Anda di halaman 1dari 17

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN - UI

PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA II


Prosedur Ketrampilan Pemberian Terapi Oksigen
Disusun oleh Dhian Luluh Rohmawati / 0806333751

1. Deskripsi/ definisi
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU, Dep.Kes. RI, 2005 )
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang
ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam
ruangan adalah 21 %, ( Brunner & Suddarth,2001 )
Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan
untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 ( Orthobarik )
b. Meningkatkan tekanan oksigen ( Hiperbarik )

2. Tujuan/ kegunaan
a. Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk
memfasilitasi metabolisme aerob
b. Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :
- Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta mmempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat.
- Menurunkan kerja nafas dan miokard.
- Menilai fungsi pertukaran gas

3. Kompetensi yang diperlukan


- Sudah menguasai anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan
- Terampil dalam melakukan tindakan keperawatan
- Sesuai dengan prosedur yang ada

4. Indikasi
- Pasien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil AGD
- Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh terjadi hipoksemia ditandai dengan
PaO2 dan SpO2 menurun
- Pasien yang teridentifikasi hipoksemia contohnya syok dan keracunan CO
- Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi
gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat
- Beberapa trauma
Terapi ini diberikan dengan orang yang mempunyai gejala :
- Sianosis - Keracunan
- Hipovolemi - Asidosis
- Perdarahan - Selama dan sesudah pembedahan
- Anemia berat - Klien dengan keadaan tidak sadar
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 diberikan kepada klien
dengan keadaan / penyakit : Hypoxemia / hypoxia, henti nafas dan henti jantung, gagal nafas,
keracunan CO, asidosis, shock dengan berbagai sebab, selama dan setelah operasi, anemia berat,
klien dengan gangguan kesadaran, sebelum , selama , sesudah suction, nyeri dada, infark
miokard akut, payah jantung, meningkatnya kebutuhan oksigen, seperti : luka bakar, trauma
ganda, infeksi berat, demam tinggi, dll.
Menurut Standar Keperawatan ICU Depkes RI tahun 2005, indikasi terapi oksigen adalah:
a. Pasien hipoksia
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.

5. Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan
lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

6. Komplikasi
a. Keracunan Oksigen
b. CO2 Narkosis
c. Microatelektasis
d. Fibroplasia Retrolental pada bayi premature
e. Barotrauma
f. Depresi nafas
g. Meledak dan Kebakaran
h. Infeksi
i. Aspirasi bila pasien muntah.
j. Perut kembung
k. Gangguan gerakan silia dan selaput lendir (mucus blanket)

7. Alat – alat yang diperlukan


a. Kateter nasal.
b. Kanul nasal/binasal/nasal prong
c. Sungkup muka sederhana.
d. Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.
e. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen.
f. Sungkup muka Venturi
g. Jelly.
h. Plester.
i. Gunting.
j. Sumber oksigen.
k. Humidifier.
l. Flow meter.
m. Aqua steril.
n. Selang oksigen.
o. Tanda dilarang merokok

8. Pengetahuan terkait yang diperlukan (anatomi, fisiologi, patofisiologi, dll)


Anatomi sistem pernapasan
Susunan saluran udara pernafasan dimulai dari hidung, faring, laring, trachea, bronchus dan
bronchiolus.
Ketika udara masuk melalui hidung, udara tersebut akan disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan oleh mukosa saluran nafas bersilia dan bersel goblet yang memproduksi
mucus. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut yang terdapat dalam rongga hidung,
sedangkan partikel yang halus terjerat dalam lapisan mucus yang melapisi mukosa. Silia
akan mendorong mucus menuju faring yang kemudian akan dibatukkan atau tertelan.
Kelembaban dijaga oleh air yang berasal dari lapisan mucus, sedang pemanasan diberikan
oleh jaringan pembuluh darah dibawahnya, sehingga udara yang masuk hampir bebas debu,
bersuhu mendekati suhu tubuh dengan kelembaban mendekati 100 % ketika mencapai
faring.
Laring organ yang dibentuk tulang rawan dan otot, mengalirkan udara yang masuk dari
faring menuju trakea. Selain mengalirkan udara, laring mempunyai fungsi yang lebih
penting sebagai organ fonasi atau organ suara dan sebagai organ pelindung. Pita suara
berada di pangkal laring, dan membentuk ruang segitiga yang dinamakan glottis. Glottis
merupakan antara saluran nafas bagian atas dan saluran nafas bagian bawah. Fungsi
pelindung laring adalah sebagai berikut, pada waktu menelan makanan glottis menjaga agar
makanan tidak masuk kedalam trachea, tetapi mengarahkan makanan masuk kedalam
esophagus. Waktu menelan laring bergerak ke atas dari epiglottis akan menutup auditus
laring sehingga glottis tertutup. Bila masih ada benda asing atau makanan masuk kedalam
trachea, benda asing, makanan atau secret akan dibatukkan keluar saluran nafas bagian
bawah.
Trachea merupakan saluran yang disokong oleh tulang rawan yang berbentuk lingkaran
tidak sempurna seperti tapak kuda, sehingga permukaan posteriornya pipih. Pada pemakaian
endotraheal, balon yang digelembungkan terlalu besar atau pada pemakaian yang lama,
dapat menekan dinding posterior dan menimbulkan iritasi dan erosi sehingga dapat
menimbulkan fistula trakheo esophageal. Erosi pada bagian anterior yang menembus tulang
rawan dapat terjadi tetapi lebih jarang. Pipa dan balon dapat juga menyebabkan
pembengkakan dan kerusakan pita suara. Karena itu penempatan pipa dan balon
endotrakheal harus diperhitungkan baik posisinya dan tekanannya. Trachea bercabang
menjadi bronchus kanan dan kiri, tempat percabangan dinamakan karina, yang terdapat
banyak saraf dan dapat menyebabkan batuk dan bronchospasme jika dirangsang. Struktur
trachea dan bronchus digambarkan seperti sebuah pohon dan dinamakan tracheobronchial
tree atau pohon tracheobronchial.
Bronchus merupakan kelanjutan dari trachea yang mengalirkan udara ke bronchiolus,
disusun oleh cincin tulang rawan. Bronchus kanan membentuk sudut yang lebih landai
terhadap trachea dibandingkan bronchus kiri. Bronchus kanan juga lebih besar dan pendek,
sedangkan bronchus kiri lebih kecil dan panjang. Pada pemasangan pipa endotrakheal yang
terlalu dalam cenderung akan masuk ke bronchus kanan, sehingga udara tidak masuk ke
bronchus kiri dan menyebabkan atelektasis paru kiri. Bila melakukan pembersihan bronchus,
kateter lebih cenderung masuk ke bronchus kanan, demikian juga benda asing yang terhirup
lebih sering tersangkut di bronchus kanan dari pada kiri. Akan tetapi percabangan bronchus
kanan dan kiri pada neonatus lebih kurang membentuk sudut yang sama, sehingga intubasi
yang terlalu dalam dapat dengan mudah menjadi endobronchial kanan dan kiri.
Selanjutnya bronchus akan bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian menjadi bronchus
segmentalis. Selanjutnya percabangan dilanjutkan menjadi bronchiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil dengan diameter sekitar 1 mm. Bronchiolus tidak ¬diperkuat oleh
cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos, sehingga ukurannya dapat berubah.
Sampai ke bronchioles terminalis, saluran berfungsi menghantarkan aliran udara menuju
tempat pertukaran gas dalam jaringan paru.
Unit fungsional paru disebut juga asinus, terdapat setelah bronchiolus terminalis yaitu
tempat pertukaran gas.
Asinus / lobulus primer berdiameter 0,5 - 1 cm terdiri :
1. Bronchiolus respiratorius, memiliki beberapa kantung udara / alveolus pada dindingnya
2. Duktus alveolaris dindingnya dibatasi oleh alveolus.
3. Sakkus alveolaris terminalis
Struktur akhir yang strukturnya merupakan kelompok alveolus. Dari trachea sampai sakkus
alveolaris terminalis terdapat 23 cabang. Alveolus dipisahkan oleh dinding tipis / septum
dari alveolus disebelahnya, terdapat lubang komunikasi yang disebut pori – pori khon.
alveolus hanva mempunyai satu lapisan sel saja yang lebih tipis dari diameter sel darah
merah. Dalam tiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus, yang apabila dibentangkan
menjadi seluas lapangan tenis. Untuk mencegah kolaps alveolus dilapisi oleh surfaktan.
Paru merupakan organ yang elastis, terletak di dalam rongga dada atau toraks, berbentuk
kerucut. Bagian atas disebut apeks dan bagian bawah disebut basis. Hilus merupakan bagian
paru tempat masuknya bronchus, pembuluh darah, pembuluh limfe. Paru kanan dan kiri
dipisahkan oleh mediastinum, di dalamnnya dijumpai jantung dan pembuluh darah besar.
Paru kanan lebih besar dan terbagi 3 lobus, sedangkan paru kiri lebih kecil dan terbagi 2
lobus. Pleura adalah lapisan kolagen elastis, yang melapisi dinding dada disebut pleura
parietalis dan yang melapisi paru dinamakan pleura viseralis.
Diantara kedua pleura terdapat ruangan yang disebut rongga pleura, sebetulnya kedua pleura
tersebut menempel karena tekanan dalam rongga tersebut lebih rendah dari tekanan atmosfir
untuk mencegah paru menjadi kolaps. Kedua pleura itu hanya dilapisi oleh lapisan tipis,
cairan pleura untuk memudahkan pergerakan paru, sehingga rongga pleura sebetulnya
ruangan potensial saja yang baru terlihat bila terisi oleh cairan atau udara yang ada dalam
jumlah yang bermakna.

9. Hal khusus (termasuk prinsip – prinsip) yang harus diperhatikan


- Oksigen adalah gas yang tidak berbau, berasa dan tidak terlihat yang sedikit lebih berat
dari udara
- Oksigen menyokong terjadi pembakaran. Oleh karena itu api terbuka dan bunga api
harus dijauhkan dari tempat penyimpanan atau tempat pemakaian. Tindakan pencegahan
dengan memasang tanda DILARANG MEROKOK pada pintu atau kamar pasien,
melihat seluruh alat listrik, selimut pemanas, setrika, dan lain-lain harus diperiksa untuk
memastikan alat-alat itu tidak mengeluarkan api. Dan sediakan pemadam api yang siap
dipakai.
- Pengukuran AGD merupakan metode terbaik dan menetukan kebutuhan dan
keadekuatan terapi oksigen.
- Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen
- Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol
- Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai
- Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering
- Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena
pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia
diikuti penurunan kesadaran.
- Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 – 2 liter/menit, kemudian dinaikkan
pelan-pelan sesuai kebutuhan
- Terapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang
merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah
pertama yang perawat lakukan adalah melakukan pengkajian

10. Protokol prosedur


Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, bekerja dengan
memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari volume inspirasi pasien, sisa volume
ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka FiO2
aktual yang diberikan pada pasien tidak diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi
tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah
cocok untuk pasien stabil dengan pola nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal, misalnya
klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
Low flow low concentration :
a. Kateter nasal
b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.
Low flow high concentration :
c. Sungkup muka sederhana.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen
secara kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi
24% - 44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter
oksigen ke dalam hidung sampai naso faring. Persentase oksigen
yang mencapai paru-paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak atau pada
pasien yang bernafas melalui mulut.
Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, dan membersihkan mulut,
murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan dalam
jangka waktu lama.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%, tehnik memasukan kateter
nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat kateter melewati nasofaring, dan mukosa
nasal akan mengalami trauma, fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter
harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi lambung, terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat dan tertekuk.
Tahap Kerja
a. Atur posisi pasien senyaman mungkin ( memudahkan dalam melakukan tindakan
b. Jaga privacy pasien (menjaga kesopanan perawat dan kepercayaan pasien)
c. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau (memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan tindakan)
d. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi (syarat utama pemasangan nasal kateter
adalah jalan nafas harus bebas untuk memudahkan memasukkan kateter)
e. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi (jalan nafas lebih terbuka , pasien lebih nyaman,
kateter lebih mudah dimasukkan)
f. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur antara lubang hidung sampai keujung telinga
( untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter )
g. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga ujung kateter tidak terlihat
lagi.( untuk memastikan ketepatan kedalaman kateter)
h. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan (Mencegah
kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas)
i. Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan (menjamin ketepatan dosis dan mencegah
terjadinya efek samping)
j. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter (memudahkan dan mencegah iritasi dalam
pemasangan kateter)
k. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang hidung (mencegah kateter
terlepas dan menjamin ketepatan posisi kateter)
l. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis, dan kemungkinan
distensi lambung. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal mengering, epistaksis dan distensi
lambung. Deteksi dini mengurangi risiko efek samping)
m. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain jika mungkin
(mengurangi iritasi mukosa hidung,menjamin kepatenan kateter)

b. Kanul Nasal / Binasal / Nasal Prong


Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %. Persentase
O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada pemberian oksigen dengan nasal kanula
jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
• 1 Liter /min : 24 %
• 2 Liter /min : 28 %
• 3 Liter /min : 32 %
• 4 Liter /min : 36 %
• 5 Liter /min : 40 %
• 6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya
mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan
pernafasan mulut, bila pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu
inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan
oksigen yang diberikan melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila
klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat
diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang
digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2,
bahkan hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput
lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan
yang terlalu ketat. Cara pemasangan :
a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul yang elastis sampai
kanul benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi klien.(Membuat aliran oksigen
langsung masuk ke dalam saluran nafas bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul pada
tempatnya apabila kanul tersebut pas kenyamanannya)
b. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai yang
diprogramkan (1–6 L/mnt.) (Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran
mukosa oral serta sekresi jalan nafas)
c. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian pasien
(Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala tanpa kanul tercabut dan mengurangi
tekanan ujung kanul pada hidung)
d. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi aqua steril setiap
waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan aliran oksigen, mencegah inhalasi oksigen tanpa
dilembabkan)
e. Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus,epistaksis dan permukaan
superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan kulit. (terapi oksigen menyebabkan
mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan epistaksis. Tekanan pada telinga akibat selang kanul
atau selang elastis menyebabkan iritasi kulit)
f. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah
hilang (Mengindikasikan telah ditangani atau telah berkurangnya hipoksia)

c. Sungkup Muka Sederhana


Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan alat pemberian oksigen
jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen
40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida karena akan
memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2
keluar dari masker.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
• 5-6 Liter/min : 40 %
• 6-7 Liter/min : 50 %
• 7-8 Liter/min : 60 %
Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak memungkinkan untuk makan dan
batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat
menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan
tersedia untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu (syarat terapi oksigen adalah
jalan nafas harus bebas, jalan nafas yang bebas menjamin aliran oksigen lancar)
b. Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan pemasangan)
c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan kebutuhan 5-8
liter/menit (Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan membran mukosa oral serta
sekresi jalan nafas, menjamin ketepatan dosis, dan mencegah penumpukan CO2 )
d. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan kain kasa pada
daerah yang tertekan ( mencegah kebocoran sungkup, mencegah iritasi kulit akibat tekanan)
e. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk
mencegah iritasi kulit.

d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing


Rebreathing mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 – 60% dengan aliran 6 – 15
liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur dengan
udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan hampir
menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah
iritasi kulit.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
• 6 : 35 %
• 8 : 40 – 50 %
• 10 – 15 : 60 %
Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir.
Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen bisa terlipat atau terputar
atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien akan
menghirup sejumlah besar karbondioksida. Pasien tidak memungkinkan makan minum atau
batuk dan menyekap, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat.
Caranya :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi
b. Atur posisi pasien
c. Menghubungkan selang oksigen pada humidifier
d. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan kebutuhan
e. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan.
f. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup
minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Sesuai dengan aliran O2 kantong akan terisi waktu
ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi (mencegah kantong terlipat, menjaga kepatenan
sungkup, mencegah penumpukan CO2 yang terlalu banyak)
g. Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas telinga.(menjaga
kepatenan sungkup, mencegah iritasi mata)
h. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat (untuk
mencegah iritasi kulit)
i. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam.(observasi terhadap iritasi,muntah,aspirasi akibat
terapi, dan menjaga kenyamanan pasien)
j. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah infeksi,
meningkatkan kenyamanan)

f. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing


Non rebreathing mask
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen
yang tinggi mencapai 90 % dengan aliran 6 – 15
liter/mnt. Pada prinsipnya udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi
dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau
lebih katup, sehingga dalam kantong konsentrasi
oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah
iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan total. Perawat harus menjaga agar semua
diafragma karet harus pada tempatnya dan tanpa tongkat.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
• 6 : 55 – 60
• 8 : 60 - 80
• 10 : 80 – 90
• 12 – 15 : 90
Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian :
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen bisa terlipat atau
terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak memungkinkan makan, minum atau batuk,
bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada pasien tidak sadar dan anak-anak. Cara
memasang :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi (k/p)
b. Atur posisi pasien
c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan kebutuhan.(menjaga
kelembaban udara, mencegah iritasi mukosa jalan nafas dan mulut)
d. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan , terapi oksigen dengan sungkup non rebreathing
mempunyai efektifitas aliran 6-7 liter/menit dengan konsentrasi O2 (FiO2) 55-90 % (menjaga
kepatenan sungkup, menjamin ketepatan dosis)
e. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup
minimal 2/3 bagian kantong reservoir. (mencegah kantong terlipat, terputar)
f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati bagian atas telinga.
(mencegah kebocoran sungkup)
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat (untuk
mencegah iritasi kulit).
h. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam. (observasi terhadap iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi,
dan menjaga kenyamanan pasien)
i. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat, mencegah infeksi,
meningkatkan kenyamanan)

2. Sistem Aliran Tinggi


Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2 atau 3 kali volume
inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola nafas pendek dan pasien dengan PPOK
yang mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih
stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat
menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh sistem aliran tinggi :
a. Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow low concentration)
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi yang tepat
melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara
ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker venturi menerapkan
prinsip entrainmen udara (menjebak udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang
tinggi dengan pengayaan oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff
perforasi, membawa gas tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini
memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada
kedalaman dan kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik ( CO2 yang
tinggi ) seperti PPOK yang terutama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada
pasien hypoksemia sedang sampai berat.
FiO2 estimation
Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005, estimasi FiO2 venturi mask merk
Hudson :
Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )
• Biru : 2 : 24
• Putih : 4 : 28
• Orange : 6 : 31
• Kuning : 8 : 35
• Merah : 10 : 40
• Hijau : 15 : 60
Keuntungan
• Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai dengan petunjuk pada alat.
• FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan O2 analiser.
• Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.
• Tidak terjadi penumpukan CO2.
Kerugian
• Mengikat
• Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir kedalam mata.
• Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien makan, minum,
atau minum obat.
• Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak mengganggu konsentrasi
O2.
Caranya :
a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi
b. Atur posisi pasien
c. Membuka aliran regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai dengan kebutuhan
d. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi O2 dengan masker venturi
mempunyai efektifitas aliran 2-15 liter/menit dengan konsentrasi O2 24- 60 % (Metode ini
memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada
kedalaman dan kecepatan pernafasan)
e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut
f. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala melewati bagian atas telinga
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk
mencegah iritasi kulit.

b. Bag and Mask / resuscitator manual


Digunakan pada pasien :
• Cardiac arrest .
• Respiratory failure
• Sebelum, selama dan sesudah suction
Gas flows 12 – 15 liter, selama resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi
dengan reservoir harus digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %.
Dianjurkan selang yang bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi.
Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk pemberian oksigen
yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga
memberikan jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima oksigen
tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan adalah vital :
• Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT )
• Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
• Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak
Hal – hal yang harus diperhatikan :
• Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan apakah terjadi
distensi abdomen
• Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru
• Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau spasme bronkus yang
memburuk.
Syarat – syarat Resusitator manual :
• Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut
• Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi terhadap muntah /
darah yang dapat mengakibatkan aspirasi
• Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut
• Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.
Large Volume Aerosol Sistem
a. Selang T / T piece / Briggs adaptor
Oksigen dialirkan ke humidifier, aliran harus cukup tinggi untuk menutup ventilasi pasien per
menit. Dengan Oksigen T- piece memungkinkan pelembaban untuk selang ETT ( Endo Trakeal
Tube ) atau trakeostomi.Tidak akan menimbulkan kondensasi dalam selang. Pada
pemakaiannya, kabut harus terlihat pada ekshalasi akhir. Flow rate yang direkomendasikan
adalah 10 liter/menit dengan nebuliser set untuk menjaga inspired oxygen concentration (FiO2)

b. Sungkup terbuka / Face tent


Sama dengan selang T, digunakan untuk memberikan pelembaban pada pasien di ruang
pemulihan atau setelah ekstubasi. Bila pasien merasakan masker terlalu menyekap, maka masker
wajah harus ditambahkan. Konsentrasi 40% dengan aliran 10-15 L/mnt (Hudak & Gallo,1997),
8-12 liter/menit : 28%-100%.
Keuntungan
Lebih nyaman untuk anak, dapat digunakan sebagai alternatif pemberian aerosol, dapat
memberikan kelembaban yang tinggi.
Kerugian
Posisi face tent sulit dipertahankan, FiO2 sulit dikontrol.

c. Collar trakeostomi
Keuntungan :
• Sama dengan selang T, Memberikan pelembaban untuk pasien dengan trakeostomi,
• Gelang – gelang adaptor mencegah bunyi gemuruh selang trakeostomi.
• Bagian depan memungkinkan penghisapan tanpa melepas masker.
• Kondensasi dalam collar dapat dialirkan ke dalam selang pasien.
Kerugian :
• Sekresi dan lapisan kulit sekitar stoma dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.

11. Keamanan (untuk pasien dan perawat)


Untuk pasien :
- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran pernapasan
- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril
- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api
Untuk perawat :
- Memakai sarung tangan ketika memakaikan kepada pasien

12. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan


a. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan pengetahuan,
penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas, perubahan warna kulit, peningkatan
saturasi oksigen
b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk
menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika : Nilai PaO2 dan PaCO2
yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 – 5 ) x FiO2
c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa hidung
terhadap iritasi.
d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi oksigen
yang lain
e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada pasien .
f. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2
yang diberikan.

Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia, vol. 8, Jakarta:
EGC
Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC
-. “ Terapi Oksigen”. Style sheet : http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/ (diakses pada tanggal
6 April 2011 pukul 16.45)
Harahap, Ikhsanuddin A. “ Terapi Oksigen Dalam Asuhan Keperawatan”. Style sheet:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3583/1/keperawatan-ikhsanuddin2.pdf
(diakses pada tanggal 6 April 2011 pukul 17.00 WIB)
Rogayah, Rita. “ The Principle Of Oxygen Therapy”. Style Sheet :
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/b7a62fa24517bbe0b763b562cb6e40946d3c4650.pd
f . (diakses pada tanggal 6 April 2011 pukul 17.15 WIB)

Terapi Oksigen http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2104118-terapi-


oksigen/#ixzz1IjZIcDcn
http://www.dokter-kita.com/harian/terapi-oksigen/

Anda mungkin juga menyukai