Anda di halaman 1dari 1

PENERAPAN ETIKA HUKUM PROFESI KEBIDANAN PADA KASUS HPP

Oleh :

Novia ayu anggraini (201902004)

Linda lutfiyatus. s (201902018)

Kasus

Pada tanggal 13 november 2010 jam 07.00 WIB, Ny”X” datang ke BPS Bidan “S” dengan
keluhan perut kenceng-kenceng, mules-mules, serta mengeluarkan darah segar pada jalan
lahir. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata Ny”X” sudah mengalami pembukaan 7 dan
bagian terendah janin adalah letak kepala. Bidan mendiagnosa bahwa Ny”X” mengalami
plasenta previa. Segera bidan melakukan pertolongan pertama pada Ny’X” dan bayinya. Lalu
Bidan memberi saran pada keluarga Ny”X” untuk merujuk Ny”X”. karena kondisi bahaya
NY’X’. Kelurga menyetujui, dan akhirnya segera Bidan merujuk Ny”x” dengan
menggunakan mobil Bidan. Diperjalanan Ny”X” mengalami pembukaan lengkap. sehingga
mau tidak mau bidan harus melakukan pertolongan persalinan untuk Ny”X” dalam mobil.
beberapa saat kemudian bayi Ny”X” dapat lahir tetapi Ny”X” mengalami HPP. Bidan sudah
melakukan pertolongan pada Ny”X” tapi Ny”X” tidak dapat diselamatkan. Keluarga Ny”x”
meminta pertanggung jawaban Bidan karena nyawa Ny”X” tidak bisa diselamatkan.
Keluarga Ny “X” menganggap Bidan tidak mempunyai keahlian di dalam bidang kebidanan
dan pada akhirnya kasus ini di bawa ke meja hijau oleh keluarga Ny ”X”.

PENERAPAN ETIKA HUKUM PROFESI KEBIDANAN PADA KASUS HPP


1. Yang dilakukan oleh bidan melanggar etika dan hokum dalam kebidanan. Karena
bidan tidak meminta untuk tandatangan inform consent.
2. Seharusnya yang dilakukan bidan pertama kali adalah meminta inform consent ke
keluarga pasien akan tindakan yang akan dilakukan. Lalu walaupun pertolongan
persalinan di luar wewenang bidan namun bidan tetap diberikan pelimpahan. Hal ini
diatur dalam pasal 63 ayat (1) Undang-Undang RI No.36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan. Ketika bidan sudah melakukan persetujuan dengan keluarga pasien, maka
jika terjadi sesuatu dalam perjalan sudah resiko. Ketika bidan menangani persalinan
saat perjalanan menuju rumah sakit, bidan sudah melaksanakan tugas dan
kewajibannya yaitu mendahulukan kepentingan dan keselamatan klien. Walaupun
bidan harus menanggung resiko besar karena Ny. X mengalami plasenta previa.
Ketika akhirnya sang ibu meninggal karena HPP, bidan sudah melakukan pertolongan
untuk Ny. X namun ibu tak bisa diselamatkan. Kesalahan bidan yaitu tidak adanya
hitam diatas putih atau bukti persetujuan atas rujukan ke rumah sakit. Sehingga bukti
kurang konkret atas tindakan yang dilakukan bidan, dan dapat dianggap malpraktek
atau kelalaian.

Anda mungkin juga menyukai