Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STRATEGI IDENTIFIKASI MEREK


Dosen Pengampuh : Ibu Era Pratiwi, S.KM.,M.Kes

DISUSUN OLEH KLP 4 :

 Putri Handayani P (B1B121003)


 Sarah Lenupun (B1B121011)
 Dina Ardianti (B1B121014)
 Tri Putri Muqhrida (B1B121020)
 Adelinda Gurium (B1B121025)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpah rahmat atas segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehinggah saya dapat memakalah ini guna menyelesaikan
tugas mata kuliah Kewirausahaan yang berjudul “STRATEGI IDENTIFIKASI MEREK”

Dalam penulisan makalah ini saya merasa banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki saya.Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya terhadap dosen
pengampuh Ibu yang telah memberikan tugas terhadap saya. Saya juga berterima kasih
kepada pihak-pihak yang turut memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Identifikasi merek merupakan kon-sep bahwa konsumen menganggap citra dirinya
sesuai dengan citra merek (Bagozzi & Dholakia, 2006). Selain itu, beberapa peneliti lain
mengidentifikasi merek sebagai kongruensi citra (Sirgy et al., 1997) dan koneksi diri
(Fournier, 1998). Berdasarkan beberapa definisi identifikasi merek terse-but, dapat
disimpulkan bahwa identifikasi merek adalah suatu keadaan ketika persepsi konsumen atas
citra merek selaras dengan Ferdian Hendrasto / Peran Identifikasi Merek dan Citra Merek
citra dirinya, dengan adanya keselarasan citra merek dengan citra diri, akan memicu
komponen afektif konsumen dan timbul koneksi antara diri konsumen dengan merek tersebut.
Identifikasi merek timbul karena per-sepsi konsumen atas keselarasan citra merek
dengan citra dirinya sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Kressmann et al. (2006)
membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara identifikasi merek dengan hubungan
merek (brand relationship). Beberapa dimensi hubungan merek adalah rasa cinta dan rasa
gairah (Fournier, 1998). Ketika konsumen memiliki persepsi bahwa sebuah merek adalah
ekstensi dirinya, maka akan timbul rasa suka dalam diri konsumen tersebut, sehingga
konsumen lebih mencin-tai merek tersebut (Bergkvist & Bech-Larsen, 2010). Berdasarkan
latar belakang teori, maka hipotesis penelitian adalah :H1: Diduga identifikasi merek
memiliki pengaruh terhadap cinta kepada merek.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian merek?
2. Bagaimana analisis merek strategi?
3. Bagaimana strategi identifikasi merek?
4. Bagaimana mengelola produk/ merek?
5. Bagaimana mengelola portofolio merek?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian merek
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis merek strategi
3. Untuk mengetahui strategi identifikasi merek
4. Untuk mengetahui cara mengelola produk/ merek
5. Untuk mengetahui cara mengelola portofolio merek
BAB II
PEMBAHASAN
A. MEREK
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis, merek adalah tanda dengan ciri khas berupa gambar, nama, kata, huruf, angka,
corak warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Itu ada dalam barang atau jasa yang
digunakan untuk kegiatan perdagangan. Merek merupakan tanda pembeda kegiatan
perdagangan dengan barang atau jasa sejenis, serta jaminan mutu jika dibandingkan dengan
barang atau jasa sejenis milik pihak lain.
Dengan demikian, merek mencakup komitmen perusahaan untuk secara konsisten
menyediakan fitur, manfaat, dan layanan khusus kepada pembeli. Merek atau merek dagang
termasuk dalam hak kekayaan intelektual, sebab ini menjadi hal yang membedakan
produk/jasa yang unik dan berbeda dengan produk lain yang mungkin sejenis. Elemen
branding ini mencakup ekspresi, desain, dan simbol yang dapat dikenali. Agar merek
dilindungi secara hukum, merek tersebut harus didaftarkan. Tujuannya untuk mencegah
pihak-pihak menggunakan merek yang telah dibuat. Ternyata tidak semua merek bisa
didaftarkan.
Jadi, bagi Grameds yang sedang membangun sebuah brand, sebaiknya terlebih dahulu
perlu memahami pengertian merek dan hindari poin-poin berikut ini saat membuat dan
mendaftarkan merek.
1. Merek tidak bertentangan dengan ideologi, standar, dan hukum negara.
2. Tidak memuat informasi yang menyesatkan tentang jenis, ukuran, asal, jenis dan
tujuan pendaftaran.
3. Tidak diperbolehkan menggunakan nama varietas tanaman yang dilindungi.
4. Hindari penulisan informasi yang tidak sesuai dengan kualitas atau manfaat
barang/jasa yang dihasilkan.
5. Label tanpa karakter juga tidak dapat didaftarkan.
6. Hindari menggunakan nama atau simbol generik
B. ANALISIS MEREK STRATEGI
Dalam usaha untuk mengembangkan merek, perusahaan memiliki empat pilihan
alternatif seperti berikut :
1. Line Extension / Perluasan Lini Produk
Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek yang sudah dikenal oleh
konsumen untuk memperkenalkan tambahan variasi seperti rasa baru, warna, ukuran
kemasan dan sebagainya pada suatu kategori produk dengan nama merek yang sama.
Contoh : Merek laptop Fujitsu meluncurkan koleksi Lifebook Series terbaru dengan
varian lini produk antara lain S2110, C1320, dan P1510
2. Brand Extension / Perluasan Merek
Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek yang sudah dikenal
oleh konsumen untuk meluncurkan produk baru atau produk modifikasi pada kategori
produk yang baru.
Contoh : Merek sabun mandi Lifebouy yang memperluas mereknya pada kategori
produk shampo.
3. Multibrand//Banyak Merek
Strategi pengembangan merek ini meluncurkan banyak merek pada satu macam
kategori produk yang sama.
Contoh : PT Unilever Indonesia Tbk memiliki tiga macam merek untuk kategori
produk sabun mandi yaitu Lux, Lifebouy, dan Dove.
4. New Brand / Merek Baru
Strategi pengembangan merek ini menggunakan merek yang benar – benar baru untuk
peluncuran produk baru perusahaan.
Contoh : PT Coca – Cola Indonesia Tbk meluncurkan merek Freshtea untuk produk
baru minuman produk perusahaan yaitu teh dalam kemasan botol dengan aroma
bunga melati.
Sebuah perusahaan mempunyai sebuah produk tunggal, sebuah produk lini, atau sebuah
portfolio produk lini. Komposis produk pada Strategic Business Unit (SBU) terdiri dari satu
atau lebih produk lini dan produk khusus yang tersusun dalam setiap lini.
1. Tracking performans mereK
Evaluasi merek yang ada dalam sistem merek (portfolio) mensyaratkan tracking
performans dari setiap produk , seperti gambar dibawah ini. Tracking performans
merek terdiri atas empat tahap, berikut :
a. Manajemen membutuhkan membangun tujuan performans dan benchmark
untuk mengukur performans produk. Tujuannya meliputi faktor finansial dan
non finansial. Karena hubungan yang saling terkait antara permintaan dan biaya
diantara produk.
b. Tahap selanjutnya dalam tracking performans adalah menseleksi satu atau lebih
metode untuk mengevaluasi performans produk.
c. Hasil analisis harus mengenal masalah produk dan performans pada atau
dibawah harapan manajemen.
d. Informasi dari analisis membantu manajemen mempertimbangkan apakah
harus mengeleminasi produk bermasalah.
Sebuah ketertarikan aplikasi analisis performans untuk sebuah jasa adalah sistem
penghasilan manajemen yang digunakan oleh American Airlines untuk mengevaluasi
performans route. Setiap route (seperti Los Angeles – Dalas/Fort Worth) adalah sebuah
unit sistem atau jaringan.
2. Analisis daur hidup produk, isu yang relevan dalam analisis PLC meliputi :
a. Menetapkan lamanya dan tingkat perubahan PLC
b. Mengidentifikasi tahap PLC sekarang dan menseleksi strategi produk yang
mengendalikan respon tahapan.
c. Mengantisipasi ancaman dan menemukan peluang untuk perlinmdungan dan
perluasan PLC.
3. Analisis produk grid, mempertimbangkan setiap produk yang diukuryang melebihi
kriteria performans minimum yang ditetapkan manajemen dan menilai kekuatan dan
kelemahan produk relatif untuk produk lainnya dalam portfolio.
4. Analisis positioning merek, analisis pemetaan preferensi menawarkan pedoman yang
berguna untuk strategi targeting dan positioning produk. Analisis ini bisa
menghubungkan preferensi pembeli untuk merek berbeda dan mengindikasikan
kemungkinan repositioning merek pilihan. Peluang produk baru juga bisa
diidentifikasi dalam analisis pemetaan preferensi.
5. Metode analisis lainnya, teknik analisis finansial digunakan untuk mengevaluasi
performans kuangan produk. Metode analisis lainnya terdiri dari studi riset yang
menunjukkan kepentingan relatif dari attribut produk ke pembeli dan tingkatan merek
pada attribut-attribut ini. Informasi ini mengindikasikan kekuatan dan kelemahan
merek.
6. Kanibalisasi produk, sebuah pertimbangan utama ketika mengenal produk baru adalah
menemukan kebutuhan yang sama untuk sebuah merek perusahaan yang ada adalah
berapa estimasi volume penjualan produk baru akan menarik dari satu atau lebih
merek yang ada.
7. Ekuitas merek, pengukuran ekuitas merek adalah sebuah bagian penting untuk
manajemen merek strategis. Manajemen merek strategis yang efektif mensyaratkan
kita mengerti ekuitas merek dan mengevaluasi pengaruhnya ketika membuat
keputusan manajemen merek. Aaker menyarankan beberapa ukuran untuk
menggambarkan
semua aspek yang relevan dengan ekuitas merek, yaitu :
a. Loyalitas (harga premium, kepuasan/loyalitas)
b. Kualitas/kepemimpinan yang dirasakan mengukur (kualitas yang dirasakan,
kepemimpinan/popularitas)
c. Assosiasi/differensiasi (nilai yang dirasakan, kepribadian merek, assosiasi
organisasional)
d. Kesadaran (kesadaran merek)
e. Perilaku pasar (market share, harga dan daftar distribusi)

C. Strategi Identifikasi Merek


Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, disain atau kombinasi dari unsur-unsur ini,
yang dimaksudkan sebagai pengenal barang atau jasa dari penjual dan sebagai pembeda
dengan pesaing. Nama merek adalah bagian dari merek yang dapat diucapkan. Sebagai
contoh Disneyland, Hilton, Club Med dan Sizzler. Tanda merek adalah bagian dari merek
yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti symbol, disain, warna atau huruf
yang khas. Contohnya lengkungan emas McDonald’s dan huruf H pada Hilton. Merek
dagang : merek yang diberi perlindungan hukum untuk melindungi hak eklusif penjual
dalam menggunakan nama merek dan tanda merek.
1. Perangkapan Merek
Beberapa perusahan pariwisata seperti restoran Arby’s menguji atau telah
menggunakan perangkapan merek, dalam pengertian lebih dari satu merek di bawah
satu atap. Sebagai tambahan bagi merek Arby’s, rantai restoran itu memakai TJ
Cinnamon di 46 toko dalam kawasan pasar uji. Jika berhasil, Arby’s brmaksud
menambahkan TJ Cinnamon sebagai pilhan waralaba bagi 3500 tokonya di dunia.
2. Kekuatan pendorong
Dibalik perangkapan merek itu adalah penerimaan tambahan dan daya tarik tambahan
bagi restoran melalui merek terkenal yang diharapkan menarik minat pelangan baru
atau mengajak pelanggan lama untuk lebih sering kembali dan lebih banyak
berbelanja dalam setiap kunjungan. Salah satu pelaku terobosan perangkapan merek
adalah took-toko seperti Subway atau Taco Bell yang menambahkan nama merek di
toko mereka.
3. Kondisi pendukung penetapan merek
Lima kondisi yang mendorong pengambilan keputusan penetapan merek :
a. Produk akan mudah dikenali jika menggunakan merek/tanda merek.
b. Produk dipersepsikan mempunyai nilai tertinggi untuk harganya.
c. Kualitas dan standar mudah dipertahankan.
d. Permintaan atas kelas produk umum cukup besar sehingga dapat mendukung
rantai regional, nasional maupun internasional. Pengembangan masal sangat
menentukan keberhasilan merek untuk mendukung biaya overhead iklan dan
administrasi penting.
e. Terdapat skala ekonomis.
4. Produk akan mudah dikenali dengan merek atau tanda merek
Rantai hotel dan restoran banyak dapat dijadikan contoh mengenai tampilan yang
mudah dikenali. Kerai merah putih dan cat khusus pada TGI Friday’s dan tanda hijau
pada Holiday Inn, dikenal luas oleh pelanggan. Umumnya papan reklame di jalan
bebas hambatan adalah petunjuk arah mengandalkan pengenalan merek. Disitu hanya
terpampang nama merek/tanda merek serta arah tempat penjualan. Karakteristik yang
dikehendaki dari nama merek adalah :
a. Nama merek harus menggambarkan manfaat dan kualitas produk. Misalnya
Dairy Queen, Comfort Inns, Pizza Hut, Burger King, American Airlines.
b. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenali dan diingat. Lebih membantu
bila nama itu pendek. Misalnya, Wendy’s, Hilton.
c. Nama merek harus khas. Misalnya El Torito, Avis, Bennigan’s.
d. Untuk perusahaan besar di masa mendatang ingin memperluas pasar ke luar
negeri, nama itu harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Beberapa
perusahaan mengalami bahwa nama mereka bermakna negative bila
diterjemahkan ke dalam bahasa negara yang ingin dimasukinya.
e. Nama merek harus dapat terdaftar dan terlindungi hukum.
5. Produk dipersepsikan sebagai nilai tertinggi untuk harganya.
Nama merek mempunyai nilai karena adanya dari persepsi konsumen. Merek menarik
konsumen dengan mengembangkan persepsi berkualitas dan bernilai tinggi. La
Quinta mengembangkan citra yang baik bagi para pelancong bisnis yang menginap
semalam, sedangkan Embassy Suites mengembangkan citra nilai tinggi bagi mereka
yang menginginkan hotel yang semuanya suite.Konsep nama merek meluas hingga
tempat tujuan turis. Vail, Aspen, Acapulco, Palm Srpings dan French Riviera telah
mengembangkan reputasi, persepsi konsumen, dan harapan yang tinggi. Mereka yang
mempromosikan dan mengembangkan tujuan turis harus bertanggungjawab
memajukan dan memastikan citra merek yang menguntungkan.
6. Kualitas dan standar mudah dipertahankan
Agar bisa sukses, merek multi unit besar seperti Pizza Hut, Holiday Inn, Chili’s harus
mengembangkan standar bagi seluruh sistem agar memenuhi harapan pelnaggan. Bila
merek berhasil mengembangkan citra kualitas, pelanggan akan mengharapkan
kualitas yang sama di semua tempat penjualan dengan nama merek yang sama. Merek
dan kebijakan yang tidak konsisten akan menurunkan citra merek. Konsistensi dan
standarisari merupakan faktor kritis yang sering menjadikan konsumen setia pada
merek. Manfaat utama penggunaan merek adalah penciptaan pelanggan loyal.
Mereka membeli merek ketika tersedia dimana-mana dan membuat semakin kuat
nama mereknya.

Sebuah perusahaan memiliki pilihan strategi pemberian merek, berikut :


1. Merek produk individual (individual branding), perusahaan perlu memberikan nama
berbeda untuk setiap produk. Merek individual menurunkan resiko perusahaan
berkaitan dengan kegagalan satu produk yang tidak terkait dengan produk lain dari
perusahaan tersebut.
2. Merek kelompok (family branding), memberikan nama merek yang sama untuk
sekelompok produk. Argumentasinya, pemberian nama merek kelompok dapat
menurunkan biaya dan mentransfer kepuasan konsumendari suatu produk ke produk
yang lainnya dengan nama yang sama. Manfaatnya memberikan kemudahan pada
modifikasi produk dan juga dapat meningkatkan tampilan atau daya tarik produk
sehingga memungkinkan pengurangan biaya promosi.
3. Nama merek tanpa merek (no-brand brand name), popularitas produk tanpa merek
semakin menurun pada decade ini, karena produk tanpa merek identik dengan produk
generik. Pembeli mengasumsikan produk tanpa merek adalah produk yang dihasilkan
oleh distributor yang menyalurkan produk tersebut. Produsen produk tanpa merek
akan menitik beratkan pemasarannya pada pengecer daripada konsumen ke
konsumen.
4. Strategi merek berganda (multiple brand strategy) : situasi dimana sebuah perusahaan
memutuskan untuk bersaing dengan dirinya sendiri. Strategi ini kadang-kadang
berguna untuk meningkatkan pangsa pasar perusahaan secara keseluruhan serta
keuntungannya meskipun melakukan kanibalisme.
5. Merek sendiri (private labels), pengecer dengan nama yang sudah terkenal
mengadakan kontrak dengan sebuah perusahaan produsen untuk memakai namanya
sebagai merek produk. Sebuah perusahaan yang menerapkan strategi merek sendiri
tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi juga biaya perunit yang lebih rendah dari
merek mereka sendiri. Bagi pengecer menggunakan merek pribadi adalah untuk
membangun loyalitas konsumen, kerugian bagi produsen adalah ketergantungan
kepada pengecer semakin tinggi.

D. Mengelola Produk/Merek
Merek mempunyai enam tingkat pengertian, yaitu :
1. Atribut : merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu
2. Manfaat : suatu merek lebih dari serangkaian atribut, pelanggan tidak membeli atribut tapi
membeli manfaat dan atribut dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan
emosional.
3. Nilai : merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produk.
4. Budaya : merek mewakili budaya tertentu
5. Kepribadian : kadang-kadang merek megambil kepribadian orang terkenal.
6. Pemakai : merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk.
Merek merupakan investasi jangka panjang perusahaan yang apabila dikelola dengan
maksimal akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan yang mengelolanya. Sudah
bukan rahasia lagi bahwa merek-merek global yang sudah bertahan puluhan tahun beberapa
diantaranya kini berhasil menjadi merek-merek termahal karena dikelola oleh perencanaan
manajemen merek yang sukses. Adakalanya perusahaan berpikir bahwa berinvestasi pada
aset seperti gedung, tanah dan mesin adalah investasi riil yang memberikan suatu manfaat
bagi perusahaan dibandingkan berinvestasi pada merek. Dalam jangka waktu yang lebih lama
sebenarnya dapat dilihat bahwa berinvestasi pada merek memberikan hasil yang lebih
menguntungkan. Ada kalanya perusahaan akan dijual oleh pemiliknya beserta merek yang
menjadi portofolio perusahaan kepada investor untuk mendapatkan keuntungan. Walau
berganti pemilik setelah bisnis/perusahaan tersebut dibeli, perusahaan dapat melanjutkan
langkah perjalanan merek yang panjang dan terencana, sehingga dapat menghasilkan ekuitas
merek yang tinggi dan juga memberi keuntungan lebih besar bagi perusahaan, terlebih lagi
bagi investor yang memilikinya.

Upaya membangun identitas merek memerlukan sejumlah keputusan tambahan terkait


dengan nama, logo, warna, tagline (slogan) dan simbol. Sebuah merek lebih dari itum merek
hanyalah alat dan taktik pemasaran. Sebuah merek pada intinya adalah janji pemasar untuk
menyampaikan sejumlah fitur, keuntungan dan pelayanan yang konsisten kepada pembeli.
Pemasar harus menentukan sebuah misi untuk merek tersebut dan visi mengenai ingin
menjadi apa dan apa yang bisa dilakukan oleh merek tersebut. Pemasar harus berpikir bahwa
saat ini ditawarkan sebuah kontrak kepada konsumen mengenai bagaimana merek tersebut
akan berkinerja. Kontrak merek tersebut haruslah jujur.

Paling maksimal, kampanye merek hanya akan menciptakan pengakuan nama,


pengetahuan tentang merek, bahkan kecenderungan terhadap merek, namun kampanye iklan
tidak akan menciptakan keterikatan merek (brand bonding), seberapa pun perusahaan
mengeluarkan dana untuk iklan dan publikasi. Brand bonding atau keterikatan merek hanya
akan terjadi jika konsumen mengalami manfaat langsung yang dijanjikan oleh perusahaan.
Faktanya adalah merek tidak dibangun oleh iklan tetapi oleh pengalaman terhadap merek
tersebut. Banyak perusahaan membuat janji-janji merek tetapi gagal melatih karyawannya
untuk memahami dan memberikan apa yang dijanjikan oleh merek tersebut. Perusahaan dapat
melakukan penanaman merek secara internal (internal branding) di kalangan karyawannya
agar mereka dapat memahami, menginginkan, dan memberikan janji yang diusung oleh
merek tersebut (Kotler, 2004).
Dalam mengelola merek dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
1. Mengelola merek sebenarnya merupakan satu hal yang cukup kompleks.
Ada kalanya perusahaan yang sudah memiliki merek yang kuat bukan berarti merek
tersebut selain memiliki ekuitas tinggi berarti sudah dalam posisi yang aman bagi
perusahaan, namun juga di sisi lain perusahaan-perusahaan yang memiliki merek terkenal
juga pernah melakukan kesalahan yang cukup fatal, antara lain kasus ’New Coke’ Coca
Cola. Dulu, sejumlah eksekutif minuman ringan yakin bahwa pemasaran adalah
pertarungan rasa. Coca Cola Company memproduksi cola yang mempunyai rasa lebih
manis dan melakukan 200.000 uji rasa untuk membuktikan bahwa ‘Coke Baru’ (New
Coke) memiliki rasa lebih baru dari Pepsi Cola dan formula orisinil mereka, yang kini
disebut ‘Coca-Cola Classic’. Soda yang disebut oleh riset memiliki rasa paling buruk,
Coca-Cola Classic, kini merupakan cola paling laku, konsumen tidak tertarik pada ‘Coke
Baru’. (Trout, 2002)
2. Konsumen bersedia membayar lebih untuk merek yang ternama.
Para pencinta Coca Cola bersedia membayar kenaikan 50 % dari harga produk
daripada membeli produk pesaing dengan harga yang hampir sama, Lexus dan Toyota
Camry menggunakan mesin yang sama namun merek Lexus lebih mahal US$ 10.000
daripada merek Camry. Jelas bahwa ekuitas adalah aset. Brand Equity adalah dampak
pembeda positif setelah mengetahui nama merek terhadap respon, konsumen terhadap
produk atau jasa dengan merek tersebut. Ekuitas merek harus dibedakan dari valuasi
merek (brand valuation), yaitu perkiraan total nilai finansial merek tersebut (Kotler,
2004).
3. Model brand equity mapan dalam aliran psikologi kognitif yaitu model Aaker (Aaker,
2004)
Dalam model Aakerl brand equity diformulasikan dari sudut manajerial dan strategi
korporat, meskipun landasan utamanya adalah perilaku konsumen. Aaker menjabarkan
aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi
yaitu brand awareness (kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa
sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu), perceived quality
(merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara
keseluruhan), brand associations (segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap
sebuah merek) dan brand loyalty (suatu ikatan/tautan yang dimiliki konsumen terhadap
sebuah merek).

Kesalahan manajemen merek diantara banyak perusahaan merupakan hal yang sangat
mengejutkan. Lebih dari 60% perusahaan tidak memiliki rencana candangan, 56 %
mengatakan mereka tidak mengukur nilai merek, dan 33 % tidak memiliki strategi merek
formal jangka panjang.

Di sejumlah negara, perusahaan multinasional mulai mengembangkan sendiri merek-


merek lokalnya dan/atau mengincar merek-merek lokal yang kuat untuk diakuisisi. Beberapa
contoh diantaranya : Unilever mengembangkan minyak goreng Key Soap dan Frytol di
Ghana, Cussons membeli sabun Asoka di Indonesia, Coca Cola Membeli Parle Products
merek minuman ringan terbesar di India, Heinz membeli bisnis makanan Glaxo di India dan
Unilever membeli bisnis sabun mandi dan deterjen Tata Group dan merek es krim India,
Kwality. Merek-merek lokal terkemuka Indonesia yang sudah diambil alih atau dibeli
sahamnya oleh perusahaan asing meliputi saus tomat dan saus sambal ABC (HJ Heinz); susu
SGM (Numico); air mineral Aqua (Danone); kecap cap Bango dan makanan ringan Taro
(Unilever); biskuit Helios dan Nyam-Nyam (Campbell); Indocement (Heidelberg, Jerman);
Semen Gresik (Cemex, Mexico); Danamon (Asia Financial Indonesia, konsorsium antara
Deutsche Bank & Temasek Singapura) ; BCA (Konsorsium Farallon), dan lain-lain
(Tjiptono,2005). Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sebagian besar perusahaan lebih menyukai
untuk mengakuisisi perusahaan yang memiliki merek cukup kuat dan membangun merek
tersebut lebih lanjut.

Pada dasarnya investor yang membeli perusahaan memiliki kecenderungan untuk


mempertahankan merek mula-mula, yaitu merek yang sejak awal dibeli bersama dengan
perusahaan sudah ada yang cukup kuat di benak konsumen. Membuat sebuah merek baru
jauh lebih beresiko dan mahal dibandingkan perusahaan meneruskan/ membangun merek
yang ada. Merek memiliki peranan penting dan tidak sekedar adalah nama, simbol, slogan,
dan sebagainya. Merek bahkan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi para
konsumennya. Adakalanya juga bahwa investor justru membeli/mengakuisisi perusahaan
untuk menambahkan portofolio merek perusahaan (misalnya Philip Morris mengakuisisi HM
Sampoerna) dan membangun merek tersebut di bawah manajemen perusahaan, contoh lain
adalah Unilever saat mengakuisisi merek snack Taro, Danone & Nestle saat mengakuisisi
AMDK (Air Mineral Dalam Kemasan) Aqua serta Coca Cola saat mengakuisisi Ades.

Penetapan merek telah lama popular di kalangan barang konsumen. Beberapa merek
menjadi semakin demikian kuat hingga dipakai sebagai nama generic produk itu sendiri.
Aspirin, shredded wheat, dan cellopane pada suatu masa merupakan nama merek.
Pertumbuhan penetapan merek terjadi setelah perang saudara (civil war), sejalan dengan
pertumbuhan perusahaan nasional dan media iklan nasional. Beberapa merek dari zaman itu
masih bertahan, terutama Boarden’s, Quaker Oats, Vaseline dan Ivory Soap. Sebagian besar
merek nasional dalam industri pariwisata bertahan kurang dari 30 tahun. Dewasa ini
penetapan merek merupakan kekuatan yang dahsyat dalam industri pariwisata. Direktur
Kleinworth Benson Securities Ltd. Dari London, Paul Slattery, meramalkan bahwa industri
hotel akan mengalami pertumbuhan megarantai.

E. Mengelola Portfolio Merek


Perusahaan yang mempunyai merek dan kategori produk berbeda harus memanage
semuanya sebagai sebuah system daripada mengikuti strategi merek indipenden. Strategi
portfolio merek mengkhususkan struktur portfolio merek dan scope, peran dan hubungan
terkait pada portfolio merek. Tujuannya adalah menciptakan sinergi, pengaruh, kejelasan
dengan portfolio dan merek yang relevan, berbeda dan kuat.

Sebuah kunci manajemen merek dalam lingkungan yang komplek adalah


mempertimbangkannya seperti tidak hanya kinerja individu tapi anggota dari sebuah system
merek yang harus bekerja mendukung orang lain.sebuah system merek bisa melayani sebagai
sebuah platform launching untuk produk baru atau merek dan sebagai sebuah dasar untuk
semua merek dalam system ini. Sebuah konsep kunci yang menjadi pedoman manajemen
merek adalah merek spesifik memainkan peran berbeda dalam system ini. Contoh sebuah
merek boleh memainkan peran sebagai pemimpin atau pengendali, dimana merek lainnya
bisa memainkan peran sebagai pendukung.

Terdapat empat pertanyaan yang relevan dalam memutuskan apakah memperkenalkan nama
merek baru :
1. Apakah merek cukup berbeda pantas untuk sebuah merek baru.
2. Akankah sebuah merek baru memberikan nilai tambah
3. Akan merek yang ada berisiko jika digunakan pada sebuah produk baru.
4. Akankah bisnis pendukung sebuah merek baru.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Merek adalah tanda dengan ciri khas berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, corak
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Itu ada dalam barang atau jasa yang
digunakan untuk kegiatan perdagangan. Merek merupakan tanda pembeda kegiatan
perdagangan dengan barang atau jasa sejenis, serta jaminan mutu jika dibandingkan
dengan barang atau jasa sejenis milik pihak lain.
2. Strategi pengembangan merek yaitu:
a. Line Extension / Perluasan Lini Produk
b. Brand Extension / Perluasan Merek
c. Multibrand//Banyak Merek
d. New Brand / Merek Baru
3. Strategi identifikasi merek
a. Perangkapan Merek
b. Kekuatan pendorong
c. Kondisi pendukung penetapan merek
d. Produk akan mudah dikenali dengan merek atau tanda merek
e. Produk dipersepsikan sebagai nilai tertinggi untuk harganya
f. Kualitas dan standar mudah dipertahankan

B. SARAN
Diharapkan kedepannya baik penulis dan pembaca dapat mengetahui dan menerapkan
bagaimana strategi identifikasi merek yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-merek/
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO/article/view/1761/1532
http://hardiansyahferry.blogspot.com/2015/11/bab-8-manajemen-merek-strategi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai