Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengetahui Perbedaan Terapi Musik dan
Murrotal dalam Penurunan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2019 dengan jumlah responden
sebanyak 30 orang.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di ruang Hemodialisa RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti, peneliti
membagikan kuesioner data diri yang harus diisi oleh responden atau
keluarga dan observasi lama pemberian terapi musik dan murottal terhadap
depresi. Jumlah responden yang diperoleh 30 di Hemodialisa RSUD
K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang.

B. Hasil Penelitian
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang (n=30)

Jenis Kelamin F %

Laki-Laki 14 46.7
Perempuan 16 53.3
Total 30 100.0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis kelamin Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden (46,7 %).
Sedangkan perempuan sebanyak 17 responden (53,3 %).
2. Usia
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
(n=30)
Usia responden N Minimum Maximum Mean St.d
Usia 30 30 56 39.70 6.304
Valid N

Tabel 4.2 didapatkan data usia Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang yang
berjumlah 30 responden. Minimum usia 30 tahun, maximum 56 tahun.
Rata-rata usia 39,70 tahun dengan St.d 6,304.

3. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang (n=30)
Pendidikan Terakhir f %
SD 2 6.7
SMP 7 23.3
SMA 15 50.0
Perguruan Tinggi 6 20.0
Total 30 100.0

Tabel 4.3 didapatkan data pendidikan terakhir Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
yang berjumlah 30 responden adalah SD sebanyak 2 responden (6,7 %),
SMP sebanyak 7 responden (23,3 %). SMA sebanyak 15 responden
(50,0%), dan Perguruan Tinggi sebanyak 6 responden (20,0 %).
4. Hasil Pre Test
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan hasil Pre Test pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang (n=30)
Hasil Pre Test f %
Depresi Ringan 21 70.0
Depresi Sedang 9 30.0
Total 30 100.0

Tabel 4.4 didapatkan data Hasil Pre Test Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang yang
berjumlah 30 responden adalah Depresi Ringan sebanyak 21 responden
(70,0 %) dan Depresi sedang sebanyak 9 responden (30,0 %).

5. Hasil Post Test


Tabel 4.5
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan hasil Post Test pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang (n=30)
Hasil Post Test f %
Tidak Depresi 6 20.0
Depresi Ringan 20 66.7
Depresi Sedang 4 13.3
Total 30 100.0

Tabel 4.5 didapatkan data Hasil Post Test Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
yang berjumlah 30 responden adalah Tidak Depresi sebanyak 6 responden
(20,0 %), Depresi Ringan sebanyak 20 responden (66,7 %) dan Depresi
sedang sebanyak 4 responden (13,3 %).
C. Analisa Bivariat
Sebelum dilakukan analisis data, maka dilakukan uji kenormalan data
menggunakan Shapiro-wilk.
1. Uji Normalitas

Tabel 4.6
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pre Test 0,152 30 0,075 0,901 30 0,009
Hasil Post Test 0,132 30 0,196 0,920 30 0,027

Berdasarkan tabel 4.6 uji normalitas Shapiro-Wilk Test diketahui nilai


signifikansi < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual
berdistribusi tidak normal.

2. Uji Wilcoxon Match Pair


Setelah dilakukan uji normalitas dengan hasil nilai residual berdistribusi
tidak normal, maka penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Match Pair.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Wilcoxon Match Pair. Uji
Wilcoxon Match Pair Test digunakan untuk menganalisis hasil
pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak dan
hasilnya sebagaimana terdapat pada tabel berikut :

Tabel 4.7
Perbedaan Terapi Musik Dan Terapi Murrotal Terhadap Penurunan Depresi Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang (n=30)
Mean Sum
Depresi Frekuensi Rank of Z hitung p-Value
Ranks
Hasil Posttest 1
– Hasil Pretest 1

Negative Rank 15 8.00 120.00 -3.508 0,000


Positive Rank 0
Ties 0
Hasil Posttest 2
– Hasil Pretest 2

Negative Rank 15 8.00 120.00 -3.482 0,000


Positive Rank 0
Ties 0
Jumlah 30

Berdasarkan tabel 4.7 berdasarkan hasil diatas, masing – masing kelompok


berjumlah 15 responden diperoleh hasil bahwa terdapat 15 responden
dengan terapi musik hasil depresi menurun sesudah pemberian terapi
musik dengan Z Hitung — 3,508 dan nilai p-value = 0,000 < α 0,05.
Kelompok kedua, 15 responden dengan terapi murrotal hasil depresi
menurun sesudah pemberian terapi murrotal dengan Z Hitung — 3,482
dan nilai p-value = 0,000 < α 0,05. Dengan demikian jika p = 0.000 < α
0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya bahwa Ada perbedaan
skala kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi murottal terhadap
kecemasan pada pasien operasi emergency di IGD RSUP Dr. Kariadi
Semarang.

3. Uji Mann Whitney


Setelah dilakukan uji Wilcoxon Match Pair. Dalam penelitian ini, peneliti
menguji tiap kelompok dengan menggunakan uji Mann Whitney. Uji Mann
Whitney digunakan untuk mengetahui perbedaan 2 sampel bebas. Uji ini
digunakan untuk data numeric yang tidak berdistribudi normal dan
hasilnya sebagaimana terdapat pada tabel berikut :
Tabel 4.8
Perbedaan Terapi Musik Dan Terapi Murrotal Terhadap Penurunan Depresi Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang (n=30)
Mean Sum of
Depresi Frekuensi Z hitung p-Value
Rank Ranks
PostTest

Terapi Musik
15 15.70 235.50
- 0,126 0,900
Terapi
Murrotal 15 15.30 229.50
Jumlah 30

Berdasarkan tabel 4.8 berdasarkan hasil diatas, 30 responden diperoleh


hasil bahwa Z Hitung — 0,126 dan nilai p-value = 0,900 > α 0,05. Dengan
demikian jika p = 0,900 > α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang
artinya bahwa Tidak Ada Perbedaan Terapi Musik dan Murrotal dalam
Penurunan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang.

C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden
(46,7 %). Sedangkan perempuan sebanyak 17 responden (53,3 %).
Dalam penelitian sebelumnya bahwa faktor jenis kelamin, usia,
etnik, dan pengalaman pribadi pada musik tertentu akan
mempengaruhi penerimaan individu itu sendiri terhadap musik yang
didengarnya (Wijayanti, 2016).
b. Usia
Pada penelitian ini, berdasarkan usia Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang yang berjumlah 30 responden. Minimum usia 30 tahun,
maximum 56 tahun. Rata-rata usia 39,70 tahun dengan St.d 6,304.

c. Pendidikan terakhir
Pada penelitian ini, berdasarkan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
yang berjumlah 30 responden adalah SD sebanyak 2 responden (6,7
%), SMP sebanyak 7 responden (23,3 %). SMA sebanyak 15
responden (50,0%), dan Perguruan Tinggi sebanyak 6 responden (20,0
%).
Menurut Notoatmodjo (2010), Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin besar peluang untuk mencari pengobatan ke
pelayanan kesehatan. Sebaliknya, rendahnya pendidikan akan
menyebabkan seseorang mengalami stres, dimana stres dan kecemasan
yang terjadi disebabkan kurangnya informasi yang didapat orang
tersebut. Menurut Gibney dkk (2009) semakin tinggi pendidikan
semakin besar kepedulian terhadap kesehatan. Sejalan dengan Anggara
& Prayitno, (2013), pendidikan rendah erat kaitannya dengan
rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat, dan rendahnya akses terhadap sarana pelayanan
kesehatan, serta kesulitan untuk menerima informasi (penyuluhan)
yang diberikan oleh petugas kesehatan.

d. Hasil Pre Test


Pada penelitian ini, berdasarkan Hasil Pre Test pasien Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang yang berjumlah 30 responden adalah
Depresi Ringan sebanyak 21 responden (70,0 %) dan Depresi sedang
sebanyak 9 responden (30,0 %).
Menurut Maramis (2009) depresi merupakan gangguan perasaan
dengan ciri-ciri semangat berkurang, harga diri rendah, menyalahkan
diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Pada depresi
terdapat gejala psikologi dan somatik. Gejala psikologi yaitu menjadi
pendiam, rasa sedih pesimis, putus asa, masalah bekerja dan bergaul
berkurang, tidak dapat mengambil keputusan, mudah lupa dan timbul
fikiran bunuh diri seangkan gejala somatik yaitu penderi kehilangan
kesenangan, lelah, tidak bersemangat, terdapat anoreksia dan
konstipasi. Pasien GGK yang menjalani hemodialisis membutuhkan
waktu 14 - 18 jam untuk dialisis setiap minggu, atau paling sedikit 4-5
jam setiap kali terapi. Penyesuaian diri pasien terhadap penyakitnya
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupannya. Pasien akan
mengalami kehilangan pekerjaan, penghasilan, kebebasan, harapan
umur panjang dan fungsi seksual sehingga dapat menimbulkan
kemarahan yang akhirnya timbul suatu keadaan depresi sekunder
sebagai akibat dari penyakit sistemik yang mendahuluinya (Rustina
dkk, 2012).

e. Hasil Post Test


Pada penelitian ini, berdasarkan Hasil Pre Test Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang yang berjumlah 30 responden adalah Tidak Depresi
sebanyak 6 responden (20,0 %), Depresi Ringan sebanyak 20
responden (66,7 %) dan Depresi sedang sebanyak 4 responden (13,3
%).
Musik bisa memberikan efek relaksasi pada tubuh seseorang
namun jenis musik yang digunakan adalah musik yang memiliki ritme
yang teratur sehingga akan memberikan respon yang teratur pula pada
denyut jantung. Jika denyut jantung dalam kondisi detak yang teratur
maka akan menimbulkan respon rileks pada tubuh, sehingga ini bisa
mengurangi stressor tubuh yang didapat baik dari tubuh ataupun dari
lingkungan (Suidah, 2016). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ayu
Fitriya Rusanto (2009) yang menyatakan tingkat depresi sesudah
diberikan terapi musik sebagian besar responden mengalami
penurunan tingkat depresi.

2. Analisa Bivariat
a. Mengidentifikasi Perbedaan Terapi Musik Dan Terapi Murrotal
Terhadap Penurunan Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
Pada penelitian ini, masing – masing kelompok berjumlah 15
responden diperoleh hasil bahwa terdapat 15 responden dengan terapi
musik hasil depresi menurun sesudah pemberian terapi musik dengan
Z Hitung — 3,508 dan nilai p-value = 0,000 < α 0,05. Kelompok
kedua, 15 responden dengan terapi murrotal hasil depresi menurun
sesudah pemberian terapi murrotal dengan Z Hitung — 3,482 dan nilai
p-value = 0,000 < α 0,05. Dengan demikian jika p = 0.000 < α 0,05
maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya bahwa Ada perbedaan
skala kecemasan sebelum dan sesudah pemberian terapi murottal
terhadap kecemasan pada pasien operasi emergency di IGD RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
Menurut peneliti Rahma (2013) ada pengaruh setelah dilakukannya
terapi musik terhadap tingakat depresi pada lansia disebabkan adanya
dampak psikologis pada lansia seperti ketenangan secara emosional
pada lansia sehingga lansia mampu mengontrol diri ketika terjadinya
tanda dan gejala depresi seperi cemas berlebihan, khawatir yang
menyebabkan respon psikologis lansia menjadi tenang.
Terapi musik berpengaruh terhadap respon psikologis tubuh.
Musik bisa menjadikan seseorang lebih hidup, musik bisa
meningkatkan sensitivitas diri seseorang, musik bisa mengembangkan
persepsi kognisi dan motorik dan musik juga bisa meningkatkan rasa
harga diri. Selain itu terapi musik dapat membangkitkan gelombang
otak alfa yang menimbulkan rasa relaksasi sehingga perilaku
individupun akan menjadi tenang pula sehingga bisa menurunkan
timbulnya dampak dari depresi. Perubahan gelombang otak menjadi
gelombang otak alfa akan menyebabkan peningkatan hormon
endhophine dan serotonin. Serotonin adalah suatu neurotransmitter
yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan perubahan mood.
Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon melatonin
yang memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh yang pada
akhirnya depresi yang dirasakan oleh responden dapat menurun
sebagai akibat dari perubahan mood (Suidah, 2016).

b. Menganalisis Perbedaan Terapi Musik Dan Terapi Murrotal Terhadap


Penurunan Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan
Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
Pada penelitian ini, menunjukkan 30 responden diperoleh hasil
bahwa Z Hitung — 0,126 dan nilai p-value = 0,900 > α 0,05. Dengan
demikian jika p = 0,900 > α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
yang artinya bahwa Tidak Ada Perbedaan Terapi Musik dan Murrotal
dalam Penurunan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang.
Menggunakan terapi musik memiliki efek samping lebih kecil serta
terapi musik memiliki keuntungan seperti biaya yang dikeluarkan tidak
mahal dan lebih praktis, jika dibandingkan dengan obat-obatan. Terapi
musik juga dapat membantu secara alami menyehatkan kerja jantung
dan menormalkan tekanan darah dengan musik relaksasi. Musik
tradisional atau musik tibetan singing bowl, bisa untuk mempengaruhi
mood dan untuk memperoleh ketenangan (Astuti, 2018).
Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia,
suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan
dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat meurunkan
hormone-hormone stress, mengaktifkan hormon endorphin alami,
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa
takut, cemas, dan tegang, memperlambat pernafasan, detak jantung,
dan denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak. Laju pernafasan yang
lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik. (Siswantinah, 2011).
Dengan adanya terapi ini maka akan terciptanya kualitas kesadaran
seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahu
inti atau isi Al-Qur’an atau tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan
totalitas kepasrahan kepada Tuhan, dalam keadaan ini otak berada
pada gelombang pada frekuensi 7 – 14 Hz, ini merupakan keadaan
energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stress dan
kecemasan (Mac Gregor, 2011). Metode penyembuhan dengan Al-
Qur’an dapat di lakukan dengan dua cara yaitu membaca atau
mendengarkan dan mengamalkannya (Asman, 2010).

D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak kelemahan dan
keterbatasan antara lain:
1. Hasil penelitian
Hasil penelitian mungkin menjadi bahan masukan dan dapat
dikembangkan karena ada faktor-faktor lain atau variabel-variabel lain
yang tidak diteliti. Penelitian ini tidak multivariat, sehingga bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat menganalisis multivariat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang “Perbedaan Terapi Musik dan Murrotal dalam
Penurunan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan
Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang”, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hasil Pre Test Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan Hemodialisa
RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang yang berjumlah 30 responden
adalah Depresi Ringan sebanyak 21 responden (70,0 %) dan Depresi
sedang sebanyak 9 responden (30,0 %).
2. Hasil Pre Test Pre Test Pasien Gagal Ginjal Kronik yang dilakukan
Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang yang berjumlah
30 responden adalah Depresi Ringan sebanyak 21 responden (70,0 %) dan
Depresi sedang sebanyak 9 responden (30,0 %).
3. Hasil dari penelitian ini diketahui berdasarkan hasil diatas, 30 responden
diperoleh hasil bahwa Z Hitung — 0,126 dan nilai p-value = 0,900 > α
0,05. Dengan demikian jika p = 0,900 > α 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang artinya bahwa Tidak Ada Perbedaan Terapi Musik dan
Murrotal dalam Penurunan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang dilakukan Hemodialisa RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian diatas maka peneliti
menyarankan sebagai berikut :
1. Bagi Profesi Keperawatan dan Institusi
Hasil penelitian Dapat menjadi bahan pembelajaran untuk institusi dan
bahan refrensi atau bacaan tentang penurunan depresi pada pasien
hemodialisa dengan terapi musik dan terapi murrotal
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan Dapat menjadi sumber penerapan terbaru
dalam mengatasi depresi pada pasien hemodialisa.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat memperoleh ilmu dan pengalaman dalam menerapkan
riset keperawatan khususnya tentang pengaruh terapi musik dan terapi
murrotal terhadap penurunan depresi pada pasien hemodialisa.

Anda mungkin juga menyukai