Anda di halaman 1dari 48

PEDOMAN INTERNAL

PELAYANAN KIA -KB

BLUD PUSKESMAS BARENG


Jl.DR.SUTOMONO 47 BARENG
JOMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia Nya Pedoman Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB
(Keluarga Berencana) di Puskesmas Bareng telah dapat diselesaikan.Puskesmas Bareng
Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang telah menyusun Pedoman Pelayanan KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana) yang diharapkan dapat menjadi
acuan pelaksanaan kegiatan program KIA dan KB

Pedoman Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga


Berencana) ini memuat tentang penyelenggraan pelayanan pencapaian kegiatan Program
KIA dan KB..

Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya


kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Pedoman
pelayanan Program KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB(Keluarga Berencana)
ini.Saran serta kritik membangun tentunya sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
dan perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata ,semoga Pedoman pelayanan Program KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) dan KB(Keluarga Berencana) ini dapat bermanfaat bagi Penanggungjawab Program
dan pelaksana program di Puskesmas Bareng.

Penyusun

Ulfa Ida,S.S.T

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.

Ruang pelayanan KIA adalah tempat mendapatkan tempat mendapatkan pelayanan


kesehatan terkait dengan ibu dan anak. Ruang Pelayanan KIA adalah bentuk
pelayanan Puskesmas dalam gedung yang pelayananannya sebatas pelayanan
dasar.

Ruang Pelayanan KIA sering diintegrasikan dengan Ruang Pelayanan KB, sehingga
pelayanan yang ada dalam Ruang Pelayanan KIA nantinya akan ada dua jenis,
yaitu pelayanan antenatal neonatus (antenatal neonatus care) dan pelayanan KB.

Pedoman KIA ini bagian dari manajemen kesehatan khususnya kesehatan IBU dan
ANAK merupakan perencanaan tingkat Puskesmas dalam rangka Menyusun acuan
tindakan di wilayah kerja Puskesmas Bareng khususnya program kesehatan Ibu
dan Anak.

B. Tujuan
a. Tujuan umum

Sebagai pedoman penyelenggaraan Ruang Pelayanan KIA dan KB di


Puskesmas Bareng.

b. Tujuan khusus
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu anak
2. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan anak.
3. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan KB.
C. Sasaran Pedoman
-Ibu hamil
-Ibubersalin
-Ibu nifas
-Neonatal
-Bayi
-Anak balita
3
-Anak Prasekolah
-PUS(Pasangan UsiaSubur0
-WUS(Wanita Usia Subur)
D. Ruang lingkup

Ruang lingkup pedoman pelayanan KIA KB Puskesmas Bareng adalah sebagi


berikut :

1. Pelayanan kesehatan ibu meliputi : ANC pada ibu hamil normal dan ibu
hamil resiko tinggi, Penatalaksanaan ibu hamil resiko tinggi, ANC pada ibu
hamil normal dan ibu hamil resiko tinggi, Penatalaksanaan ibu hamil resiko
tinggi, Nifas, Melaksanakan perawatan nifas normal, Penanganan
perdarahan post partum, Penanganan infeksi nifas, Pre-eklamsi / eklamsi
nifas, Melakukan rujukan kasus resiko tinggi ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi secara tepat, cepat, benar.
2. Pelayanan kesehatan anak meliputi. : Imunisasi.
3. Pelayanan KB meliputi : Konseling pranikah, Konseling metode KB,
Pelayanan KB kondom, pil ,injeksi, implant, IUD, Penatalaksanaan efek
samping KB baik hormonal maupun non hormonal, Melakukan rujukan
kasus KB ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi secara tepat, cepat dan
benar.
E. Batasan operasional

1. Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya di sebut Puskesmas adalah


fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2. Instalasi Rawat Jalan kesehatan ibu dan anak adalah bagian pelayanan di
puskesmas yang memberikan pelayanan ibu dan anak yaitu pemeriksaan
kehamilan,pelayanan nifas,pelayanan KB dan pelayanan WUS dan PUS dan
imunisasi. Dimana dalam pelayanannya terkait dengan kegiatan penunjang lain
seperti laboratorium dan farmasi.
3. Pemeriksaan kehamilan dengan pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan
antenatal komprehensif dan berkualitas yang di berikan kepada semua ibu hamil
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat
dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. pemeriksaan kehamilan
meliputi pemeriksaan 10 T meliputi
 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
 Pemeriksaan tekanan darah
 Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
 Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

4
 Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
 Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan.
 Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
 Test laboratorium (rutin dan khusus)
 Tatalaksana kasus
 Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
4. Pelayanan MTBS dan MTBM merupakan suatu manejemen balita yg datang di
pelayanan kesehatan di laksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi , status
gizi, status imun maupun penanganan dan konseling.Kegiatan ini dilakukan di BP
2.
5. Pelayanan SDIDTK adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya peyimpangan tumbuh kembang pada anak balita dan anak prasekolah.
6. Imunisasi upaya memberikan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dengan
memasukkan bibit penyakit yang dimatikan atau dilemahkan.
7. Keluarga berencana / KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
8. Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan di mana kehamilan itu dapat
berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau sebaliknya, penyakit ibu dapat
berpengaruh buruk pada janinnya, atau keduanya ini saling berpengaruh.
9. Masa infas adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangusng kira-kira 6 minggu.
10. Pre eklamsi Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.Eklampsia adalah
preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan / atau koma

11. Rujukan ke RS adalah suatu keadaan dimana puskesmas tidak menyediakan


kebutuhan pasien dengan kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan
ke pelayanan yang mempunyai kemampuan lebih.

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia

Perencanaan SDM Kesehatan merupakan saalah satu unsur utama yang


mnekankan pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kaulifikasi SDM sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Untuk memantapkan sistem
manajemen SDM Kesehatan perlu dilakukan perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan

 Setiap petugas kesehatan harus bekerja sesuai dengan standart


profesi,standart pelayanan,standart prosedur operasional,etika
profesi,menghormati hak pasien,serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja.
 Petugas teknik Puskesmas harus mengikuti pelatihan daam bidang teknis
yang berkaitan.. Pembuktian berupa : ijasah, Surat Keputusan pengangkatan
pegawai, sertifikat/ surat keterangan pelatihan.
Berdasarkan Keputusaan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/
MENKES/ SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan
di tingkat propinsi, Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit, maka pola ketenagaan
minimal untuk penyelenggaraan manajemen di Puskesmas Bareng yakni,

N Jenis Jabatan Kompetensi Minimal keterangan


o Pelayanan
1. Kesehatan Fungsional DIII Kebidanan / DIV/
Ibu, Anak dan Bidan . S1
KB Harus mempunyai
STR,SIK,Sertifikat
APN,CTU dsb.

B. Distribusi ketenagaan
Penanggung jawab program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Bareng bekerja
sesuai jam dinas dan bila mana diperlukan dapat bekerja di luar jam dinas dalam
rangka koordinasi dan komunikasi dengan lintas program dan lintas sektoral.Dalam
penyelenggaraan program KIA ada bidan Pelaksana Program KIA dibantu Bidan
Puskesmas ,dan masing masing desa terdapat bidan Pembina wilayah.

6
Kegiatan Petugas Profesi
Upaya Kesehatan Ibu dan Ulfa Ida Bidan
Anak di puskesmas Yayuk Sri Rahayu ,
Muntamah,Iza Tri R
Nisful Lailiyah
Nikmatul Ulfah
Upaya Kesehatan Ibu dan Dina Yunita PW Bidan
Anak di desa Bareng
Upaya Kesehatan Ibu dan Sylvia Tri Anggraini Bidan
Anak di desa Mojotengah
Upaya Kesehatan Ibu dan Yustic Restu Pratiwi Bidan
Anak di desa Tebel

Upaya Kesehatan Ibu dan Sismiasih Bidan


Anak di desa Kebondalem
Upaya Kesehatan Ibu dan Dinda Dewi Nilam Bidan
Anak di desa Karangan Sari
Upaya Kesehatan Ibu dan Bidan
Anak di desa Pakel
Upaya Kesehatan Ibu dan Siti Mustagfiroh Bidan
Anak di desa Mundusewu
Upaya Kesehatan Ibu dan Iwa Irma Susanti Bidan
Anak di desa Ngampungan
Upaya Kesehatan Ibu dan Yola Fidiana Bidan
Anak di desa Jenisgelaran
Upaya Kesehatan Ibu dan Bidan
Anak di desa Pulosari
Upaya Kesehatan Ibu dan Ayatulloh Risma Bidan
Anak di desa Ngrimbi
Upaya Kesehatan Ibu dan Eta Novariana Bidan
Anak di desa Nglebak
Upaya Kesehatan Ibu dan Wifi Setyaningrum Bidan
Anak di desa Banjaragung

7
C. Jadwal kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak dilakukan bersama oleh
para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/ lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan
di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Bareng. Adapun jadwal kegk/iatan
upaya kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu jadwal rutin (POSYANDU) dan jadwal
kondisional.
Jadwal Kesehatan Ibu Anak

No Jenis Pelayanan Senin- Jumat Sabtu


KamIis
1 Pemeriksaan ANC 07.15 – 12.00 07.15 -11.00 07.15 -12.00
dan Nifas
2 Pelayanan KB 07.15 – 12.00 07.15 -11.00 07.15-12.00
3 Imunisasi Selasa
07.15 – 10.00
4 Bersalin 24 Jam 24 Jam 24 Jam

Jadwal Kesehatan Ibu Anak

NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Dalam Gedung
1. Pelayanan Antenatal            
2. Pelayanan Ibu nifas            
3. Pelayanan Neo/ MTBM            
4. Pelayanan bayi dan balita/ MTBS            
5. Pelayanan calon pengantin            
wanita
6. Pelayanan imunisasi            
7. Pelayanan dan konseling KB,            
kesehatan reproduksi, catin.
8. Evaluasi pendampingan kader  
9. Pemantauan PWS KIA dan KB            
sesuai indikator
10. Pembinaan bidan wilayah            
11. Rujukan            
12. Pencatatan dan pelaporan            
II Luar Gedung
1. Pendampingan bumil oleh kader            
2. Kunjungan rumah bumil dan            
8
bumil resti oleh petugas
3. Kunjungan rumah ibu nifas dan            
ibu nifas resti oleh petugas
4. Kunjungan rumah neo dan neo            
RT
5. Kunjungan bayi dan balita RT            
6. Pelaksanaan kelas ibu hamil   
7. Pelaksanaan kelas ibu balita     
8. Pelaksanaan posyandu balita            
9. SDIDTK di posyandu dan TK    
10. Pelacakan kematian ibu, neo,
bayi dan balita oleh pembina
desa
11. Pembinaan kader oleh bidan            
pemegang wilayah
12. Supervisi fasilitatif ke pustu dan  
polindes

9
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang

KET

1. Lemari kaca ( alat dan dokumen) 7. Lemari dokumen


2. Lemari kabinet 8. Tempat Tidur pasien
3. Meja Akrilik 9. Obgyn Bed
4. Meja Akrilik 10. Troly alat
5. Komputer 11. Sterilisator
6. Lemari Alat 12. Troly alat

10
B. Standar fasilitas
Standar fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas Bareng untuk penyelenggaraan
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak meliputi
1. Ruang Pertemuan
2. Ruang tunggu pasien
3. Ruang pelayanan KIA, KB
4. Laboratorium
5. Apotik

Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Bareng memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:

Kegiatan Pelayanan
Sarana- prasarana
Kesehatan Ibu dan Anak

 Meja, kursi
 Alat tulis
 Buku Register kohort
Posyandu  Timbangan
 Microtoice/ pengukur tinggi badan
 Buku KIA
 Pita lila
 Leaflet
 Daftar hadir
 LCD
Penyuluhan
 Notulen
 Laptop
 Alat peraga penyuluhan
 Register kohort hamil
Pendataan Bumil , Bayi
 Register kohort bayi
 Buku Panduan Kelas ibu
 Alat peraga penyuluhan sesuai
Kelas Ibu
materi
 Buku Daftar Hadir dan Notulen
 Stiker P 4 K
Pemasangan Stiker P4K  Buku pencatatan
 Dokumentasi
Kunjungan Rumah Bumil,  Tensimeter
Bufas, Risti  Stetoskop

11
 Buku pencatatan
Pendataan neonatal, bayi  Buku pencatatan
normal, dan resiko tinggi  Register kohort bayi
 Buku pencatatan
Kunjungan rumah neonatal,  Form MTBM
bayi normal, dan resiko tinggi  Thermometer
 Timer
Pemantauan tumbuh  Timbangan
kembang bayi, anak balita,  Microtoise
dan anak pra sekolah/  Buku KIA / Buku panduan SDIDTK
SDIDTK (TK, PAUD)  Register kohort
 Buku pencatatan
KIE untuk remaja yang
 Buku Panduan Kesehatan
sekolah dan yang tidak
Reproduksi Remaja
sekolah
 Leaflet
 Buku pencatatan
Konseling untuk remaja yang
 Buku Panduan Kesehatan
sekolah dan yang tidak
Reproduksi Remaja
sekolah
 Leaflet
 Buku pencatatan
Pendataan sasaran KB
 Kohort KB
 Leaflet
 ABPK
Konseling dan penyuluhan  LCD
 Laptop
 Alat peraga penyuluhan
 Buku pencatatan
 Tensimeter, stetoskop,timbangan
 K1 KB
Pelayanan dengan momen
 Inform konsen
khusus ( KB Kesehatan)
 K4 KB
 Obat KB
 Peralatan KB
Pelacakan kegagalan KB  Buku pencatatan

Sarana Prasarana di Puskesmas Bareng


12
No Nama Alat Jumlah Kondisi
1 Kit Bidan 2 Baik
2 Kit KB 2 Baik
3 Bed 1 Baik
4 Gyn Bed 1 Baik
5 Mebelair 4 Baik
6 Tensi meter 1 Baik
7 Stetoskop 2 Baik
8 Metlin 2 Baik
9 Pita Lila 2 Baik
10 Timbangan dewasa 1 Baik
11 Pengukur TB 1 Baik
12 Timbangan BB Bayi 1 Baik
13 Stetoskop Monoculer 1 Baik
14 Dopler 1 Baik
15 Poster/ Leaflet 5 Baik
16 Register Kohort Ibu 1 Baik
17 Register Kohort Bayi 1 Baik
18 Register Kohort KB 1 Baik
19 Register Imunisasi 1 Baik
20 Kohort Balita 1 Baik
21 Buku KIA 1 Baik
22 Form Laporan Kesehatan Ibu dan 1 Baik
Anak
23 Farm Laporan Imunisasi 1 Baik
24 Farm Laporan KB 1 Baik
25 Register MTBM dan MTBS 1 Baik
26 Lampu Emergency 1 Baik

13
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup kegiatan pelayanan


1. Pelayanan KIA dalam gedung :
a. Pelayanan ibu ( ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,idola/ibu nifas diperiksa dokter
dan layananan terpadu, ibu menyusui ).
Prosedur : Pasien datang dari ruang pendaftaran dan menunggu di ruang tunggu
,rekam medis pasien diantar oleh petugas loket ke ruang KIA/KB,
pasien dilayani sesuai urutan pendaftaran, pasien dianamnesa,
dilakukan tindakan pelayanan sesuai SOP masing-masing.
b. Pelayanan bayi dan balita ( MTBM, MTBS)/ dilayani di BP II
Prosedur : Mengikuti alur bagan MTBM dan MTBS
c. Pelayanan KB.
Prosedur : melakukan anamnesa, Screening dan Inform Concent kemudian
diberikan pelayanan.
Pelayanan di POLI KB meliputi pelayanan KB
PIL,SUNTIK,IMPLAN,IUD,KONDOM, IVA, PAP SMEAR .
d. Pelayanan kesehatan reproduksi.
Prosedur : melakukan anamnesa dan konseling.
2. Pelayanan KIA luar gedung :
a. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin,ibu nifas, bayi, balita, remaja, PUS,
WUS, anak prasekolah, dan anak sekolah).
Prosedur : Pendataan dengan melibatkan kader kesehatan dan kader posyandu
serta instansi terkait setiap bulan dan untuk anak sekolah dilakukan
setiap awal tahun ajaran baru.
b. Kunjungan rumah (kunjungan ibu hamil, kunjungan nifas, kunjungan neonatal,
kunjungan kasus resti ).
Prosedur : Pelayanan sesuai dengan tatalaksana kasus masing-masing.
c. Penempelan stiker P4K.
Prosedur : Dengan melibatkan kader posyandu dan kader kesehatan dan bidan
desa ke semua sasaran ibu hamil dimasing-masing wilayah.
d. Posyandu (Pemeriksaan ANC, KB, gizi,Imunisasi).
Prosedur : Pelayanan ANC sesuai standar minimal 10 T , pelayanan KB non
MKJP serta pelayanan imunisasi bayi dan balita.
e. Kelas ibu hamil
14
Prosedur : Melaksanakan kelas ibu hamil di 13 desa dengan minimal 1fasilitator
dan minimal 10 sasaran ibu hamil.
f. Kerjasama lintas program dan lintas sektor.
Prosedur : Bila ada kegiatan event tertentu misalkan KB Kes

Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan / rekam medik.
Rekam Medik menjelaskan tentang keterangan / informasi yang akurat
dan lengkap tentang :

 Identitas pasien
 Tanggal & waktu
 Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit
 Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik
 Diagnosis
 Rencana penatalaksanaan
 Pengobatan dan/atau tindakan
 Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
 Rujukan bila diperlukan
2. Pelaporan
a. Laporan Bulanan.
Laporan yang dibuat oleh Bidan pemegang wilayah di setiap desa
dierkap oleh pemegang program KIA bersamaan dengan laporan
kegiatan Puskesmas lainnya dilaksanakan setiap akhir bulan dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan

b. Laporan Semester
Merupakan rekapan laporan selama 6 bulan yang dibuat oleh
pemegang program bersamaan dengan kegiatan lainnya sebagai
bahan evaluasi hasil kinerja

B. Metode kegiatan pelayanan (alur pelayanan dan kaitannya dengan interprofesi)


Dalam upaya mencapai tujuan di bidang kesehatan Ibu dan Anak diperlukan
peran petugas kesehatan dan fasilitator, dimana petugas kesehatan memberikan
pelayanan dan fasilitator bertanggungjawab dalam mengkomunikasikan inovasi
dibidang kesehatan kepada masyarakat.
Metode yang digunakan adalah:
1. Pendataan sasaran : kunjungan bumil, kunjungan ibu nifas, dan neonatal.
2. Wawancara/anamnesa
3. Pemeriksaan :
 Bumil minimal pemeriksaan 10T.
15
 Bufas pemeriksaan : tensi, TFU, lochea, perdarahan, dan sebagainya.
 Neonatus pemeriksaan : BB, TB, suhu, detak jantung, respirasi, warna kulit,
tali pusat, dan sebagainya.
4. Penatalaksanaan kasus : sesuai dengan penatalaksanaan masing-masing kasus.
5. Pencatatan dan pelaporan
6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi ( KIE) yang efektif

C. LANGKAH KEGIATAN
 PELAYANAN KESEHATAN CALON PENGANTIN WANITA
Konseling pra nikah diantaranya :

A. Persiapan fisik
1. Pemeriksaan kesehatan
a. Pengukuran BB, TB, dan Lila
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan laboratorium, antara lain golongan darah, Hb,
GDA,HBSAg,HIV.
2.Gigi
3. Gizi
d. Peningkatan status gizi calon pengantin wanita dengan mengonsumsi
gizi seimbang
e. Minum tablet tambah darah
f. Tidak berpantang makanan

Dengan olahraga dapat melancarkan metabolisme tubuh dan


mengaktifkan hormon-hormon dalam tubuh.

3.Status TT calon pengantin


Diharapkan seluruh wanita usia subur (15 – 49 tahun) berstatus TT 7 agar
memiliki kekebalan tubuh seumur hidup.

4.Hak reproduksi sehat


2. Apabila pernikahan sebelum umur 20 tahun sebaiknya menunda
kehamilan.
3. Jarak kelahiran antar anak minimal 2 tahun

B. Persiapan mental

16
Penting dilakukan karena calon pengantin yang akan memasuki dunia baru
dalam hidupnya perlu mendapat bimbingan dan arahan baik masalah agama,
keluarga, dan kesehatan

 PELAYANAN ANTENATAL
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor,
mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau
bermasalah. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)
Antenatal Care Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama kehamilannya, yang disesuaikan dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Antenatal, yang
terdiri dari :
a) Timbang berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Nilai status gizi (LILA)
d) Ukur tinggi fundus uteri
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f) Pemberian imunisasi TT lengkap
g) Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
h) Test laboratorium (rutin dan khusus)
i) Tatalaksana kasus
j) Temu wicara (konseling)
Lokasi pelayanan ANC atau pemeriksaan kehamilan Menurut Depkes RI (2005)
tempat pemberian pelayanan ANC dapat status aktif meliputi :
1) Puskesmas
2) Puskesmas pembantu
3) Pondok bersalin desa
4) Posyandu
5) Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas)
6) Rumah sakit pemerintah atau swasta
7) Rumah sakit bersalin
8) Tempat praktek swasta (bidan, dokter).
Menurut kebijakan dari pemerintah kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 6 kali selama hamil.
a) 1 (Satu) kali pada trimester pertama;
b) 2 (Dua) kali pada trimester kedua; dan
c) 3 (Tiga) kali pada trimester ketiga

17
Standar pelayanan waktu tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan
antenatal dan untuk memberi kesempatan yang cukup kepada pemberi asuhan
antenatal dalam menangani kasus risiko tinggi yang ditemukan
Pencatatan Hasil Pemeriksaan Anatenatal
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal
terpadu yang berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat hasilnya
pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA

 PELAYANAN ANTENATAL CARE TERPADU.


Pelayanan Antenatal Terpadu merupakan pelayanan kesehatan yang komprehensif
dan berkualitas yang dilakukan melalui ;

1. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan Antenatal Terpadu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan anamnesa, yaitu:
a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan saat ini.
b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan
dan penyakit yang kemungkinan diderita oleh ibu hamil, misalnya muntah
berlebihan, pusing, sakit kepala, perdarahan, sakit perut hebat, demam, cepat
lelah, sesak nafas.
c. Menanyakan status kunjungan, baru atau lama, riwayat kehamilan sekarang,
riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, dan riwayat penyakit yang
diderita ibu hamil.
d. Menanyakan status imunisasi, menanyakan tablet tambah darah yang
dikonsumsi ibu hamil, menanyakan obat-obatan yang dikonsumsi.
e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika, anti
vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
g. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkahlangkah penanggulangan
penyakit menular seksual.
h. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
i. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan ( terdapat di dalam buku KIA(lembar
amanah persalinan) dan tenaga kesehatan (bidan) wajib menanyakan dan
mendiskusikan bersama ibu hamil, antara lain:
1. Siapa yang akan menolong persalinan?
setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2. Dimana akan bersalin?

18
Ibu hamil dapat bersalin di Polindes, Puskesmas atau di rumah sakit?
3. Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga
terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan
dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi
persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
4. Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu
melahirkan.
5. Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon
ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan.
6. Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak.
Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin)
atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) , menggunakan BPJS,
JAMPERSAL yang dapat dipergunakan untuk membantu pembiayaan
mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan
7. KB pasca persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
NB :Lembar amanah persalinan yang terdapat dalam buku KIA harus sudah terisi
lengkap saat kunjungan K4 ibu hamil.

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal ,tenaga kesehatan harus memberi kan


pelayanan yang berkualitas sesuai standart 10 T yang terdiri dari

1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan.


Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal untuk
Mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk


Menapis adanya factor resiko pada ibu hamil.Tinggi badan kurang dari 145
cm meningkatkan resiko terjadinya CPD.

(Pada ibu hamil dengan UK >12 mgg, IMT digunakan sebagai screening
preeklampsi, IMT>30(obesitas) beresiko terjadinya preeklampsi)

2. Ukur Tekanan Darah.

19
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi ( tekanan darah ->=140 /90mmhg) pada
kehamilan dan preeklamsi . Pada ibu hamil dengan UK >12 minggu dilakukan
screening preeklampsi dengan cara menghitung MAP dan ROT (MAP>90
dan ROT >20 beresiko terjadinya preeklampsi)

3. Nilai Status Gizi ( ukur Lingkar Lengan Atas / LILA.)


Pengukuran Lila hanya dilakukan pada kontak pertama oleh nakes Di
trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK., dimana ukuran Lila kurang
dari 23,5 cm.

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri.


Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal
Dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan
Umur kehamilan.

5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin.

6. Skrining Status Immunisasi Tetanus dan Berikan Immunisasi Tetanus


Toksoid ( TT ) bila diperlukan.Untuk mencegah terjadinya tetanus
Neonatorum, ibu hamil harus mendapat immunisasi TT Pada saat UK > 20
minggu, dengan syarat ibu hamil di skrining status immunisasi TT nya.
Pemberian Immunisasi TT pada ibu hamil,disesuaikan dengan status
immunisasi T ibu saat ini.

7. Beri tablet tambah darah ( Tablet Besi )


Setiap ibu hamil harus mendapat tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan
8. Memeriksa Laboratorium ( rutin dan khusus)
Pemeriksaan laborat rutin (golda, HB) dan khusus bila ada indikasi

Pemeriksaan HIV, HbSag

9. Tatalaksana ( Penanganan Kasus )


Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
Laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
Ditangani sesuai dengan standart dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan.

10. Temu Wicara ( Konseling )

20
Temu Wicara ( konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi;
a. Kesehatan ibu.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Peran suami dan keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan ,persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi.
e. Asupan gizi seimbang.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
g. Penawaran test HIV dan konseling IMS.
h. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) dan Pemberian ASI Eksklusif.
i. KB Pasca Persalinan.
j. Immunisasi.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan.
2. Pemeriksaan
JENIS TRIMESTER TRIMESTER TRIMESTER
NO KET
PEMERIKSAAN 1 2 3
1 Keadaan umum    Rutin
2 Suhu tubuh    Rutin
3 Tekanan darah    Rutin
4 Berat badan    Rutin
5 Penampisan status  Rutin
TT
6 Lila  Rutin
7 TFU   Rutin
8 Presentasi janin   Rutin
9 DJJ   Rutin
10 Pemeriksaan HB   Rutin
11 Golongan darah  Rutin
12 Protein urin   Atas
indikasi
13 Gula darah/reduksi    Atas
indikasi
14 Darah malaria Atas
indikasi
15 BTA Atas
indikasi
16 Tes sifilis  Atas
indikasi
17 Tes HIV  Atas
indikasi
18 USG   Rujukan
atas
indikasi
19 Foto thorak Rujukan
21
atas
indikasi

2. Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
atau penunjang lainnya, disini diperlukan peran dari lintas program:
- Program Gizi : memberikan konseling tentang gizi bumil, IMD dan melakukan
intervensi gizi bagi bumil KEK, Anemia ringan
- Program Gigi : melakukan pemeriksaan kebersihan Gigi, KIE tentang
kebersihan Gigi dan Mulut pada ibu hamil
- Program P2 :menindaklanjuti hasil pemeriksaan laboratorium ibu hamil yang
dinyatakan HIV (+) dan HbSAg (+) dengan KIE dan penanganan yang tepat
- Dokter : melakukan screening kelainan jantung pada ibu hamil yang
melakukan ANC, dokter menegakkan diagnosa atau diagnosa banding
memberikan terapi serta merujuk ibu hamil yang memerlukan tindakan rujukan
sedangkan bidan dapat mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah
atau tidak normal pada ibu hamil.

3. Pencatatan Hasil Pemeriksaan Anatenatal Terpadu


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan
antenatal terpadu yang berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat
hasilnya pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA.

4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang Efektif


KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari antenatal terpadu
yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi
masalahnya.

5. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dan Pelaporan


Evaluasi pelaksaan ANC terpadu dilaksanakan setiap bulan dilakukan oleh
petugas KIA dan dilaporkan kepada kepala puskesmas .
Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan kegiatan pelayanan antenatal care
didokumentasikan sebagai berikut :
- Buku rekam medis pasien
- Buku register harian ibu
- Lembar kartu ibu dan skor puji rohayati

- Buku kesehatan ibu dan anak (KIA)


- Kohort ibu hamil/E Kohot
22
ANC terpadu idealnya dilakukan saat Trimester I kehamilan, karena salah satu
pemeriksaan dalam ANC terpadu yaitu dilakukan PMTCT dan screening ibu
hamil dengan Hepatitis B. Dengan screening lebih dini dan penanganan lebih
awal (saat kehamilan Trimester I) maka diharapkan bisa mencegah penularan
virus dari ibu ke bayinya.

 PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS.


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayi.Karena diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu yang
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas yang terjadi
pada saat 24 jam.
Tatalaksana / Prosedur Asuhan Ibu Nifas,

a. Periksa 6-8 jam setelah persalinan.


b. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemantauan keadaan umum ibu.
d. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu ( Bonding Attahtcment)
e. ASI Eklusif.
f. Menjaga bayi tetap sehat dan mencegah hypotermi.

Proses Pemulihan Kembalinya Organ Reproduksi Pada Masa Nifas yaitu

1. Perubahan Fisik Umum Ibu


2. Perubahan Tractus Genetalia.
3. Pengeluaran ASI.
4. Perubahan Sistem Tubuh Lainnya.
5. Perubahan Psikis.:

Waktu Kunjungan Nifas KF1-KF3.

Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan masa nifas setidaknya 3x :

1. Kunjungan Nifas Pertama ( KF 1)


Asuhannya:

1.Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di


bawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal,
2.Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal,
3.Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup,
4.Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi,
5.Pemberian kapsul vitamin A;

23
6.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit,
7.Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2. Kunjungan Nifas Kedua (KF2)
Adalah kunjungan nifas dalam kurun waktu hari ke – 4 sampai dengan hari
ke – 28 setelah persalinan.

Asuhannya :

 Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus


dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal,
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal,
 Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup,
 Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi,
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit,
 Melakukan pemeriksaan laboratorium Hb,Albumin,Reduksi(atau sesuai
kondisi).
 Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan Nifas Ketiga (KF 3) dan Keempat(KF 4 )


Adalah kunjungan nifas dalam kurun waktu hari ke-29 sampai dengan hari
ke-42 setelah persalinan.

Asuhannya :

 Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami,


 Memberikan konseling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas, dan
tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi,
Pelayanan kontrasepsi pascapersalinan bertujuan untuk menjaga jarak
kehamilan berikutnya atau membatasi jumlah anak yang
dilaksanakan dalam masa nifas
Pelayanan kontrasepsi dilaksanakan melalui pemilihan metode
kontrasepsi sesuai pilihan pasangan suami istri, sesuai indikasi, dan tidak
mempengaruhi
produksi Air Susu Ibu.
 Periksa Tanda-tanda Vital (keadaan umum, fisik : perdarahan
pervaginam, lochia, kondisi perineum, tanda infeksi, kontraksi uterus,
tinggi fundus, dan temperature secara rutin, tekanan darah, nilai fungsi

24
berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah, dan
nyeri punggung),
 Periksa laboratorium:Hb,Albumin Reduksi dan pemeriksaan sesuai kasus.
 Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang
didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya.
Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah

1. minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan


salah satu tanda berikut :
a. bila ada perdarahan
b. secret vagina berbau
c. demam
d. nyeri perut hebat
e. kelelahan, sesak.
 PELAYANAN IBU NIFAS DIPERIKSA DOKTER DAN LAYANAN
TERPADU(IDOLA)
Pada dasarnya sesuai dengan pelayanan ibu nifas yang dijelaskan
sebelumnya,akan tetapi ada layanan terpadu dan peran dari profesi lain yaitu
dokter, analis, gizi atau sesuai dengan kondisi ibu nifas.
Pemeriksaan ibu nifas (IDOLA) meliputi berbagai jenis pemeriksaan termasuk
menilai keadaan umum (fisik)dan psikologis ibu nifas.

N Jenis Pemeriksaan Kunjungan Kunjungan Kunjungan Kunjungan


o Nifas 1 Nifas 2 Nifas 3 Nifas 4
(6 jm- 48 (3- 7 hr) (8-28 hr) (28-42 hr)
jam)
1 Pemeriksaan keadaan umum √ √ √ √
2 Pemeriksaan tekanan darah √ √ √ √
3 Pemeriksaan nadi √ √ √ √
4 Pemeriksaan suhu √ √ √ √
5 Pemeriksaan pernafasan √ √ √ √
6 Pemeriksaan fisik oleh √ √ √ √
(kepala,leher,thorak,abdomen
dan extremitas)
7 Pemeriksaan fundus uteri √ √ - -
8 Pemeriksaan lokhea dan √ √ √ √
perdarahan
9 Pemeriksaan luka jalan lahir √ √ √ √
10 Pemeriksaan payudara √ √ √ √

25
11 Pemeriksaan penujang sesuai √ √ √ √
indikasi
12 Pemeriksaan oleh dokter √ √ √ -

Pencatatan Hasil Pemeriksaan Nifas


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan yang
berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat hasilnya pada rekam
medis, kartu ibu dan buku KIA.
 PELAYANAN KONTRASEPSI
Penyelenggaan Pelayanan Kontrasepsi dilakukan dengan cara yang
dapat dipertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya,
etika, serta segi kesehatan.
Pelayanan kontrasepsi meliputi :
1. Pergerakan pelayanan kontrasepsi;
dilakukan sebelum pelayanan sampai pasangan usia subur siap untuk memilih
metode kontrasepsi.
2. Pemberian atau pemasangan kontrasepsi;
Pemberian atau pemasangan kontrasepsi sebagaimana dimaksud didahului
oleh konseling dan persetujuan tindakan medik (Informed Consent).
Konseling (berupa komunikasi, informasi, dan edukasi tentang metode
kontrasepsi.) dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat
pelayanan lain. Informasi yang diberikan harus secara lengkap dan cukup
sehingga pasien dapat memutuskan untuk memilih metoda kontrasepsi yang
akan digunakan (informed choise).
3. Penanganan terhadap efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi
Efek samping merupakan efek yang tidak diinginkan akibat penggunaan alat
kontrasepsi tetapi tidak menimbulkan akibat yang serius.
Penanganan terhadap efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi
sebagaimana dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat berupa konseling,
pelayanan sesuai standar, dan/atau rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
lanjutan.
Efek samping merupakan efek yang tidak diinginkan akibat penggunaan alat
kontrasepsi tetapi tidak menimbulkan akibat yang serius.

Metode kontrasepsi berupa:


a. metode kontrasepsi jangka pendek
 meliputi suntik, pil, dan kondom
 dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain.
 Dilakukan oleh nakes yang kompeten

26
b. metode kontrasepsi jangka panjang
 meliputi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),
 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit atau implan, Metode Operasi Pria (MOP),
dan Metode Operasi Wanita (MOW) harus dilaksanakan sesuai standar
di fasilitas pelayanan kesehatan.
 Dilakukan oleh nakes yang kompeten

Pencatatan Hasil Pelayanan Kontrasepsi


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan yang
berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat hasilnya pada rekam
medis, kartu K4 dan buku register,Kartu KB

 PELAYANAN KESEHATAN NEONATUS


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam


setelah lahir.

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3


sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8


sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan


melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir


 Perawatan Tali pusat
27
 Melaksanakan ASI Eksklusif
 Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
 Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
 Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di
rumah dengan menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Pencatatan Hasil Pelayanan Neonatus


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan yang
berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat hasilnya pada rekam
medis,buku register,lembar MTBM dan buku KIA

 DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO DAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN


NEONATUS OLEH TENAGA KESEHATAN MAUPUN MASYARAKAT.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi
kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap
mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh
tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi,
serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan
dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.

Faktor risiko pada ibu hamil adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 12 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang

28
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus,
Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis postpartum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.

Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg


selama masa kehamilan

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :

1. Ketuban pecah dini.


2. Perdarahan pervaginam
• Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta

• Intra Partum : robekan jalan lahir

• Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,


kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri

3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.

4. Ancaman persalinan prematur.


5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, Sepsis.
6. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.

29
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi.
Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah
kematian dan kesakitan ibu.

Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil.
lbu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus
dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :

1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua


2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :

1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)

2. Asfiksia

3. Infeksi Bakteri

4. Kejang

5. Ikterus

6. Diare

7. Hipotermia

8. Tetanus neonatorum

9. Masalah pemberian ASI

30
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital. dll.

Pencatatan Hasil Pemeriksaan


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan yang
berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat hasilnya pada rekam
medis, kartu ibu dan buku KIA, buku register, buku rujukan jika pasien dirujuk

 PELAYANAN KESEHATAN BAYI


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode
29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :

1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.

2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.

3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.

4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan
kesehatan tersebut meliputi :

• Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,


Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

• Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).

• Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).

• Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda – tanda


sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.

• Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

 PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
31
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting
agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah
yang lebih berat.

Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan


mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan
jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan
masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.

Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan
suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah
dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah
satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan
bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi
masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA),
diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari
keadaan tersebut.

Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,


Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997
dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :

1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat


dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2
kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung
(sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
32
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
Pencatatan Hasil Pemeriksaan
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan yang
berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat hasilnya pada rekam
medis, buku register, lembar MTBM,dan buku KIA
 PELAYANAN SDDIDTK
Stimulasi deteksi intervensi dini merupakan kegiatan merangsang kemampuan
dasar anak umur 0 – 6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal.

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah untuk :

1. Kemampuan gerak kasar


2. Kemampuan gerak halus
3. Kemampuan bicara dan bahasa
4. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih saying


2. Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang dekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan, dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan sederhana, aman, dan ada di sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah
tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga
kesehatan juga mempunyai "waktu" dalam membuat rencana tindakan/
intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila
penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal
ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

33
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :

 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/


menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar.
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas.
Adapun Jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga kesehatan
adalah sebagai berikut

Umur Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan


Anak Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan
Pertumbuhan Perkembangan Mental Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT * GPPH*

0 bulan

3 bulan

6 bulan

9 bulan

12 bulan

15 bulan

18 bulan

21 bulan

24 bulan

30 bulan

36 bulan

34
42 bulan

48 bulan

54 bulan

60 bulan

66 bulan

72 bulan

Keterangan:

BB/ : Berat Badan terhadap Tinggi TDL : Tes Daya Lihat


TB Badan KMM : Kuesioner Masalah Mental Emosional
LK : Lingkaran Kepala E
: Checklist for Autism in Toddlers
KPS : Kuesioner Pra Skrining CHAT
: Gangguan Pemusatan Perhatian dan
P Perkembangan GPPH Hiperaktivitas
TDD : Tes Daya Dengar Tanda : Deteksi dilakukan atas indikasi

Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu
yaitu pada :

 Kasus rujukan.
 Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh.
 Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.

35
 PELAYANAN KELAS IBU HAMIL
Kelas ibu hamil merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui sarana
belajar kelompok dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan,
perawatan nifas dan bayi baru lahir melalui praktek dengan menggunakan buku
KIA, lembar balik. Dengan kegiatan kelas ibu hamil ini suami dan keluarga akan
dilibatkan sehingga dapat memahami kondisi ibu hamil sampai dengan
melahirkan dan merawat bayi
Tujuan Khusus :
1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil
dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan /bidan
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,
penyakit menular dan akte kelahiran.
2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :
- Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
- Perawatan kehamilan
- Persalinan
- Perawatan nifas
- KB pasca persalinan
- Perawatan bayi baru lahir
- Mitos/kepercayaan/adat istiadai setempat yang dengan kesehatan ibu dan
anak
- Penyakit menular
- Akte kelahiran.
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pelaporan hasil pelaksanaan kelas ibu hamil dijadikan sebagai dokumen. Pelaporan
disusun pada setiap selesai melaksanakan kelas ibu hamil.
Isi laporan minimal memuat tentang :
- Waktu pelaksanaan
- Jumlah peserta
- Proses pertemuan
- Materi yang disampaikanMasalah dan hasil capaian pelaksanaHasil evaluasi,
Dokumentasi Kegiatan.

36
BAB V

LOGISTIK

Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan material/ alat-alat. Logistik diartikan pula sebagai bagian
dari instansi yang tetugasnya menyediakan barang yang di butuhkan untuk kegiatan
operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai
kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Adapun kegiatan logistik meliputi
mengadakan pembelian, infentarisasi dan stock kontrol, penyimpanan dan penyaluran /
distribusi serta informasi.

Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, keuangan dan
pengamanan. Tujuan operasional adalah bahwa logistik bagaiman agar tersedia barang,
serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. Tujuan keuangan adalah
bagaimana upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-
rendahnya. Sedangkan tujuan pengamanan adalah agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak
wajar.

Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan, penggagasan, pengaduan, penyimpanan dan
penyaluran pemeliharaan, serta penghapusan.

a. Fungsi perancanaan dan penentuan kebutuhan


Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang mencakup aktifitas dalam menetapkan
sasaran, pedoman dan pengukuran penyelenggaraan dalam bidang logistik.
Sedangkan penentuan kebutuhan adalah rincian dari fungsi perencanaan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perencanaan
b. Fungsi penganggaran
Fungsi ini merupakan kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentuan
kebutuhan dalam suatu skala standar, yaitu mata uang dan jumlah biaya dengan
memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya.

c. Fungsi pengadaan
Fungsi pengaduan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan
maupun penganggaran.

37
d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran
Merupakan pelaksanaan penerimaan dan penyaluran perlengkapan yang telah
diadakan melalui fngsi terdahulu untuk kemudian disalurkan ke instansi pelaksana.
e. Fungsi pemeliharaan
Adalah usaha untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil
barang inventaris.
f. Fungsi penghapusan
Berupa kegiatan dan upaya pembebasan barang dari pertanggung jawaban yang
berlaku.
g. Fungsi pengendalian
Merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk
memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Unsur kegiatan
utama dalam fungsi ini adalah pengendalian inventarisasi dan ekspedisi.
Adapun kegiatan progran KIA-KB di Puskesmas Bareng pada tahun 2018 meliputi
 Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
 Pelayanan kesehatan ibu nifas sesua istandar
 Pelayanan KB sesuai standart
 Pelayanan kesehatan Calon Pengantin Wanita sesuai standar
 Pelayanan kebidanan dan kandungan
 Rujukan
 Pemantauan PWS KIA-KB sesuai indikator ,baik indicator ibu dan anak
 Pencatatan dan pelaporan..

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan Ibu dan
Anak direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini (LOKMIN) lintas program dan lintas
sektoral sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode pemberdayaan yang akan
dilaksanakan. jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan serta dropping dari
Kemenkes.
a. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara
lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan Kegiatan
- Leaflet
- buku panduan
- komputer
b. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang
meliputi :
- Tensimeter
- Stetoskop
38
- Timbangan
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
- Metlin
- Pita Lila
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh Pelaksana Program KIA berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya (Minlok)
puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan oleh bendahara puskesmas dan
dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan
kegiatan ( POA – Plan Of Action ).

39
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1 pengertian

Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana puskesmas membuat asuhan


pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

6.2 Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di puskesmas, meningkatkan akuntabilitas
puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
di puskesmas terutama di poli umum, dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6.3 . Tata laksana keselamatan pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah yaitu:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan
pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan
identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan.
Memastikan petugas agar dapat dengan mudah melaporkan kejadian atau
insiden, serta puskesmas mengatur pelaporan kepada tim PMKP
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong petugas untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar
bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

40
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien, standar keselamatan pasien harus


diterapkan. Standar keselamatan pasien tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik petugas tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci untuk mencapai keselamatan pasien.

Berikut ini adalah dilakukan seseorang oleh seorang petugas pelayanan kesehatan
untuk menghindari ketidak nyamanan sasaran atau klien.
1. Sapa dan perkenalkan diri
2. Sampaikan pesan dengan bahasa yang dimengerti pasien
3. Gunakan bahasa yang singkat dan jelas
4. Perhatikan norma dan budaya setempat
5. Penampilan bersih, rapi dan menarik

41
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman,
baik
itu bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
tempat kerja tersebut.Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1)
menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Puskesmas adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut
di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar puskesmas. Dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud
pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada
dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Poli KIA dan perlindungan terhadap
Puskesmas.Pegawai adalah bagian integral dari Puskesmas. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
Puskesmas.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin:
c. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
d. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
e. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus

42
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.

Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non
medis dapat menerapkan system keselamatan kerja, diantaranya ;
1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar
Karena petugas di KIA selalu melakukan kontak langsung dengan pasien maka
petugas di KIA wajib menggunakan APD dengan benar
2. Tersedianya tempat pembuangan sampah
Tempt sampah harus dibedakan antara tempat sampah infeksius dan non infeksius,
serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun spuit bekas.
3. Cuci Tangan
Setiap petugas di KIA harus mengangggap bahwa semua pasien dapat menularkan
penyakit sehingga petugas medis maupun non medis selalu menjaga unsur
keselamatan kerja dan selalu melakukan cuci tangan (hand hygiene) sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien untuk memutus transmisi infeksi.

43
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
a. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
b. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
c. Ketepatan metode yang digunakan
d. Tercapainya indikator hasil pelaksanaan, kegiatan monitoring dan evaluasi serta
permasalahan yang ditemukan dapat dibahas pada tiap pertemuan lokakarya
mini tiap bulan.
e. Dokumentasi masing-masing kegiatan.
Pengendalian mutu dalam kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat dilihat
dari indikator mutu pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
meningkatkan cakupan PWS KIA, kondisi ini sebaiknya dilaksanakan setelah pelayanan
KIA di Puskesmas berjalan beberapa bulan melalui evaluasi.

Tatanan yang dianggap berhasil adalah tercapainya cakupan PWS sesuai target:

1. Cakupan KI target 100 %


Cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
2. Cakupan K4 target 100 %
Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat
kali, dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali
pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga umur kehamilan
3. Cakupan deteksi dini ibu hamil resti oleh masyarakat 10 %
4. Cakupan deteksi dini bumil resti oleh tenaga kesatan 20 %
5. Cakupan komplikasi kebidanan 80%

44
Ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas
PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)
6. Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes 100 %
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
7. Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan 100 %
8. Cakupan pelayanan ibu nifas 100 %
Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar sedikitnya 3 kali, kunjungan nifas ke-1
pada 6 jam setelah persalinan s.d 3 hari; kunjungan nifas ke-2 hari ke 4 s/d hari ke 28
setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari ke 29 s/d hari ke 42 setelah persalinan
9. Cakupan KN 1100 %
Pelayanan kunjungan neonatal pertama pada 6-48 jam setelah lahir sesuai standar di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
10. Cakupan KN lengkap 100 %
Pelayanan kunjungan neonatal lengkap, minimal 3 kali yaitu 1 kali pada usia 6 - 48
jam, 1 kali pada 3 – 7 hari, dan 1 kali pada 8 - 28 hari sesuai standar di satu wilayah
kerja
11. Cakupan neonatal resti 80 %
neonatal dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana
pelayanan kesehatan
12. Cakupan bayi paripurna 100 %
Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-2
bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan,1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada umur 9-
11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG,
DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak), pemantauan pertumbuhan, Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11
bulan, penyuluhan pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
13. Cakupan balita paripurna 100 %
Pelayanan kesehatan bagi anak umur 12 - 59 bulan yang memperoleh pelayanan
sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun
14. Cakupan apras paripurna 100 %

INDIKATOR MUTU RUANG KIA


 Berdasarkan Input :
Pengembalian Rekam Medik KIA – KB ke loket 90%
 Berdasarkan proses :

45
Pelayanan imunisasi kurang dari atau sama dengan 10 menit.
 Berdasarkan Output:
Pasien terjadwal ANC terpadu yang dilayani 90%.
 Berdasarkan Outcome:
Adanya komplain pelayanan KIA-KB

46
BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelaksanaan kesehatan Ibu dan Anak ini dibuat untuk memberikan
petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Bareng.
Penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di puskesmas
sehingga masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku
secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan
kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Bareng agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang baik sehingga tujuan pembangunan nasional di
bidang kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai.
Semoga dengan adanya pedoman ini maka pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di
Puskesmas Bareng dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya masyarakat.

47
48

Anda mungkin juga menyukai