Anda di halaman 1dari 16

Perbandingan Penerapan Hukum Waris Terhadap Anak Luar Kawin

Menurut Hukum Perdata di Indonesia dan Menurut Civil Act (Act No.
471 of February 22, 1958, As Mended Up to Act No. 11728 of April 5,
2013) di Korea Selatan

Nisrina Nadhifa Husna


(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti)
(Email: nisrinahusna@yahoo.com)

Wahyuni Retno Wulandari


(Dosen Fakultas Hukum Trisakti)
(Email: wahyuni.r@trisakti.ac.id)

Abstrak
Penelitian ini difokuskan pada perbandingan pewarisan terhadap anak luar kawin
di Indonesia dan di Korea Selatan, pokok permasalahannya yaitu (1) Bagaimana
persamaan dan perbedaan pengaturan harta warisan terhadap anak luar kawin di
Indonesia dan Korea Selatan, (2) Bagaimana penerapan pembagian harta warisan
terhadap anak luar kawin di Indonesia dan di Korea Selatan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah normatif. Sedangkan sifat penelitiannya adalah deskriptif
dan penarikan kesimpulannya secara deduktif. Hasil penelitian Indonesia dengan
Korea Selatan, sistem hukumnya adalah sama yaitu Civil Law, pengaturan pembagian
waris secara umum adalah sama, yaitu harus adanya pengakuan dari ayahnya. Dasar
hukumnya Pasal 272 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Article 855 of the
Korean Civil Code. Penerapan bagian harta waris untuk anak luar kawin lebih
menguntungkan di Korea Selatan karena bagiannya sama dengan bagian anak sah dan
lebih terjamin status anak luar kawin karena karena terdaftarkan di lembaga Family
Relations Register.
Kata kunci: Perbandingan Hukum Waris, Waris Anak Luar Kawin

1
2
I. PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di era modern
seperti sekarang ini memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi
kehidupan sosial. Dan salah satu hal yang dapat diberikan dari kemajuan
teknologi adalah setiap individu dapat melakukan perbuatan hukum tanpa
ruang dan batas. Dengan hal ini seseorang dapat menuntut ilmu, mempelajari
budaya-budaya baru, menjalankan bisnis, bekerja, dan menikah dengan orang-
orang dibelahan negara lainnya.
Adanya hubungan internasional yang terjadi ini dapat mengkaji suatu
perbandingan hukum untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
bagaimana aturan yang terdapat dalam setiap budaya-budaya dari negara lain.
Melakukan perbandingan hukum juga merupakan suatu hal yang menarik dan
bermanfaat untuk mempelajari persamaan dan perbedaan antara sistem-sistem
hukum yang diperbandingkan agar menghindari kesalahpahaman antar negara.
Sebelum membahas lebih lanjut maka perlu diketahui dahulu mengenai
perbandingan hukum. Menurut Michael Bogdan perbandingan hukum
mencakup membandingkan sistem-sistem hukum yang berbeda-beda dengan
tujuan menegaskan persamaan dan perbedaan masing-masing, bekerja dengan
menggunakan persamaan dan perbedaan yang telah ditegaskan itu misalnya
menjelaskan asal-usulnya, mengevaluasi solusi-solusi yang dipergunakan
dalam sistem-sistem hukum yang berbeda, mengelompokkan sistem-sistem
hukum menjadi keluarga-keluarga hukum, atau mencari kesamaan inti dalam
sistem-sistem hukum tersebut dan menguraikan dengan tugas-tugas ini,
termasuk masalah-masalah metodologis yang terkait dengan studi hukum luar
negeri.1

1
Michael Bogdan, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, (Bandung: Penerbit Nusa Madia,
2010), hal. 4.

3
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perbandingan hukum berperan
penting dalam fenomena globat saat ini yaitu salah satunya adalah perkawinan
campuran beda negara, hal yang akan diangkat dalam skripsi ini peneliti
tertarik untuk mengangkat hak waris anak luar kawin di Indonesia dengan
Korea Selatan. Mengingat masuknya budaya Korea Selatan yang mulai masuk
ke Indonesia sehingga tidak dapat dihindari pula adanya hubungan sosial antara
warga Negara Indonesia dengan warga Negara Korea Selatan. Mengingat
Negara Indonesia dan Negara Korea Selatan sama-sama menganut sistem
hukum Civil Law yang mana walaupun sistem hukumnya sama tentunya akan
ada kemungkinan dalam perbedaan pengaturan sistem hukumnya terutama
dalam pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian tentang “Analisis Perbandingan Penerapan Hukum Waris Terhadap
Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata di Indonesia dan Menurut Civil Act
(Act No. 471 of February 22, 1958, As Mended Up to Act No. 11728 of April 5,
2013) di Korea Selatan”merupakan penelitian yang normatif, dengan melakukan
perbandingan hukum terhadap pengaturan dan akibat hukum terhadap objek
yang akan di analisis adalah aturan-aturan hukum yang ada di dalam undang-
undang atau peraturan yang berlaku di Indonesia maupun di Korea Selatan yang
berkaitan dengan pewarisan terhadap anak luar kawin di Indonesia dan di Korea
Selatan.
Berdasarkan sifatnya metode yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
adalah bersifat deskriptif2 yang bertujuan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin dan menggambarkan perbandingan hukum waris perdata di Indonesia
dan hukum waris perdata di Korea Selatan.

2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986),
hal. 52.

4
Data yang diperoleh untuk membahas masalah yang bersangkutan dengan
penulisan skripsi ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data
yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini
melalui studi kepustakaan, yang terdiri atas:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang dimaksud adalah bahan-bahan yang mengikat3
berupa peraturan perundang-undangan yang meliputi:
1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
3) Putusan Pengadilan No. 533/PDT.G/2010/PN.MDN,
4) Civil Act (Act No. 471 of February 22, 1958, As Mended Up to Act No.
11728 of April 5, 2013),
5) Act On The Registration, etc. Of Family Relationships.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer4 seperti, rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil
karya dari kalangan hukum, jurnal.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.5 Bahan hukum tersier
yang digunakan dalam penelitian adalah seperti kamus Bahasa Indonesia dan
internet.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah melalui studi kepustakaan yaitu membaca dan mempelajari berbagai
macam buku ilmiah dan peraturan perundang-undangan serta dengan data-data
yang diakses melalui internet yang terkait dengan skripsi ini.

3
Ibid, hal. 52.
4
Ibid, hal. 52.
5
Ibid, hal. 52.

5
Data hasil penelitian ini yang diperoleh akan disusun secara sistematis dan
disajikan serta diolah secara kualitatif6 dengan suatu tata cara penelitian yang
menghasilkan data desktiptif-analitis dengan kejadian yang telah ada. Penelitian
ini dilakukan dengan dilakukan analisis terhadap Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata di Indonesia dan Civil Act (Act No. 471 of February 22, 1958, as
mended up to Act No. 11728 of April 5, 2013) di Korea Selatansebagai bahan
hukum primer, beberapa buku-buku serta literatur tentang perbandingan hukum
dan hukum waris yang terkait sebagai bahan hukum sekunder, dan penggunaan
kamus juga penelusuran internet sebagai bahan hukum tersier.

III. PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka Tentang Pewarisan Terhadap Anak Luar Kawin
Menurut Hukum Perdata di Indonesia
1. Pengertian Hukum Waris Perdata di Indonesia
Pengertian hukum waris dalam Pasal 830 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yakni “Pewarisan hanya berlangsung karena kematian”.
Mengenai hukum waris perdata yang dimaksud adalah sebagaimana
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menganut
sistem individual, dimana harta peninggalan pewaris yang telah wafat
diadakan pembagiannya.
2. Unsur-Unsur Hukum Waris
Dalam hukum waris, pewarisan baru akan terjadi jika terpenuhi 3 (tiga) hal
unsur-unsur pewarisan sebegai berikut:
a. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia yang meninggalkan
harta warisannya kepada ahli warisnya;
b. Ahli waris, yakni orang yang berhak untuk menguasai atau
menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan
kekerabatan atau ikatan pernikahan, atau hal lainnya;

6
Ibid, hal. 250.

6
c. Harta warisan, yakni segala jenis benda atau kepemilikan yang
ditinggalkan pewaris dan segala hak dan kewajiban pewaris yang
beralih kepada ahli warisnya.
Terdapat 2 (dua) cara pewarisan yang terjadi menurut undang-undang, yaitu:
1) Pewarisan berdasarkan kedudukannya sendiri (uit eigen hoofde)
Mewaris berdasarkan kedudukannya sendiri disebut juga dengan ahli
waris yang dalam susunan keluarga pewaris mempunyai hak yang
diberikan untuk mewaris berdasarkan haknya atau kedudukannya sendiri
dan bukan untuk menggantikan ahli waris yang lain.
Terdapat 4 (empat) golongan yang berhak untuk menerima warisan,
yaitu:
a) Golongan I, terdapat keluarga dalam garis lurus kebawah meliputi
suami atau istri yang hidup terlama dan anak-anak beserta
keturunannya.
b) Golongan II, terdapat keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi
orang tua (ayah dan ibu), beserta saudara kndung maupun saudara tiri
dan keturunannya.
c) Golongan III, terdapat keluarga dalam garis lurus ke atas meliputi
bapak dan ibu (kakek dan nenek), baik dari pihak ayah maupun pihak
ibu.
d) Golongan IV, terdapat kleuarha dalam garis lurus ke samping sampai
derajat keenam yaitu paman, bibi, besarta keturunannya sampai
derajat keenam dari pihak ayah maupun ibu.
2) Pewarisan berdasarkan penggantian (bij plaatsvervulling)
Hak seorang ahli waris yang diberikan kepada seorang ahli waris
lainnya untuk menggantikan hak-hak dari ahli waris yang telah
meninggal lebih dahulu. Mewaris Menurut Ketentuan Surat Wasiat atau
Testament.

7
Surat wasiat atau testament adalah suatu pernyataan tentang apa yang
dikehendaki setelah ia meninggal dunia. Hal ini terdapat dalam Pasal
875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3) Bagian Mutlak (Legitieme Portie)
Legitieme Portie adalah bagian harta tertentu dari harta peninggalan
dari pewaris yang harus diberikan kepada ahli waris yang dalam hal ini
disebut legitimaris, berada dalam garis lurus keatas maupun kebawah
yang sudah diatu dalam Undang-Undang Hukum Perdata, sehingga istri
atau suami, saudara-saudara (paman atau bibi) tidak berhak atas
legitieme portie tersebut.
4) Bagian warisan anak luar kawin menurut hukum perdata di Indonesia
Dalam hokum perdata anak luar kawin dibagi dalam dua pengertian,
anak tidak sah atau anak luar kawin merupakan pengertian dalam arti
sempit sedangkan anak zinah dan anak sumbang termasuk dalam
pengertian arti luas. Dalam hal ini menurut Pasal 272 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata anak luar kawin yang dapat diakui dan
disahkan adalah anak luar kawin dalam arti sempit. Pengertian anak
luar kawin sendiri adalah anak yang dibenihkan dari hubungan antara
seorang anak laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak terikat
dalam sebuah pernikahan yang sah. Apabila anak luar kawin tersebut
lahir maka ia hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibu dan
keluarga ibu biologisnya saha, tetapi jika ayahnya mau mengakui anak
luar kawin tersebut maka anak luar kawin tersebut akan memperoleh
hubungan keperdataan juga dengan ayahnya.
Dan dalam pewarisan terhadap anak luar kawin, dasar pengaturan warisan
terhadap anak luar kawin terdapat dalam Pasal 863-866 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, yaitu:

8
a. Anak luar kawin mewaris bersama dengan golongan I, bersama dengan
pasangan yang hidup terlama dan anak sah beserta keturunannya anak luar
kawin berhak mewaris 1/3 bagian apabila ia telah diakui sah.
b. Anak luar kawin mewaris bersama golongan II, bersama dengan golongan
kedua anak luar kawin mewaris bersama ayah, ibu, beserta saudara dan
keturunan-keturunannya, besar warisannya 1/2 bagian apabila ia diakui sah.
c. Anak luar kawin mewaris bersama golongan III, bagiannya sama dengan
mewaris bersama golongan kedua apabila anak luar kawin diakui sah.
d. Anak luar kawin mewaris bersama golongan IV, mewaris bersama dengan
golongan empat anak luar kawin berhak menerima 3/4 bagian dari harta
yang ditinggalkan.

Putusan Mahkamah Agung dengan Putusan Nomor: 46/PUU-VIII/2010


memberi perubahan pada erkembangan hukum saat ini terkait dengan status
hukum anak luar kawin. Menurutnya Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan “anak yang dilahirkan di
luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya.” Hal ini dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang mana menghilangkan hubungan
perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta alat bukti lain menurut hukum yang dapat membuktikan
bahwa anak tersebut mempunyai hubungan darah dengan ayahnya.
Lalu Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang
Perkawinan dianggap tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, sehingga ayat
tersebut harus dibaca:
“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan dengan ibunya dan keluarga ibunya
serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain yang menurut hukum

9
mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga
ayahnya.”
Dengan demikian maka anak luar kawin di samping mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya, juga mempunyai hubungan perdata
dan hubungan darah dengan laki-laki sebagai ayahnya dan Putusan Mahakmah
Konstitusi tersebut diisyaratkan harus dapat dibuktikan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lainnya menurut hukum.7

B. Kajian Pustaka Tetntang Pewarisan Terhadap Anak Luar Kawin


Menurut Hukum Perdata di Korea Selatan
1. Pengertian Hukum Waris Perdata di Korea Selatan
Pewarisan di Korea Selatan terjadi ketika seseorang meninggal dunia, hal
ini terdapat dalam Article 997 of the Korean Civil Act. Hukum waris di
Korea Selatan mengatur siapa yang akan menjadi pewaris dan penerima
harta warisan milik orang yang sudah meninggal tersebut. Namun, hal ini
tidak selalu berarti bahwa pewaris harus memberikan semua miliknya
kepada ahli warisnya. Ada aturan dan batasan tentang pembagian harta
warisan di Korea Selatan.8
2. Unsur-Unsur Hukum Waris
a. Pewaris, menurut Article 997 of the Korean Civil Act adalah orang yang
meninggal dunia dan meninggalkan harta warisannya kepada ahli waris
yang telah di tentukan oleh undang-undang, siapa yang berhak
menerima harta warisan dari pewaris tersebut.
b. Ahli waris menurut Hukum Perdata di Korea Selatan dibagi dalam 2
(dua) cara menurut Article 1000 of the Korean Civil Act, yaitu:
1) Garis keturunan jika terdapat pasangan hidup terlama

7
Dr. J. Andy Hartanto, Hukum Waris, kedudukan dan Hak Waris Anak Luar kawin menurut
“Burgerlijk Wetboek” Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, (Surabaya: LaksBang, 2015), hal.79.
8 “Introduction to the Korean Inheritance Law” (On-line), tersedia di:

https://askkorealaw.com/2015/02/04/inheritance/ (23 September 2018).

10
a) Pasangan hidup terlama bersama garis keturunan baik
perempuan maupun laki-laki;
b) Pasangan hidup terlama bersama garis keturunan ke atas bersama
ayah dan ibu;
c) Saudara kandung, baik kakak atau adik perempuan ataupun laki-
laki;
d) Saudara dalam derajat keempat, paman dan sepupu.9
2) Garis keturunan jika terdapat pasangan hidup terlama
a) Pasangan hidup terlama bersama garis keturunan baik
perempuan maupun laki-laki;
b) Pasangan hidup terlama bersama garis keturunan ke atas
bersama ayah dan ibu;
c) Saudara kandung, baik kakak atau adik perempuan ataupun
laki-laki;
d) Saudara dalam derajat keempat, paman dan sepupu.10
3) Harta Warisan, yaitu properti yang ditinggalkan pewaris atau hadiah
dari surat wasiat yang ditinggalkan oleh pewaris yang telah diatur
dan tunduk pada undang-undang yang berlaku. Properti yang dapat
diberikan adalah yang dimiliki saat semasa hidup pewaris. Tidak
ada batasan dalam kepemilikan properti bagi suami atau istri yang
hidup terlama, baik secara masing-masing atau bersama-sama,
menjual, memberi, atau melepaskan bagiannya bersama-sama
dengan ahli waris lainnya. Tidak ada batasan usia ahli waris bagi
seorang anak di Korea Selatan untuk mewarisi properti, namun jika

9
“Inheritance and Will” (On-line), tersedia di: http://down.mofa.go.kr/us-losangeles-
ko/brd/m_4388/down.do?brd_id=13219&seq=1187102&data_tp=A&file_seq=2(20 September
2018).
10
“Inheritance and Will” (On-line), tersedia di: http://down.mofa.go.kr/us-losangeles-
ko/brd/m_4388/down.do?brd_id=13219&seq=1187102&data_tp=A&file_seq=2(20 September
2018).

11
property tersebut di daftarkan atau dijual maka anak tersebut harus
diwakili oleh seorang wali yang ditunjuk dalam surat wasiat, atau
orang yang memilki kehubungan kekerabatan dengan anak tersebut
atau wali yang dapat ditunjuk oleh Pengadilan.11

3. Cara Mewaris Menurut Hukum Perdata di Korea Selatan


Dasar hukum seorang ahli waris mewarisi sejumlah harta pewaris
menurut sistem Hukum Perdata di Korea Selatan ada dua cara, yaitu:
a. Mewaris menurut Undang-Undang
Dalam perkembangan zaman saat ini, Undang-undang Hukum
Perdata di Korea Selatan, kini tidak lagi membedakan ahli waris laki-
laki maupun perempuan. Terdapat 4 (empat) golongan yang berhak
untuk menerima warisan menurut Article 1112 of the Korean Civil
Code, yaitu:
1) Golongan I,garis keturunan kebawah yaitu anak-anak dan cucu,
yang mana mendapat 1/2 harta warisan yang ditetapkan oleh
hukum.
2) Golongan II, dalam hal ini untuk pasangan hidup terlama memiliki
kedudukan khusus, ia berhak mendapat 1/2 bagian harta warisan
yang ditetapkan oleh hukum. Dalam hal ini istri mendapatkan hak
istimewa, apabila dalam pernikahannya tidak terdapat anak, dan
saudara, maka istri berhak memiliki seluruh harta warisan si
pewaris. Namun lain halnya jika pasangan hidup terlama itu
menjadi pewaris bersama dengan ahli waris lainnya, menurut

11
“Inheritance Tax and Law” (On-line), https://www.globalpropertyguide.com/Asia/South-
Korea/Inheritance(18 Januari 2019).

12
aturan wasita Korea Selatan, pasangan tersebut akan memiliki
50% lebih banyak dari ahli waris lainnya.12
3) Golongan III,untuk garis keturunan ke atas yaitu orang tua (kakek,
nenek) mendapatkan 1/3 bagian dari harta si pewaris yang
ditetapkan oleh hukum.
4) Golongan IV, saudara mendapatkan 1/3 bagian dari harta si
pewaris yang ditetapkan oleh hukum.
b. Mewaris dengan Surat Wasiat atau Testament
Mewaris dengan surat wasiat atau testament menurut Article
1065 – 1071 of the Korean Civil Code dibagi menjadi 5 (lima)
bentuk surat wasiat sebagai berikut:
1) Dokumen holograf, pewaris harus menulis dengan tulisan
tangannya sendiri disertai tanggal, domisili, nama lengkapnya,
dan stempel miliknya.
2) Rekaman suara, pewaris harus secara lisan menyatakan isi surat
wasiat, nama lengkapnya, dan tanggal, juga saksi yang
disebutkan secara lisan.
3) Dokumen notaris, pewaris harus secara lisan menyatakan isi
kehendaknya di hadapan notaris, dan di hadapan dua saksi,
notaris juga harus menulis surat wasiat tersebut dengan diberi
tanda tangan atau nama pewaris dan saksi juga diserta stempel
milik mereka.
4) Dokumen rahasia, pewaris harus menutup dokumen yang
membuat nama lengkap dan memberikan stempel milik
pewaris, setelah itu dokumen tersebut sebelum disegel harus
dilakukan di hadapan minimal 2 (dua) saksi yang menyatakan
bahwa itu adalah dokumen wasiat milik pewaris yang diberikan

12
“Introduction to the Korean Inheritance Law” (On-line),
https://askkorealaw.com/2015/02/04/inheritance/(20 September 2018).

13
tanda tangan dan stempel dari para saksi. Dokumen tersebut
harus diserahkan kepada notaris atau panitera pengadilan dalam
waktu lima hari sejak tanggal pembuatan dokumen.
5) Perintah, dalam hal ini dilakukan dengan secara lisan
dikarenakan pewaris dalam keadaan sakit di hadapan para saksi
yang mana harus menuliskan isi pernyataan surat wasiat
tersebut dengan tanda tangan mereka dan disegel.

4. Bagian Warisan Anak Luar Kawin Menurut Hukum Perdata di Korea


Selatan
Anak luar kawin menurut Article 855 of the Korean Civil Code, adalah
anak yang lahir di luar nikah yang dapat memiilki hubungan dengan ayah
atau ibu kandungnya apabila pernikahan mereka telah terjadi, dan apabila
perkawinan orang tuanya tersebut telah terjadi maka anak luar kawin
tersebut akan di anggap sebagai anak sah dalam perkawinan tersebut.
Namun, apabila perkawinan orang tuanya tersebut batal, maka anak
tersebut akan dianggap sebagai anak yang lahir diluar nikah. Bagian
warisan anak luar kawin menurut Hukum Perdata di Korea Selatan
sendiripun mengikuti bagiannya adalah sama dengan anak sah yaitu 1/2
bagian harta peninggalan jika anak luar kawin tersebut telah diakui sah
oleh orang tuanya.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persamaan Pengaturan Pembagian Harta Waris Anak Luar Kawin
Dalam hal ini didapatkan 3 (tiga) persamaan, yaitu di Negara
Indonesia dan di Korea Selatan sama-sama menganut sistem hukum
Civil Law. Kemudian pada kedua negara memiliki pengaturan dalam
perundang-undangan yang sama mengenai pengertian anak luar kawin

14
dan perolehan bagiannya. Di Indonesia sendiri hal tersebut dibuktikan
dalam Pasal 272 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan di Korea
Selatan terdapat dalam Article 855 of the Korean Civil Code. Anak
luar kawin di kedua negara ini harus pula di akui oleh ayahnya untuk
memperoleh status hukum di negara masing-masing.
2. Anak luar kawin di Korea Selatan lebih mudah mendapatkan kepastian
hukum dan terjamin karena bagian warisannya lebih menguntungkan,
yaitu bagiannya sama dengan anak sah apabila anak luar kawin
tersebut telah di akui sah oleh ayahnya maupun Putusan Pengadilan.
Setelah anak luar kawin tersebut telah ditetapkan sebagai anak sah dari
orang tuanya tersebut maka ia akan terdaftar dalam Family Relations
Register, dan ia akan terdaftar menjadi ahli waris yang sah dari
keluarga tersebut.

B. Saran
Pengaturan pengakuan anak luar kawin di Indonesia dan di Korea Selatan
sama-sama memerlukan adanya pengakuan dari ayahnya supaya mendapatkan
status hukum yang pasti, dengan hal ini ada baiknya anak luar kawin di
Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dari ayahnya maupun putusan
Pengadilan, terdaftar dalam sebuah lembaga sebagaimana di Korea Selatan
terdapat lembaga Family Relations Register agar kepastian pengakuan anak
dapat terjamin dalam memperoleh hak-haknya. Selain itu sebaiknya dalam
pembagian harta warisan terhadap anak luar kawin di Indonesia mengikuti
bagian warisan anak luar kawin di Korea Selatan yang mana haknya adalah
sama dengan bagian warisan terhadap anak sah. Pada dasarnya anak luar kawin
tidak dapat disalahkan karena orang tua dari anak luar kawin tersebutlah yang
patut disalahkan karena perbuatannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Dr. J. Andy Hartanto, 2015, Hukum Waris, kedudukan dan Hak Waris Anak Luar
kawin menurut “Burgerlijk Wetboek” Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi,
LaksBang, Surabaya
Michael Bogdan, 2010, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Penerbit Nusa
Madia, Bandung
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta

INTERNET
https://askkorealaw.com/2015/02/04/inheritance/
https://down.mofa.go.kr/us-losangeles-
ko/brd/m_4388/down.do?brd_id=13219&seq=1187102&data_tp=A&file_seq=2
http://down.mofa.go.kr/us-losangeles-
ko/brd/m_4388/down.do?brd_id=13219&seq=1187102&data_tp=A&file_seq=2
https://www.globalpropertyguide.com/Asia/South-Korea/Inheritance
https://askkorealaw.com/2015/02/04/inheritance/

16

Anda mungkin juga menyukai