Kelompok 1 :
1. Bintang Ramadan
2. Maulana
3. Tirta Mulyana
4. Renaldy Yudipradita S
5. Fitra Mulyana
Jl. Eyang Tirtapraja Barat No 101 Tlp. (0260) 552087 Pamanukan Subang 41256
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya telah
diberikan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TERORISME” ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Guru
Mata Pelajaran yang selaku memberikan nasihat dan masukan akademis pada penulis.
Serta semua sahabat dan teman-teman yang telah membantu dalam bentuk sekecil
apapun demi kelancaran tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................
.....................................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................
.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................
..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................
..............................................................................................2
C. Rumusan Masalah................................................................
..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tindak Pidana Kriminal Terorisme....................
..............................................................................................3
B. Karakter dan Sasaran Terorisme..........................................
..............................................................................................4
C. Landasan Hukum Tentang Terorisme..................................
..............................................................................................5
D. Faktor Penyebab Tindakan Terorisme.................................
..............................................................................................9
E. Dampak dari Tindakan Terorisme........................................
..............................................................................................11
F. Tindakan Terorisme Di Indonesia........................................
..............................................................................................11
G. Solusi dari Tindakan Terorisme...........................................
..............................................................................................15
H. Langkah-Langkah Kebijakan...............................................
..............................................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................
..............................................................................................19
B. Saran.....................................................................................
..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teror sudah lama ada hampir seiring dengan sejarah peradaban manusia, tetapi
mulai efektif digemakan pada abad pertengahan ketika negara-negara atau kerajaan-
kerajaan berperang, dan terror digemakan sebagai salah satu cara untuk memenangkan
peperangan. Tetapi waktu itu hampir terlalu gampang untuk ditebak, siapa yang
melakukan terror. Namun sekarang, kejadian terror hampir sangat sulit ditebak siapa
pelakunya, organisasi atau negara mana yang mengaturnya. Semua berjalan
undercoverlunderground dan tidak berbentuk, serta organisasinya sulit dibaca atau sulit
diketahui.
Pada saat ini, apabila kita mendengar kata-kata terorisme, pikiran kita hampir selalu
terkait atau tergambar adanya sesuatu yang negatif, adanya bom yang meledak hebat yang
menghancurkan gedung-gedung dan sarana prasarana lain, tewasnya manusia yang tidak
terhitung jumlahnya serta akibat lain yang dikategorikan perbuatan biadab, tidak bermoral,
tidak berperikemanusiaan. Namun, apakah memang demikian sebenarnya? Bahkan
kadang-kadang selalu digandeng-gandengkan antara terorisme dengan islam. Apabila
demikian, apakah sebenarnya terorisme itu?
Terkait permasalahan yang selama ini telah dialami oleh khalayak masyarakat
menimbulkan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya menjadi perhatian
dunia internasional. Semisal, apakah masyarakat tidak mempunyai hak untuk memperoleh
rasa aman? Bagaimana upaya untuk memberikan rasa aman terhadap khalayak
masyarakat? Pertanyaan- pertanyaan inilah yang mendasari berbagai upaya untuk
menyelesaikannya. Hal inilah yang patut dikaji sebagai respon positif terhadap upaya
tersebut. Sehingga pada kesempatan ini penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
dalam sebuah makalah yang berjudul “terorisme”.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi terorisme.
2. Mengetahui Landasan hukum terorisme.
3. Mengidentifikasikan faktor penyebab meningkatnya tindak kriminal terorisme.
4. Mengidentifikasi dampak dan meningkatnya tindak kriminal terorisme.
5. Mengidentifikasi solusi menguranginya tindak kriminal terorisme.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud terorisme?
2. Bagaimana Landasan hukum terosisme?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab meningkatnya tindak kriminal terorisme?
4. Apa dampak dari meningkatnya tindak kriminal terorisme?
5. Bagaimana solusi mengurangi meningkatnya tindak kriminal terorisme?
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pasal 107:
1) Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
2) Para pemimpin dan para pengatur makar tersebut dalam ayat 1, diancam dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua
puluh tahun.
c. Pasal 108:
1) Barangsiapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
a) Orang yang melawan Pemerintah Indonesia dengan senjata;
b) Orang yang dengan maksud melawan Pemerintah Indonesia menyer-bu
bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang melawan
Pemerintah dengan senjata.
2) Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan penjara
seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
2. BABVII (KEJAHATAN YANG MEMBAHAYAKAN KEAMANAN UMUM BAGI
ORANG ATAU BARANG).
a. Pasal 187:
Barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, diancam:
1) Dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, jika karena perbuatan tersebut di
atas timbul bahaya umum bagi barang;
2) Dengan pidana penjara paling lama 15 tahun, jika karena perbuatan tersebut di
atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain.
3) Dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20
tahun, jika karena perbutan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa orang lain
dan mengakibatkan orang mati.
4. 2001
a. Bom Gereja Santa Anna dan HKBP, 22 Juli 2001. di Kawasan Kalimalang, Jakarta
Timur, 5 orang tewas.
b. Bom Plaza Atrium Senen Jakarta, 23 September 2001. Bom meledak di kawasan
Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang cedera.
c. Bom restoran KFC, Makassar, 12 Oktober 2001. Ledakan bom mengakibatkan kaca,
langit-langit, dan neon sign KFC pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah bom lainnya
yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak meledak.
d. Bom sekolah Australia, Jakarta, 6 November 2001. Bom rakitan meledak di halaman
Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
5. 2002
a. Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat manggis meledak di depan rumah makan
ayam Bulungan, Jakarta. Satu orang tewas dan seorang lainnya luka-luka. Di Palu,
Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di berbagai gereja. Tidak ada korban
jiwa.
b. Bom Bali, 12 Oktober 2002. Tiga ledakan mengguncang Bali. 202 korban yang
mayoritas warga negara Australia tewas dan 300 orang lainnya luka-luka. Saat
bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan juga meledak di kantor Konjen
Filipina, tidak ada korban jiwa.
c. Bom restoran McDonald's, Makassar, 5 Desember 2002. Bom rakitan yang
dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran McDonald's Makassar. 3 orang
tewas dan 11 luka-luka.
6. 2003
a. Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta, 3 Februari 2003, Bom rakitan meledak di lobi
Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
b. Bom Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, 27 April 2003. Bom meledak dii area publik
di terminal 2F, bandar udara internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. 2
orang luka berat dan 8 lainnya luka sedang dan ringan.
c. Bom JW Marriott, 5 Agustus 2003. Bom menghancurkan sebagian Hotel JW
Marriott. Sebanyak 11 orang meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami luka-
luka.
7. 2004
a. Bom Palopo, 10 Januari 2004. Menewaskan empat orang.
b. Bom Kedubes Australia, 9 September 2004. Ledakan besar terjadi di depan
Kedutaan Besar Australia. 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ledakan
juga mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya seperti Menara Plaza
89, Menara Grasia, dan Gedung BNI.
c. Ledakan bom di Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi Tengah pada 12 Desember 2004.
8. 2005
a. Dua Bom meledak di Ambon pada 21 Maret 2005
b. Bom Tentena, 28 Mei 2005. 22 orang tewas.
c. Bom Pamulang, Tangerang, 8 Juni 2005. Bom meledak di halaman rumah Ahli
Dewan Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin Indonesia Abu Jibril alias M Iqbal di
Pamulang Barat. Tidak ada korban jiwa.
d. Bom Bali, 1 Oktober 2005. Bom kembali meledak di Bali. Sekurang-kurangnya 22
orang tewas dan 102 lainnya luka-luka akibat ledakan yang terjadi di R.AJA's Bar
dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di Nyoman Café Jimbaran.
e. Bom Pasar Palu, 31 Desember 2005. Bom meledak di sebuah pasar di Palu,
Sulawesi Tengah yang menewaskan 8 orang dan melukai sedikitnya 45 orang.
9. 2009
Bom Jakarta, 17 Juli 2009. Dua ledakan dahsyat terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-
Carlton, Jakarta. Ledakan terjadi hampir bersamaan, sekitar pukul
07.50 WIB.
10. 2010
a. Penembakan warga sipil di Aceh Januari 2010
b. Perampokan bank CIMB Niaga September 2010
11. 2011
a. Bom Cirebon, 15 April 2011. Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta
Cirebon saat Salat Jumat yang menewaskan pelaku dan melukai 25 orang lainnya.
b. Bom Gading Serpong, 22 April 2011. Rencana bom yang menargetkan Gereja Christ
Cathedral Serpong, Tangerang Selatan, Banten dan diletakkan di jalur pipa gas,
namun berhasil digagalkan pihak Kepolisian RI
c. Bom Solo, 25 September 2011. Ledakan bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo,
Jawa Tengah usai kebaktian dan jemaat keluar dari gereja. Satu orang pelaku bom
bunuh diri tewas dan 28 lainnya terluka.
H. Langkah-Langkah Kebijakan
Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mencegah dan menanggulangi kejahatan
terorisme pada tahun 2005 – 2009 adalah sebagai berikut:
1. Penguatan koordinasi dan kerja sama di antara lembaga Pemerintah;
2. Peningkatan kapasitas lembaga pemerintah dalam pencegahan dan penang-gulangan
teroris, terutama satuan kewilayahan;
3. Pemantapan operasional penanggulangan terorisme dan penguatan upaya deteksi secara
dini potensi aksi terorisme;
4. Penguatan peran aktif masyarakat dan pengintensifan dialog dengan kelompok
masyarakat yang radikal;
5. Peningkatan pengamanan terhadap area publik dan daerah strategis yang menjadi target
kegiatan terorisme;
6. Sosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat terhadap aksi terorisme;
7. Pemantapan deradikalisasi melalui upaya-upaya pembinaan (soft approach) untuk
mencegah rekrutmen kelompok teroris serta merehabilitasi pelaku terror yang telah
tertangkap.
Dalam mencegah dan menanggulangi terorisme, Pemerintah tetap ber-pedoman pada
prinsip yang telah diambil sebelumnya, yakni melakukan secara preventif dan represif
yang didukung oleh upaya pemantapan kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif
dalam menangani aktivitas, terutama dalam mengungkap jaringan terorisme. Peningkatan
kerja sama intelijen, baik dalam negeri maupun dengan intelijen asing, melalui tukar-
menukar informasi dan bantuan-bantuan lainnya, terus ditingkatkan. Untuk
mempersempit ruang gerak pelaku kegiatan terorisme, Pemerintah akan terus mendorong
instansi berwenang untuk meningkatkan penertiban dan pengawasan terhadap lalu lintas
orang dan barang di bandara, pelabuhan laut, dan wilayah perbatasan, termasuk lalu lintas
aliran dana, baik domestik maupun antarnegara. Penertiban dan pengawasan juga akan
dilakukan terhadap tata niaga dan penggunaan bahan peledak, bahan kimia, senjata api dan
amunisi di lingkungan TNI, Polisi, dan instansi pemerintah. Selain itu, TNI, Polisi, dan
instansi pemerintah juga terus melakukan pengkajian mendalam bekerja sama dengan
akademisi, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Di samping itu, diselenggarakannya gelar budaya dan ceramah-ceramah mengenai
wawasan kebangsaan dan penyebaran buku-buku terorisme dapat mengubah persepsi
negatif masyarakat terhadap langkah Pemerintah untuk memerangi terorisme di Indonesia.
Peningkatan kemampuan berbagai satuan anti teror dan intelijen dalam menggunakan
sumber-sumber primer dan jaringan informasi diperlukan agar dapat membentuk aparat
anti teror yang profesional dan terpadu dari TNI, Polri, dan BIN. Selanjutnya, kerja sama
internasional sangat perlu untuk ditingkatkan karena terorisme merupakan permasalahan
lintas batas yang memiliki jaringan dan jalur tidak hanya di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor penyebab meningkatnya tindak kriminal terorisme antara lain:
a. Kesukuan, nasionalisme/separatism
Tindak teror ini terjadi di daerah yang dilanda konflik antar etnis/suku atau pada
suatu bangsa yang ingin memerdekan diri. Menebar teror akhirnya digunakan pula
sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau alat perjuangan.
b. Kemiskinan dan kesenjangan dan globalisasi
Kemiskinan dan kesenjangan ternyata menjadi masalah sosial yang mampu
memantik terorisme.
c. Non demokrasi
Penguasa non demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan represif
terhadap rakyatnya. Keterkungkungan ini menjadi kultur subur bagi tumbuhnya
benih-benih terorisme.
d. Pelanggaran harkat kemanusiaan
Kelompok yang direndahkan akan mencari cara agar mereka didengar, diakui, dan
diperlakukan sama dengan yang lain. Atmosfer seperti ini lagi-lagi akan mendorong
berkembang biaknya teror.
e. Radikalisme agama
Radikalisme agama menjadi penyebab unik karena motif yang mendasari kadang
bersifat tidak nyata. Radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh cara pandang
dunia para penganutnya. Menganggap bahwa dunia ini sedang dikuasi kekuatan
hitam, dan sebagai utusan Tuhan mereka merasa terpanggil untuk membebaskan
dunia dari cengkeraman tangan-tangan jahat.
2. Dampak tindak kriminal terorisme antara lain:
a. Mengganggu sistem perpolitikan suatu negara.
b. Mengganggu sistem perekonomian Negara.
c. Merugikan beberapa pihak-pihak yang bersangkutan, baik kehilangan harta dan
jiwa.
d. Menyebabkan perasaan takut dan menciptakan kondisi yang tidak aman dan tidak
nyaman.
3. Solusi untuk mengurangi tindak kriminal terorisme antara lain:
a. Penguatan koordinasi dan kerja sama di antara lembaga Pemerintah;
b. Peningkatan kapasitas lembaga pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan
teroris, terutama satuan kewilayahan;
c. Pemantapan operasional penanggulangan terorisme dan penguatan upaya deteksi
secara dini potensi aksi terorisme;
d. Penguatan peran aktif masyarakat dan pengintensifan dialog dengan kelompok
masyarakat yang radikal;
e. Peningkatan pengamanan terhadap area publik dan daerah strategis yang menjadi
target kegiatan terorisme;
f. Sosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat terhadap aksi terorisme;
g. Pemantapan deradikalisasi melalui upaya-upaya pembinaan (soft approach) untuk
mencegah rekrutmen kelompok teroris serta merehabilitasi pelaku terror yang telah
tertangkap.
B. Saran
1. Sebaiknya pemerintah lebih mengoptimalkan kembali kinerja para aparat yang
berwenang seperti polisi dalam upaya-upaya penanggulangan walaupun sudah banyak
dilakukan meskipun kurang maksimal.
2. Mengoptimalkan upaya-upaya tersebut guna mencapai hasil yang lebih baik dalam
upaya pemberantasan terorisme, hal ini juga didukung dengan partisipasi warga
masyarakat untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya terutama tetangga dekat
mereka sebagai warga baru dalam mengetahui aktivitas keseharian mereka dan identitas
mereka yang akurat.
3. Pemerintah tetap ber-pedoman pada prinsip yang telah diambil sebelumnya, yakni
melakukan secara preventif dan represif yang didukung oleh upaya pemantapan
kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif dalam menangani aktivitas, terutama
dalam mengungkap jaringan terorisme.
4. Peningkatan kerja sama intelijen, baik dalam negeri maupun dengan intelijen asing,
melalui tukar-menukar informasi dan bantuan-bantuan lainnya, terus ditingkatkan.
Untuk mempersempit ruang gerak pelaku kegiatan terorisme, Pemerintah akan terus
mendorong instansi berwenang untuk meningkatkan penertiban dan pengawasan
terhadap lalu lintas orang dan barang di bandara, pelabuhan laut, dan wilayah
perbatasan, termasuk lalu lintas aliran dana, baik domestik maupun antarnegara.
5. Peningkatan kemampuan berbagai satuan anti teror dan intelijen dalam menggunakan
sumber-sumber primer dan jaringan informasi diperlukan agar dapat membentuk aparat
anti teror yang profesional dan terpadu dari TNI, Polri, dan BIN.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/360235026/MAKALAH-TERORISME