Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

TERAPI OKSIGEN
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anestesi dan Reanimasi
RSUP PERSAHABATAN

Disusun Oleh :
Masagus Moh. Edsel Qasswara

1410.221.056

Kartika Rizky Lim

1410.221.024

Pembimbing :
dr. Ranjan Kumar, Sp.An

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2016

LEMBAR PENGEESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


REFERAT
TERAPI OKSIGEN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian


Kepaniteraan Klinik Di Departemen Anestesi dan Reanimasi
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Disusun Oleh :
Masagus Moh. Edsel Qasswara

1410.221.056

Kartika Rizky Lim

1410.221.024

Mengesahkan :
Koordinator Pendidikan Kepaniteraan Anestesi dan Reanimasi
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

dr. Ernita Akmal, Sp.An

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kareana atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul
Terapi Oksigen. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Kepaniteraan Klinik Bagian Anestesi dan Reanimasi.
Penyusunan tugas referat ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak
yang turut membantu terselesaikannya tugas referat ini. Untuk itu, dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Ernita Akmal, Sp.An selaku koordinator pendidikan SMF Anestesi dan
Reanimasi dan dr. Ranjan Kumar, Sp.An atas bimbingannya selama ini dan juga
tak lupa kepada teman-teman seperjuangan di Kepaniteraan Klinik Anestesi dan
Reanimasi atas kerjasamanya selama penyusunan referat ini.
Semoga referat ini dapat bermanfaat baik bagi kami sendiri, pembaca,
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta,

Juli 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI.. iii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
I.1. Latar Belakang. 1
I.2. Tujuan . 2
I.3. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
II.1. Fisiologi Dasar
II.1. Terapi Oksigen 3
II.1.1. Definisi.... 3
II.1.2. Tujuan. 3
II.1.3. Indikasi 4
II.1.4. Kontraindikasi. 7
II.1.5. Alat-alat yang diperlukan 7
II.1.6. Syarat-Syarat Pemberian Oksigen... 8
II.2. Protokol Prosedur.8
II.2.1. Sistem Aliran Rendah.. 8
II.2.1.1. Low flow low concentration. 9
II.2.1.2. Low flow high concentration 12
II.2.2. Sistem Aliran Tinggi 16
II.2.3. Keamanan.19
II.2.4. Hal yang Harus Dilaporkan dan didokumentasikan.19
II.2.5. Resiko Terapi Oksigen. 20
BAB III KESIMPULAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22

iv

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial
oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar
oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik ), dan meningkatkan tekanan oksigen
(Hiperbarik), tujuan dari terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan
konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk memfasilitasi
metabolisme aerob, dan mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO 2 > 90 %.
Indikasi pemberian terapi oksigen ini adalah pasien hipoksia, oksigenasi kurang
sedangkan paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal,
oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang
membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi, dan pada pasien dengan
tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah. Tekhnik pemberian terapi
oksigen ini bisa dengan sistem aliran rendah seperti, kateter nasal, kanul nasal /
kanul binasal / nasal prong, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan
kantong rebreathing, dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Bisa
juga dengan tekhnik aliran tinggi seperti, sungkup muka dengan venturi / Masker
Venturi (High flow low concentration), Bag and Mask / resuscitator manual, dan
Collar trakeostomi. Pemberian terapi oksigen dapat mengakibatkan kebakaran,
iritasi saluran pernapasan, keracunan oksigen, kejang bahkan sampai koma.
Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris
tahun 1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak
awal tahun 1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien
hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif
kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula
hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik
tanpa retensi CO2.2
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secara normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan

dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh


interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam
proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi sebagai
dokter dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi
masalah.
I.2. Tujuan
A. Memahami tujuan, indikasi, kontraindikasi, dan manfaat terapi oksigen.
B. Memahami keuntungan dan kerugian penggunaan sistem aliran rendah.
C. Memahami keuntungan dan kerugian penggunaan sistem aliran tinggi.
D. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah dibidang kedokteran.
E. Memenuhi syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di departemen
anestesi dan reanimasi rumah sakit umum pusat persahabatan
I.3. Manfaat
A. Sebagai sumber informasi dan pelengkap bahan refrensi.
B. Untuk mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Fisiologi Dasar
II.1.1. Kontrol Pernapasan
Ventilasi dikendalikan oleh proses yang kompleks untuk memastikan O 2
secara adekuat tersedia untuk metabolisme dan CO2 dapat dikeluarkan
sehingga keseimbangan asam basa terjaga. Pernafasan dikendalikan oleh
proses humoral melalui aktivitas rangsangan kimia pada pusat nafas di
batang otak.
II.1.2. Kontrol Volunter
Dikendalikan oleh pusat korteks di serebri, yaitu area korteks motoric
a.
dan area limbik
Terjadi pada keadaan basal (tidur) atau konsentrasi kerja
b.
Memungkinkan sesorang hiperventilasi secara sadar, menahan nafas,
c.
merubah pola nafas, nyanyi, dan berbicara.
II.1.3. Kontrol Involunter
a. Dikendalikan oleh Medulla, Pons, dan Pusat diperifer
b. 3 pusat nafas involunter pusat :
a)
2 di pons
b)
1 di medulla oblongata
c. Input berasal dari rangsangan proprioseptif dan kemoreseptor perifer
melalui N. Vagus dan N. Glossofaringeus
d. Output disalurkan melalui N. Frenikus ke diafragma dan N.
Invtercostae 1 12 ke otot intercostae sebagai aliran eferen
e. Pusat medulla menjadi pusat koordinasi utama dari semua sumber
input
f. Pusat inspirasi dan ekspirasi terletak dalam medulla
g. Pusat apneustik (Hambat inspirasi)
dan pneumotaksik
(Meningkatkkan dalamnya nafas dan inspirasi yang lama) di pons
h. Reseptor perifer terletak pada Arcus Aorta dan Bifurkasio Karotis
Interna-Eksterna dimana reseptor berkerja sebagai kemoreseptor
sensitive terhadap kadar O2, CO2, dan ion H+ dalam darah.
i. Impuls dari bifurkasio karotis melalui badan karotis ditransmisikan ke
N. Glossofaringeus kemudian disampaikan ke medulla
j. Impuls dari arkus aorta melalui badan aorta ditransmisikan ke N.
Vagus kemudian disampaikan ke medulla.

II.1.4. Kontrol Humoral terhadap Ventilasi


3

Pernafasan dikendalikan oleh mekanisme umpan balik yang melibatkan


aksi rangasangan kimia pada kemoreseptor di batang otak dan perifer
a. Kemoreseptor Pusat
i. Terletak dalam Medulla
ii. Sangat dipengaruhi oleh ion hydrogen (pH) cairan LCS
iii. Peningkatan pCO2 menyebabkan penurunan pH (Asidosis)
dalam LCS dan mencetuskan peningkatan nafas
iv. Penurunan pCO2 menyebabkan peningkatan pH (Alkalosis)
dalam LCS dan mencetuskan penurunan nafas
v. Pusat nafas tidak merespon terhadap kadar pO2 yang rendah
b. Kemoreseptor Perifer
Kemoreseptor ini sangat sensitive terhadap penurunan
i.
tekanan O2 (PaO2) maupun isi oksigen dalam darah (SaO2)
Hipoksemia = Meningkatkan aktivitas reseptor perifer =
ii.
Meningkatkan kedalaman dan kecepatan nafas
Tekanan O2 yang tinggi = Menurunkan ventilasi secara
iii.
ringan, namun proses akan tumpang tindih dengan respon
pusat nafas terhadap peningkatan pCO2.
Kemoreseptor perifer kurang sensitive terhadap peningkatan
iv.
pCO2 dan peningkatan ion hydrogen (Alkalosis)
II.1.5 Fisiologi Ventilasi
a. Tujuan ventilasi = Menyediakan udara segar ke dalam paru untuk
ditukar pada membrane alveolo-kapiler
b. Prinsip pertukaran gas melalui proses difusi dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah dimana O2 yang tinggi dari alveolus akan berdifusi
masuk ke dalam arteri yang mengandung O2 dengan kadar lebih
rendah dan CO2 yang lebih tinggi dalam vena akan keluar ke dalam
alveoli yang memiliki kadar CO2 yang lebih rendah dibandingkan
dengan vena.
c. Tekanan fisiologis ini berhubungan dengan aliran gas ke dalam dan
keluar paru pada tekanan atmosfer, tekanan intrapleura, tekanan
intrapulmoner, dan tekanan transpulmoner.
d. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam paru = tekanan atmosfer
e. Saat inspirasi spontan terjadi kontraksi diafragma dan m. intercostalis
eksterna yang menyebabkan volume rongga dada meluas dan tercipta
tekanan negatif dalam paru (intrapulmoner) sehingga udara mengalir
ke dalam paru.
f. Proses inspirasi merupakan proses aktif dan butuh energy. Diafragma
memiliki peran sebesar 60% dalam ventilasi udara posisi supine dan
70% dalam ventilasi posisi tegak
g. Proses ekspirasi merupakan proses yang pasif karena adanya recoil
paru

II.1.6. Fisiologi Transport Oksigen


Oksigen dalam darah dengan bantuan dari jantung akan disebarkan ke
a.
seluruh tubuh untuk disampaikan ke mitokondria sel
Oksigen berada dalam dua bentuk untuk ditransportasikan
b.
i. Larut plasma (PaO2)
ii. Terikat Hemoglobin (SaO2)
Tiap
100 mL darah yang meninggalkan kapiler paru = Bawa 20 mL
c.
O2. Hanya 0.3 mL dari 20 mL tersebut yang larut dalam plasma
Jika semua molekul Hb dalam darah penuh berisi oksigen = Saturasi
d.
100%
Oksigen dalam tubuh sebanyak 97 98% mengalami transport dalam
e.
bentuk SaO2
Ikatan oksigen merupakan fungsi dari konsentrasi oksigen, kapasitas
f.
saturasi oksigen 1,34 mL O2 per 100 mL darah, dan saturasi O 2 Hb
dnegan persamaan :
Ikatan O2 = (Hb x SaO2 x 1,39)
Bila
PaO
tinggi
(Dalam kapiler paru) = O2 berikatan dengan Hb
g.
2
Bila PaO2 rendah (Kapiler jaringan) = O2 dilepaskan dari Hb
h.
II.1.7. Kurva Disosiasi Oksihemoglobin
Kurva ini menghubungkan saturasi Hb dengan PaO2.
a.
Penurunan afinitas O2 paling sering dikenal dengan pergeseran kurva
b.
ke kanan
Peningkatan afinitas O2 paling sering dikenal dengan pergeseran kurva
c.
ke kiri
Semakin asam darah (pH menurun) = Kurva bergeser ke kanan =
d.
Afinitias Hb O2 menurun = Pelepasan O2 lebih mudah
Semakin basa darah (pH meningkat) = Kurva bergeser ke kiri =
e.
Afinitias Hb O2 meningkat = Pelepasan O2 lebih sulit
Beberapa faktor lain yang menyebabkan pergeseran kurva ke kanan :
f.
Peningkatan konsentrasi pCO2 = Semakin tinggi semakin afinitas
i.
melemah
Peningkatan temperature = Semakin tinggi semakin afinitas
ii.
melemah
Peningkatan 2,3 difosfogliserat (DPG) yaitu senyawa yang secara
iii.
normal berada dalam darah yang berfungsi mengurangi afinitas
Hb terhadap O2.
Keadaan
yang menggeser kurva ke kiri :
g.
Peningkatan pH
i.
Penurunan suhu
ii.
Penurunan CO2
iii.
Penurunan 2,3 DPG
iv.
Adanya HbF dalam jumlah besar dalam darah = Kurva bergeser ke
h.
kiri

II.2. Terapi Oksigen


II.2.1. Definisi
Memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat yang sesuai (Depkes 2006, Standar
Pelayanan Keperawatan ICU).
II.2.2. Tujuan
1.

Mempertahankan oksigen jaringan yang kuat, memenuhi kebutuhan oksigen,

2.
3.

dan mencegah terjadinya hipoksia


Menurunkan kerja nafas
Menurunkan kerja jantung

II.2.3. Indikasi
Secara garis besar :
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Pasien hipoksia
Oksigenisasi kurang sedangkan paru normal
Oksigenisasi cukup sedangkan paru tidak normal
Oksigenisasi cukup, paru normal, namun sirkulasi tidak normal
Pasien butuh pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
Pasien dengan tekanan parsial karbondioksidan (PCO2 rendah)

Berdasarkan etiologi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Gagal Nafas Akut


Syok karena bermacam penyebab
Infark Myokard Akut
Metabolisme basal tinggi (Contoh : Tirotoksikosis, sepsis, hipertermia)
Keracunan gas CO (Karbonmonoksida)
Tindakan pre-oksigenasi menjelang induksi anestesi
Penderita tidak sadar
Mengatasi keadaan : Emfisema pasca bedah, emboli udaram

pneumothorax)
9. Asidosis
10. Anemia berat (Hb < 8%)

Oksigen harus selalu tepat untuk pasien dengan gangguan sirkulasi atau nafas akut
dengan ketentuan berikut :
A. Tanpa gangguan nafas = O2 sebanyak 2 L / menit dengan kanul nasal

B. Dengan gangguan nafas sedang = O2 sebanyak 5 6 L / menit dengan


kanul nasal
C. Dengan gangguan nafas berat, gagal jantung, henti jantung = O2 100%
dengan sistem yang memadai
D. Pasien dengan rangsang nafas tergantung pada keadaan hipoksia (Pasien
Asma) = O2 50% dan pantau ketat
E. Atur O2 berdasarkan kadar gas darah (PO2) atau saturasi (SaO2)
F. Keadaan darurat = Gunakan alat bantu nafas yang lebih canggih (bagging),
lakukan intubasi, dan beri O2 100%.

II.2.4. Kontra Indikasi


Tidak ada kontra indikasi absolut :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala,
trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi,
akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.
II.2.5. Alat Alat yang Diperlukan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
a.

b.

Sumber oksigen (Tabung atau sumber oksigen sentral)


Tabung pelembab (Humidifier)
Pengukur aliran oksigen (Flow meter)
Jelly
Plester
Gunting
Aqua steril
Selang O2
Alat pemberian oksigen sesuai metode :
Metode sistem aliran rendah :
Aliran rendah konsentrasi rendah (Low
i.
Concentration)
Kateter nasal
1.
Kanul nasal
2.
Aliran rendah konsentrasi tinggi (Low
ii.
Concentration)
Simple mask
1.
Mask rebreathing
2.
Mask non-rebreathing
3.
Metode sistem aliran tinggi :

Flow/Low

Flow/High

Aliran tinggi Konsentrasi rendah (High Flow/Low


Concentration)
1. Sungkup Venturi
Aliran tinggi Konsentrasi tinggi (High Flow/High
ii.
Concentration_
1. Head box
2. Sungkup Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Kanul nasal
Sering digunakan untuk pemberian O2 dengan FiO2 24 44%
a.
Aliran (Flow) = 1 6 L / menit
b.
Alat dengan Low Flow / Low Concentration
c.
Kadar yang dihasilkan tergantung pada besar aliran dan volume
d.
tidal nafas pasien
Kadar O2 meningkat 4% per 1 L O2 / menit
e.
Keuntungan :
f.
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju nafas
i.
teratur
Baik dalam pemberian jangka waktu lama
ii.
Pasien dapat bergerak bebas, makan, minum, dan bicara
iii.
g. Kerugian :
Menyebabkan iritasi pada hidung, belakang telinga tepat tali
i.
kanul
FiO2 berkurang bila pasien bernafas dengan mulut
ii.
i.

2.

3.

Mask
Simple Mask
a.
Aliran (Flow) = 6 10 L / menit
i.
Konsentrasi O2 = Maksimal 60%
ii.
Rebreathing Mask
b.
Aliran (Flow) = 6 10 L / menit
i.
Konsentrasi O2 = Maksimal 80%
ii.
Berfungsi dalam menjaga PaCO2 tetap normal karena udara
iii.
berisi CO2 yang diekspirasi akan ditampung kemudian
dihirup kembali sehingga PaCO2 meningkat
Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi
iv.
(1/3 volume ekshalasi masuk kantong, 2/3 volume ekshalasi
keluar lewat lubang pada bagian samping)
Non-Rebreathing Mask
c.
Aliran (Flow) = 8 12 L / menit
i.
Konsentrasi O2 = Maksimal 100%
ii.
Digunakan pada pasien dengan PaO2 yang menurun dan
iii.
mencegah CO2 dihirup kembali, menyebabkan O2 banyak
dihirup
Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi dan
iv.
tidak dipengaruhi udara luar
Mask Venturi
d.
Aliran oksigen bervariasi sekitar 24 50%
i.

Digunakan pada pasien dengan ventilasi tidak teratur


Digunakan untuk pasien dengan hiperkarbia disertai
hipoksemia sedang - berat
Kerugian Mask :
Mengikat (Mask harus terus melekat pada pipi / wajah
i.
pasien untuk cegah kebocoran)
Lembab
ii.
Pasien tidak dapat makan, minum, dan bicara
iii.
Dapat terjadi aspirasi jika pasien muntah, khususnya pada
iv.
pasien yang tidak sadar
ii.

iii.

e.

Alat

Aliran (L/menit)

Fi

O2 (fraksi

inspirasi)
0,24

0,28

Kanula

0,32

nasal

0,36

0,40

6
5-6

0,44
0,40

6-7

0,50

7-8
6

0,60
0,60

0,70

0,80

0,80

10

0,80

Masker
oksigen
Masker
dengan
kantong
reservoir

II.2.6. Syarat-Syarat Pemberian Oksigen


1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi,
2. Tahanan jalan nafas yang rendah,
3. Tidak terjadi penumpukan CO2,
4. Efisien,
5. Nyaman untuk pasien.
II.3. Protokol Prosedur
Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :

oksigen

II.3.1. Sistem Aliran Rendah


Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan, bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari
volume inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen
ini bercampur dengan udara ruangan, maka FiO2 aktual yang diberikan pada
pasien tidak diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok
untuk pasien stabil dengan pola nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal,
misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20
kali permenit.
II.3.1.1. Low flow low concentration
a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu
dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. Prosedur
pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai
naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai
kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak.
a. Keuntungan Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga
dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan dalam jangka waktu yang
lama.
b. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%,
tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat
kateter melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan mengalami trauma,
fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus diganti
tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi lambung,
terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt
dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta
kateter mudah tersumbat dan tertekuk.
Tahap kerja:
a. Atur posisi pasien senyaman mungkin ( memudahkan dalam melakukan tindakan
b. Jaga privacy pasien (menjaga kesopanan perawat dan kepercayaan pasien).

10

c. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan tindakan).
d. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi (syarat utama pemasangan
nasal kateter adalah jalan nafas harus bebas untuk memudahkan memasukkan
kateter).
e. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi (jalan nafas lebih terbuka , pasien lebih
nyaman, kateter lebih mudah dimasukkan).
f. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur antara lubang hidung sampai keujung
telinga (untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter).
g. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga ujung kateter
tidak terlihat lagi.( untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter).
h. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan
(Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran mukosa oral
serta sekresi jalan nafas).
i. Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan (menjamin ketepatan dosis dan
mencegah terjadinya efek samping).
j. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter (memudahkan dan mencegah iritasi
dalam pemasangan kateter).
k. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang hidung
(mencegah kateter terlepas dan menjamin ketepatan posisi kateter).
l. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis, dan
kemungkinan distensi lambung. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal
mengering, epistaksis dan distensi lambung. Deteksi dini mengurangi risiko efek
samping).
m. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain jika
mungkin (mengurangi iritasi mukosa hidung,menjamin kepatenan kateter).
b. Kanul Nasal/ Kanul Binasal/ Nasal Prong
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan
aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu
24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada

11

pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan
pada pasien dengan pernafasan mulut.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
1 Liter /min : 24 %
2 Liter /min : 28 %
3 Liter /min : 32 %
4 Liter /min : 36 %
5 Liter /min : 40 %
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
a. Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas
makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa
nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien
bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu inhalasi dan akan
mempunyai efek venturi pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan
oksigen yang diberikan melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen
berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul
hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal.
Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow
rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan
oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat
menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan
yang terlalu ketat. Cara pemasangan :
a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul yang
elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi
klien.(Membuat aliran oksigen langsung masuk ke dalam saluran nafas

12

bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul pada tempatnya apabila kanul
tersebut pas kenyamanannya).
b. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai yang
diprogramkan (16 L/mnt.) (Mencegah kekeringan pada membran mukosa
nasal dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas).
c. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian pasien
(Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala tanpa kanul tercabut dan
mengurangi tekanan ujung kanul pada hidung).
d. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi aqua
steril setiap waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan aliran oksigen,
mencegah inhalasi oksigen tanpa dilembabkan).
e. Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus,epistaksis dan
permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan
kulit. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan
epistaksis. Tekanan pada telinga akibat selang kanul atau selang elastis
menyebabkan iritasi kulit).
f. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan
hipoksia telah hilang (Mengindikasikan telah ditangani atau telah
berkurangnya hipoksia).
II.3.1.2. Low flow high concentration
A. Sungkup Muka Sederhana
Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan alat
pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 8
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%. Masker ini kontra indikasi pada
pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran
O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari
masker.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %

13

7-8 Liter/min : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan

penumpukan

CO2

jika

aliran

rendah.

Menyekap,

tidak

memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah.
Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan
rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan.
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu (syarat terapi
oksigen adalah jalan nafas harus bebas, jalan nafas yang bebas menjamin aliran
oksigen lancar).
b. Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan pemasangan).
c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan 5-8 liter/menit (Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal
dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas, menjamin ketepatan dosis,
dan mencegah penumpukan CO2 ).
d. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan kain
kasa pada daerah yang tertekan ( mencegah kebocoran sungkup, mencegah iritasi
kulit akibat tekanan).
e. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit.
B. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 60%
dengan aliran 6 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara
ekspirasi sebagian tercampur dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2,
kantong akan terisi saat ekspirasi dan hampir menguncup waktu inspirasi.
Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup

14

lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 35 %
8 : 40 50 %
10 15 : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen bisa
terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang rendah
dapat menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar karbondioksida.
Pasien tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.
Caranya :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi
b. Atur posisi pasien
c. Menghubungkan selang oksigen pada humidifier
d. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan.
e. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan.
f. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan
sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Sesuai dengan aliran O2
kantong akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
(mencegah kantong terlipat, menjaga kepatenan sungkup, mencegah
penumpukan CO2 yang terlalu banyak).

15

g. Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas telinga.


(menjaga kepatenan sungkup, mencegah iritasi mata)
h. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
(untuk mencegah iritasi kulit).
i. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam.(observasi terhadap iritasi,muntah,aspirasi
akibat terapi, dan menjaga kenyamanan pasien).
j. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah
infeksi, meningkatkan kenyamanan).
C. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi
mencapai 90 % dengan aliran 6 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke
atmosfer melalui satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong konsentrasi
oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong
dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian
kantong reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup
dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes
dengan total. Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada
tempatnya dan tanpa tongkat.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 55 60
8 : 60 80
10 : 80 90
12 15 : 90
a. Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak mengeringkan
selaput lendir.
b. Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen bisa
terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak

16

memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien
muntah terutama pada pasien tidak sadar dan anak-anak. Cara memasang :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi (k/p).
b. Atur posisi pasien
c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan
kebutuhan.(menjaga kelembaban udara, mencegah iritasi mukosa jalan nafas
dan mulut).
d. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan , terapi oksigen dengan sungkup
non rebreathing mempunyai efektifitas aliran 6-7 liter/menit dengan
konsentrasi O2 (FiO2) 55-90 % (menjaga kepatenan sungkup, menjamin
ketepatan dosis).
e. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan
sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. (mencegah kantong terlipat,
terputar).
f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati bagian atas
telinga. (mencegah kebocoran sungkup).
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat (untuk mencegah iritasi kulit).
h.Muka

pasien

dibersihkan

tiap

jam.

(observasi

terhadap

iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi, dan menjaga kenyamanan pasien).


i. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah
infeksi, meningkatkan kenyamanan).
II.3.2. Sistem Aliran Tinggi
Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2
atau 3 kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola nafas
pendek dan pasien dengan PPOK yang mengalami hipoksia karena ventilator.
Suatu teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi
oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi
oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh sistem aliran tinggi :

17

A. Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low


concentration).
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi
yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga
memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah
ditetapkan. Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara
seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan
oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa
gas

tersebut

bersama

karbondioksida

yang

dihembuskan.

Metode

ini

memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak


tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien
hyperkarbia kronik ( CO2 yang tinggi ) seperti PPOK yang terutama tergantung
pada kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada pasien hypoksemia sedang sampai
berat.
FiO2 estimation
Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi FiO2
venturi mask merk Hudson
Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )
Biru : 2 : 24
Putih : 4 : 28
Orange : 6 : 31
Kuning : 8 : 35
Merah : 10 : 40
Hijau : 15 : 60
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk
pada alat.
FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2
analiser.
Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.
Tidak terjadi penumpukan CO2.
b. Kerugian

18

Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam


mata.
Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien
makan, minum, atau minum obat.
Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak
mengganggu konsentrasi O2.
Caranya :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi.
b.

Atur posisi pasien

c.

Membuka aliran regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai


dengan kebutuhan.

d. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi O2 dengan


masker venturi mempunyai efektifitas aliran 2-15 liter/menit dengan
konsentrasi O2 24- 60 % (Metode ini memungkinkan konsentrasi oksigen
yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan
kecepatan pernafasan).
e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut.
f. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala melewati bagian atas
telinga.
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
B. Bag and Mask / resuscitator manual
Digunakan pada pasien :
Cardiac arrest
Respiratory failure
Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 15 liter, selama
resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan reservoir
harus digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %.
Dianjurkan selang yang bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk
kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah
ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95
% - 100 %. Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan

19

jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima oksigen
tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan
adalah vital :
Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).
Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.
Hal hal yang harus diperhatikan :
Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan
apakah terjadi distensi abdomen.
Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru.
Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau
spasme bronkus yang memburuk.
Syarat syarat Resusitator manual :
Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut.
Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi
terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi.
Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.
Pembersihan

dan

pendauran

ketahanan

kantong.

Large Volume Aerosol Sistem.


II.3.3. Keamanan
Untuk pasien :
- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran pernapasan.
- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril.
- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.
II.3.4. Hal yang Harus Dilaporkan dan didokumentasikan
a.

Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan


pengetahuan, penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan
warna kulit, peningkatan saturasi oksigen.

b.

Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse


oksimetri untuk menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil

20

jika : Nilai PaO2 dan PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 5 ) x


FiO2.
c.

Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung ,


mukosa hidung terhadap iritasi.

d.

Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya


terapi oksigen yang lain.

e.

Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada
pasien .

f.

Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau


berapa FiO2 yang diberikan.

II.3.5. Resiko Terapi Oksigen


Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat
terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama
1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen
yang merangsang sel PMN dan H 2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim
lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi
gas karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan
kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,
menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.
Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O 2, selanjutnya
mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan
jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini
adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan
jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan
berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya
iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa
pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi
hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.

21

Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok,
membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik
tanpa Ground.

22

BAB III
KESIMPULAN
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan
terapi oksigen ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri
sehingga

masuk

ke

jaringan

untuk

memfasilitasi

metabolisme

aerob,

mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi terapi oksigen ini
adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang sedangkan paru normal,
oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup, paru normal,
sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian oksigen
konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 )
rendah. Kontra indikasi pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul
nasal/kateter binasal/nasal prong : jika ada obstruksi nasal, pemakaian kateter
nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal, pemakaian sungkup muka dengan kantong
rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar
PaCO2 nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen yang terlalu lama dapat
mengakibatkan keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi akibat
terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H 2O2 melepaskan
enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan
resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis. Apabila O 2 80100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan
teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan
batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa
pening, kejang dan koma.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi
dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.
2. Ikawati, Z. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo,
R. 2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak
FKUI - RSCMk FKUI RSCM. Jakarta.
3. Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen Pulmonologi
Dan Respiratori FK UI. Jakarta.
4. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia,
vol. 8. EGC. Jakarta.
5. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
6. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. EGC. Jakarta.
7. Latief, A. Said. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intesif. Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai