Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH UMUM

PANCASILA

EKSISTENSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DI TENGAH


PERKEMBANGAN RADIKALISME DI INDONESIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

1. Saskina Widyarti (B011211105)


2. Naufal Ahmed Putra Arifin (B011211114)
3. Zhafira Saliana Lativa (B011211116)
4. Margareth Trisania T (B011211118)
5. Angellita Maspaitella (B011211120)
6. Andi Agung Pratama (B011211145)

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan YME yang telah memberikan
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Ekistensi Pancasila sebagai Ideologi Negara di tengah
Perkembangan Radikalisme di Indonesia” yang disusun untuk menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah Pancasila.

Terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada Ibu Andi Ilmi Utami Irwan,
S. Ip., M. Si. selaku dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini
serta membimbing kami dalam proses pembelajaran. Terima kasih juga kami
haturkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan
kami dalam menimba ilmu

Makalah ini telah kami susun dengan baik dan saksama berdasarkan hasil
pencarian materi yang kami lakukan bersama. Makalah ini berisi perihal konsep
pancasila sebagai ideologi dan ekistensinya ditengah perkembangan radikalisme di
Indonesia

Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami dan pembaca
dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan sesuai. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi
materi maupun tata bahasa, maka dari itu diperlukan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.

Makassar, 19 April 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I.................................................................................................................................2

PENDAHULUAN .............................................................................................................2
A. Latar Belakang .......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................4

BAB II ...............................................................................................................................5

PEMBAHASAN ................................................................................................................5
A. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara ............................................................5
B. Arti Penting Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia .....................................7
C. Mempertanyakan Eksistensi Pancasila sebagai Ideologi Negara di Tengah
Perkembangan Radikalisme di Indonesia .......................................................................9

BAB III ............................................................................................................................ 15

PENUTUP ....................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh
aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ’Ideologi’
menurut KBBI berarti bahwa kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Yang
perlu digarusbawahi bahwa ideologi bertugas untuk memberikan arah dan
tujuan untuk kelangsungan hidup, maka pancasila sebagai ideologi negara juga
seharusnya menjadi arah kelangsungan kehidupan bangsa

Pancasila sebagai idelogi negara tidak seharusnya dipandang sebagai barang


jadi yang telah selesai dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Tetapi
justru pancasila haruslah dipandang sebagai dasar penyelenggaraan negara yang
tetap relevan dan aktual dengan kehidupan bangsa yang terus berkembang.

Nilai-nilai dalam pancasila dipandang sebagai nilai yang memiliki tiga


dimensi yaitu Realitas, Idealitas, dan Fleksibilitas. Realitas berarti bahwa nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan ceriminan kondisi objektif
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa
pancasila sebagai cerminan nilai yang dimiliki masyarakat Indonesia itu sendiri.
Idealitas berarti bahwa idealisme yang terkandung dalam pancasila bukanlah
omong kosong tanpa makna, melainkan digunakan sebagai nilai-nilai untuk
membangkitkan gairah dan optimisme masyarakat untuk melihat masa depan
yang cerah kedepannya. Fleksibilitas menjadi dimensi yang tak kalah
pentingnya, bahwa pancasila bukanlah barang barang jadi yang tertutup akan
perkembangan zaman. Justru sebaliknya, pancasila terbuka akan kebutuhan
perkembangan zaman. Sehingga, tanpa kehilangan nilai hakikinya, pancasila
menjadi ideologi yang tetap relevan dan fungsional sebagai tiang-tiang
penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara.

2
Namun dalam perkembangannya banyak tantangan yang mengamcam
kedudukan pancasila sebagai ideologi negara. Menurut B.J. Habibie dalam
pidato “Reaktulisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” di
Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagaimana dikutip oleh
Iriyanto Widisuseno1 menjelaskan bahwa terdapat dua penyebab tergusurnya
pancasila dari kehidupan bangsa yaitu: (1) perubahan situasi dan kehidupan
bangsa, baik di tingkat domestik, regional, hingga global dan (2) terjadinya
euforia reformasi sebagai akibat dari pengalaman traumatis masyarakat
terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan
pancasila.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan kehidupan baik di dalam


maupun luar negeri saat ini, dapat menjadi ancaman bagi ekistensi pancasila
sebagai ideologi bangsa. Ideologi dari berbagai negara tentu tidak semuanya
sesuai dengan pancasila, bahkan banyak yang bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila. Salah satunya adalah Radikalisme yang
dipahami baik sebagai ideologi, gagasan, paham atau aliran yang tidak sesuai
dengan pancasila sebagai kepribadian bangsa. Oleh karena itu perlu ada kajian
lebih lanjut terkait pancasila sebagai ideologi negara dan ekistensinya dengan
adanya perkembangan radikalisme di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pancasila sebagai ideologi negara?
2. Apa arti penting pancasila sebagai ideologi negara Indonesia?
3. Bagaimana eksistensi pancasila sebagai ideologi negara di tengah
perkembangan radikalisme di Indonesia?

1
Iriyanto Widisuseno, Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara, Humanika, Vol.
20, No. 2, 2014, h. 63

3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep pancasila sebagai ideologi negara
2. Untuk mengetahui arti penting pancasila sebagai ideologi negara Indonesia
3. Untuk mengetahui eksistensi pancasila sebagai ideologi negara Indonesia di
tengah perkembangan radikalisme di Indonesia

D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui konsep Pancasila sebagai ideologi negara
2. Mengetahui arti penting Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia
3. Mengetahui eksistensi pancasila sebagai ideologi negara Indonesia di
tengah perkembangan radikalisme di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pengertian Pancasila sebagai ‘ideologi negara’ adalah nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan
negara. Secara luas, pengertian Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia adalah
visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, serta menjunjung tinggi
nilai keadilan.
Keputusan bangsa Indonesia mengenai Pancasila sebagai ideologi negara
tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998 tentang Pencabutan dari
Ketetapan MPR Nomor 2 Tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar
Negara. Pada Pasal 1 Ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR
tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia kedudukan Pancasila adalah sebagai
ideologi negara, selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara
dan sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan
operasional aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam
Ketetapan MPR tersebut dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam
bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan bernegara.
Pada awalnya, konsep Pancasila dapat dipahami sebagai common platform
atau platform bersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di
Indonesia. Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan
ideologis di kalangan anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh Soekarno

5
pada waktu itu yaitu sebagai asas bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok
yang terdapat di Indonesia dapat bersatu dan menerima asas tersebut.
Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi
Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila sebenarnya dimaksudkan sebagai
platform demokratis bagi semua golongan di Indonesia. Perkembangan doktrinal
Pancasila telah mengubahnya dari fungsi awal Pancasila sebagai platform bersama
bagi ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai dengan rumusan pertama yang
disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang komprehensif integral. Ideologi
Pancasila menjadi ideologi yang khas, berbeda dengan ideologi lain.
Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Notonagoro. Beliau melalui interpretasi filosofis
memberi status ilmiah dan resmi tentang ideologi bagi masyarakat Indonesia, yang
pada mulanya Pancasila sebagai ideologi terbuka sebuah konsensus politik menjadi
ideologi yang benar-benar komprehensif. Interpretasi ini berkembang luas, masif,
dan bahkan monolitik pada masa pemerintahan Orde Baru.
Banyak para pihak yang sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan kesepakatan bersama, common platform, dan nilai integratif bagi bangsa
Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah
yang harus kita pertahankan dan ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bangsa
yang plural ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka makna Pancasila sebagai ideologi bangsa
dan Negara Indonesia yaitu:
1. Nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari
penyelenggaraan bernegara di Indonesia.
2. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama
dan oleh karenanya menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat
Indonesia.
Perwujudan Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-
cita penyelenggaraan bernegara terwujud melalui Ketetapan MPR Nomor 7 Tahun
2001 mengenai Visi Indonesia Masa Depan. Dalam Ketetapan MPR tersebut
menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas tiga visi, yaitu:

6
1. Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea kedua dan alinea keempat.
2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun
2020.
3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius,
manusiawi, demokratis, bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya
menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai cita-cita bersama. Bangsa yang demikian
merupakan ciri dari masyarakat madani Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-
nilai Pancasila diambil dimensi idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal,
penyelenggaraan negara hendaknya berupaya bagaimana menjadikan kehidupan
bernegara Indonesia ini semakin dekat dengan nilai-nilai ideal tersebut.
Nilai integratif Pancasila mengandung makna bahwa Pancasila dijadikan
sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik.
Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai sarana pemersatu, yang
artinya sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya disetujui sebagai milik bersama. Pancasila dijadikan semacam social
ethic dalam masyarakat yang heterogen.

B. Arti Penting Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia


Prof. Howard Wriggins mengemukakan bahwa Ideologi sendiri memiliki fungsi
yang sangat sentral bagi suatu negara, di mana fungsi dari ideologi sendiri adalah
sebagai sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas rakyatnya Dari
pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa ideologi adalah identitas dari
suatu bangsa. Sama seperti identitas yang dimiliki oleh setiap orang sebagai tanda
pengenal, ideologi dapat dikatakan sebagai tanda pengenal dari suatu bangsa yang
membedakannya dengan bangsa lain.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mecerminkan kepribadian bangsa
Indoneia. Dengan nilali-nilai yang terkandung dalam pancasila yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Yang kemudian dikenal istilah

7
Ekasila yang berisi nilai gotong royong menjadi identitas bangsa. Identitas ini
menjadi pembeda bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Identitas ini berperan
dalam mempersatukan keberagaman yang ada dalam masyarakat agar terbentuknya
kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal. Indonesai sebagai bangsa yang
majemuk membutuhkan identitas yang dapat mempersatukan setiap elemen yang
ada di masyarakat. Dengan keberagaman suku, bahasa, adat-istiadat, kebudayaan
yang ada di Indonesia tentu dapat memicu konflik sosial yang beragam pula,
sehingga diperlukan suatu identitas yang dapat mempersatkan bangsa yaitu
pancasila.
Selain menjadi identitas, ideologi juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi kognitif
dan orientasi dasar. Fungsi kognitif memiliki artian bahwa ideologi dapat menjadi
suatu landasan bagi suatu bangsa dalam memandang dunia, sedangkan fungsi
orientasi dasar berarti ideologi tersebut memberikan wawasan dan makna bagi
rakyat dan juga memberikan tujuan bagi rakyatnya. Zaman yang terus berkembang
menuntut setiap bangsa untuk terus maju, tetapi dalam proses menuju bangsa yang
maju, setiap bangsa membutuhkan ideologi sebagai landasan dalam memandang
setiap perkembangan dan kemajuan yang ada. Jangan sampai suatu bangsa
kehilangan identitasnya dan terbawa arus tanpa arah dan tujuan yang jelas. Dengan
hadirnya ideologi sebagai identitas suatu bangsa, maka dapat memberikan tujuan
bagi penyelenggaraan negara dan rakyatnya.
Pancasila sebagai penunjuk arah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia. Sama seperti kapal tanpa kompas, yang tidak tahu arah kemana yang
akan dituju dan membiarkan arus membawanya. Bangsa ini tidak akan memiliki
arah dan tujuan yang jelas tanpa adanya suatu ideologi, yaitu Pancasila. Nilai-nilai
dalam pancasila menjadi penunjuk arah bagi bangsa Indonesia dalam
menyelenggarakan negara. Bahwa setiap aspek kehidupan bangsa seyogianya
bersumber dari nilai-nila Pancasila
Dengan fungsi dan juga kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, Pancasila haruslah dapat dilestarikan oleh setiap
komponen bangsa Indonesia .Pelestarian nilai Pancasila dapat dilakukan dengan
menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari. Nilai-nilai Pancasila

8
sendiri tercermin dalam setiap sila yang ada di dalamnya. Nilai-nilai itu adalah nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan,nilai persatuan, nilai kerakyatan dan juga nilai
keadilan.
Setiap nilai pancasila dapat diimplementasikan langsung melalui tindakan
nyata. Nilai ketuhanan dapat diimplementasikan dengan menghargai setiap umat
beragama di Indonesia. Setiap rakyat di Indonesia memiliki agama yang berbeda-
beda, sehingga setiap rakyat haruslah menghargai perbedaan yang ada sebagai
bentuk dari implementasi nilai ketuhanan. Nilai kemanusiaan dapat dipraktekan
dengan menjauhi tindakan yang diskriminatif ditengah kebaragaman bangsa Nilai
persatuan dapat dipraktikkan dengan menunjukkan sikap cinta terhadap tanah air
Indonesia. Nilai kerakyatan dapat dipraktikkan dengan tindakan menghargai
pendapat orang lain. Nilai keadilan dapat dipraktikan dengan menjaga hak dan
kewajiban dari setiap rakyat. Uraian tersebut hanyalah sebagian kecil dari praktik
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan masih ada banyak hal yang dapat
dilakukan dalam usaha melestarikan nilai nilai Pancasila di Ibu Pertiwi ini.

C. Mempertanyakan Eksistensi Pancasila sebagai Ideologi Negara di Tengah


Perkembangan Radikalisme di Indonesia
Radikalisme adalah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk
pendukung gerakan radikal. Radikalisme diartikan sebagai ideologi, gagasan,
paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan kehidupan
sosial atau politik dengan cara kekerasan atau ekstrim. Walaupun banyak yang
mengaitkan radikalisme dengan Agama tertentu, pada dasarnya radikalisme adalah
masalah politik dan bukan ajaran Agama. Sikap dan tindakan radikal dilakukan
dengan cara-cara kekerasan dalam mengusung perubahan yang diinginkan.
Kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan tersebut dalam tempo
singkat dan secara drastis serta bertentangan dengan sistem sosial yang berlaku.

Radikalisme sering dikaitkan dengan terorisme karena kelompok radikal dapat


melakukan cara apapun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang
tidak sepaham dengan mereka. Orang-orang yang menganut paham radikalisme

9
biasanya memiliki keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin mereka
jalankan dan melakukan cara apapun untuk mewujudkan keinginan mereka.
Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda
pandangan dengannya adalah bersalah atau musuh yang harus disingkirkan.
Sehingga, tidak jarang penganut radikalisme tidak peduli dengan HAM (Hak Asasi
Manusia).

Radikalisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Ideologi dan Pemikiran yaitu masih banyak kelompok radikalisme


tertentu merasa bahwa ideologi yang mereka punya lebih baik dibandingkan
dengan ideologi pancasila sehingga mereka ingin mengganti ideologi
pancasila dengan ideologi yang mereka anut. Faktor ideologi ini yang akan
mengancam eksistensi dari ideologi pancasila karena tujuan utama dari
faktor ini adalah untuk menggantikan ideologi Pancasila menjadi ideologi
yang berdasar dari pemikiran radikal dan jika tidak ditanggulangi dan
dilakukan pencegahan dengan cara yang efektif maka Pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia akan terancam keberadaannya.
2. Faktor Agama, Semua agama menyerukan perdamaian, persatuan dan
persaudaraan. Akan tetapi pada tataran pengamalan, banyak pihak yang
menjadikan agama sebagai kekuatan yang garang, beringas, penyebar
konflik, bahkan terkadang sampai menimbulkan peperangan.
3. Faktor Hukum dan Politik. Masyarakat merasa kurang maksimalnya
penegakan hukum dalam suatu negara, dimana para penegakan hukum lebih
condong pada masyarakat golongan atas dan mengesampingkan masyarakat
golongan bawah. Selain itu, sebagian masyarakat merasa bahwa seorang
pemimpin negara hanya berpihak pada pihak tertentu dan tidak bisa
mengakomodir aspirasi masyarakat. Sehingga lahirlah kelompok
masyarakat yang menginginkan terjadi perubahan dengan cara kekerasaan.
4. Faktor Ekonomi, turut serta dalam perkembangan gerakan radikalisme di
Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa ekonomi Indonesia belum
merata, masih banyaknya ketimpangan atau kesenjangan ekonomi yang

10
terjadi, ada kelompok masyarakat golongan atas, tetapi di lain sisi masih
banyak masyarakat yang berada pada golongan ekonomi bawah. Pengaruh
kemiskinan yang terjadi membuat masyarakat melakukan kekerasaan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan ketika terdesak karena masalah
ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja demi bertahan hidup.
5. Faktor sosial, keadaan sosial masyarakat yang mendukung atau
memfasilitasi terjadinya Gerakan radikalisme tentu akan menjadi faktor
pendukung meningkatnya aksi-aksi radikal di Indonesia. Ditambah dengan
fakta bahwa sebagian masyarakat mudah terhasut untuk melakukan suatu
hal atau percaya kepada tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat
membawa perubahan drastis pada hidup mereka.

Awal radikalisme bisa masuk ke Indonesia disebabkan perubahan tatanan sosial


dan politik, terutama setelah kehadiran orang-orang Arab muda dari Hadramaut
Yaman ke Indonesia yang membawa ideologi baru ke tanah air, turut mengubah
konstelasi umat islam di Indonesia. Dalam konstelasi politik di Indonesia, masalah
radikalisme Islam telah makin membesar karena pendukungnya juga semakin
meningkat. Akan tetapi, gerakan-gerakan radikal ini kadang berbeda pandangan
serta tujuan, sehingga tidak memiliki pola yang seragam. Ada yang sekedar
memperjuangkan implementasi syariat Islam tanpa keharusan mendirikan “negara
Islam”, namun ada pula yang memperjuangkan berdirinya “negara Islam
Indonesia”, disamping itu pula ada yang memperjuangkan berdirinya “khilafah
Islamiyah”. Pola organisasinya juga beragam, mulai dari gerakan moral ideologi
seperti Majelis Mujahidin Indonesai (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia serta yang
mengarah pada gaya Militer seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam, dan Front
Pemuda Islam Surakarta.

Pada awal tahun 2021 kembali terjadi gerakan radikal yaitu terjadi aksi bom
bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada pukul 10.28 wita

11
sesaat setelah ibadah misa kedua dilaksanakan2 Penindakan aparat yang diduga tak
sesuai prosedur dan kegagalan program deradikalisasi pun disorot. Menurut polisi,
terduga pelaku terdiri atas dua orang yang merupakan suami istri yang
berboncengan sepeda motor dan ingin menerobos masuk ke dalam gereja. Akibat
insiden itu, 20 orang mengalami luka ringan hingga berat, termasuk petugas gereja
dan jemaat. Teror bom ini menambah runtutan peristiwa radikal yang terjadi di
Indonesia.

Selain teror bom, dalam beberapa tahun terakhir juga terjadi insiden
peyerangan. Misalnya, penyerangan terhadap rombongan polisi di Karanganyar,
Cemoro Kandang, Jawa Tengah, yang disebut dilakukan oleh residivis kasus teror
yang berakar dari paham radikalisme. Ada juga aksi pembantaian oleh kelompok
teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora, yang menewaskan
empat orang warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Setidaknya tiga nilai dalam pancasila tidak sejalan dengan radikalisme. Tiga
nilai itu adalah nilai kemanusiaan, nilai persatuan, dan nilai kemasyarakatan. Sila
kedua pancasila dengan nilai kemanusiaannya berhubungan erat dengan Hak Asasi
Manusia yang ditidakpedulikan oleh penganut paham radikalisme, selama mereka
mencapai tujuan yang diinginkan. Sila ketiga pancasila dengan nilai persatuannya
mengutamakan persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan yang ada. Radikalisme
dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dengan membawa satu agama
atau kepentingan politik tertentu sebagai tujuan utamanya. Sila keempat pancasila
dengan nilai kemasyarakatannya memberi semangat kepada setiap individu untuk
saling menghargai pendapat, ide, gagasan yang berbeda tetapi tetap pada satu
pedoman yakni Pancasila. Penganut radikalisme tentu tidak sejalan dengan hal ini.

2
Luthfia Ayu, Bom Gereja Katedral Makassar: Kronologi Kejadian, Keterangan Polisi, dan Sikap
Presiden, Kompas. com, 2021,
https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/29/100000165/bom-gereja-katedral-makassar-
kronologi-kejadian-keterangan-polisi-dan-sikap, diakses 19 April 2022 pada pukul 10.21

12
Melalui tindakan radikalnya yang menganggap bahwa setiap orang yang berbeda
pendapat dengannya adalah musuh yang harus disingkirkan,

Nilai kemanusiaan yang menjunjung tinggi harkat dan marbata manusia


diwujudkan dengan tidak melalukan tindakan yang semena-mena kepada sesama.
Penganut radikalisme memiliki anggapan bahwa semua pihak yang berbeda
pandangan dengannya adalah bersalah dan musuh yang harus disingkirkan sehingga
penganut radikalisme tak jarang tidak peduli dengan HAM (Hak Asasi Manusia)
dengan melakukan tindakan yang semena-mena kepada individu ataupun
masyarakat tertentu. Hal ini tentu tidak sejalan dengan nilai kemanusiaan yang telah
dibahas diatas, karena telah mencederai HAM yang melakat di setiap diri manusia.

Nilai persatuan yang terbentuk dari perbedaan dan mengindahkan


keberagamaan juga tidak sejalan dengan radikalisme yang dapat memecah belah
persatuan bangsa. Salah satu penerapan dari nilai persatuan adalah menghargai dan
menghormati perbedaan. Setiap individu maupun kelompok perlu untuk selalu
menghargai perbedaan di Indonesia serta menghormati setiap individua atau
kelompok lain yang berbeda dengannya. Radikalisme tentu menggangu persatuan
dan kesatuan bangsa. Radikalisme yang menginginkan suatu perubahan tertentu
sesuai keinginan kelompok dapat memicu konflik di tengah masyarakat yang dapat
berujung pada disintegrasi bangsa. Karena orang-orang yang menganut paham
radikalisme biasanya memiliki keyakinan yang kuat terhadap program yang ingin
mereka jalankan dan melakukan cara apapun untuk mewujudkan keinginan mereka,
termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka.

Sila keempat pancasila tertulis bahwa “Kemasyarakatan yang dipimpin oleh


hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” berisi semangat untuk
saling menghargai ide, pendapat atau gagasan yang kemudian dijadikan sebagi
bahan-bahan pertimbangan untuk mendapatkan suatu keputusan bersama dengan
kebijaksanaan dalam rangka penyelenggaraan negara. Sehingga setiap perubahan
maupun keputusan negara dihasilkan dari hasil seitap elemen yang ada di
masyarakat. Tidak terjadi secara ekstrim dengan cara-cara kekerasaan atau semena-

13
mena. Radikalisme yang menginginkan suatu perubahan dalam suatu negara sesuai
tujuan kelompok tetentu dan dengan cara yang ekstrim pula bukan perwujudan dari
nilai kemasyaraktan tersebut.

Ketidaksesuaian paham radikalisme dengan nilai-nilai yang terkandung dalam


pancasila tentu dapat mengancam eksistensi pancasila. Dengan berkembangnya
radikalisme di Indonesia menjadi suatu ancaman sekaligus indikator bahwa
kehidupan bangsa dan negara belum dijiwai seluruhnya oleh nilai-nilai pancasila.
Aksi-aksi radikal di Indonesia yang terus berkembang dari masa ke masa
merupakan kenyataan yang memperlihatkan bahwa tidak semua pihak benar-benar
menjiwai nilai-nilai pancasila sebagai ideologi negara.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep Pancasila sebagai ‘ideologi negara’ berarti bahwa Pancasila


menjadi cita-cita normatif dan berisi nilai integratif dalam penyelenggaraan negara
dan menjadi sarana untuk menyatakuan masyarakat Indonesia. Pancasila menjadi
visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, serta menjunjung tinggi
nilai keadilan. Nilai integratif Pancasila mengandung makna bahwa Pancasila
dijadikan sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian
konflik.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mecerminkan kepribadian
bangsa Indonesia. Dengan nilali-nilai yang terkandung dalam pancasila yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Yang kemudian
dikenal istilah Ekasila yang berisi nilai gotong royong menjadi identitas bangsa
Selain menjadi identitas, ideologi juga memiliki fungsi lain yaitu fungsi kognitif
dan orientasi dasar
Radikalisme diartikan sebagai ideologi, gagasan, paham atau aliran yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan kehidupan sosial atau politik dengan
cara kekerasan atau ekstrim mengancam keberadaan Pancasila sebagai ideologi
negara Indonesia. Radikalisme setidaknya tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, dan nilai kerakyatan yang dimiliki oleh Pancasila. Ketidaksesuian
ini yang diwujudkan melalui aksi-aksi radikal menjadi indikator bahwa tidak semua
pihak paham dan menjiwai pancasila sebagai ideologi negara.

15
B. Saran
Mempertahankan eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara ditengah
perkembangan radikalisme di Indonesia adalah tanggung jawab kita Bersama.
Adapun saran yang diberikan oleh penulis sebagai upaya-upaya dalam mencegah
radikalisasi secara mandiri adalah dilakukan dengan menanamkan jiwa
nasionalisme, berpikiran terbuka dan toleran, waspada terhadap provokasi atau
hasutan, dan berjejaring dalam komunitas perdamaian.

16
DAFTAR PUSTAKA

Iriyanto Widisuseno. 2014. Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar
Negara. Humanika, Vol. 20, No. 2.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kokom Komalasari. 2007. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Lentera Cendikia.

Website
Admin, CNN Indonesia. 29 Maret 2021. Teror Bom Makassar, 2 Dekade Api
Dendam Tak Pernah Padam. CNN INDONESIA. Diakses melalui

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210329121848-12-623336/teror-bom-
makassar-2-dekade-api-dendam-tak-pernah-padam

Admin, Dosen Pendidikan. 11 September 2021. Pengertian Radikalisme.


DOSENPENDIDIKAN.COM. Diakses melalui

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-radikalisme/
Admin, Kabar Sumatera. 5 Desember 2019. Pengertian Radikalisme, Sejarah, Ciri-
Ciri, Penyebab Radikalisme. KABAR SUMATERA. Diakses melalui

https://kabarsumatera.com/2019/12/05/pengertian-radikalisme-sejarah-ciriciri-
penyebab-radikalisme/

Bagong Suyanto, Mun’im Sirry dan Rahma Sugihartati. 26 Juli 2020. Radikalisasi
Mahasiswa di Indonesia. UNAIR NEWS. Diakses melalui

http://news.unair.ac.id/2020/07/26/radikalisasi-mahasiswa-di-indonesia/
Luthfia Ayu, Bom Gereja Katedral Makassar: Kronologi Kejadian, Keterangan
Polisi, dan Sikap Presiden,
(https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/29/100000165/bom-gereja-
katedral-makassar-kronologi-kejadian-keterangan-polisi-dan-sikap).
Diakses pada 19 April 2022 pada pukul 10.21
Margianto, Heru.. Radikalisme, Bom Waktu yang Mengancam Masa Depan
Bangsa. KOMPAS. COM. Diakses melalui

17
https://nasional.kompas.com/read/2021/04/03/18070321/radikalisme-bomwaktu-
yang-mengancam-masa-depan-bangsa?page=all
Media Indonesia, Pancasila Ideologi dan Filosofi Terbaik Bangsa,
(https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/329736/pancasila-
ideologi-dan-filosofi-terbaik-bangsa). Diakses pada 19 April 2022 pada
pukul 10.24

18

Anda mungkin juga menyukai