Anda di halaman 1dari 26

Pengelolaan Obat

1. Pengelolaan Obat

Pengelolaan merupakan suatu proses yang


dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang dilakukan secara efektif dan efisien

Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya


obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan
jumlah yang sesuai kebutuhan
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengelolaan obat
mempunyai empat kegiatan yaitu:
a. Perencanaan kebutuhan (selection).
b. Pengadaan (procurement).
c. Distribusi (distribution).
d. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
2. Cara Pemberian Obat
1. Oral
Pemberiannya melalui mulut.
 Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis.
Dapat digunakan untuk efek lokal misalnya : obat cacing,
obat diagnostik untuk pemotretan lambung-usus.
Baik sekali untuk mengobati infeksi usus.
Bentuk sediaan oral: tablet, kapsul, obat hisap, sirup dan
tetesan.
Kekurangannya

Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya :


Obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau
yang diuraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin,
insulin dan oksitoksin).

Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke


tempat kerjanya.
2. Oromucosal
Pemberiannya melalui mucosa di rongga mulut. Ada dua
macam cara, yaitu:

a. Sublingual
Obat ditaruh dibawah lidah.
Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif.
Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran
darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat
misalnya : pada pasien serangan Jantung dan Asma.
Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh : Isosorbid
dinitrat Tablet.
Kekurangannya

 Kurang praktis untuk digunakan secara terus menerus dan


dapat merangsang selaput lendir mulut.

 Hanya untuk obat yang bersifat lipofi.


b. Bucal
Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.
Obat langsung masuk ke dalam aliran darah.
Contohnya: obat untuk mempercepat kelahiran bila
tidak ada kontraksi uterus (Sandopart Tablet)
3. Injeksi

Pemberiannya dengan jalan disuntikkan


Efek yang diperoleh cepat, kuat dan lengkap.
Terutama untuk obat yang merangsang atau dirusak
oleh getah lambung atau tidak tidak diresorpsi oleh
dinding usus.
Kekurangannya

Tidak bisa digunakan secara mandiri oleh pasien.


Alat suntik harus steril
Dapat merusak pembuluh darah atau syaraf jika tempat
penyuntikkannya tidak tepat.
Jenis Injeksi lebih kurang ada 10:

a. Subcutan/Hipodermal (sc)
Penyuntikkan dibawah kulit, Obatnya tidak merangsang
dan larut dalam air atau minyak, Efeknya agak lambat dan
dapat digunakan sendiri misalnya : penyuntikan insulin
pada penderita diabetes.

b. Intramuskular (im)
Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan
antibiotika atau dimana tidak banyak terdapat pembuluh
darah dan syaraf, misalnya otot pantat atau lengan atas
c. Intravena (iv)
Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh darah,
Reaksinya sangat cepat yaitu waktu satu peredaran darah,
obat sudah beredar ke seluruh tubuh atau jaringan

d. Intra arteri (ia)


Penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan
untuk membanjiri suatu organ misalnya pada Kanker Hati.
e. Intra cutan (ic)
Penyuntikkan dilakukan dalam kulit, Absorpsi sangat
perlahan misalnya pada tuberculin test dati Mantoux.

f. Intra lumbal
Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas pinggang (sumsum
tulang belakang) misalnya untuk anestesi umum.

g. Intra peritonial
Penyuntikan ke dalam selaput perut.

h. Intra cardial
Penyuntikan ke dalam jantung.
4. Implantasi

Bentuk oral pellet steril, obat dicangkokkan dibawah kulit,


terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya
obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron).
Resorpsinya lambat, satu pellet dapat melepaskan zat
aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya.
5. Rectal
Pemberian obat melalui rectal (dubur).
Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa.
Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam
lambung.
Diberikan untuk mencapai Onset cepat dan tepat.
Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila
dibandingkan dengan peroral, berhubung pembuluh-
pembuluh darah pertama. Contoh : pada pengobatan
asma (amecain suppositoria) Ketoprofen Suppos
( Antinyeri ) ; pada bayi (stesolid rectal, dalam
pengobatan kejang akut).
6. Transdermal
 Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa
plester. Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu,
masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke
jantung.

 Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina


pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam. Cth :
Nitrodisk dan Nitroderm T.T.S. (therapeutic
transdermal system). Fentanyl (Nyeri)
7. Untuk Memberikan Efek Lokal (Pemakaian Setempat)
a. Intranasal
Obat diberikan melalui selaput lendir hidung.
Digunakan untuk menciutkan selaput/mukosa
hidung yang membengkak (otrivin nasal drop).
Bentuk sediaan : Drop dan Spray.
Cara ini dapat digunakan untuk efek sistemik
misalnya untuk melancarkan pengeluaran ASI cth :
Syntocinon nasal spray.
b. Inhalasi
Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau
mulut atau disemprotkan.
Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut,
tenggorokan dan pernafasan.
Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga
mempunyai efek sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa
dalam wadah yang diberi tekanan dan mengandung zat
pemancur (aerosol, cth : Alupent Metered Aerosol).
c. Mukosa Mata dan Telinga
 Obat diberikan melalui selaput/mukosa mata atau
telinga, bentuk drop dan salep.
 Obat dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan efek teknis.

d. Intra Vaginal
 Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina.
 Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan.
 Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan Cairan bilasan.
e. Kulit (Percutan)

 Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada


permukaan kulit.
 Kulit yang sehat sukar sekali dimasuki obat, tetapi
bila terjadi kerusakan resorpsi dapat berlangsung.
 Bentuk obat umunya salep dan krim.
3. Cara Penyimpanan Obat

Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas


waktu

Guna mencegah rusaknya obat maka semua obat


sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah
asli dan terlindung dari lembab dan cahaya atau sesuai
dengan persyaratan suhu penyimpanan yang tertera
pada kemasan

Lama penyimpanan obat disesuaikan dengan tempat


penyimpanan dan ED obat atau BUD obat
4. Prosedur Terhadap Pemberian Obat

1. Peran Dokter dalam Pengobatan


Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat
harus dipesan dengan menulis resep.

2. Peran Apoteker dalam Pengobatan


Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan
distribusi obat. selain itu apoteker bertanggung jawab sebagai
narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai
konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat
memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi
kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan
memberi konsultasi kepada pasien tentang obat bila diminta.
3. Peran Perawat dan Bidan dalam Pemberian Obat
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian
obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum.

4. Prinsip Enam Benar


a. Benar Pasien
b. Benar Obat
c. Benar Dosis
d. Benar Cara/Rute
e. Benar waktu pemberian
f. Benar ED Obat
5. Pencatatan dan Pelaporan
Laporan Harian
Laporan Mingguan
Laporan Bulanan
Laporan Tahunan
6. Obat yang Lasim dalam kebidanan

Induksi uterus (Uterotonika)


Anti perdarahan
Analgetik/ antipiretik
Antibiotika
Multivitamin dan mineral
Kontrasepsi
Hipertensi dan diuretika

Anda mungkin juga menyukai