Pelayanan
Kesehatan dan
Bidan Primer di
Indonesia
Kelompok 3
Kelas V C
S1 Kebidanan Alih
Jenjang
a. Dita, Amd.Keb
b. Defitri Dawazad, Am.Keb
c. Dina Wirli, Amd.Keb
01
Pelayanan Kesehatan
Primer /
Primary Health Care (PHC)
• Latar Belakang dan Perkembangan PHC
• PHC di Indonesia
02
Pelayanan Kebidanan
dalam Praktik
Kolaboratif termasuk
Konsultasi dan Rujukan
• Praktik Kolaborasi
• Praktik Konsultasi
• Praktik Rujukan
01
Pelayanan Kesehatan
Primer /
Primary Health Care (PHC)
Pendahuluan
Pelayanan Kesehatan adalah segala bentuk kegiatan dan/
atau serangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan secara
langsung kepada perseorangan atau masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan/atau paliatif. (UU No.17, 2023)
Spesialis dan/atau
Pelayanan Kesehatan Lanjutan Subspesialis
Latar Belakang dan
Perkembangan PHC
1977
• WHA menetapkan kesepakatan global untuk mencapai HFA 2000
1978
• Konferensi di Alma Ata melahirkan Deklarasi Alma Ata
menetapkan PHC sebagai strategi global untuk mencapai HFA
2000
1982
• Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dasar penyusunan RPJPK
2023
• Transformasi Kesehatan => Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer
PHC ?
Pelayanan Kesehatan Primer / Primary Health Care
(PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis,
ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat
terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri dan
menentukan nasib sendiri. (Deklarasi Alma Ata)
Prinsip PHC ?
1. Pemerataan Upaya Kesehatan
2. Penekanan pada Upaya Preventif
3. Menggunakan Teknologi Tepat Guna
4. Melibatkan Peran Serta Masyarakat
5. Melibatkan Kerjasama Lintas Sektoral
Penyelenggaraan
PHC di Indonesia?
• Upaya Kesehatan Perseorangan
• Upaya Kesehatan Masyarakat
Sistem Jejaring
• PHC?
Arsitektur PHC
Berbasis Wilayah Administratif
• Berbasis Satuan Pendidikan
• Berbasis Tempat Kerja
• Sistem Rujukan
• Lintas Sektor
Kolaborasi Bersama-sama
Rujukan Rujukan
Pelayanan Bidan berdasarkan Standar Kompetensi Bidan:
• BBL/Neonatus
• Bayi
• Balita
• Apras
• AUS
• Remaja
• Masa Sebelum Hamil
• Masa Kehamilan
• Masa Persalinan
• Masa Pasca Keguguran
• Masa Nifas
• Masa Antara
• Pelayanan KB
• Masa Klimakterium
• Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan
Tujuan Kolaborasi?
• Berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang
lingkup masing-masing.
• Berbagi tanggung jawab agar bisa saling menghormati, saling
mempercayai, dan menciptakan komunikasi efektif atara kedua
profesi.
Tugas Kolaborasi?
• Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi
kegawatdaruratan.
• Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan.
• Merencanakan Tindakan sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan.
• Melaksanakan Tindakan sesuai dengan rencana
• Mengevaluasi hasil Tindakan yang diberikan.
• Menyusun RTL.
• Membuat pencatatan dan pelaporan.
Praktik Kebidanan Konsultasi ?
Pada kondisi tertentu bidan membutuhkan nasehat atau
pendapat dari dokter atau anggota tim perawatan klien
yang lain tapi tanggung jawab utama terhadap klien
tetap ditangan bidan.
Tujuan Konsultasi?
Berbagi dan bertukar informasi dalam rangka untuk
memastikan pihak yang berkonsultasi mengetahui lebih dalam
tentang hal yang dikonsultasikan.
Praktik Kebidanan Rujukan ?
Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Tujuan Rujukan?
Layanan bidan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan ibu serta bayinya.
Rujukan Kesehatan
• Hubungan dalam pengiriman pemeriksaan bahan/ specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
dan/atau lengkap.
• Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan.
• Berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Penggunaan Komunikasi Efektif (SBAR)
Komunikasi Efektif?
Komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami
oleh resipien/penerima pesan agar mengurangi potensi terjadinya
kesalahan serta meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan, tertulis, dan elektronik.
SBAR ?
Kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi
hambatan dalam komunikasi dalam bentuk struktur yang
mendasari komunikasi antara pemberi informasi dengan
penerima informasi.
Kapan ?
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
2. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgen dan non urgen
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dengan bidan
5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter
6. Mendiskusikan dengan konsultan professional lain misalnya
terapi
7. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
8. Meningkatkan perhatian
9. Serah terima dari petugas ambulan kepada staf rumah sakit
Unsur SBAR ?
• pengenalan antara penyampai berita dan penerima berita
• identitas lengkap pasien, diagnosa, menjelaskan permasalahan
pasien saat ini