Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden


Penelitian ini di lakukan sesuai dengan etika penelitian salah satunya yaitu
menjaga kerahasiaan sumber informasi seperti tidak mencantumkan nama pasien
maupun nomor rekam medis pasien. Periode penelitian yang dilakukan di rumah
sakit angkatan laut (RSAL) Mintoharjo, Jakarta Pusat yaitu pada bulan juli-
desember tahun 2017. Data diperoleh sebanyak 114 pasien penderita hipertensi.
Dari jumlah tersebut sebanyak 30 pasien mendapatkan terapi beta blocker yang
telah melewati kriteria inklusi. Beta blocker diberian dengan dosis tunggal maupun
dosis kombinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
penggunaan beta blocker pada pasien hipertensi yang meliputi tepat indikasi, tepat
obat, tepat pasien dan tepat dosis, yang menjadi tolak ukur pengobatan yaitu JNC 8
Guideline Recommendations.Karakteristik pasien hipertensi akan ditampilkan pada
table 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin dan


Umur

Jumlah
Presentase
Karakteristik Pasien Hipertensi Parameter pasien
(%)
n=30

Laki-laki 14 46,7%
Jenis kelamin
Perempuan 16 53,3%
Umur (tahun)
45-55 10 33,3%
56-65 8 26,7%
66-75 12 40%
Tabel diatas menunjukan penderita hipertensi terbanyak antara usia 66-75
tahun dengan jumlah 12 (40%) pasien. Sedangkan jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan dengan total 16 (46,66%) pasien.

Berdasarkan Joint National Committee (JNC 8, Klasifikasi hipertensi dibagi


menjadi normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. Distribusi derajat
hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Hipertensi Berdasarkan Derajat


Hipertensi

Jumlah
Karakteristik Pasien Presentase
Parameter pasien
Hipertensi (%)
n=30
Hipertensi derajat 1 Tekanan Sistolik
150-159 mmHg atau
8 26,7%
Diastolik 90-99
mmHg
Hipertensi derajat 2 Tekanan Sistolik
≥160 mmHg atau
22 73,3%
Diastolik ≥100
mmHg

Berdasarkan pembagian derajat hipertensi didapatkan pasien dengan


hipertensi derajat 2 sebanyak 22 (73,33%) pasien. Berikut ini distribusi responden
berdasarkan komplikasi
Tabel 4.3 Distribusi Responden Dengan Komplikasi Pada Pasien Hipertensi
Jumlah
Presentase
Komplikasi Parameter pasien
(%)
n=30
Ada komplikasi DM 15 50%
CKD 1 3,3%
DM & CKD 1 3,3%
Tidak ada komplikasi 13 43,3%
Tabel diatas menunjukkan bahwa pasien hipertensi terbanyak dengan
komplikasi diabetes mellitus (DM) sebanyak 15 (50%) pasien, sedangkan pasien
hipertensi tanpa komplikasi sebanyak 13 (43,3%) pasien.

4.2 Gambaran Penggunaan Obat Beta Blocker


Pemberian farmakologis pasien hipertensi meliputi non farmakologis dan
farmakologis yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah sesuai target untuk
pasien dengan kelompok umur ≤60 Hal ini berutujuan untuk mengurangi resiko
terjadinya komplikasi. Dibawah ini distribusi responden berdasarkan jenis terapi
tunggal atau kombinasi

Tabel 4.4 Distribusi Responden


Berdasarkan Jenis Terapi Monoterapi atau
Kombinasi

Jumlah
Terapi pasien Total Presentase
n=30

Monoterapi: bisoprolol 10 10 33,70%

Kombinasi
BB dan ARB
bisoprolol dan valsartan 3
bisoprolol dan candesartan 1 5 16,7%
bisoprolol dan irbesartan 1
BB dan CCB
bisoprolol dan amlodipin 15 15 50%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan terapi tunggal beta blocker sebanyak


10 (33,33%) pasien, sedangkan terapi kombinasi terbanyak yaitu antara beta
blocker dan CCB sebanyak 15 (66,66%) pasien.
Untuk melihat gambaran ketepatan penggunaan obat antihipertensi
dilakukan dengan melihat rujukan penggunaan obat berdasarkan Guideline joint
national committee 8. Ketepatan penggunaan obat antihipertensi dalam penelitian
ini yaitu meliputi indikasi, ketepatan obat, ketepatan pasien dan ketepatan dosis
(termasuk bentuk sediaan, frekuensi dan cara pemberian obat).
4.2.1 Tepat indikasi
Indikasi pemberian anti hipertensi berdasarkan Guideline joint national
committee 8 (JNC VIII) yaitu pasien dengan tekanan darah sistolik ˃140 mmHg
dan tekanan darah diastotik ˃90 mmHg di bawah usia 60 tahun serta tekanan
darah sistolik >150 mmHg untuk pasien di atas usia 60 tahun. Berikut merupakan
distribusi ketepatan indikasi
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan
Ketepatan Indikasi

Jumlah
Presentase
Indikasi usia Kategori pasien
(%)
n=30

Tepat Indikasi

Usia ˂ 60 tahun Tepat 14 46,7%

Tidak tepat 0 0
Usia ≥ 60 tahun Tepat 16 53,3%
Tidak tepat 0 0

Tabel diatas menunjukan bahwa pasien hipertensi usia ˂ 60 tahun dengan jumlah
14 (46,66%) dan usia ≥ 60 tahun sebanyak 16 (53,33%) pasien mendapatkan terapi sesuai
indikasi bedasarkan Guideline joint national committee 8. Hal ini menunjukan bahwa 30
(100%) menerima pemberian obat sesuai indikasi.

4.2.2 Tepat Obat


Pada pasien dengan hipertensi semua kelompok umur, dapat dimulai
dengan pemberian obat linie pertema yaitu golongan CCB, ARB, ACEI atau
dalam bentuk kombinasi. Berikut ini distribusi responden berdasarkan ketepatan
obat.
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Ketepatan Obat
Jumlah
Presentase
Pemilihan Obat Kategori pasien
(%)
n=30

Beta Blocker 0 0
Tepat
Monoterapi
Tidak
sesuai 3 10%
Pilihan utama tanpa komplikasi : CCB
atau ARB atau ACEI atau kombinasi Tepat 0 0

Bukan pilihan utama yaitu BB Tidak


10 33,3%
sesuai

Pilihan utama dengan komplikasi


DM yaitu pilihan utama CCB atau
ARB atau ACEI atau kombinasi Tepat 0 0

Tidak
15 50%
Bukan pilihan utama yaitu BB sesuai

CKD dengan atau tanpa DM yaitu Tepat 0 0


pilihan utama ARB atau ACEI atau
kombinasi
Tidak
Bukan pilihan utama yaitu BB 2 6,7%
sesuai

Berdasarkan tabel diatas semua pasien yang menggunakan obat beta


blocker sebagai pemberian lini pertama tidak sesuai dengan acuan Guideline joint
national committee 8. Beta blocker digunakan dalam terapi kombinasi, apabila
terapi inisial yang diberikan belum memberikan target tekanan darah yang
diharapkan.
4.2.3 Tepat pasien
Tepat pasien merupakan pemberian obat berdasarkan kondisi pasien dan
tidak ada kontraindikasi dengan obat yang diberikan. Berikut ini distribusi
responden berdasarkan ketepatan pasien.
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan
Ketepatan Pasien
Jumlah
Kontraindikasi Kategori pasien Presentase (%)
n=30

Tepat Pasien

Tidak ada kontraindikasi Tepat 30 100%

Ada kontraindikasi Tidak tepat 0 0

pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebanyak 30 (100%) pasien memenuhi
ketepatan atau obat yang diberikan tidak merupakan kontraindikasi berdasarkan
kondisi pasien.

4.2.4 Tepat Dosis


Tepat dosis meliputi ketepatan pemberian dosis terapi, bentuk sendiaan
obat, frekuensi pemberian serta rute pemberian berdasarkan guideline joint
national committee 8. Berikut ini distribusi responden berdasarkan ketepatan
dosis.
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan
Ketepatan Dosis

Jumlah
Keterangan Kategori pasien Presentase (%)
n=30

Tepat Dosis

a. Dosis Tepat 30 100%


Tidak tepat 0 0
b. Frekuensi Tepat 30 100%
Tidak tepat 0 0
c. Bentuk sediaan Tepat 30 100%
Tidak tepat 0 0
d. Rute pemberian Tepat 30 100%
Tidak tepat 0 0

Pada tabel 4.8 diatas, semua 30 (100%) pasien mendapatkan terapi beta
blocker sesuai dosis lazim pemberian obat berdasarkan JNC VIII. Seperti pada
dosis pemberian bisoprolol yaitu 2,5-10 mg perhari atau juga dosis kombinasi
dengan golongan obat ARB, ACEI dan CCB. 30 (100%) pasien mendapatkan terapi
berbentuk tablet. Frekuensi pemberian berdasarkan guideline joint national
committee 30 (100%) pasien sesuai, seperti pada pemberian golongan obat
bisoprolol semua pasien di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintoharjo
meminum obat perhari 1 tablet. Cara pemberian obat, 30 (100%) pasien melalui
oral. Sedangkan ketepatan dosis pada pasien hipertensi meliputi tepat dosis terapi,
bentuk sediaan obat, frekuensi pemberian serta rute pemberian semua tepat.
4.3 Pembahasan
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg.
(WHO). Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ.
(Cardiology Channel. Hypertension (High Blood Pressure). Maka dari itu
pengobatan merupakan hal penting, penggunaan obat dikatakan rasional jika
memenuhi kriteria tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien serta Tepat dosis (bentuk
sediaan, frekuensi, cara dan durasi pemberian).

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL)


Mintoharjo pada bulan juli-desember tahun 2017 didapatkan 114 pasien yang
menderita hipertensi. 30 diantaranya menggunakan pengobatan obat golongan Beta
blocker (BB) dan telah memenuhi kriteria inklusi. Pemberian obat diberikan baik
pada pemberian dosis tunggal ataupun dosis kombinasi. Pemberian beta blocker
terbanyak diberikan adalah golongan bisoprolol dikarenakan bisoprolol
merelaksasi pembuluh darah dan mengurangi frekuensi denyut jantung.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Senfri di RSUD I Legaligo
yaitu menggunakan terapi golongan beta blocker jenis bisoprolol. (Senfri,2017).
Beta blocker tidak direkomendasikan untuk terapi lini pertama hipertensi menurut
JNC VIII karena berdasarkan penelitian, penggunaan beta blocker dapat
memberikan dampak negative, yaitu serangan jantung dan stroke. (JNC VIII)
Penelitian ini untuk mengetahui gambaran ketepatan pemberian beta
blocker pada pasien hipertensi ditinjau dari ketepatan indikasi, ketepatan obat,
ketepatan pasien dan ketepatan dosis (yang meliputi dosis, frekuensi, bentuk
sediaan serta rute pemberian).
Ketepatan obat berdasarkan tabel 4.6 semua pasien yang menggunakan obat
beta blocker sebagai pemberian lini pertama tidak sesuai menurut acuan JNC VIII,
karena beta blocker kurang efektif dalam menurunkan risiko stroke dan penyakit
jantung iskemik jika dibandingkan dengan golongan obat lain, selain itu dapat
meningkatkan risiko diabetes. Beta blocker digunakan dalam terapi kombinasi,
apabila terapi inisial yang diberikan belum memberikan target tekanan darah yang
diharapkan dalam satu bulan, kita dapat menambahkan obat lain sebagai terapi
kombinasi salah satunya beta blocker. (JNC 8). Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Adam di Puskesmas Sempaja Samarinda, pengobatan
hipertensi lini pertama paling banyak digunakan adalah Captopril dari golongan
ACEI dan Amlodipine dari golongan CCB. Sedangkan penggunaan beta blocker
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan golongan CCB seperti amlodipine untuk
mencegah terjadinya penyakit jantung coroner. (Adam, 2015).

Berdasarkan tabel 4.4 terapi dosis tunggal sebanyak 10 (33,33%) pasien


sedangkan terapi kombinasi terbanyak yaitu kombinasi BB dengan CCB sebanyak
15 (66,66%) dari total pasien hipertensi, kombinasi kerduanya merupakan pilihan
terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit jantung coroner. (JNC 8). Ditinjau dari
ketepatan indikasi, pasien hipertensi yang menggunakan obat beta blocker 100%
tepat. Sedangkan ketepatan pasien sebanyak 30 (100%) pasien mendapatkan
pemberian obat berdasarkan kondisi pasien yang bukan merupakan kontraindikasi
yaitu dapat mencetuskan asma pada pasien dengan riwayat asma atau
bronkospasme karena beta 2 menyebabkan bronkokonstriksi.
Ketepatan dosis meliputi pemberian dosis terapi, bentuk sediaan obat, frekuensi
serta rute pemberian. Berdasarkan tabel 4.8 semua pasien mendapatkan dosis terapi
sesuai Guideline joint committee 8. Seperti pada pemberian Bisoprolol dosis yang
diberikan adalah 2,5-10 mg perhari atau juga dengan kombinasi golongan lain
seperti ARB, ACEI dan CBB. Pada frekuensi pemberian bisoprolol perhari sesuai
rujukan yaitu 1 kali perhari, sebanyak 30 (100%) pasien mendapatkan terapi sesuai
frekuensi berdasarkan rujukan. Bentuk sediaan dan rute pemberian berdasarkan
rujukan adalah tablet dan pemberian oral melalui oral. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Budi (2015) bahwa obat antihipertensi bisoprolol dari
golongan β blocker diberikan sesuai dengan literatur yaitu rentang dosis per
hari nya 2,5-10 mg dan frekuensi pemberian 1 kali sehari. (Budi,2015)

Anda mungkin juga menyukai