Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Dosen Pengampu : Ajeng Radyati, S.H, M.H

Kelompok 3 :
Auzi’ni Yasyfien (202201501934)
Siti Husna Fadilah (202201501936)
Maulana Arif Hidayat (202201501938)
Aisyah Zulfa Aidah (202201501965)
Diva Nindias Sahrudin (202201501982)
Febriani Manurung (202201501983)

PRODI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................i
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara.................................................................3
2.2 Konsep Dasar Pancasila Sebagai Ideologi Negara...........................................................5
a. Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi Negara.........5
b. Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi
Negara......................................................................................................................................6
2.3 Histori Pancasila Sebagai Ideologi Negara.......................................................................8
a. Sumber historis Pancasila sebagai Ideologi Negara.........................................................8
b. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara...................................................10
c. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara.........................................................11
2.4 Perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Negara Lain..........................................12
a. Ideologi Pancasila...........................................................................................................12
b. Ideologi Kapitalisme dan Liberalisme............................................................................14
c. Ideologi Komunisme.......................................................................................................16
d. Ideologi Sosialisme.........................................................................................................17
BAB III...........................................................................................................................................1
KESIMPULAN..............................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................1
3.2 Saran..................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia

memang tiada bandingnya. Indonesia dari berbagai suku bangsa dipersatukan oleh

Pancasila. Karena itu, Pancasila sering dianggap sebagai ideologi sakti. Siapapun yang

berusaha menggulingkannya akan menghadapi seluruh elemen bangsa Indonesia dan

kekuatan nasional.

Pancasila adalah dasar bangsa Indonesia dan oleh karena itu persatuan dan

kesatuan serta bagian dari pertahanan bangsa dan negara dapat disimpulkan bahwa

Pancasila adalah dasar dari falsafah dan ideologi bangsa. Sebagai dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia (way of life), nilai-nilai Pancasila telah diturunkan kepada bangsa

Indonesia sejak zaman dahulu. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat istiadat dan

agama yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Identitas nasional Indonesia

sangat terkait melalui nilai-nilai yang dijadikan pedoman hidup. Segala tindakan

masyarakat nusantara selalu tercermin dalam nilai-nilai Pancasila. Untuk itu, para pendiri

Republik Indonesia berupaya mengartikulasikan nilai-nilai luhur tersebut dalam sebuah

ideologi yang disebut Pancasila. Negara-negara yang berideologi Pancasila juga memiliki

landasan nasional yang berdasarkan Pancasila. Dasar negara adalah tata tertib yang

mengatur penyelenggaraan negara dan pedoman hidup bernegara.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara?

2. Bagaimana konsep dan Urgensi Pancasila sebagai ideologi negara?

3. Bagaimana histori Pancasila sehingga dijadikan ideologi negara?

4. Apa perbedaan Ideologi Pancasila dengan ideologi negara lain?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mendeskripsikan pengertian Pancasila sebagai ideologi negara

2. Untuk mendeskripsikan konsep dan urgensi Pancasila sebagai ideologi negara

3. Untuk menjelaskan histori Pancasila dijadikan ideologi negara

4. Untuk menjelaskan perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi negara lain


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini

terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta yaitu “pañca” yang berarti lima dan “śīla” yang

berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan

berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun

Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan (Preambule) Undang-Undang Dasar 1945.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung

dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, dan tanggal 1

Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pertama kali ideologi dikenalkan oleh filsuf Prancis yaitu Destutt de Tracy pada

tahun 1796. Idiologi berasal dari bahasa Prancis yaitu idéologie merupakan gabungan dua

kata yaitu “idéo” yang berarti gagasan dan “logie” yang mengacu pada logos yang berarti

ilmu. Destutt de Tracy 8 | Pendidikan Pancasila menggunakan kata ini dalam pengertian

etimologisnya, sebagai "ilmu yang meliputi kajian tentang asal usul dan hakikat ide atau

gagasan”.

Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat kaku atau tertutup melainkan

bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dapat di artikan bahwa Ideologi
pancasila besifat aktual, dinamis, antisipatif dan mampu menyesuaikan dengan

perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika

perkembangan aspirasi masyarakat. Pengertian dari Ideologi Pancasila adalah pada

hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang

atau kelompok seperti ideologi-ideologi lain di dunia. Pancasila diambil dari nilai-nilai

luhur budaya dan nilai religius bangsa Indonesia.

Pancasila terbentuk setelah melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah

bangsa Indonesia. Sedangkan bangsa Indonesia menerima kesatuan pemahaman tentang

Pancasila sebagai dasar falsafah nasionalnya sebelum disahkan oleh PPKI, tetapi pada

kenyataannya unsur-unsur Pancasila sudah ada dalam diri bangsa Indonesia, dan melekat

dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai-nilai, adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai

agama. Nilai-nilai tersebut selanjutnya dirumuskan oleh para pendiri negara Indonesia

dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

Dari uraian diatas, maka hakikat negara Indonesia terdiri dari 3 asas berikut ini :

Pertama : Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar negara secara

yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai asas-asas dalam adat istiadat dan

kebudayaan dalam arti luas – (Pancasila Asas Kebudayaan).

Kedua : Demikian juga unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa Indonesia

sebagai asas-asas dalam agama-agama (nilai-nilai religius) – (Pancasila Asas Religius).

Ketiga : Unsur-unsur tersebut kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan secara seksama

oleh para pendiri negara dalam sidang BPUPKI dan Panitia Sembilan. Setelah bangsa

Indonesia merdeka rumusan Pancasila calon dasar negara tersebut kemudian disahkan
oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara Indonesia dan terwujudnya Pancasila sebagai asas

kenegaraan – (Pancasila Asas Kenegaraan).

2.2 Konsep Dasar Pancasila Sebagai Ideologi Negara

a. Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi Negara

Sebagai warga negara, kita perlu memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi

negara karena ideologi Pancasila menghadapi tantangan dari berbagai ideologi dunia

dalam kebudayaan global. Unsur-unsur yang memengaruhi ideologi Pancasila sebagai

berikut :

1) Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme

bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong

royong dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3) Unsur Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem

perekonomian negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan. Salah satu

dampak yang dirasakan dari kapitalisme ialah munculnya gaya hidup konsumtif.

Pancasila sebagai ideologi, selain menghadapi tantangan dari ideologi-ideologi

besar dunia juga menghadapi tantangan dari sikap dan perilaku kehidupan yang

menyimpang dari norma-norma masyarakat umum. Tantangan itu meliputi, antara lain

terorisme dan narkoba. Sebagaimana yang telah diinformasikan oleh berbagai media

masa bahwa terorisme dan narkoba merupakan ancaman terhadap keberlangsungan hidup

bangsa Indonesia dan ideologi negara. Beberapa unsur ancaman yang ditimbulkan oleh

aksi terorisme, antara lain:


a. Rasa takut dan cemas yang ditimbulkan oleh bom bunuh diri mengancam

keamanan negara dan masyarakat pada umumnya.

b. Aksi terorisme dengan ideologinya menebarkan ancaman terhadap kesatuan

bangsa sehingga mengancam disintegrasi bangsa.

c. Aksi terorisme menyebabkan investor asing tidak berani menanamkan modal di

Indonesia dan wisatawan asing enggan berkunjung ke Indonesia sehingga

mengganggu pertumbuhan perekonomian negara.

Beberapa unsur ancaman yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba

meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda dapat merusak masa depan

mereka sehingga berimplikasi terhadap keberlangsungan hidup bernegara di

Indonesia.

b. Perdagangan dan peredaran narkoba di Indonesia dapat merusak reputasi negara

Indonesia sebagai negara yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

c. Perdagangan narkoba sebagai barang terlarang merugikan sistem perekonomian

negara Indonesia karena peredaran illegal tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

b. Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi

Negara

Perlu diketahui bahwa selain warga negara, penyelenggara negara merupakan

kunci penting bagi sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa sehingga aparatur

negara juga harus memahami dan melaksanakan Pancasila sebagai ideologi negara secara

konsisten. Magnis Suseno menegaskan bahwa pelaksanakan ideologi Pancasila bagi


penyelenggara negara merupakan suatu orientasi kehidupan konstitusional. Artinya,

ideologi Pancasila dijabarkan ke dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Ada

beberapa unsur penting dalam kedudukan Pancasila sebagai orientasi kehidupan

konstitusional:

a) Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing, artinya adanya

kesepakatan untuk bersama-sama membangun negara Indonesia, tanpa diskriminasi

sehingga ideologi Pancasila menutup pintu untuk semua ideologi eksklusif yang mau

menyeragamkan masyarakat menurut gagasannya sendiri. Oleh karena itu,

pluralisme adalah nilai dasar Pancasila untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika.

Hal ini berarti bahwa Pancasila harus diletakkan sebagai ideologi yang terbuka.

b) Aktualisasi lima sila Pancasila, artinya sila-sila dilaksanakan dalam kehidupan

bernegara sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk menjamin tidak

adanya diskriminasi atas dasar agama sehingga negara harus menjamin kebebasan

beragama dan pluralisme ekspresi keagamaan.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi operasional dalam

jaminan pelaksanaan hak-hak asasi manusia karena hal itu merupakan tolok ukur

keberadaban serta solidaritas suatu bangsa terhadap setiap warga negara.

3. Sila Persatuan Indonesia menegaskan bahwa rasa cinta pada bangsa

Indonesia tidak dilakukan dengan menutup diri dan menolak mereka yang di luar

Indonesia, tetapi dengan membangun hubungan timbal balik atas dasar kesamaan

kedudukan dan tekad untuk menjalin kerjasama yang menjamin kesejahteraan dan

martabat bangsa Indonesia.


4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan berarti komitmen terhadap demokrasi yang wajib

disukseskan.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti pengentasan

kemiskinan dan diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-kelompok lemah

perlu dihapus dari bumi Indonesia (Magnis Suseno, 2011: 118--121).

2.3 Histori Pancasila Sebagai Ideologi Negara

a. Sumber historis Pancasila sebagai Ideologi Negara

1. Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Pancasila ditegaskan sebagai

pemersatu bangsa. Penegasan ini dikumandangkan oleh Soekarno dalam berbagai pidato

politiknya dalam kurun waktu 1945-1960. Namun seiring dengan perjalanan waktu, pada

kurun waktu 1960-1965, Soekarno lebih mementingkan konsep Nasakom (Nasionalisme,

Agama, dan Komunisme) sebagai landasan politik bagi bangsa Indonesia.

2. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan sebagai asas

tunggal bagi Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Periode ini diawali

dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila.

TAP MPR ini menjadi landasan bagi dilaksanakannya penataran P-4 bagi semua lapisan

masyarakat. Akibat dari cara-cara rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi

kesan bahwa tafsir ideologi Pancasila adalah produk rezim Orde Baru (mono tafsir

ideologi) yang berkuasa pada waktu itu.

3. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Habibie


Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur pada 21 Mei

1998, atas desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4. Pada masa

sekarang ini, resonansi Pancasila kurang bergema karena pemerintahan Habibie lebih

disibukkan masalah politis, baik dalam negeri maupun luar negeri. Di samping itu,

lembaga yang bertanggungjawab terhadap sosialisasi nilai-nilai Pancasila dibubarkan

berdasarkan Keppres No. 27 tahun 1999 tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979

tentang Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (BP-7). Sebenarnya, dalam Keppres tersebut dinyatakan akan

dibentuk 131 lembaga serupa, tetapi lembaga khusus yang mengkaji, mengembangkan,

dan mengawal Pancasila hingga saat ini belum ada.

4. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana tentang

penghapusan TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan penyebarluasan

ajaran komunisme. Di masa ini, yang lebih dominan adalah kebebasan berpendapat

sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila cenderung melemah.

5. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Megawati

Pada masa ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya

dengan disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang tidak

mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah

Dasar sampai perguruan tinggi.

6. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY)
Pemerintahan SBY yang berlangsung dalam dua periode dapat dikatakan juga

tidak terlalu memperhatikan pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara. Hal ini dapat

dilihat dari belum adanya upaya untuk membentuk suatu lembaga yang berwenang untuk

menjaga dan mengawal Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara sebagaimana

diamanatkan oleh Keppres No. 27 tahun 1999. Suasana politik lebih banyak ditandai

dengan pertarungan politik untuk memperebutkan kekuasaan atau meraih suara

sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Mendekati akhir masa jabatannya, Presiden SBY

menandatangani Undang-Undang RI No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang

mencantumkan mata kuliah Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3).

Habibie dalam pidato 1 Juni 2011, mengemukakan bahwa salah satu faktor

penyebab dilupakannya Pancasila di era reformasi ialah:

"......sebagai akibat dari traumatisnya masyarakat terhadap

penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan Pancasila. Semangat

generasi reformasi untuk menanggalkan segala hal yang dipahaminya sebagai bagian dari

masa lalu dan menggantinya dengan sesuatu yang baru, berimplikasi pada munculnya

‘amnesia nasional' tentang pentingnya kehadiran Pancasila sebagai 132 grundnorm

(norma dasar) yang mampu menjadi payung kebangsaan yang menaungi seluruh warga

negara yang plural".

b. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara

Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi

hal-hal sebagai berikut:


a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama

masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan

terhadap adanya kekuatan gaib.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling

menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-

wenang.

c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia

kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai

pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan. e. Sila

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka

menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.

c. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara

Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-

hal sebagai berikut :

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi

antarumat beragama.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap

pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan

negara daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.


d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan

keputusan berdasarkan musyawarah daripada voting.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak

menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri atau kelompok

karena penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya

korupsi.

2.4 Perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Negara Lain

Setiap negara memiliki ideologi berbeda yang digunakan oleh setiap negara di dunia

ini. Perbedaan cara penggunaan ideologi tersebut disebabkan karena perbedaan cita-cita

dan cara pandang untuk mencapai tujuan di masing-masing negara, dan juga karena

setiap negara memiliki cara pandang tersendiri yang mungkin berbeda dalam menyikapi

dan menyelesaikan masalah serta perbedaan dalam budaya dan kehidupan sosialnya.

Hingga kemudian lahir dan berkembanglah berbagai ideologi di negara-negara

seperti Pancasila yang dianut oleh Indonesia, kapitalisme yang digunakan oleh Amerika,

komunisme yang digunakan oleh Rusia, ideologi sosialis yang dianut oleh Vietnam, dan

fasisme yang dianut oleh Italia dan Jerman semasa Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

a. Ideologi Pancasila

Pancasila adalah ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia untuk mewujudkan

cita-cita dan mencapai tujuan bersama bangsa Indonesia. Pancasila dijadikan sebagai

ideologi di Indonesia karena nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sejalan

dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia itu sendiri. Pancasila telah ada dan

digunakan dalam kehidupan sehari-hari sejak zamandahulu. Oleh karena itu, dengan
nilai-nilai luhur yang dipegang teguh dan kebaikannya yang akhirnya dijadikan sebagai

patokan atau pedoman hidup bangsa Indonesia. Pancasila dijadikan sebagai ideologi

bangsa yaitu untuk menciptakan tekad yang kuat dalam mewujudkan kehidupan yang

nyata dalam menyelesaikan semua masalah dalam hal keagamaan, pemerintahan,

ekonomi, budaya dan politik.

Pancasila karena sifatnya yang fleksibel, memberikan kebebasan kepada setiap

individu untuk memilih agama yang akan dijadikan sebagai keyakinannya. Hubungan

agama dan negara juga begitu erat sehingga Pancasila tidak mengakui sekularisme atau

menghilangkan unsur-unsur agama dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam bidang ekonomi, Pancasila meyakini bahwa peran negara dalam kegiatan

ekonomi sangatlah penting. Karena jika negara tidak turut campur tangan dalam segala

hal yang berkaitan dengan ekonomi maka akan berakibat pada eksploitasi yang tidak

terkontrol terhadap individu dan alam sekitar. Serta keterlibatan negara dalam

perekonomian juga dapat meminimalkan penipuan dan menghindari segala bentuk

monopoli oleh sektor swasta.

Pancasila juga percaya bahwa dalam bidang kebudayaan, khususnya pendidikan,

setiap orang berhak mengenyam pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi,

Pancasila juga memberikan kebebasan untuk mengembangkan ide dan memperoleh ilmu

dan pengetahuan. Tujuan Pancasila dalam pendidikan adalah mewujudkan masyarakat

yang bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bangsa, serta mewujudkan

akhlak mulia yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.


Dalam bidang politik dan hukum, Pancasila menganut sistem politik, yaitu

Demokrasi Pancasila. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan asas

kekeluargaan dan musyawarah untuk mufakat dalam menciptakan kesejahteraan rakyat.

Sistem politik yang digunakan dalam ideologi Pancasila juga memberikan kebebasan

bagi semua individu, tetapi mereka juga harus memiliki rasa tanggung jawab. Dalam

demokrasi Pancasila, tidak ada aturan mayoritas untuk minoritas, dan dalam sistem

politik Pancasila, hak asasi manusia dijunjung tinggi dan hak-hak rakyat dilindungi

termasuk yang minoritas.

Pancasila juga merupakan ideologi terbuka karena memiliki sifat fleksibel yang

dapat beradaptasi dengan setiap perkembangan zaman yang terjadi. Selain itu, Pancasila

juga merupakan cita-cita yang telah hidup dalam masyarakat Indonesia, dan

keberadaannya juga sebagai ideologi bangsa Indonesia tidak dipaksakan kepada bangsa

Indonesia.

b. Ideologi Kapitalisme dan Liberalisme

Kapitalisme adalah ideologi yang berkembang di Amerika, dan ideologi ini

dikembangkan oleh Adam Smith sebagai tanggapan atas pemahamannya tentang

merkantilisme. Adam Smith percaya bahwa merkantilisme tidak mendukung

perekonomian rakyat pada saat itu, karena Adam Smith percaya bahwa tanah itu penting

untuk proses produksi. Adam Smith juga beranggapan bahwa ada sistem tersembunyi

dalam menjalankan ekonomi dan pasar yang harus bebas dari intervensi negara, dengan

kata lain pemerintah hanya berfungsi sebagai pengawas saja.

Negara-negara ini menggunakan sistem ideologi kapitalis untuk mewujudkan cita-

cita nasional mereka dan mencapai tujuan negara mereka sendiri. Negara-negara ini
percaya bahwa ideologi kapitalis dapat konsisten dengan kehidupan yang ada di

masyarakat. Ideologi kapitalisme lahir pada abad ke-18 karena kehidupan orang-orang

yang terkekang oleh doktrin-doktrin gereja saat itu, hingga memicu reaksi dalam

masyarakat yang sebelumnya tersiksa, yang pada akhirnya mengarah pada gerakan

perlawanan terhadap penguasa feodal, raja dan tirani. Masyarakat juga menuntut

kebebasan, persaudaraan dan kesetaraan, hingga lahirlah ideologi liberalism.

Liberalisme dan kapitalisme sangat erat hubungannya, karena kedua ideologi ini

sama-sama mencari kebebasan dan menolak intervensi negara dalam kehidupan social

mereka. Kapitalisme dan liberalism sangat mendukung sekularisme, sehingga negara-

negara yang menggunakan ideologi ini cenderung memisahkan masalah agama dari

urusan pemerintahan dan kenegaraan.

Dalam kehidupan sosial, setiap orang bisa beragama atau tidak beragama, dan

negara tidak peduli dengan individu di bidang keagamaan. Jadi terlepas dari apakah

seseorang masuk Islam atau menjadi ateis, negara yang menganit ideologi kapitalis dan

liberalis tidak memusingkannya dan itu merupakan hal yang sah dan legal dinegara

tersebut.

Dalam bidang ekonomi, kapitalisme sering disebut sebagai manifestasi dari

ideologi liberal. Tetapi dalam bidang ekonomi, ekonomi liberalisme dan kapitalisme

sebenarnya hampir sama, yaitu menekan individu dalam hal kebebasan. Menurut mereka

yang menganut paham ini, perekonomian terbentuk dengan sendirinya melalui

mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintahan. Di negara-negara yang menganut

ideologi ini juga beranggapan bahwa setiap properti didasarkan pada kepemilikan

individu pribadi bukan negara.


Dalam bidang pendidikan, negara yang menganut paham kapitalisme liberal

sangat mementingkan kebebasan berpikir dan berekspresi setiap individunya, oleh karena

itu negara tidak membatasi setiap individu dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang membuat perkembangan ilmu pengetahuan dinegara yang menganut

ideologi ini cepat berkembang pesat.

Ideologi liberal dan kapitalis bisa disebut ideologi terbuka karena memberikan

kebebasan bagi semua warga negaranya. Dalam ideologi liberalism dan kapitalisme juga

menghormati adanya pluralism dinegaranya.

c. Ideologi Komunisme

Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, bahkan saat ini masih ada negara

yang menggunakan ideologi ini, seperti Kuba dan Rusia. Komunisme adalah ideologi

yang pertama kali dikemukakan oleh filsuf Jerman Karl Marx. Komunisme muncul

sebagai akibat dari sistem kapitalis yang muncul di Inggris pada masa Revolusi Industri

abad ke-18. Karl Marx melihat eksploitasi pekerja yang disebut kaum proletariat, yang

bekerja mencari uang untuk pengusaha, atau borjuis. Bagi Karl Marx ini adalah sebuah

penindasan. Karl Marx mencari cara agar tidak ada lagi penindasan dalam kapitalisme,

agar masyarakat tidak terbatas pada kelas tertentu, seperti pekerja atau majikan, asalkan

semua alat produksi dikendalikan oleh negara.

Dalam konteks agama, orang yang tinggal di negara yang berideologi komunis

adalah mereka yang masih memiliki hak untuk menerima agama yang dianutnya, tetapi

dalam praktiknya ini berarti bahwa dalam beragama kebebasannya masih sangat terbatas

untuk menerima agama apa pun, semuanya ditentukan oleh negara. Komunisme dalam

kaitannya dengan negara dan agama dapat dikatakan sekuler. Dengan kata lain, agama
tidak memiliki pengaruh terhadap negara karena memisahkan aktivitas negara dan

pengambilan keputusan. Di negara-negara yang menganut paham komunis, sering kita

jumpai orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Tuhan atau dewa dewi, karena di

negara komunis kesetaraan ekonomi dan materi lebih penting daripada keberadaan agama

itu sendiri.

Peran negara dalam perekonomian di ideologi komunis sangat besar, negara

sangat campur tangan dalam kegiatan warga negara di bidang ekonomi. Di negara

komunis, sektor produksi dikuasai oleh negara, sehingga pasokan bahan baku hingga

proses distribusi produksi dikuasai oleh negara. Akibat dari sistem komunis yang muncul

yaitu banyak orang yang tidak bekerja sesuai dengan keahliannya karena harus menuruti

perintah pemerintah.

Dalam bidang pendidikan, ideologi komunis diajarkan dan ditanamkan secara

intensif kepada warga negara agar nantinya warga negara dapat menaati setiap perintah

negara. Di negara-negara komunis, pendidikan swasta tradisional akan

dinasionalisasikan, dan langkah ini diambil untuk memberikan kontrol penuh kepada

negara atas sistem pendidikan di negara-negara komunis. Untuk menjamin hak warga

negara atas pendidikan, setiap warga negara berhak atas pendidikan gratis, tetapi harus

tunduk dan patuh pada negara, seperti yang ditunjukkan Kuba.

Komunisme sebagai ideologi dapat disebut sebagai ideologi tertutup, karena

sebenarnya di negara manapun yang mendukung komunisme, jika melihat sejarah, selalu

ada revolusi yang berujung pada pertumpahan darah dan pihak mana pun yang

memenangkan perebutan kekuasaan dapat memaksakan kehadiran komunisme di negara


tersebut. Apalagi banyak negara non-Eropa yang menganut paham komunisme memiliki

nilai-nilai luhur yang sangat berbeda dengan negara lain dan dapat dikatakan komunisme

bukanlah cita-cita atau tujuan nasional negara tersebut.

d. Ideologi Sosialisme

Sosialisme adalah sebuah ideologi yang diciptakan sebagai tanggapan atas

munculnya ideologi liberal dan kapitalis pada akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-19

M. Sama seperti komunisme, sosialisme muncul saat revolusi industri di Inggris yang

pada saat itu ada pembagian kelas antara burjois dan proletariat, karena burjois

mengeksploitasi proletariat untuk keuntungan mereka sendiri, yang mengakibatkan

proletariat memperoleh pendapatan yang kecil. Karena upah yang kecil membuat

masyarakat hidup dikawasan kumuh dan jauh dari kemakmuran, maka terjadilah revolusi

sosial yang dicetuskan oleh Karl Marx dan Frederick Engels, sehingga lahirlah ideologi

baru yaitu sosialisme.

Dalam kaitannya dengan agama, sosialisme menganggap bahwa semua individu

berhak untuk meyakini agama yang dianutnya, tetapi sosialisme juga menganggap

lumrah individu yang tidak menganut agama apapun dan tidak percaya kepada Tuhan

atau ateisme. Dalam pemerintahan negara, sosialisme memiliki karakter sekuler. Dengan

kata lain, menghilangkan pengaruh agama dengan menjauhkannya dari pengambilan

keputusan, politik, dan isu-isu lain yang mempengaruhi negara.

Sosialisme percaya bahwa ekonomi tidak boleh menciptakan kesenjangan bagi

setiap individu dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, bagi individu untuk mencapai

keadilan, mereka harus mau berbagi dengan orang lain. Hubungan sosialisme dengan

negara di bidang ekonomi adalah bahwa negara menjadi pengelola sektor ekonomi yang
berlangsung di masyarakat, menekankan gotong royong setiap individu untuk bersama-

sama menciptakan kemakmuran, dan pemerintah juga ikut campur dalam penetapan

harga yang terjadi dalam mekanisme pasar. Karena semua bentuk produksi dikuasai oleh

negara, peran individu atau swasta sangat terbatas atau kecil.

Di negara yang menganut paham sosialis, dalam bidang pendidikan peran

pemerintah sangatlah penting. Sebab, di negara sosialis, dalam pendidikannya mereka

melakukan doktrinisasi dan pengabdian penuh kepada negara pada setiap siswa. Setelah

negara yang menganut sistem sosialis mampu membentuk individu-individu yang setia

dan taat kepada negara, sehingga mereka tidak akan pernah kehilangan nilai-nilai yang

terkandung dalam sosialisme dengan mengajarkan doktrin-doktrin dalam dunia

pendidikan. Di negara-negara sosialis juga semua individu wajib memperoleh hak untuk

belajar sesuai dengan waktu yang ditentukan di setiap negara yang memiliki rezim

sosialis. Negara juga menyediakan fasilitas lembaga pendidikan dan biaya pendidikan

gratis di setiap negara sosialis.

Sosialisme pada hakikatnya adalah ideologi tertutup karena penganut ideologi

sosialisme mengharuskan masyarakat melakukan loyalitas dan pengorbanan mutlak untuk

ideologi tersebut.
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. A

2. B

3. C

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, d. (2016). Modul Pendidikan Pancasila

Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ristekdikti.

Dr. Purnomo Ananto, M. d. (2020). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Polimedia Publishing.

Sa'diyah, S. H. (2020). PANCASILA SEBAGAI DASAR IDEOLOGI NEGARA, 1-13.

Satrio Wahono, M. H. (2017). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Akademika.

Yanuarto, I. F. (2020). PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA , 1-13.

Anda mungkin juga menyukai