Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita Bawah Garis Merah


Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang saat ditimbang
berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu
Menuju Sehat (KMS). Berat badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM)
pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi
buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena
ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu
dibawah garis merah pada KMS. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM)
bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk
konfirmasi dan tindak lanjut. Hal ini tidak berlaku pada anak dengan berat
badan awalnya sudah berada dibawah garis merah. 2, 3, 4
B. Status Gizi
Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan
dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang
terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan
bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh.2
Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan
riwayat diet.5
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu.6 Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. 7
C. Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah kartu yang memuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan

menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan


gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. 8
KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana
utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah
serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara
teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisisan KMS,
menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan
dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. 8
Manfaat KMS-Balita adalah : 8
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke
Puskesmas/Rumah Sakit.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
D. Cara Memantau Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan
sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk
grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu
naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.8
1. Balita naik berat badannya (N) bila :
Balita naik (N) bila:
a. Grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau,

b.

Kenaikan berat badan sama dengan KBM (Kenaikan berat badan

minimal) atau lebih.


Tabel 1. KBM untuk laki-laki 8
Usia 1 bulan
Usia 2 bulan
Usia 3 bulan
Usia 4 bulan
Usia 5 bulan
Usia 6 dan 7 bulan
Usia 8-11 bulan
Usia 12-60 bulan

800 gram
900 gram
800 gram
600 gram
500 gram
400 gram
300 gram
200 gram

Tabel 2. KBM untuk Perempuan 8


Usia 1 bulan
Usia 2 bulan
Usia 3 bulan
Usia 4 bulan
Usia 5 bulan
Usia 6 bulan
Usia 7-10 bulan
Usia 11-60 bulan

800 gram
900 gram
800 gram
600 gram
500 gram
400 gram
300 gram
200 gram

Gambar 1. Indikator KMS bila balita naik berat badannya 8


6

2. Balita tidak naik berat badannya (T) bila :


a. Garis pertumbuhannya mendatar atau menurun memotong garis
pertumbuhan dibawahnya, atau,
b. Kenaikan berat badan kurang dari KBM (Kenaikan Berat Badan
Minimal).

Gambar 2. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya 8

3. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita


mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, dimana berat
badan balita dibawah garis merah KMS sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/ Rumah Sakit. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah
(BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita
gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk,
karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang
selalu dibawah garis merah pada KMS.

Gambar 3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah 8

4. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik, artinya balita
mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 4. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil 8

5. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Gambar 5. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan 8

6. Balita sehat, bila: Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna
atau pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 6. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat 8

Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola


pertumbuhan berat badan balita bukan Berat Badan per Umur. Berat Badan di
Bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi
sebagai peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya, tetapi perlu diingat
tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah
garis merah. Naik-turunya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada
KMS. Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan balita serta promosinya, bukan untuk
penilaian status gizi. Hasil penimbangan balita di Posyandu hanya dapat
dimanfaatkan atau digunakan untuk: 8
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan individu balita dengan
melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T)
atau BGM
2. Perkiraan perkembangan dan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu
dengan melihat persentase balita yang Naik Berat Badannya
dibanding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D),
termasuk juga persentase balita yang BGM di banding dengan
keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D).
3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.
4. Pembinaan kegiatan Posyandu dengan menilai cakupan program dan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu.
E. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
1. Pendapatan Keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan
gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah
orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan
adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari
seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

10

Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung


ikut membaik juga. Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan
apa yang akan dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi
penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut
dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan
pangan lainnya. Jadi penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas
dan kualitas. 9, 10

2. Tingkat Pengetahuan Gizi ibu


Menurut

Achmad

Djaeni

dalam

penelitian

Lailatul

memyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan


seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin
banyak

pengetahuan

gizi

seseorang,

maka

ia

akan

semakin

memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk


dikonsumsi. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan
semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh
anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat
meningkatkan

kesejahteraan

anggota

keluarga,

sehingga

dapat

mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga.9, 10


3. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat
pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan
kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan
gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berpengaruh
pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan,
kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal.
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka

11

peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode


penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga, pendidikan
diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi
didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. 9, 10
4. Akses Kesehatan
Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan
kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita
hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering
melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang
melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses
kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat
membantu meningkatkan derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan
masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi
masyarakat akan terpenuhi. 9, 10
5. Status Kesehatan
Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama, dan bila
bekerja bersama-sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan bila kedua faktor tersebut masing-masing bekerja sendirisendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi
memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi.
Kuman-kuman yang tidak terlalu berbahaya pada anak-anak dengan gizi
baik, akan bisa menyebabkan kematian pada anak-anak dengan gizi
buruk. 9, 10
Gangguan gizi dan rawan infeksi merupakan suatu pasangan
yang erat. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui
beberapa

cara

yaitu:

mempengaruhi

nafsu

makan,

dapat

juga

menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare atau muntahmuntah, atau mempengaruhi metabolisme dan banyak cara lagi. 9, 10
12

Faktor-faktor yang mempenaruhi status gizi yang telah


dijelaskan diatas dapat digambarkan melalui skema yang terdapat pada
Gambar 7 dan Gambar 8.

Pendapatan Keluarga
Pola Makan:
Pemilihan Bahan Makanan Pada Balita
Karbohidrat

Jumlah Anggota Keluarga

Protein

Pemberian Makanan Pada BalitaVitamin A


Fe (besi)

Budaya
Setempat

Genetik

Status Gizi

Pengetahuan Gizi Ibu

Pendidikan Ibu

Pelayanan Kesehatan

Penyakit Infeksi

Gambar 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita 9


Dari Gambar 8 dapat dijelaskan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi status gizi, yaitu yang memberikan pengaruh langsung dan
tidak langsung. Faktor yang memberikan pengaruh langsung adalah konsumsi
makanan dan adanya penyakit infeksi atau tidak. Sedangka faktor yang
memberikan pengaruh tidak langsung adalah daya beli keluarga, ketersediaan
pangan, pola konsumsi, pola distribusi, perilaku hidup sehat dan bersih, akses

13

ke pelayanan kesehatan (man, money, material, mechine, methode, P1, P2,


dan P3). Keadaan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
keluarga tentang gizi, keadaan sosial, budaya, dan ekonomi.

STATUS GIZI

Konsumsi makanan
Pengukuran Antropometri (BB/U) Penyakit infeksi dan parasit
Penyuluhan gizi/peran serta masyarakat

Daya beli

Perilaku hidup
Tersedia
bersih
& terjangkaunya
dan sehat
pelayanan kesehatan dan gizi (5M,

Ketersediaan pangan di keluarga & masyarakat


Pola konsumsi
Pola distribusi

Tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan gizi

Sosial-Budaya-Ekonomi

SUMBER DAYA

Gambar 8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi. 10

14

F. Status Gizi Dan Kartu Menuju Sehat


Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, tidak
benar apabila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah
Gizi Buruk, karena: 8
1. Kartu Menuju Sehat (KMS) hanya di pergunakan untuk pemantauan
pertumbuhan

perkembangan

balita

NAIK,

TURUN

dan

BGM.

Sementara Penentuan status gizi buruk atau Status Gizi merupakan


assesment status gizi seseorang dengan menggunakan tabel antropometri,
walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan menurut Umur
(BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri hanya ada 4
kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk.
2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk,
tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena
ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu
dibawah garis merah pada KMS.
3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan
pendekatan

Antropomteri

atau

keduanya

menggunakan

hasil

penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan
G. Kerangka Teori
1. Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem
untuk mencari penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah.
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak
sesuai standar minimal. Hal penting pada upaya pemecahan masalah
15

adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan


penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat
terjadi pada input, proses, maupun lingkungan. Adapun sistem yang
diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan yang dijabarkan
sebagai berikut: 11

Gambar 9. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem 11


2. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang
diharapkan, dengan yang dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan
keinginan untuk memecahkannya. 11
Urutan dalam siklus pemecahan masalah: 11
a. Identifikasi/inventarisasi masalah

16

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,


menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja.
Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung
atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan
antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang
diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
b. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau
kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah
hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.
c. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas
maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah.
d. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa
alternatif

maka

digunakan

metode

Matrix

untuk

menentukan/memilih pemecahan terbaik.


e. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA
(Plan of Action atau Rencana Kegiatan)
f. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan
dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.
3. Analisa Penyebab Masalah

17

Analisa penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan


kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini : 11

Gambar 10. Diagram Fish Bone 11


4. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah 11
Setelah melakukan analisis penyebab, maka langkah selanjutnya
yaitu menyusun alternatif pemecahan masalah.
5. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks 11
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah,

maka

selanjutnya diakukan penentuan prioritas alternatif masalah dengan


metode kriteria matriks M x I x V / C. Berikut ini proses penentuan
alternatif pemecahan masalah dengan metode kriteria matriks:
a. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Semakin besar (banyak) penyebab
masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakin efektif.

18

b. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Semakin


penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka
semakin efektif.
c. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah.
Semakin sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif
d. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan
masalah diberi nilai 1-5.
6. Pembuatan Plan of Action dan Gan Chart 11
Setelah melakukan penentuan pemecahan

masalah

maka

selanjutnya dilakukan pembuatan plan of action serta Gan chart, hal ini
bertujuan untuk menentukan perencanaan kegiatan.

19

Anda mungkin juga menyukai