Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia Nya Pedoman Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB
(Keluarga Berencana) di Puskesmas Bareng telah dapat diselesaikan.Puskesmas Bareng
Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang telah menyusun Pedoman Pelayanan KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana) yang diharapkan dapat menjadi
acuan pelaksanaan kegiatan program KIA dan KB
Akhir kata ,semoga Pedoman pelayanan Program KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) dan KB(Keluarga Berencana) ini dapat bermanfaat bagi Penanggungjawab Program
dan pelaksana program di Puskesmas Bareng.
Penyusun
Ulfa Ida,S.S.T
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
Ruang Pelayanan KIA sering diintegrasikan dengan Ruang Pelayanan KB, sehingga
pelayanan yang ada dalam Ruang Pelayanan KIA nantinya akan ada dua jenis,
yaitu pelayanan antenatal neonatus (antenatal neonatus care) dan pelayanan KB.
Pedoman KIA ini bagian dari manajemen kesehatan khususnya kesehatan IBU dan
ANAK merupakan perencanaan tingkat Puskesmas dalam rangka Menyusun acuan
tindakan di wilayah kerja Puskesmas Bareng khususnya program kesehatan Ibu
dan Anak.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu anak
2. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan anak.
3. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan KB.
C. Sasaran Pedoman
-Ibu hamil
-Ibubersalin
-Ibu nifas
-Neonatal
-Bayi
-Anak balita
3
-Anak Prasekolah
-PUS(Pasangan UsiaSubur0
-WUS(Wanita Usia Subur)
D. Ruang lingkup
1. Pelayanan kesehatan ibu meliputi : ANC pada ibu hamil normal dan ibu
hamil resiko tinggi, Penatalaksanaan ibu hamil resiko tinggi, ANC pada ibu
hamil normal dan ibu hamil resiko tinggi, Penatalaksanaan ibu hamil resiko
tinggi, Nifas, Melaksanakan perawatan nifas normal, Penanganan
perdarahan post partum, Penanganan infeksi nifas, Pre-eklamsi / eklamsi
nifas, Melakukan rujukan kasus resiko tinggi ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi secara tepat, cepat, benar.
2. Pelayanan kesehatan anak meliputi. : Imunisasi.
3. Pelayanan KB meliputi : Konseling pranikah, Konseling metode KB,
Pelayanan KB kondom, pil ,injeksi, implant, IUD, Penatalaksanaan efek
samping KB baik hormonal maupun non hormonal, Melakukan rujukan
kasus KB ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi secara tepat, cepat dan
benar.
E. Batasan operasional
4
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan.
Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Test laboratorium (rutin dan khusus)
Tatalaksana kasus
Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
4. Pelayanan MTBS dan MTBM merupakan suatu manejemen balita yg datang di
pelayanan kesehatan di laksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi , status
gizi, status imun maupun penanganan dan konseling.Kegiatan ini dilakukan di BP
2.
5. Pelayanan SDIDTK adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya peyimpangan tumbuh kembang pada anak balita dan anak prasekolah.
6. Imunisasi upaya memberikan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dengan
memasukkan bibit penyakit yang dimatikan atau dilemahkan.
7. Keluarga berencana / KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
8. Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan di mana kehamilan itu dapat
berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau sebaliknya, penyakit ibu dapat
berpengaruh buruk pada janinnya, atau keduanya ini saling berpengaruh.
9. Masa infas adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangusng kira-kira 6 minggu.
10. Pre eklamsi Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.Eklampsia adalah
preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan / atau koma
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenagaan
Penanggung jawab program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Bareng bekerja
sesuai jam dinas dan bila mana diperlukan dapat bekerja di luar jam dinas dalam
rangka koordinasi dan komunikasi dengan lintas program dan lintas sektoral.Dalam
penyelenggaraan program KIA ada bidan Pelaksana Program KIA dibantu Bidan
Puskesmas ,dan masing masing desa terdapat bidan Pembina wilayah.
6
Kegiatan Petugas Profesi
Upaya Kesehatan Ibu dan Ulfa Ida Bidan
Anak di puskesmas Yayuk Sri Rahayu ,
Muntamah,Iza Tri R
Nisful Lailiyah
Nikmatul Ulfah
Upaya Kesehatan Ibu dan Dina Yunita PW Bidan
Anak di desa Bareng
Upaya Kesehatan Ibu dan Sylvia Tri Anggraini Bidan
Anak di desa Mojotengah
Upaya Kesehatan Ibu dan Yustic Restu Pratiwi Bidan
Anak di desa Tebel
7
C. Jadwal kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak dilakukan bersama oleh
para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/ lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan
di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Bareng. Adapun jadwal kegk/iatan
upaya kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu jadwal rutin (POSYANDU) dan jadwal
kondisional.
Jadwal Kesehatan Ibu Anak
NO KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Dalam Gedung
1. Pelayanan Antenatal
2. Pelayanan Ibu nifas
3. Pelayanan Neo/ MTBM
4. Pelayanan bayi dan balita/ MTBS
5. Pelayanan calon pengantin
wanita
6. Pelayanan imunisasi
7. Pelayanan dan konseling KB,
kesehatan reproduksi, catin.
8. Evaluasi pendampingan kader
9. Pemantauan PWS KIA dan KB
sesuai indikator
10. Pembinaan bidan wilayah
11. Rujukan
12. Pencatatan dan pelaporan
II Luar Gedung
1. Pendampingan bumil oleh kader
2. Kunjungan rumah bumil dan
8
bumil resti oleh petugas
3. Kunjungan rumah ibu nifas dan
ibu nifas resti oleh petugas
4. Kunjungan rumah neo dan neo
RT
5. Kunjungan bayi dan balita RT
6. Pelaksanaan kelas ibu hamil
7. Pelaksanaan kelas ibu balita
8. Pelaksanaan posyandu balita
9. SDIDTK di posyandu dan TK
10. Pelacakan kematian ibu, neo,
bayi dan balita oleh pembina
desa
11. Pembinaan kader oleh bidan
pemegang wilayah
12. Supervisi fasilitatif ke pustu dan
polindes
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
KET
10
B. Standar fasilitas
Standar fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas Bareng untuk penyelenggaraan
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak meliputi
1. Ruang Pertemuan
2. Ruang tunggu pasien
3. Ruang pelayanan KIA, KB
4. Laboratorium
5. Apotik
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Puskesmas Bareng memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
Kegiatan Pelayanan
Sarana- prasarana
Kesehatan Ibu dan Anak
Meja, kursi
Alat tulis
Buku Register kohort
Posyandu Timbangan
Microtoice/ pengukur tinggi badan
Buku KIA
Pita lila
Leaflet
Daftar hadir
LCD
Penyuluhan
Notulen
Laptop
Alat peraga penyuluhan
Register kohort hamil
Pendataan Bumil , Bayi
Register kohort bayi
Buku Panduan Kelas ibu
Alat peraga penyuluhan sesuai
Kelas Ibu
materi
Buku Daftar Hadir dan Notulen
Stiker P 4 K
Pemasangan Stiker P4K Buku pencatatan
Dokumentasi
Kunjungan Rumah Bumil, Tensimeter
Bufas, Risti Stetoskop
11
Buku pencatatan
Pendataan neonatal, bayi Buku pencatatan
normal, dan resiko tinggi Register kohort bayi
Buku pencatatan
Kunjungan rumah neonatal, Form MTBM
bayi normal, dan resiko tinggi Thermometer
Timer
Pemantauan tumbuh Timbangan
kembang bayi, anak balita, Microtoise
dan anak pra sekolah/ Buku KIA / Buku panduan SDIDTK
SDIDTK (TK, PAUD) Register kohort
Buku pencatatan
KIE untuk remaja yang
Buku Panduan Kesehatan
sekolah dan yang tidak
Reproduksi Remaja
sekolah
Leaflet
Buku pencatatan
Konseling untuk remaja yang
Buku Panduan Kesehatan
sekolah dan yang tidak
Reproduksi Remaja
sekolah
Leaflet
Buku pencatatan
Pendataan sasaran KB
Kohort KB
Leaflet
ABPK
Konseling dan penyuluhan LCD
Laptop
Alat peraga penyuluhan
Buku pencatatan
Tensimeter, stetoskop,timbangan
K1 KB
Pelayanan dengan momen
Inform konsen
khusus ( KB Kesehatan)
K4 KB
Obat KB
Peralatan KB
Pelacakan kegagalan KB Buku pencatatan
13
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Identitas pasien
Tanggal & waktu
Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit
Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Rujukan bila diperlukan
2. Pelaporan
a. Laporan Bulanan.
Laporan yang dibuat oleh Bidan pemegang wilayah di setiap desa
dierkap oleh pemegang program KIA bersamaan dengan laporan
kegiatan Puskesmas lainnya dilaksanakan setiap akhir bulan dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan
b. Laporan Semester
Merupakan rekapan laporan selama 6 bulan yang dibuat oleh
pemegang program bersamaan dengan kegiatan lainnya sebagai
bahan evaluasi hasil kinerja
C. LANGKAH KEGIATAN
PELAYANAN KESEHATAN CALON PENGANTIN WANITA
Konseling pra nikah diantaranya :
A. Persiapan fisik
1. Pemeriksaan kesehatan
a. Pengukuran BB, TB, dan Lila
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan laboratorium, antara lain golongan darah, Hb,
GDA,HBSAg,HIV.
2.Gigi
3. Gizi
d. Peningkatan status gizi calon pengantin wanita dengan mengonsumsi
gizi seimbang
e. Minum tablet tambah darah
f. Tidak berpantang makanan
B. Persiapan mental
16
Penting dilakukan karena calon pengantin yang akan memasuki dunia baru
dalam hidupnya perlu mendapat bimbingan dan arahan baik masalah agama,
keluarga, dan kesehatan
PELAYANAN ANTENATAL
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk memonitor,
mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau
bermasalah. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013)
Antenatal Care Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama kehamilannya, yang disesuaikan dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Antenatal, yang
terdiri dari :
a) Timbang berat badan
b) Ukur tekanan darah
c) Nilai status gizi (LILA)
d) Ukur tinggi fundus uteri
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f) Pemberian imunisasi TT lengkap
g) Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
h) Test laboratorium (rutin dan khusus)
i) Tatalaksana kasus
j) Temu wicara (konseling)
Lokasi pelayanan ANC atau pemeriksaan kehamilan Menurut Depkes RI (2005)
tempat pemberian pelayanan ANC dapat status aktif meliputi :
1) Puskesmas
2) Puskesmas pembantu
3) Pondok bersalin desa
4) Posyandu
5) Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas)
6) Rumah sakit pemerintah atau swasta
7) Rumah sakit bersalin
8) Tempat praktek swasta (bidan, dokter).
Menurut kebijakan dari pemerintah kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 6 kali selama hamil.
a) 1 (Satu) kali pada trimester pertama;
b) 2 (Dua) kali pada trimester kedua; dan
c) 3 (Tiga) kali pada trimester ketiga
17
Standar pelayanan waktu tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan
antenatal dan untuk memberi kesempatan yang cukup kepada pemberi asuhan
antenatal dalam menangani kasus risiko tinggi yang ditemukan
Pencatatan Hasil Pemeriksaan Anatenatal
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal
terpadu yang berkualitas, setiap kali pemeriksaan bidan wajib mencatat hasilnya
pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA
1. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan Antenatal Terpadu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan anamnesa, yaitu:
a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan saat ini.
b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan
dan penyakit yang kemungkinan diderita oleh ibu hamil, misalnya muntah
berlebihan, pusing, sakit kepala, perdarahan, sakit perut hebat, demam, cepat
lelah, sesak nafas.
c. Menanyakan status kunjungan, baru atau lama, riwayat kehamilan sekarang,
riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, dan riwayat penyakit yang
diderita ibu hamil.
d. Menanyakan status imunisasi, menanyakan tablet tambah darah yang
dikonsumsi ibu hamil, menanyakan obat-obatan yang dikonsumsi.
e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika, anti
vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
g. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkahlangkah penanggulangan
penyakit menular seksual.
h. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
i. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan ( terdapat di dalam buku KIA(lembar
amanah persalinan) dan tenaga kesehatan (bidan) wajib menanyakan dan
mendiskusikan bersama ibu hamil, antara lain:
1. Siapa yang akan menolong persalinan?
setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2. Dimana akan bersalin?
18
Ibu hamil dapat bersalin di Polindes, Puskesmas atau di rumah sakit?
3. Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga
terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan
dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam menghadapi
persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
4. Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu
melahirkan.
5. Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon
ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan.
6. Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak.
Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin)
atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) , menggunakan BPJS,
JAMPERSAL yang dapat dipergunakan untuk membantu pembiayaan
mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan
7. KB pasca persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
NB :Lembar amanah persalinan yang terdapat dalam buku KIA harus sudah terisi
lengkap saat kunjungan K4 ibu hamil.
(Pada ibu hamil dengan UK >12 mgg, IMT digunakan sebagai screening
preeklampsi, IMT>30(obesitas) beresiko terjadinya preeklampsi)
19
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi ( tekanan darah ->=140 /90mmhg) pada
kehamilan dan preeklamsi . Pada ibu hamil dengan UK >12 minggu dilakukan
screening preeklampsi dengan cara menghitung MAP dan ROT (MAP>90
dan ROT >20 beresiko terjadinya preeklampsi)
20
Temu Wicara ( konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi;
a. Kesehatan ibu.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Peran suami dan keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan ,persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi.
e. Asupan gizi seimbang.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
g. Penawaran test HIV dan konseling IMS.
h. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) dan Pemberian ASI Eksklusif.
i. KB Pasca Persalinan.
j. Immunisasi.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan.
2. Pemeriksaan
JENIS TRIMESTER TRIMESTER TRIMESTER
NO KET
PEMERIKSAAN 1 2 3
1 Keadaan umum Rutin
2 Suhu tubuh Rutin
3 Tekanan darah Rutin
4 Berat badan Rutin
5 Penampisan status Rutin
TT
6 Lila Rutin
7 TFU Rutin
8 Presentasi janin Rutin
9 DJJ Rutin
10 Pemeriksaan HB Rutin
11 Golongan darah Rutin
12 Protein urin Atas
indikasi
13 Gula darah/reduksi Atas
indikasi
14 Darah malaria Atas
indikasi
15 BTA Atas
indikasi
16 Tes sifilis Atas
indikasi
17 Tes HIV Atas
indikasi
18 USG Rujukan
atas
indikasi
19 Foto thorak Rujukan
21
atas
indikasi
23
6.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit,
7.Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2. Kunjungan Nifas Kedua (KF2)
Adalah kunjungan nifas dalam kurun waktu hari ke – 4 sampai dengan hari
ke – 28 setelah persalinan.
Asuhannya :
Asuhannya :
24
berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah, dan
nyeri punggung),
Periksa laboratorium:Hb,Albumin Reduksi dan pemeriksaan sesuai kasus.
Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang
didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk
perawatan bayinya.
Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
25
11 Pemeriksaan penujang sesuai √ √ √ √
indikasi
12 Pemeriksaan oleh dokter √ √ √ -
26
b. metode kontrasepsi jangka panjang
meliputi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit atau implan, Metode Operasi Pria (MOP),
dan Metode Operasi Wanita (MOW) harus dilaksanakan sesuai standar
di fasilitas pelayanan kesehatan.
Dilakukan oleh nakes yang kompeten
28
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus,
Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis postpartum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
29
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan
yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi.
Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan
maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah
kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil.
lbu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus
dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
30
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital. dll.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan
suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah
dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah
satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan
bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi
masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA),
diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari
keadaan tersebut.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang
meliputi :
33
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
0 bulan
3 bulan
6 bulan
9 bulan
12 bulan
15 bulan
18 bulan
21 bulan
24 bulan
30 bulan
36 bulan
34
42 bulan
48 bulan
54 bulan
60 bulan
66 bulan
72 bulan
Keterangan:
Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu
yaitu pada :
Kasus rujukan.
Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh.
Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.
35
PELAYANAN KELAS IBU HAMIL
Kelas ibu hamil merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui sarana
belajar kelompok dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan,
perawatan nifas dan bayi baru lahir melalui praktek dengan menggunakan buku
KIA, lembar balik. Dengan kegiatan kelas ibu hamil ini suami dan keluarga akan
dilibatkan sehingga dapat memahami kondisi ibu hamil sampai dengan
melahirkan dan merawat bayi
Tujuan Khusus :
1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil
dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan /bidan
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,
penyakit menular dan akte kelahiran.
2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :
- Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
- Perawatan kehamilan
- Persalinan
- Perawatan nifas
- KB pasca persalinan
- Perawatan bayi baru lahir
- Mitos/kepercayaan/adat istiadai setempat yang dengan kesehatan ibu dan
anak
- Penyakit menular
- Akte kelahiran.
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pelaporan hasil pelaksanaan kelas ibu hamil dijadikan sebagai dokumen. Pelaporan
disusun pada setiap selesai melaksanakan kelas ibu hamil.
Isi laporan minimal memuat tentang :
- Waktu pelaksanaan
- Jumlah peserta
- Proses pertemuan
- Materi yang disampaikanMasalah dan hasil capaian pelaksanaHasil evaluasi,
Dokumentasi Kegiatan.
36
BAB V
LOGISTIK
Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan material/ alat-alat. Logistik diartikan pula sebagai bagian
dari instansi yang tetugasnya menyediakan barang yang di butuhkan untuk kegiatan
operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai
kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Adapun kegiatan logistik meliputi
mengadakan pembelian, infentarisasi dan stock kontrol, penyimpanan dan penyaluran /
distribusi serta informasi.
Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, keuangan dan
pengamanan. Tujuan operasional adalah bahwa logistik bagaiman agar tersedia barang,
serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. Tujuan keuangan adalah
bagaimana upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-
rendahnya. Sedangkan tujuan pengamanan adalah agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak
wajar.
Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan, penggagasan, pengaduan, penyimpanan dan
penyaluran pemeliharaan, serta penghapusan.
c. Fungsi pengadaan
Fungsi pengaduan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan
maupun penganggaran.
37
d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran
Merupakan pelaksanaan penerimaan dan penyaluran perlengkapan yang telah
diadakan melalui fngsi terdahulu untuk kemudian disalurkan ke instansi pelaksana.
e. Fungsi pemeliharaan
Adalah usaha untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil
barang inventaris.
f. Fungsi penghapusan
Berupa kegiatan dan upaya pembebasan barang dari pertanggung jawaban yang
berlaku.
g. Fungsi pengendalian
Merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk
memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Unsur kegiatan
utama dalam fungsi ini adalah pengendalian inventarisasi dan ekspedisi.
Adapun kegiatan progran KIA-KB di Puskesmas Bareng pada tahun 2018 meliputi
Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar
Pelayanan kesehatan ibu nifas sesua istandar
Pelayanan KB sesuai standart
Pelayanan kesehatan Calon Pengantin Wanita sesuai standar
Pelayanan kebidanan dan kandungan
Rujukan
Pemantauan PWS KIA-KB sesuai indikator ,baik indicator ibu dan anak
Pencatatan dan pelaporan..
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan Ibu dan
Anak direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini (LOKMIN) lintas program dan lintas
sektoral sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode pemberdayaan yang akan
dilaksanakan. jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan serta dropping dari
Kemenkes.
a. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara
lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan Kegiatan
- Leaflet
- buku panduan
- komputer
b. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang
meliputi :
- Tensimeter
- Stetoskop
38
- Timbangan
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
- Metlin
- Pita Lila
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh Pelaksana Program KIA berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya (Minlok)
puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan oleh bendahara puskesmas dan
dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan
kegiatan ( POA – Plan Of Action ).
39
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 pengertian
6.2 Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di puskesmas, meningkatkan akuntabilitas
puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
di puskesmas terutama di poli umum, dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
40
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Berikut ini adalah dilakukan seseorang oleh seorang petugas pelayanan kesehatan
untuk menghindari ketidak nyamanan sasaran atau klien.
1. Sapa dan perkenalkan diri
2. Sampaikan pesan dengan bahasa yang dimengerti pasien
3. Gunakan bahasa yang singkat dan jelas
4. Perhatikan norma dan budaya setempat
5. Penampilan bersih, rapi dan menarik
41
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman,
baik
itu bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
tempat kerja tersebut.Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1)
menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Puskesmas adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut
di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar puskesmas. Dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud
pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada
dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Poli KIA dan perlindungan terhadap
Puskesmas.Pegawai adalah bagian integral dari Puskesmas. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
Puskesmas.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin:
c. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
d. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
e. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
42
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.
Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non
medis dapat menerapkan system keselamatan kerja, diantaranya ;
1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar
Karena petugas di KIA selalu melakukan kontak langsung dengan pasien maka
petugas di KIA wajib menggunakan APD dengan benar
2. Tersedianya tempat pembuangan sampah
Tempt sampah harus dibedakan antara tempat sampah infeksius dan non infeksius,
serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun spuit bekas.
3. Cuci Tangan
Setiap petugas di KIA harus mengangggap bahwa semua pasien dapat menularkan
penyakit sehingga petugas medis maupun non medis selalu menjaga unsur
keselamatan kerja dan selalu melakukan cuci tangan (hand hygiene) sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien untuk memutus transmisi infeksi.
43
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
a. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
b. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
c. Ketepatan metode yang digunakan
d. Tercapainya indikator hasil pelaksanaan, kegiatan monitoring dan evaluasi serta
permasalahan yang ditemukan dapat dibahas pada tiap pertemuan lokakarya
mini tiap bulan.
e. Dokumentasi masing-masing kegiatan.
Pengendalian mutu dalam kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat dilihat
dari indikator mutu pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
meningkatkan cakupan PWS KIA, kondisi ini sebaiknya dilaksanakan setelah pelayanan
KIA di Puskesmas berjalan beberapa bulan melalui evaluasi.
Tatanan yang dianggap berhasil adalah tercapainya cakupan PWS sesuai target:
44
Ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Polindes, Puskesmas, Puskesmas
PONED, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)
6. Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes 100 %
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
7. Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan 100 %
8. Cakupan pelayanan ibu nifas 100 %
Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar sedikitnya 3 kali, kunjungan nifas ke-1
pada 6 jam setelah persalinan s.d 3 hari; kunjungan nifas ke-2 hari ke 4 s/d hari ke 28
setelah persalinan, kunjungan nifas ke-3 hari ke 29 s/d hari ke 42 setelah persalinan
9. Cakupan KN 1100 %
Pelayanan kunjungan neonatal pertama pada 6-48 jam setelah lahir sesuai standar di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
10. Cakupan KN lengkap 100 %
Pelayanan kunjungan neonatal lengkap, minimal 3 kali yaitu 1 kali pada usia 6 - 48
jam, 1 kali pada 3 – 7 hari, dan 1 kali pada 8 - 28 hari sesuai standar di satu wilayah
kerja
11. Cakupan neonatal resti 80 %
neonatal dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana
pelayanan kesehatan
12. Cakupan bayi paripurna 100 %
Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-2
bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan,1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali pada umur 9-
11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG,
DPT/HB1-3, Polio 1-4, Campak), pemantauan pertumbuhan, Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11
bulan, penyuluhan pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
13. Cakupan balita paripurna 100 %
Pelayanan kesehatan bagi anak umur 12 - 59 bulan yang memperoleh pelayanan
sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun
14. Cakupan apras paripurna 100 %
45
Pelayanan imunisasi kurang dari atau sama dengan 10 menit.
Berdasarkan Output:
Pasien terjadwal ANC terpadu yang dilayani 90%.
Berdasarkan Outcome:
Adanya komplain pelayanan KIA-KB
46
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelaksanaan kesehatan Ibu dan Anak ini dibuat untuk memberikan
petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Bareng.
Penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di puskesmas
sehingga masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku
secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan
kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Bareng agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang baik sehingga tujuan pembangunan nasional di
bidang kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai.
Semoga dengan adanya pedoman ini maka pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di
Puskesmas Bareng dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya masyarakat.
47
48