si pemuda
Perkawinan tungku tetap bisa
yang meculiknya, rook sendiri tidk
dilaksanakan karena, pada umumnya
melalui prosedur adat pongo. Sanksi yang
pasangan tungku sudah mempunyai anak
harus diterima biasanya pihak laki-laki
sebelum melakukan perkawinan yang sah.
membayar satu kerbau dan satu ekor kuda
Pihak Greja tentunya tidak ingin anak
atau sesuai dengan musyawara kedua bela
telah dilahirkan tersebut menjadi anak
pihak.
yang tidak sah karena kedua orangtuanya
2) Tu’us wa-cangkem eta
belum menikah secara sah menurut aturan
Si pemuda dating dengan iklas melamar
greja dan karena tungku sudah menjadi
gadis pilihannya tanpa sepeserpu uang dan
budaya. Sebelum mendapat persetujuan
seekor hewan untuk belis. Sankinya si istri
Greja para pihak tungku tentunya harus
tidak bisa diantar (podo) ke kampung
membawa surat izin kepada pihak Greja
suaminya.
dan kemudian diserahkan ke Uskup.
3) Reba-molas (selingkuh)
Setelah mendapat surat izin dari uskup
Anak yang dilahirkan dari hubungan reba-
pasangan tungku tersebut dapat
molas disebut “anak cir wua labe agu wua
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

melangsungkan pernikahan ,lima tahun Perkawinan tersebut dapat


setalah pasangan dijodohkan oleh kedua dibatalkan, apabila para para pihak tidak
orang tua baik dari laki-laki maupun pihak memenuhi syarat-syarat untuk
perempuan. melangsungkan perkawinan, seperti tertulis
pada pasal 22 undang-undang perkawinan.
Maka perkawinan yang dilarang adalah
b) Akibat Hukum Yang Timbul Dari perkawinan antara mereka yang satu sama
Perkawinian Sedarah Atau “Tungku” Dalam dengan yang lain bertalian keluarga dalam
Prespektif Hukum Positif Di Indonesia garis ke atas maupun garis ke bawah, baik
Perkawinan sedarah sangat ditentang karena kelahiran yang sah maupun tidak sah
dan dilarang oleh agama maupun hukum Pembatalan Perkawinan karena
positif yang ada di indonesia. Sudah banyak hubungan darah seperti akan menimbulkan
peraturan peraturan yang melarang terjadinya akibat bagi suami istri dan anak yang
perkawinan sedarah. Bahkan, UU No. 1 lahirkan. Kedudukan anak yang dilahirkan
Tahun 1974 Tentang Perkawinan telah dalam perkawinan hubungan sedarah ini
mempertegas adanya larangan perkawinan tidak dapat dipandang sama dalam setiap
sedarah di indonesia yang tertera di Pasal 8 kasus, untuk menuntukan kedudukan anak
Undang Undang Perkawinan. Undang tersebut harus dilihat latar belakang sebab
Perkawinan “ terjadinya perkawinan sedarah tersebut,
1) berhubungan darah dalam garis contohnya jika terjadi perkawinan sedarah
keturunan lurus ke bawah ataupun ke dimana pihak suami maupun istri sama sekali
atas; tidak mengetahui bahwa mereka adalah
2) berhubungan darah dalam garis mempunyai kekerabatan yang dilarang
keturunan menyamping yaitu antara melakukan perkawinan. Maka jika keduanya
saudara, antara seseorang dengan sama-sama tidak mengetahui hubungan
saudara orang tua dan antara seseorang sedarah mereka, maka hukum yang berlaku
dengan saudara neneknya; bagi mereka adalah hilangan beban hukum
3) berhubungan semenda, yaitu mertua, atau tiga kelompok orang yaitu orang yang
anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri; khilaf, orang yang lupa dan orang yang
4) berhubungan susuan, yaitu orang tua dipaksa. Selamanya keduanya tidak
susuan, anak susuan, saudara susuan dan mengetahui sama sekali adanya cacat nikah
bibi/paman susuan; dari aspek larangan perkawinan, maka
5) berhubungan saudara dengan istri atau selama mereka tidak mengetahui cacat
sebagai bibi atau kemenakan dari istri, tersebut, hubungan suami istri yang telah
dalam hal seorang suami beristri lebih berjalan selama ini adalah sah sebagaimana
dari seorang; perkawinan yang legal dan tidak dianggap
6) mempunyai hubungan yang oleh sebagai perbuatan zina. Dengan demikian,
agamanya atau peraturan lain yang maka masalah nasib anak yang dilahirkan
berlaku, dilarang kawin. dari perkawinan hubungan sedarah tersebut
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

mempunyai hak saling mewaris dengan ibu menurut aturan Gereja. Pasangnan yang
dan ayahnya tersebut. melakukan perkawinan tungku dapat
. melangsungkan perkawian yang sah di
4. PENUTUP Gereja, lima tahun setelah pasangan
A. Kesimpulan tersebut dijodohkan oleh kedua orang
Dari paparan yang telah diulas tua baik dari laki-laki maupun pihak
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan perempuan.
sehubungan dengan faktor-faktor penyebab 2) Berdasarkan hasil wawancara beberapa
perkawinan tungku dan akibat hukum yang informan dapat disimpulkan, bahwa
timbul baik menurut hukum adat di perkawinan adat Manggarai, tidak
Manggarai maupun hukum positif di terdapat aturan khusus ataupun sanksi
Indonesia : adat bagi pasangan yang melakukan
1) Berdasarkan keterangan dari informan di perkawinan Tungku, justru perkawinan
atas dapat disimpulkan bahwa faktor tungku sangat dianjurkan karena
penyebab terjadinya perkawinan Tungku merupakan budaya masyarakat adat
yaitu : Pertama terjadinya perkawinan Manggarai. Sanksi hanya akan
tungku yaitu karena dijodohkan oleh diterapkan apabila dalam suatu
orang tua dari pihak pria dan wanita. hubungan perkawinan, baik suami
Kedua, demi tetap mempertahankan maupun istri meminta untuk cerai, maka
garis keturuan dari tua golo (pemimpin baik suami ataupun istri harus
kampung adat) tersebut maka membawah “El’a Kules”(denda).
diadakannya perkawinan tungku. Ketiga, Sedangkan dalam Undang-undang No.1
terjadinya perkawinan Tungku agar harta tahun 1974 tentang Perkawinan,
warisan dari orang tua/keluarga tidak mempertegas adanya larangan
terpecah ke keluraga atau garis perkawinan sedarah sebagaimana tertulis
keturunan lain. Keempat terjadinya pada pasal 8 bahwa perkawinan dilarang
perkawinan Tungku untuk menjaga antara dua orang yang : (1) berhubungan
kelestarian budaya Manggarai ,karena darah dalam garis keturunan lurus
Tungku merupakan budaya Manggarai kebawah ataupun keatas; (2)
itu sendiri. Kelima, terjadinya perkawian berhubungan darah dalam garis
Tungku demi lebih mempererat kembali keturunan menyamping yaitu antara
hubungan keluarga. Perkawinan tungku saudara, antara seorang dengan saudara
tetap bisa dilangsungkan, karena pada orang tua dan antara saudara dengan
umumnya pasangan yang melakukan saudara neneknya; (3) berhubungan
Tungku sudah mempunyai anak sebelum semenda yaitu, mertua, anak tiri,
melangsungkan perkawinan yang sah. menantu dan ibu/bapak tiri; (4)
Pihak Gereja tentunya tidak ingin anak berhubungan susuan, yaitu orang tua
yang dilahirkan tersebut menjadi anak susuan, anak susuan, saudara susuan dan
yang tidak sah karena kedua orang bibi/paman susuan; (5) berhubungan
tuanya belum menikah secara sah saudara denagn istri atau sebagai bibi
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

atau kemenakan dari istri, dalam hal 5. DAFTAR PUSTAKA


seorang suami beristri lebih dari seorang;
(7) mempunyai hubungan yang oleh Buku
agamanya atau peraturan lain yang
berlaku dilarang kawin. Perkawinan Abdul Syukur al-Azizi, Sakinah Mawaddah
sedarah dapat dibatalkan apabila para Wa Rohmah, Diva Press, Yogyakarta,
pihak tidak memenuhi syarat-syarat 2017
untuk melangsungka perkawinan, seperti Abdulrahman , SH: Hukum Adat Menurut
yang tertulis pada pasal 22 . Maka Perundang-undanga Republik
perkawinan yang dialarang adalah Indonesia, Cendana Press, 1984
perkawinan anatar mereka yang satu
sama dengan yang lain bertalian Darmabrata, Wahyono. Tinjauan Undang-
keluarga dalam garis keatas maupun undang No. 1974 Tentang
kebawah, baik karena kelahiran yang sah Perkawinan Beserta Undang-undang
maupun tidak sah. dan Peraturan Pelaksanaannya .
Jakarta: Gitama Jaya, 2003.
B. Saran
1) Agar masyarakat lebih memahami Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum
hukum adat di Manggarai khususnya Perkawinan Indonesia menurut:
terkait perkawinan. Perundangan,Hukum Adat,Hukum
2) Agar masyarakat dapat lebih memahami Agama,CV.Mandar Maju,Bandung
akibat hukum yang timbul dari
perkawinan sedarah atau Tungku , baik Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan
dari prespektif hukum adat Manggarai Indonesia Menurut Perundangan,
maupun hukum positif yang berlaku di Hukum Adat, Agama, 1990, Bandung
Indonesia ,khususnya Undang-undang J.D. Crichton, Perayaan Sakramen
No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Perkawinan (Yogyakarta: Kanisius,
3) Bagi peneliti selanjutnya, hasil 1990).
penelitian ini bisa digunakan sebagai
bahan perbandingan dan referensi untuk Jamaluddin dan Nanda Amalia. 2016. Buku
penelitian, dan sebagai bahan Ajar Hukum Perkawinan,
pertimbangan untuk lebih memperdalam Lhokseumawe. Unimal Press.
penelitian selanjutnya berkaitan dengan Janggur Petrus,Butir-butir
perkawinan sedarah atau Tungku di Adat Manggarai Yayasan Siri
Manggarai. Bongkok,Ruteng,2010

Jarbi mukti, Pernikahan Menurut hukum


Islam,Penidas Volume 1 Nomor 1
2019

K. Sudarsana, Upacara Perkawinan


:Prespektif Pendidikan Agama
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

Hindu,(Denpasar: Institut Hindu Warjiyati,Sri, Ilmu Hukum Adat ,Penerbitan


Dharma Negeri Denpasar) CV Budi Utama,2020,Yogyakarta

Libertus Jehani, perkawinan: apa resiko


hukumnya ?, Jakarta: praninta Offset,
Jurnal
2008
Lapak Maria Muda Mai Meria . Eksistensi
Lon, S. Yohanes. Perkawinan Tungku Cu
Budaya Kawin Tungku Di Kalangan
(Cross-Cousin Marriage) Di
Pemuda Manggarai Kecamatan Cibal
Manggarai: Antara Adat Dan Agama.
Nusa Tenggara Timur. e-journal
volume 7, nomor 1 Tahun 2020.
Pendidikan Sosiologi.2021.
Rasyidi Utang, Pengantar Hukum Indonesia,
Lon,Yohanes.Perkawinan Tungku Cu
CV.Pustaka Setia, Bandung,2022
(Cross-Cousin Marriage)di
Santoso.Hakekat Perkawinan Menurut Manggarai Antara Adat dan Agama.
Undang-Undang Perkawinan, Hukum Fakultas Syariah dan Hukum
Islam Dan Hukum Adat. Dalam Universitas Islam Negeri (UIN)
Jurnal Yudisia, Vol. 7, No. 2 Tahun Syarif Hidayatullah
2016. Jakarta,2020.Jakarta
Soepomo, Kedududkan Hukum Adat di
Kemudian Hari, Pustaka Rayat,
Artikel Web
Jakarta
https://www.hukumonline.com/klinik/a/dam
Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif,
pak-perkawinan-inses-terhadap-
dan Akhmad Budi Cahyono. Hukum
status-istri-dan-anak
Perdata (Suatu Pengantar). Jakarta:
CV. Gitama Jaya, 2005. Teresa,Edid.(2019 Juli ), Kawing
Tungku.Tabeite.diakses pada 6 Juni
Sudarsono, Hukum perkawinan nasional,
2022) melalui
Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
https://tabeite.com/kawing-tungku/
Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-
asas Hukum Adat, Gunung Agung,
Jakarta, 1982. Sumber Lain
Van Vallenhoven, Orientasi Dalam Hukum Faran, Gabriel Adirusman. Dilematika
Adat Indonesia, Jambatan, Jakarta, Antara Perkawinan Tungku Dengan
1983, Aturan Perkawinan Katolik Roma Di
Manggarai. Fakultas Ilmu Sosial dan
Wahyu Ermaningsih & putu Samawati, 2006,
Ilmu Politik Universitas Udayana.
Hukum Perkawinan Indonesia,
2017.
Penerbit Rambang,
[GREGORY YEFTA JANGGUR] Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Maret 2023

Ritna Makdalena M. Arunde Tinjauan


Yuridis Tentang Perkawinan Sedarah
Menurut Uu Nomor 1 Tahun 19741
Lex Privatum Vol. Vi/No.
2/April/2018 102

Anda mungkin juga menyukai