Anda di halaman 1dari 4

SANKSI PIDANA BAGI PELAKU OBSTRUCTION OF

JUSTICE
Arisan
Dosen Pembimbing : pakih, S.H.
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Pancasakti Tegal
Dewibocil@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan digitilalisasi semakin hari semakin meningkat, meningkatnya


penggunaan digitalasisasi ini berkaitan dengan adanya kebutuhan lifestyle
masyarakat serta mudahnya akses informasi yang masuk dengan adanya sosial
media. Dalam penggunaanya sosial media dapat digunakan oleh semua kalangan
diantaranya anak-anak dan dewasa, mudahnya penggunaan sosial media ini
mengakibatkan dampak yang signifikan. Pasal 27 ayat (3) UU No.11 tahun 2008
tentang ITE. Pengertian dan unsur-unsur dari pencemaran nama baik diambil dari
Pasal-Pasal yang tercantum dalam KUHP atau Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana karena dalam peraturan tersebut tidak diberikan pengertian dari
pencemaran nama baik Di dalam KUHP telah dijelaskan bahwa tindakan
pencemaran nama baik diatur mulai dari Pasal 310 sampai dengan Pasal 321, pada
pengenaan pencemaran nama baik dilakukan pada platform baik yaitu, whatsapp,
Instagram , facebook, Tiktok.
Jenis metode yang digunakan penulis yaitu menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) yakni suatu metode yang digunakan dengan jalan
mempelajari buku literatur, perundang-undangan, dan bahan-bahan tertulis
lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukan tentang perbandingan unsur-unsur dan bentuk
dapat di pidananya penghinaan dan pencemaran nama baik dalam hukum
pidana.Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan masiswa, akademisi, dan semua pihak yang membutuhkan terutama
dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.
Kata Kunci : Pencemaran nama baik, Penghinaan, Hukum Pidana
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara hukum hal tersebut termaktub didalam
Penjelasan UUD 1945, yang dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3),
Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum
itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan
dengan menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi
dan sosial yang tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan
kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (Law
Making ) dan ditegakkan (Law Enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai
dengan konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya Untuk
menjamin tegaknya konstitusi itu sebagai hukum dasar yang berkedudukan
tertinggi (The Supreme Law of The Land) dibentuk pula sebuah mahkamah
Konstitusi yang berfungsi sebagai The Guardian dan sekaligus The Ultimate
Interpreter of The Constitution.1
Dalam teori kenegaraan Indonesia, Pancasila merupakan cita hukum
(rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara baik hukum dasar yang tertulis
(UUD 1945) maupun yang tidak tertulis. Pancasila juga merupakan kaidah pokok
fundamental negara, sehingga merupakan sumber hukum bagi seluruh tata hukum
yang berlaku. Bersumber pada Pancasila, bearti materi muatan setiap ketentuan
hukum di negara Indonesia tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila.
Di negara barat kita men genal asas legalitas atau pemerintahan berdasar undang-
undang. Unsur negara hukum negara barat ini ternyata mengandung kelemahan,
yaitu menghambat kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah karena terikat pada
undang-undang yang memakan waktu lama dalam proses pembuatannya. Oleh
karena itu dalam sistem konstitusi, UUD 1945 hanya mengatur hal-hal yang
pokok saja. Untuk pengaturan lebih lanjut dilaksanakan dengan ketentuan hukum
yang lebih mudah proses pembuatannya sehingga mampu mengikuti
perkembangan masyarakat. Dalam UUD 1945 (sebelum amandemen) dapat kita
1
Sayid Anshar,”Konsep Negara Hukum dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal SOUMATERA LAW
REVIEW, Volume 2, Nomor 2, 2019, hlm. 236

1
jumpai sejumlah ketentuan yang mengatur masalah susunan dan kedudukan
pemerintah, hak dan kewaj iban pemerintah dan pengawasan terhadap
pemerintah2

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana perbandingan unsur-unsur dan bentuk dapat
di pidananya penghinaan dan pencemaran nama baik dalam hukum pidana

C. METODOLOGI
Dalam menyusun tulisan ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan (Library Research) yakni suatu metode yang digunakan dengan
jalan mempelajari buku literatur, perundang-undangan, dan bahan-bahan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan materi pembahasan yang penulis
gunakan untuk menyusun tulisan ini.

D. PEMBAHASAN
Perbandingan Unsur-Unsur dan Bentuk Dapat Di Pidananya
Penghinaan Dan Pencemaran Nama Baik Dalam Hukum Pidana

2
Maleha Soemarsono, “Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan Negara”, Jurnal
Hukum dan Pembangunan, Volume 37, Nomor 2, April, 2007, hlm. 317

2
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Jurnal :

Website

Anda mungkin juga menyukai