Anda di halaman 1dari 6

TUGAS STATISTIK

Uji T Berpasangan
Dosen Pengampuh : Ibu Mega Marindrawati Rochka SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

 PUTRI HANDAYANI P (B1B121003)


 ULFAYANTI (B1B121019)
 MUNASIFA (B1B121012)
 MEYFANTI (B1B121005)
 KRISTIANI (B1B121013)
 ADELINDA GURIUM (B1B121025)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021/2022
A. PENGERTIAN UJI T BERPASANGAN
Uji-t berpasangan sebaiknya digunakan digunakan dalam kondisi berikut ini:
Perbedaan statistik antara dua titik waktu. Perbedaan statistik antara dua kondisi.
Perbedaan statistik antara dua pengukuran. Uji t berpasangan (paired t-test) umumnya
menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji seperti ini dilakukan pada Subjek yang
diuji untuk situasi sebelum dan sesudah proses, atau subjek yang berpasangan ataupun
serupa (sejenis). Misalnya ketika kita akan menguji banyaknya gigitan nyamuk sebelum
diberi lotion anti nyamuk merk tertentu maupun sesudahnya.
Uji-t berpasangan menggunakan derajat bebas n-1, dimana n adalah jumlah sampel.
Hipotesis pada uji-t berpasangan yang digunakan adalah sebagai berikut: H0: D = 0
(perbedaan antara dua pengamatan adalah 0).

B. SYARAT PENGGUNAAN UJI T BERPASANGAN


Syarat dan kondisi penguggunaan uji ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan bersifat random dari populasi
2. Jenis data yang digunakan adalah kontinu (interval dan rasio)
3. Kedua kelompok sampel saling berhubungan, artinya subjek pada kelompok pertama
juga merupakan subjek pada kelompok kedua.
4. Data yang digunakan berdistribusi normal atau setidaknya mendekati
5. Tidak terdapat outlier pada kedua kelompok data.

C. CONTOH UJI T BERPASANGAN


1. Menggunakan Hitung Manual
Rumus yang digunakan :

Keterangan :
δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah)
SDδ = Standar deviasi dari δ (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah)
n = banyaknya sampel
DF = n-1
 CONTOH KASUS
Data sampel terdiri atas 10 pasien pria mendapat obat captoril dengan dosis 6,25
mg. Pasien diukur tekanan darah sistolik sebelum pemberian obat dan 60 menit
sesudah pemberian obat. Peneliti ingin mengetahui apakah pengobatan tersebut
efektif untuk menurunkan tekanan darah pasien-pasien tersebut dengan alpha 5%.
Adapun data hasil pengukuran adalah sebagai berikut.
Sebelum : 175 179 165 170 162 180 177 178 140 176
Sesudah : 140 143 135 133 162 150 182 150 175 160

 HIPOTESIS
 Ho : δ = 0 (Tidak ada perbedaan tekanan darah sistolik pria antara sebelum
dibandingkan sesudah dengan pemberian Catopril)
 Ha : δ ≠ 0 (Ada perbedaan tekanan darah sistolik setelah diberikan Catopril
dibanding sebelum diberikan obat)

 STATISTIK UJI
Uji T berpasangan (Uji T Dependen)
Perhitungan :
Diperoleh:
δ : -35 -36 -30 - 37 0 -30 5 - 28 35 -16
δ rata-rata = -17,2
S = 32,11
n = 10
t =    δ    =       - 17,2         =       - 17,2          =       -17,2     
S/√n         32,11/√10          32,11/100               0,32
=  -53,75
Df = n - 1 = 10-1 = 9 Dilihat pada tabel t pada df = 9, t = -53,75 diperoleh Pvalue <
0,0186.

 KEPUTUSAN
Dengan α = 0,05, maka Pvalue < α, sehingga Ho ditolak

 KESIMPULAN
Tekanan Darah sistolik setelah pemberian Catopril terbukti bermakna atau signifikan
berbeda dibandingkan sebelum pemberian catropil.
2. Menggunakan SPSS
Buka SPSS, dan masukkan datanya seperti ini:

Kita akan melakukan uji hipotesis untuk menilai apakah ada perbedaan berat badan
ibu antara sebelum dengan sesudah mengikuti program diet, langkah-langkahnya
sebagai berikut.

Dari menu utama, pilihlah: 


Analyze-->Compare Mean-->Paired-Sample T-test
Pilih variabel 1 dan 2 dengan cara mengklik masing-masing variable tersebut.
Kemudian klik tanda ‘panah’ untuk memasukkannya ke dalam kotak Paired-
Variables.  Seperti nampak di bawah ini :

Selanjutnya klik OK untuk menjalankan prosedur. Pada layar Output tampak hasil
seperti berikut:

Dari 10 subjek yang diamati terlihat bahwa rata-rata (mean) berat badan dari ibu
sebelum intervensi (BBIBU_1) adalah 6,60 dan rata-rata berat badan sesudah
intervensi (BBIBU_2) adalah 1,90. Uji ‘t’ yang dilakukan terlihat pada tabel berikut:

Karena nilai p < 0,05 maka dapat di ambil kesimpulan bahwa pesebaran skor berat
badan ibu sebelum dan sesudah program diet mempunyai sebaran yang tidak normal.
 KESIMPULAN
Uji t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana
data yang digunakan tidak bebas yang dicirikan dengan adanya hubungan nilai pada
setiap sampel yang sama (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada
kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah
perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap
memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari
perlakuan kedua. Perlakuan pertama mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak
memberikan perlakuan sama sekali terhadap objek penelitian.

Anda mungkin juga menyukai