Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PSIKOLOGI DAKWAH DAN TINGKAH LAKU


KEAGAMAAN YANG MENYIMPANG
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Dakwah
Dosen Pengampu

Dzinnun Hadi, S.Sos.I, M.Pd.

Disusun Oleh

Kelompok 08:
1. Nesya Fitria Ramanda (126311201022)
2. Siti Nur Afidah (126311202030)
3. Zidan Muadhom Nurfarid (126311201018)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami sampaikan kepada Allah
SWT., karena atas segala kenikmatan dan kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Psikologi Dakwah. Sholawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Keberhasilan penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan beberapa pihak,
untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.H.Maftukhin,M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menempuh pendidikan di Universitas ini.
2. Bapak Dr. Ahmad Rizqon Khamami, Lc. MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab
dan Dakwah yang telah memberi kesempatan untuk menempuh belajar dan pengalaman.
3. Bapak Dr.Ahmad Nurcholis,SS.,M.Pd., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, yang
selalu memberi semangat dan motivasi kepada kami.
4. Bapak Dzinnun Hadi, S.Sos. I, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Psiologi
Dakwah.
5. Seluruh civitas akademika UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah ikut
andil memberikan fasilitas dalam kelancaran penulisan makalah ini.
6. Teman-teman yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini membawa anfaat bagi semua pihak dan menambah wawasan bagi kami
maupun pembaca. Aamiin.

Tulungagung, 04 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ............................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Aliran Klenik ............................................................................................................................. 2
B. Konversi Agama ........................................................................................................................ 2
1. Pengertian Konversi Agama ................................................................................................... 2
2. Macam- Macam Konversi ....................................................................................................... 3
3. Faktor- faktor yang menyebabkan konversi ............................................................................ 4
4. Proses Konversi ...................................................................................................................... 4
C. Kristenisasi ................................................................................................................................ 4
1) Muasal "Kristen" ..................................................................................................................... 5
2) Tujuan Missi Kristenisasi........................................................................................................ 6
3) Program Kristenisasi ............................................................................................................... 7
D. Konflik Agama .......................................................................................................................... 9
1. Pengetahuan Agama yang Dangkal ........................................................................................ 9
2. Fanatisme ................................................................................................................................ 9
3. Agama sebagai Doktrin........................................................................................................... 9
4. Simbol-simbol ......................................................................................................................... 9
5. Tokoh Agama........................................................................................................................ 10
6. Sejarah................................................................................................................................... 10
7. Berebut Surga........................................................................................................................ 10
E. Radikalisme Dan Terorisme .................................................................................................. 10
1. Radikalisme........................................................................................................................... 10
2. Terorisme .............................................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sosial dikenal bentuk tata aturan yang disebut norma. Norma
dalam kehidupan sosial merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi tolak ukur tingkah laku
sosial. Jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka
tingkah laku tersebut dinilai baik dan diterima. Sebaliknya jika tingkah laku tersebut
tidak sesuai atau bertentangan dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku dimaksud
dinilai buruk dan ditolak.
Tingkah laku yang menyalahi norma yang berlaku disebut dengan tingkah laku
yang menyimpang. Penyimpangan tingkah laku ini dalam kehidupan banyak terjadi,
sehingga sering menimbulkan keresahan masyarakat. Kasus-kasus penyimpangan
tingkah laku tak jarang pula berlaku pada kehidupan manusia sebagai makhluk individu
maupun sebagai kehidupan kelompok masyarakat. Dan dalam kehidupan masyarakat
bergama penyimpangan yang demikian itu sering terlihat dalam bentuk tingkah laku
keagamaan yang menyimpang. Dengan melihat dari latar belakang diatas, maka
pemakalah akan membahas tentang tingkah laku keagamaan yang menyimpang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tingkah laku keagamaan yang menyimpang?
2. Apa yang dimaksud dengan konversi agama?
3. Apa yang dimaksud dengan kristenisasi?
4. Jelaskan tentang Radikalisme dan Terorisme?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang aliran klenik
2. Mengetahui tentang konversi agama
3. Mengetahui tentang kristenisasi
4. Menjelaskan tenteng radikalisme dan terorisme

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Klenik
Klenik dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan
akan hal-hal yang mengandung rahasia dan tidak masuk akal (KBRI,1989:409). Dalam
kehidupan masyarakat, umumnya klenik ini erat kaitannya dengan praktik perdukunan,
hingga sering dikatakan dukun klenik. Dalam kegiatannya dukun ini menggunakan guna-
guna atau kekuatan gaib lainnya dalam pengobatan.
Salah satu aspek dari ajaran agama adalah percaya terhadap kekuatan gaib. Bagi
penganut agama masalah yang berkaitan dengan hal gaib ini umumnya diterima sebagai
suatu bentuk keyakinan yang lebih bersifat emosional, ketimbang rasional. Sisi-sisi yang
menyangkut kepercayaan terhadap hal-hal gaib ini tentunya tidak memiliki batas dan
indikator yang jelas, karena semuanya bersifat emoosional dan cenderung berada di luar
jangkauan nalar. Karena itu tidak jarang dimanipulasi dalm bentuk kemasan yang
dihubungkan dengan kepentingan tertentu. Manipulasi melalui kepercayaan agama lebih
diterima oleh masyarakat, sebab agama erat dengan sesuatu yang sakral.
Masalah yang menyangkut sesuatu yang gaib dan nilai-nilai sakral keagamman ini
dalam kehidupan masyarakat sering pula diturunkan pada pribadi-pribadi tertentu. Proses
ini menimbulkan kepercayaan bahwa seseorang dianggap mempunyai kemampuan luar
biasa dan dapat berhubungan dengan alam gaib.
Dalam kenyataan di masyarakat praktik yang bersifat klenik memiliki karakteristik yang
hampir sama, yaitu:
1. Pelakunya menokohkan dirinya sebagai orang suci.
2. Mendakwahkan diri memiliki kemampuan luar biasa.
3. Ajaran agama sebagai alat untuk menarik kepercayaan masyarakat.
4. Kebenaran ajarannya tidak dapat dibuktikan secara rasional.
5. Memiliki tujuan tertentu yang cenderung merugikan masyarakat.

B. Konversi Agama
1. Pengertian Konversi Agama
Konversi berasal dari kata conversion yang berarti tobat, pindah, berubah.
Sehingga convertion berarti berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke
agama lain (change from one state, or from one religius to another). Konversi agama
banyak menyangkut kepada kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat dimana
seseorang berada. Selain itu konversi agama memuat bebrapa pengertian dengan ciri-
ciri :
 Adanya perubahan dan pandang dan keyakinan seseorang terhadap agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
 Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan sehingga perubahan bisa
terjadi secara berproses atau mendadak.

2
 Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu
agama keagama lain akan tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap
agama yang dianautnya sendiri.
 Selain itu juga faktor yang mnyebabkan perubahan adalah petunjuk dari yang maha
kuasa.
Didalam Islam, konversi disebut dengan Murtad, yaitu keluar dari Agama Islam
dalam bentuk niat, perkataan, perbuatan yang menyebabkan seseorang menjadi kafir
atau tidak beragama sama sekali. Kemurtadan berarti batalnya nilai religius perbuatan
orang yangb bersangkutan. Kembali kepada kekafiran setelah setelah beriman berarti
terputusnya hubungan dengan Allah. Menurut fakih, orang yang telah murtad
kehilangan hak perlindungannya. Jika berhasil ditangkap sebelum mengadakan
perlawanan. Maka hukumnya wajib dibunuh.
Konversi telah selalu menjadi sebuah topik yang mengemuka, jika tidak
membakar emosi kemanusiaan kita. Lagi pula, misionaris mencoba untuk meyakinkan
seseorang untuk mengubah keyakinan agamanya yang mana menyangkut masalah-
masalah paling utama tentang kehidupan dan kematian, arti penting dari keberadaan
kita.
Dan misionaris biasanya merendahkan nilai dari keyakinan seseorang yang
sekarang, yang mana bisa dalam bentuk komitmen pribadi yang kuat atau tradisi
kebudayaan keluarga yang panjang, menyebutnya lebih rendah, salah, berdosa atau
bahkan kekeliruan yang akut.
Pernyataan-pernyataan seperti itu sulit dianggap beradab atau berbudi bahasa
dan sering menghina dan merendahkan. Misionaris tidaklah datang dengan sebuah
pikiran terbuka untuk suatu diskusi yang tulus dan dialog yang memberi dan
menerima, tetapi pikirannya telah berkesimpulan terlebih dahulu dan mencari jalan
untuk memperdaya yang lain dengan pandangannya, sering bahkan sebelum ia sendiri
tahu apa sebenarnya yang diyakini dan dilakukannya. Adalah sulit untuk
membayangkan pertemuan antar manusia yang lebih penuh tekanan terbebas dari
kekerasan fisik yang nyata.Kegiatan misionaris selalu memegang kekerasan
psikologis yang terkandung didalamnya, bagaimanapun bijaksananya hal itu
dilakukan. Ia diarahkan pada pengalihan pikiran dan hati dari orang-orang menjauh
dari agama asli mereka kepada suatu agama yang secara umum tidak bersimpati dan
bermusuhan dengannya.

2. Macam- Macam Konversi


Starbuck sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard Splika membagi konversi
menjadi dua macam, yaitu :
a. Type volitional (perubahan secara bertahap)
Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit hingga
kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.
b. Type self surrender (perubahan secara drastis)
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses
tertentu tiba- tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
Perubahan tersebut dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi taat, dari tidak
3
kuat keimanannya menjadi kuat keimanannya, dari tidak percaya kepada suatu
agama menjadi percaya dan sebagainya.

3. Faktor- faktor yang menyebabkan konversi


Para ahli sosiologi berpendapat bahwa terjadinya konversi agama disebabkan
oleh pengaruh sosial. Dijelaskan oleh Clark, pengaruh- pengaruh tersebut antara lain:
a) Hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun yang
bersifat non agama.
b) Kebiasaan yang rutin.
c) Anjuran atau propaganda dari orang- orang yang dekat, seperti keluarga, sahabat
dan sebagainya.
d) Pengaruh pemimpin agama
e) Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
f) Pengaruh kekuasaan pemimpin

4. Proses Konversi
Proses konversi menurut H. Carrier yaitu :
1) Terjadi disintegrasi kognitif dan motivasi sebagai akibat krisis yang dialami.
2) Reintegrasi kepribadian berdasarkan konsepsi yang baru. Dengan adanya
reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan
struktur lama.
3) Tumbuh sikap menerima konsep agama yang baru serta peranan yang dituntut
oleh ajarannya.
4) Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan yang suci,
petunjuk Tuhan.

C. Kristenisasi
Dijelaskan oleh Hj. Irena Handono, dalam bukunya yang berjudul, "Awas Bahaya
Kristenisasi di Indonesia" bahwa; Allah Swt. tidak pernah memakai istilah "Kristen"
dalam kitab suci Alquran. Sebab, istilah "Kristen" tidak menunjuk pada suatu agama.
Kristen, pada mulanya, hanya sebuah lembaga, kemudian diagamakan. Istilah itu baru
muncul sekitar tahun 40-50 M. dan juga ada yang mengatakan tahun 80 M. (2005:14)
Masdum Muharram, dalam artikelnya yang telah terpublikasikan melalui media
Swara muslim, (1998:70) menjelaskan, bahwa yang dimaksud kristenisasi adalah sebuah
gerakan keagamaan yang bersifat politis kolonialis, yakni gerakan yang muncul akibat
kegagalan perang Salib sebagai upaya penyebaran agama Kristen ke tengah-tengah
bangsa-bangsa di dunia ketiga, terutama ummat Islam.
Namun demikian kristenisasi ini, sering kali hanya menjadi sekadar isu dan mitos
pinggiran. Padahal, kenyataannya adalah sebaliknya, Sejumlah upaya kristenisasi tetap
dilakukan, sebagaimana dijelaskan oleh Masdum yaitu salah satu warga yang tinggal di
Riyadh dalam artikelnya juga menjelaskan tentang sejarah singkat munculnya upaya
kristenisasi yakni, pada saat itu, orang Kristen pertama yang bernama Raymond Lull
mengumandangkan kristenisasi setelah menyusul kegagalan kaum kristiani pada perang

4
Salib. sehingga lambat laun muncullah salah satu akademi yang menjadi pusat
pengajaran zending Masehi. (Swara Muslim, 1998:70)
Karena itu penyiaran Injil Kristen menimbulkan pertanyaan, "Mengapa" missi itu
melahirkan beberapa masalah, missi dipandang. sebagai tugas pribadi bagi setiap orang
Kristen, yang disebut sebagai tugas dari dirinya sesuai dengan penginjilan umat Kristen.
Sebagaimana terangkum dalam buku tentang dakwah Islam dan missi kristenisasi
karangan Prof. Dr. Khursid. dkk dijelaskan, bahwa kecenderungan yang terdapat pada
kitab suci telah ditemukan di dalam Gospel Of St. Matthew (konstitusi dari komisi
terbesar/Matius) yaitu: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan
baptislah mereka dalam nama bapa dan anak dan roh kudus". (1984:2)
Di dalamnya terdapat suatu fakta tentang beberapa perintah yang jelas di dalam kitab
perjanjian baru. Sehingga setiap umat Kristen mempunyai tugas untuk memperhatikan
dan membaca khotbah penginjilan ini. Kemudian bagaimana mereka memahami kitab
suci? Jawabnya, tergantung dari bagaimana kita membaca kitab tersebut. Apabila di satu
sisi kita membaca kitab suci perjanjian baru, tentu kita mengingat perintah Allah yang
semuanya. harus dilaksanakan oleh umat Kristen. Setiap umat Kristen harus bisa
memahami dan melaksanakan isi kitab suci yang penulisannya berhubungan langsung
dengan literatur misionaris atau yang ditulis dalam situasi misionaris tertentu.
Jelas perintah untuk melaksanakan isi kitab suci ini, dan memperluas murid-murid
bagi seluruh bangsa, sampai dunia berakhir tanpa adanya batas. Jadi, isi kitab suci adalah
untuk seluruh bangsa. Pendirian yang sama juga terdapat pada surat-surat St. Paul dan St.
Petter, yang memahami isi kitab suci (Gospel) sebagai alat, tidak hanya bagi orang
yahudi yang telah memiliki hukum, tetapi juga untuk semua gentiles (bangsa bukan
yahudi). Di sini juga terdapat maksud teologis yang mendalam melalui gospel kebencian.
Dan perdebatan antara Yahudi dan Gentiles akan dapat diselesaikan. Mereka akan
rujuk melalui partisipasi di dalam mencintai Kristus. Hal itu menunjukkan pemujaan
yang saat ini terbagi pada kesatuan yang sama, bahwa mereka merupakan bagian dari
tubuh yang sama dan janji-janji yang sama dibuat di dalam gospel yang disabdakan
Yesus Kristus.
Menurut Khursid, missi Protestan terdahulu dengan motivasi utama dan tujuan
individu-individu diselamatkan melalui keyakinan kepada yesus kristus, dan tiada
keraguan di dalam kitab suci perjanjian baru, yakni siapa yang dibaptis dan akan
menerima baptis (Markus)", representasi untuk memaafkan dari dosa-dosa (Lukas)'.
Otoritas untuk memaafkan dosa-dosa yang diberikan oleh rasul. (1984:4).

1) Muasal "Kristen"
Dalam buku "Awas Bahaya Kristenisasi Indonesia" karangan Irena Handono
dijelaskan, bahwa sebelumnya sebagaimana terdapat dalam sejarah, pengikut Nabi Isa
disebut Nasrani, atau Nazaren, yakni kata tersebut berasal dari kata Nazareth, tempat
kelahiran Nabi Isa. Sedangkan dalam Alquran, pengikut Nabi Isa itu disebut
Hawariyyun. Beberapa peneliti mengaitkan para pengikut awal Nabi Isa AS sebagai
orang-orang Esenes yang berkemungkinan mendiami Qumran, ada juga yang
menyebut mereka sebagai orang orang Ebionit (salah satu sekte Yahudi). Ajaran-

5
ajaran mereka yang masih murni, terwakili dalam keyakinan kaum Unitarian awal,
yang getol mempertahankan keesaan Tuhan. (2005:13)
Yang menarik, dalam pernjelasan Handono tersebut Allah swt. tidak pernah
memakai istilah "Kristen" dalam kitab suci Alquran. Sebab, sejatinya, istilah
"Kristen" tidak menunjuk pada suatu agama. Kristen, pada mulanya, hanya sebuah
lembaga. Kemudian diagamakan. Istilah itu baru muncul sekitar tahun 40-50 M. Ada
yang mengatakan tahun 80 M. kemunculan pertama kalinya pun bukanlah di
Nazareth, tidak juga di Bethlehem, tapi di Antiokhia. Injil menyebutkan: "Mereka
tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak
orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen."
(2005:14).
Dijelaskan juga bahwa hal tersebut kronologisnya, tatkala Nabi Isa terancam
bahaya, lalu diselamatkan oleh Allah, murid-murid Nabi Isa terpecah dalam dua
kelompok. Sebagian tetap setia kepada Nabi Isa, dengan memegang teguh ketauhidan
ajaran Nabi Isa, seperti Hawariyyun. Dan sebagian lagi, justru terpedaya oleh ulah
Paulus. Mereka diajak keluar dari negeri Yahudi, menyeberang ke sebuah kota...
Antiokhia sekarang berada di wilayah Suriah. Tetangga negeri Palestina. Di Antiokhia
itulah, pertama kali dalam sejarah, mereka ditabalkan sebagai umat Kristen. Setelah
dibina oleh Paulus selama satu tahun, tentunya. Di tempat itulah, Paulus membimbing
serta mengarahkan pemikiran keagamaan mereka. Hingga pada giliran berikutnya
mereka mendirikan sebuah lembaga yang (kelak diagamakan) disebut sebagai agama
Kristen. (2005:15)
Istilah "Kristen" berasal dari istilah Yunani, krystos. Artinya, yang diusapi
dengan minyak, atau yang diusapi. (Handono, 2005:17) Kata ini lantas beralih
menjadi cryistus (Romawi) dan christ (Inggris). Tapi, artinya bukan lagi "Yang
Diusapi". Melainkan "Penebus Dosa" dan "Juru Selamat". Jadi, kaum Kristen
(Christian, Inggris) dimaknai sebagai orang yang meyakini Yesus (Nabi Isa) sebagai
Penebus Dosa dan Juru Selamat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa istilah Nasrani dan Kristen tidak
mempunyai pengertian yang sama persis. Tidak identik. Karena implikasinya, ketika
umat Islam tidak bisa membedakan antara Nasrani dan Kristen, maka muncullah celah
yang menyebabkan mereka tergelincir, timbul salah persepsi secara mendasar.
Sehingga, sebagian kaum Islam ada yang membolehkan perkawinan lintas agama.
Dengan asumsi bahwa kaum Kristen itu umat Nasrani, yakni Ahli Kitab.

2) Tujuan Missi Kristenisasi


Suresh Desai, seorang penulis dan wartawan terkenal di India, pada tanggal 10
Maret 1997, diundang oleh St.Pius Seminary di Bombay, untuk berbicara di hadapan
para mahasiswa seminari tentang 'Perception on Missionary Activities'. Penulis yang
beragama Hindu tersebut mengatakan selama sejarah Eropa, kegiatan misionaris serta
agama Kristen adalah tiga hal yang tidak terpisahkan dengan Galileo, Copernicus,
Bruno, Joan of Ark, dan pembunuhan ratusan ribu perempuan dalam Perang Salib,
tidak terkecuali pula pembunuhan terhadap ribuan orang-orang Goa di India.
Dikemukakan olehnya; apa sebenarnya tujuan pemurtadan ini. Sejauh ini, akibat

6
pemurtadan dari agama lain ke Kristen, pada hemat Suresh, ternyata tidak
memberikan bukti yang kuat terhadap perbaikan mutu moral umat manusia. Hal ini
dianggapnya sebagai suatu kegiatan yang justru tidak berarti atau sia-sia. Dari pada
menjalankan kristenisasi, katanya lebih lanjut, gunakan saja uang tersebut untuk
membina moral orang-orang Amerika Selatan atau Amerika Serikat yang rusak.
(Majalah, Hidayatulloh, Edisi Januari 2005).
Dari kenyataan tersebut, satu pertanyaan yang tidak kunjung terjawab adalah:
ditengah ketidak-berhasilan misi kristenisasi membawa umat ke arah proses
kehidupan yang lebih baik sebagai bentuk realisasi qualitas hidup spiritual, mengapa
misionaris tetap menginginkan pengembangannya dalam artian kuantitas.
Hal tersebut karena misi Kristen terus berjalan. Mereka menyebarkan slogan-
slogan tersebut dari rumah ke rumah kalau perlu. Tidak hanya di Indonesia. Di India
juga berlangsung hal yang sama. Kalau pada sepuluh tahun terakhir model "home
visit" ini sudah jarang ditemui di kota-kota, itu bukan berarti misi mereka mulai 'sepi'.
Misi tersembunyi tetap berlangsung. Dengan lagu lama 'Yesus Juru Selamat', mereka
berbekal, dan imbalan material lainnya seperti uang sekolah, beras, supermi dan gula,
sudah tidak asing lagi, mereka menyebar ke seluruh pelosok India atau Afrika yang
miskin, serta Irak yang sedang dilanda perang. William, seorang misionaris yang
berkedok 'Guru Tamu' Bahasa Inggris di sebuah lembaga pendidikan di Jawa Barat,
akhirnya diketemukan dokumennya berisi kode-kode wilayah sasaran kristenisasi.
Dalam banyak kasus, terutama jika mereka menghadapi orang orang yang
memiliki bekal pengetahuan agama yang cukup, para misionaris ini akan kelabakan
dibuatnya. Dalam karyanya yang terkenal "The Choice" Ahmad Deedat, seorang ahli
perbandingan agama di Republik Afrika Selatan menceritakan pengalamannya
bagaimana beliau diundang oleh seorang Pastor senior, Van Hererden namanya, di
sebuah Dutch Reformed Church, Afrika Selatan untuk diajak berdialog tentang Islam-
Kristen. Merasa 'terpojok', Ahmad Deedat sesudah itu tidak pernah diundang lagi,
meskipun pada akhir pertemuan beliau dijanjikan untuk bertemu ulang. Dialog serupa
sudah tidak terhitung jumlahnya di belahan bumi lainnya, dari berbagai bahasa
penyelenggaraannya. (Majalah, Hidayatulloh, Edisi Januari 2005)

3) Program Kristenisasi
Dalam buku "Awas Bahaya kristenisasi di Indonesia" karangan Hj. Irena
Handono dijelaskan, bahwa sebagian lintasan sejarah negaral Indonesia, bisa kita
saksika, yakni pada periode penjajahan pernah disusupkan seorang orientalis, salah
satu keberhasilanya adalah menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam. Dalam buku
tersebut juga ditegaskan, bahwa kaum Kristen tengah mempersiapkan generasi baru
yang jauh dari Islam. Artinya mereka menetapkan program untuk menjauhkan umat
Islam dari ajaran agamanya sendiri. (2005:20)
Adapun sebagai upaya untuk memperluas penyelidikan dan menyebarkan
pengaruh, orang-orang missionaries menempuh segala macam cara; antara lain
menurut Dr Mustofa dalam bukunya yang berjudul, "Tipu Daya Orieantalis"
(1984:31) disebutkan, bahwa dalam pelaksanaanya orientalis melakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:

7
a. Mereka menulis buku-buku tentang Islam dari berbagai aspeknya, termasuk
pembahasan tentang Alquran, Rasulullah Saw, dan aliran-aliran dalam Islam.
Pada umumnya tulisan tulisan mereka mengandung kesalahan-kesalahan yang
disengaja, baik dalam penukilan dan pemalsuan teks-teks maupun dalam
pemahaman peristiwa-peristiwa sejarah.
b. Mereka menerbitkan majalah-majalah khusus membahas Islam, dunia Islam dan
kaum muslimin.
c. Mereka mengirim dan menyebarkan missionaris-missionaris Kristen keseluruh
negara-negara Islam. Missionaris-missionaris itu pada lahirnya melaksanakan
tugas-tugas kemanusiaan, seperti mendirikan rumah-rumah sakit, yayasan-
yayasan, organisasi-organisasi pemuda Kristen dan lain-lain.
d. Mereka memberikan ceramah-ceramah ilmiah di berbagai perguruan tinggidan
lembaga-lembaga ilmiah, dan yang sangat disayangkan adalah bahwa mereka
yang justru paling berbahaya dan sangat memusuhi Islam itu sering didatangkan
untuk berbicara tentang Islam diberbagai perguruan tinggi dinegara-negara Arab
dan Islam.
e. Mereka menyuguhkan makalah-makalah diberbagai pers mereka.
f. Mereka mengadakan kongres-kongres yang pada lahimya untuk membahas topic-
topik umum, tetapi pada hakikatnya untuk mengokohkan program-program
orientalis.
g. Mereka menerbitkan encyclopedia of Islam dalam berbagai bahasa
h. Selain tersebut di atas, dalam melancarkan upaya kristenisasi mereka juga
menggunakan pendekatan budaya, yakni dengan melalui buku bacaan, tayangan
film, sistem ekonomi, ketenagakerjaan, pola perkawinan hingga budaya
pemerintahan ternyata, menurut Handono, dinilai menjadi cara yang termudah
dan paling murah dalam pengikisan akidah. (2005:22) Ditambahkan juga oleh
Handono, bahwa penetrasi budaya juga mereka lakukan terhadap khalayak luas,
terutama pada masyarakat yang tertimpa musibah, contohnya pada masyarakat
kita sendiri. Apabila suatu komunitas umat Islam membutuhkan bantuan social,
mereka, selalu menjadikannya sebagai momentum untuk menanamkan investasi
jasa kemanusiaan. Secara perlahan ujung-ujungnya, umat Islam yang sedang
mengalami kesulitan itu digiring kedalam pusaran kristenisasi. Mereka di
kristenkan, rasanya urusan kemanusiaan hanya sebagai dalih belaka, yakni
"mereka membutuhkan bantuan social, mereka, selalu menjadikannya sebagai
momentum untuk menanamkan investasi jasa kemanusiaan. Secara perlahan
ujung-ujungnya, umat Islam yang sedang mengalami kesulitan itu digiring
kedalam pusaran kristenisasi. Mereka di kristenkan, rasanya urusan kemanusiaan
hanya sebagai dalih belaka, yakni "mereka datang bukan untuk misi keagamaan.
tapi demi rasa kemanusiaan, itu lalu dibungkus dengan kemasan Kristenisasi
secara terselubung.(2005: 27). Upaya-upaya kristenisasi sebagaimana cara
tersebut diatas banyak dilakukan di tengah-tengah lingkungan masyarakat kita,
sebagaimana penuturan di majalah bulanan Media Dakwah tepatnya pada rubrik
laporan utama yang menceritakan tentang upaya seorang pastur yang bernama
Wiwik membantu gelandangan tengah-tengah kota Jakarta. Disebutkan bahwa

8
pastur tersebut selalu memberi susu, beras dan kebutuhan hidup lainya, namun
mereka harus ikut nyanyi dan merayakan hari-hari Kristen, (Edisi Maret,
1987:152) Selain itu dituliskan juga dalam majalah yang sama, dilaporkan,
bahwa kristenisasi selain dilakukan dengan berbagai operasi sosial juga
dilakukan dengan cara mendirikan pendidikan dan gereja-gereja di sekitar
masyarakat yang berbasis muslim. (1997:49). Yang lebih tragis sekali
sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah Wasian dalam bukunya Islam Menjawab,
upaya kristenisasi di Jawa Timur dilakukan dengan menggarap kaum dhuafa'
antara lain terdiri kaum nelayan, tukang becak dan juga menangani pembangunan
perumahan bagi rakyat kecil. Dari hasil investigasinya Wasian mencatat bahwa
akibat pola kristenisasi tersebut banyak masyarakat yang tertarik dan simpatik,
khususnya dari lapisan bawah.

D. Konflik Agama
Konflik agama sebagai perilaku keagamaan yang menyimpang, dapat terjadi karena
adanya “pemasungan” nilai-nilai ajaran agama itu sendiri. Maksudnya, para penganut
agama seakan “memaksakan” nilai-nilai ajaran agama sebagai “label” untuk
membenarkan tindakan yang dilakukannya. Padahal, apa yang mereka lakukan
sesungguhnya bertentangan dengan nila-nilai ajaran agama itu sendiri. Penyimpangan
itu oleh adanya sebab dan pengaruh yang melatarbelakanginya.
1. Pengetahuan Agama yang Dangkal
Secara psikologis, masyarakat awam cenderung mendahulukan emosi ketimbang
nalar. Kondisi ini, member peluang bagi masuknya pengaruh-pengaruh negative
dari luar yang mengatasnamakan agama. Apabila pengaruh tersebut dapat
menimbulkan respon emosional, maka konflik dapat dimunculkan. Tegasnya,
mereka yang awam akan berpeluang diadu-domba.
2. Fanatisme
Dalam kehidupan masyarakat, ketaatan beragama cenderung dipahami sebagai
“pembenaran” yang berlebihan. Pemahaman yang demikian itu akan membawa
kepada sikap fanatisme, hingga menganggap agama yang dianutnyalah yang
paling benar.
3. Agama sebagai Doktrin
Ada kecenderungan di masyarakat, bahwa agama dipahami sebagai doktrin yang
bersifat normative. Pemahaman yang demikian, membuat ajaran agama menjadi
sempit. Hal seperti ini menjurus pada munculnya kelompok-kelompok ekstrem
dalam bentuk gerakan sempalan eksklusif. Kondisi seperti itu bagaimana pun
akan mengurangi sikap toleran yang dapat mengganggu hubungan antarsesama
umat beragama.
4. Simbol-simbol
Dalam kajian antropologi, agama ditandai oleh keyakinan terhadap sesuatu yang
bersifat adikodrati (supernatural), ajaran, penyampai ajaran, lakon ritual, orang-
orang suci, tempat suci, dan benda-benda suci. Walaupun agama bermacam-
macam, namun komponen itu didapati disemua agama, dengan demikian, selain

9
merupakan keyakinan, agama juga mengandung symbol-simbol yang oleh
penganutnya dinilai sebagai sesuatu yang suci yang perlu dipertahankan.
5. Tokoh Agama
Sebagai pemimpin agama, dia mampu mengobarkan atau menentramkan emosi
keagamaanya pengikutnya. Bila terjadi konflik sosial, yang kebetulan pihak yang
terlibat adalah bagian dari penganut agama yang berbeda, maka isu agama mudah
masuk. Tidak jarang tokoh agama ikut terpengaruh oleh isu-isu tersebut. Kalaulah
hal seperti itu terjadi, maka dikhawatirkan para tokoh agama akan ikut terlibat
dalam konflik.
6. Sejarah
Dalam konteks penyiaran agama, “kufr” sering diaplikasikan sebagai “lawan
agama”, atau dipertajam lagi menjadi “musuh agama”. Dalam pandangan seperti
ini, maka golongan yang tidak beriman menjadi abash untuk diperangi. Latar
belakang sejarah agama, umumnya menimpan kasus-kasus seperti ini. Terkadang
oleh pandangan yang ekstrem yang seperti itu, pertumpahan darah sering terjadi.
Dalam kasus sosial, kadang-kadang muatan sejarah keagamaan ini lagi-lagi
dimunculkan, hingga dapat menyulut terjadinya konflik.
7. Berebut Surga
Setiap agama mengajarkan kepercayaan akan adanya kehidupan abadi setelah
kematian, yaitu surge dan neraka. Semua manusia pasti berharap akan masuk
surge. Dalam upaya memperoleh “tiket” surge, seseorang meningkatkan kuantitas
dan kualitas ibadahnya. Sayangnya dalam kehidupan beragama, sering terjadi
kebalikannya. Peta dan kenikmatan surgawi diperebutkan dengan mengorbankan
kelompok lain. Ada kecenderungan mendeskreditkan orang atau kelompok lain.
Barangkali usaha untuk memperebutkan akan surge akan timbul bukan saja di
dalam kelompok penganut agama yang berbeda, tetapi juga bisa terjadi dalam
kelompok seagama. Bila pandangan seperti ini meningkat pada klaim sepihak,
maka konflik pun tidak akan dapat dihindarkan. Paling tidak akan menumbuhkan
rasa permusuhan.

E. Radikalisme Dan Terorisme


1. Radikalisme
Terosrisme menampilkan ciri berupa ancaman dan kekerasan, dengan sasaran
sipil (non-militer)yang dilatarbelakangi oleh tujuan politik. Adapun maksud dari
Terorisme anatara lain menciptakan kekacauan, demoralisasi, dan difungsi sosial.
Gerakan-gerakan seperti ini sering dikaitkan dengan radikalisme,yaitu paham atau
aliran yang menghendaki pembaharuan sosial atau politik dengan cara keras dan
drastis. Oleh karena itu Radikalisme diidentikkan dengan sikap ekstrem dalam aliran
politik.
Seperti halnya fundamentalisme, maka radikalisme juga dianggap sebagai
gerakan yang ekstremisme dan eksklusivisme. Gerakan yang melatarbelakangi
menjadi cocok untuk dikaitkan denga terorisme. Namun sekali lagi, pandangan yang
demikian itu tak lepas dari pengaruh politik. Berar tidaknya tuduhan itu, agaknya
tergantung pula kepada supremasi penguasa. Berbagai gerakan sosial, apapun

10
bentuknya. Bila sudah dihubung-hubungkan dengan agama,akan menjadi semakin
popular, dan terkesan lebih mudah untuk memperoleh dukungan khalayak.
Radikalisme sebagai paham atau aliran, sebenarnya berpeluang muncul dalam
berbagai bidang kehidupan. Tuntunan terhadap perubahan yang drastic dan cepat
dapat terjadi di bidang politik, militer, ekonomi, dan sebagainya. Radikalisme pada
dasarnya merupakan gerakan pendobrak terhadap kondisi baru yang diingini, dengan
cara yang tepat. Dengan demikian, Radikalisme tidak selalu berkonotasi negative.
Bila kondisi baru yang tercipta oleh adanya perubahan tersebut bermanfaat bagi
peningkatan peradaban dan kehidupan manuisia, barangkali radikalisme dapat
diterima. Sebaliknya, bila gerakan tersebut menimbulkan malapetaka, maka
radikalisme akan mendatangkan kecaman.
Agama merupakan perangkat sistem nilai dalam bentuk pengabsahan dan
pembenaran dalam mengatur sikap individu dan masyarakat. Dalam masyarakat yang
religious, agama menyusup kedalam aktivitas sosial, baik yang bersifat ekonomi,
politik, kekeluargaan, maupun rekreatif. Pada tataran ini, bahwa agama telah ikut
berperan dalam melatarbelakangi gerakan gerakan yang terjadi dimasyarakat. Dalam
kasus-kasus seperti ini, agama dinilai sangat tepat untuk dimunculkan sebagai
penyebab utamanya dan langsung dihubung-hubungkan dengan tokoh dan kelompok
tertentu.
Oleh karena realitas politik dikuasai oleh regim-regim bukan Islam dan otoriter,
maka untuk mengubah sistem politik yang refresif dianggap sia-sia, maka jihad
menjadi satu-satunya pilihn untuk menegakkan satu tatanan baru. Jihad sebagai
perjuangan bersenjata untik mempertahankan Islam dari ketidakadilan, menjadi suatu
yang niscaya bagi semua orang yang mengaku beriman. Sebagaimana
Fundamentalisme, maka radikalisme juga dianggap sebagai gerkan yang ekstremisme
dan eksklusifme. Kedua gerakan ini tampaknya cocok untuk dihunungkan dengan
terorisme. Namun setelah dicermati secara mendalam ternyata pandangan yang
sedemikian itu, sama sekali tidak daoat dilepaskan dari latar belakang politik. Wadah
identitas kelompok vis a vis dunia sekitarnya dianggap dekaden,sebuah dunia iblis
yang harus dimusnahkan. Mereka meyakini dirinya paling benar, paling dekat ambang
pintu Tuhan.
Keyakinan merupakan wilayah hati dan terkait dengan prinsip prinsip ajaran
agama yang menekankan pada kesucian. Dalam kondisi seperti itu, nalar kehilangan
fungsinya. Oleh karena itu, ketika mitos dimasukkan ke nilai-nilai ajaran agama, akal
sehat jadi termandulkan atau terabaikan sama sekali. Orang menjadi mudah percaya
dan menerimanya tanpa melakukan kritik. Saat itu, nilai-nilai luhur agama terdesak
oleh nilai-nilai mitologis tersebut. Mitologis keagamaan seakan sebuah proses cuci
otak terhadap penganutnya."

2. Terorisme
Terorisme berasal dari kata teror, yang secara etimologis mencakup arti; 1.
Perbuatan (pemerintah dan sebagainya); 2. Usaha menciptakan ketakutan, kengerian
dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Sedangkan terorisme berarti
penggunaan kekerasan atau menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu

11
tujuan, terutama tujuan politik (KBBI, 1990:939). Jadi, terorisme mungkin dilakukan
oleh siapa saja, baik pemerintah, golongan atau peroangan.
Memang secara defenitif,tampaknya belum ada rumusan yang disepakati, apa
yang dimaksud dengan terorisme, namun, untuk sekedar member gambaran mengenai
hal itu, barangkali dapat dirujuk pendapat yang dikemukakan oleh Smith dan
Junghman. Menurut mereka Terorisme adalah tindakan yang dengan disengaja
menggunakan atau mengancam menggunakan kekerasan terhadap sipil atau sasaran
sipil untuk mencapai tujuan politik. Merujuk tujuan yang menjadi targetnya adalah
politik, sebenarnya terorisme sama sekali tidak terkait dengan. agama. Namun, akhir-
akhir ini mulai berkembang suara bernada"miring" untuk mengaitkan terorisme
dengan gerakan keagamaan. Professor Ross Babbage, menyimpulkan bahwa
terorisme terkait dengan gerakan minoritas umat Islam militant Wahabi yang radikal
dan akrab dengan kekerasan.
Selanjutnya, Ross membagi terorisme menjadi dua, yaitu terorisme lama dan
terorisme baru. Kelompok terorisme lama antara lain: Tentara Merah Jepang, Tentara
Republik Irlandia, Macan Pembebasan Tamil (Eelam) di Srilangka, Front
Pembebasan Nasioanal Moro,dan kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Sedangkan,
jamaah Islamiyah dan Al-Qaeda, ia kelompokkan sebagai terorisme baru. Dalam
melakukan operasi, kelompok terorisme baru tidak memerlukan perlatan berat seperti
perang konvensional atau jaringan yang berbentuk organisasi itu sebagaimana
organisasi militer. Namun, Ross melihat mereka didukung landasan doktrin agama
yang dikaitka dengan perang suci.
Adapun sasaran media massa Barat mula-mula diletakkan pada Lybia sebagai
Negara "sarang teroris" yang diperintah oleh seorang "megalomaniak" dan yang benar
atau salah, selalu dihunungk-hubungkan dengan gerakan pembantu terorisme beralih
dari Lybia ke Afganistan dan Irak. Afghanistan diserang karena dinilau sebagai
tempat "penampungan" pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden. Tokoh 'Terorisme'
internasional ini dituduh terlibat dalam tragedy 11 September 2001 yang
mengnhancurkan gedung Word Trade Centre dan merusak gedung Pentagon.
Silang pendapat tentang terosrisme tampaknya memang sulit untuk dihindarkan,
karena berbagai tuduhan yang dialamatkan seakan sudah terbakukan dalam persepsi
masing-masing. Titik awal dari terorisme sering dikaitkan dengan
fundamentalisme,khususnya Islam. Fundamentaliusme dalam Islam terarah kepada
tradisi Tajdid (pembaharuan) dan Islah (perbaikan) yang mencakup gagasan politik
dan aktivitas sosial, sejak awal abad hingga sekarang. Jadi, istilah yang lebih tepat
adalah kebangkitan dan aktivisme Islam.
Memang tampaknya kaitan antara fundamentalisme dengan terorisme kental
dengan unsure politik didalamnya. Stigma (sifat negative yang didekatkan) sejarah
hubungan masa lalu antarkelompok, golongan, masyarakat atau bangsa ikut meberi
pengaruh munculnya"tuduhan"tersebut. Kesan ini akan lebih melekat, bila
dihubungkan dengan agama. munculnya anggapan Al-Qaeda dan Jama'ah Islamiyah
sebagi gerakan terorisme Islam,akhir-akhir ini tampaknya juga tak lepas dari stigma.
John L.Elposito menulis, bahwa "fundamentalisme" kerap disejajarkan dengan
aktivitas politik, ekstremisme, fanatisme, terorisme, dan anti-Amerikanisme.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan sikap keagamaan adalah awal proses terjadinya penyimpangan sikap
keagamaan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Perubahan sikap diperoleh dari
hasil belajar atau pengaruh lingkungan, maka sikap dapat diubah walaupun sulit.
karenanya perubahan sikap, dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
 Adanya kemampuan lingkungan merekayasa obyek, sehingga menarik perhatian,
memberi pengertian dan akhirnya dapat diterima dan dijadikan sebagai sebuah sikap
baru.
 Terjadinya konversi agama, yakni apabila seseorang menyadari apa yang
dilakukannya sebelumnya adalah keliru, maka ia tentu akan mempertimbangkan
untuk tetap konsisten. dengan sikapnya yang ia sadari keliru. Dan ini memungkinkan
seseorang untuk bersikap yang menyimpang dari sikap keagamaan sebelumnya yang
ia yakini sebagai suatu kekeliruan tadi.
 Penyimpangan sikap keagamaan dapat juga disebabkan karena pengaruh status
sosial, dimana mereka yang merubah sikap keagamaan ke arah penyimpangan dari
nilai dan norma sebelumnya, karena melihat kemungkinan perbaikan pada status
sosialnya.
 Penyimpangan sikap keagamaan dari sebelumnya, yaitu jika terlihat sikap yang
menyimpang dilakukan seseorang (utamanya mereka yang punya pengaruh besar),
temyata dirasakan punya pengaruh sangat positif bagi kemaslahatan kehidupan
masyarakat, maka akan dimungkinkan terjadinya integritas sosial untuk
menampilkan sikap yang sama, walau pun disadari itu merupakan sikap yang
menyimpang dari sikap sebelumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam : Menuju Psikologi


Islami, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, 1995
Jalaluddin. .Psikologi agama.Jakarta:Rajawali Pers
Sururin.2002.Ilmu Jiwa Agama.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/dakwatuna/article/download/77/78.
(diakses pada 15 November 2016)

14

Anda mungkin juga menyukai