Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

HIPERBARIK OKSIGEN TERHADAP ARGININE

Pembimbing :

Mayor Laut (K/W) Dr. Titut Harnanik, dr., M.Kes

Penyusun :

Diantin wulan safitri 201704200227

Azolla Viola Charadian 20190420062

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

LAKESLA DRS. R. MED. RIJADI S., PHYS

SURABAYA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul “Hiperbarik oksigen terhadap arginine” telah diperiksa


dan disetujui sebagai salah satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan
studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian LAKESLA Drs. R. Med. Rijadi S.,
Phys.

Mengesahkan,

Dosen Pembimbing

Mayor Laut (K/W) Dr. Titut Harnanik, dr., M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan topik
“Hiperbarik oksigen terhadap arginine” dengan lancar. Case report ini
disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik di bagian LAKESLA Drs. R. Med. Rijadi S., Phys, dengan harapan
dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pengetahuan
penulis maupun pembaca.

Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada:

A. Mayor Laut (K/W) Dr. Titut Harnanik, dr., M.Kes


B. Para dokter di bagian LAKESLA Drs. R. Med. Rijadi S., Phys Surabaya.
C. Para perawat dan pegawai di LAKESLA Drs. R. Med. Rijadi S., Phys
Surabaya.
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, 6 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 6
2.1 Terapi Hiperbarik Oksigen ......................................................................... 6
2.1.1 Definisi HBOT ..................................................................................... 6
2.1.2 Sejarah HBOT .................................................................................... 6
2.1.3 Prinsip HBOT ..................................................................................... 8
2.1.4 Macam Chamber HBOT ..................................................................... 8
2.1.5 Mekanisme Kerja HBOT ..................................................................... 9
2.1.6 Indikasi HBOT .................................................................................. 10
2.1.7 Kontraindikasi HBOT ........................................................................ 11
2.1.8 Komplikasi HBOT ............................................................................. 11
2.2 Arginin ..................................................................................................... 12
2.2.1 Definisi Arginin.................................................................................. 12
2.2.2 Sumber Arginine ............................................................................... 12
2.2.3 Fungsi Arginine................................................................................. 13
2.2.4 Metabolisme Arginine ....................................................................... 13
2.3 Hubungan HBOT dengan Arginin ............................................................ 16
BAB 3 Kerangka Konseptual ................................................................................. 18
BAB 4 Kesimpulan ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 21
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Domicilium pada tahun 1662 yang di buat oleh Henshaw (Gunes
2019). .................................................................................................................. 7
Gambar 2.2 Steel Ball Hospital yang di dirikan oleh dr. Chunningham di
Lawrence, Kansas pada tahun 1928 (Gunes 2019) ............................................. 7
Gambar 2.3 Multi Place Pressure Chamber (Gunes 2019) .................................. 9
Gambar 2.4 Mono Place Pressure Chamber (Gunes 2019) ................................. 9
Gambar 2.5 Katabolisme Arginine (Hsu 2019) ................................................... 14
Gambar 2.6 Siklus Urea (Rodwell et al. 2015) ................................................... 15
Gambar 2.7 Proses sintesis NO dari Arginine .................................................... 16

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

Terapi Oksigen Hiperbarik adalah metode terapi yang melibatkan ruangan


bertekanan tiga sampai empat kali lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Tekanan ini dicapai dalam suatu ruang tertutup yang disebut Chamber
Hiperbarik. Terapi ini dilakukan dengan cara menghirup oksigen murni
melalui suatu masker wajah dan dilakukan pada chamber hiperbarik yang
mana memiliki tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer normal (Gunes
2019).

Secara klinis terapi hiperbarik telah banyak di pergunakan untuk


mengatasi berbagai macam penyakit contohnya seperti mengobati
insufiensi arteri dan luka yang tidak kunjung sembuh (Delayed radiation
injury) (Lam et al., 2017)

Arginin adalah asam amino semi esensial yang berperan sebagai


prekursor berbagai macam sintesis suatu molekul seperti nitrat oksida,
urea, polyamine, proline dan glutamate. Arginin di katabolisme
menggunakan 5 grup enzim yang berbeda salah satunya adalah NOS
yang akan menghasilkan nitrit oksida. (Hsu 2019).

NO sendiri memliki fungsi antara lain yaitu sebagai pengendalian


apoptosis jaringan, neurotransmitter, pengatur tekanan darah, perbaikan
luka dan respon imun (Farisi et al. 2017). Oleh karena itu berdasarkan
pemaparan tersebebut, kami sangat tertarik untuk membuat makalah ini
bertujuan agar dapat mengetahui hubungan pemberian terapi oksigen
hiperbarik terhadap Arginine.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Hiperbarik Oksigen

2.1.1 Definisi HBOT


Terapi Oksigen Hiperbarik adalah metode terapi yang
melibatkan ruangan bertekanan tiga sampai empat kali lebih
tinggi dari tekanan atmosfer. Tekanan ini dicapai dalam
suatu ruang tertutup yang disebut Chamber Hiperbarik.
Terapi ini dilakukan dengan cara menghirup oksigen murni
melalui suatu masker wajah dan dilakukan pada chamber
hiperbarik yang mana memiliki tekanan lebih tinggi dari
tekanan atmosfer normal (760 mm Hg atau 1ATA)(Gunes
2019).

2.1.2 Sejarah HBOT


HBOT telah dikenal sejak tahun 1600-an dimana
chamber hiperbarik pertama yang diketahui dalam catatan
sejarah disebut 'Domicilium' yang dibuat pada tahun 1662
oleh seorang peneliti bernama Henshaw. Pada tahun 1928
seorang anestesiologi bernama Dr Cunningham mendirikan
rumah sakit hiperbarik di Lawrence, Kansas yang pada masa
itu di kenal dengan nama Steel Ball Hospital. Steel Ball
Hospital di perkirakan memiliki berat 900 ton dan terdiri dari
enam lantai dengan lebar 64 feet serta memiliki tekanan
hingga 3 kali tekanan atmosfer normal. Namun 2 tahun
kemudian rumah sakit ini di tutup karena secara ilmiah
dianggap tidak cocok terhadap beberapa penyakit dan
akhirnya hancur pada perang dunia kedua(Gunes 2019)
Pada tahun-tahun selanjutnya penelitian tentang
HBOT tetap berlanjut, salah satu penelitian dilakukan oleh
Paul Bert mengenai efek HBOT pada sistem saraf pusat dan
paru. Pada 1935, Behnke menunjukkan bahwa penyebab

6
dari penyakit dekompresi adalah gas nitrogen. Behnke dan
Shaw berhasil mengobati penyakit dekompresi dengan
HBOT(Gunes 2019)

Gambar 2.1 Domicilium pada tahun 1662 yang di buat oleh Henshaw
(Gunes 2019)

Gambar 2.2 Steel Ball Hospital yang di dirikan oleh dr. Chunningham
di Lawrence, Kansas pada tahun 1928 (Gunes 2019)

7
2.1.3 Prinsip HBOT
Menurut sebagian besar aplikasi terapi hiperbarik
diturunkan secara langsung dari prinsip hukum fisika yang
dikembangkan selama berabad-abad yang meliputi :
1. Hukum Boyle, teori kompresibilitas menyatakan bahwa
pada suhu konstan, volume gas berbanding terbalik
dengan tekanan.
2. Hukum Dalton, hukum tekanan parsial menyatakan
bahwa tekanan dari campuran gas dapat dianggap
sebagai jumlah tekanan parsial dari gas konstituen,
3. Hukum Henry, menjelaskan patogenesis penyakit
dekompresi dan peran Oksigen Hiperbarik dalam
perawatannya.
(Amine et al. 2018)

2.1.4 Macam Chamber HBOT


Menurut Gunes 2019 macam chamber hiperbarik
dibagi menjadi 2 macam, yang meliputi :
1. Multi Place Pressure Chamber
Pada multi-place pressure chamber dapat mengobati
beberapa pasien pada waktu bersamaan dengan
memakai masker atau tabung endotrakeal pada tiap tiap
pasien. Pada chamber tersebut dapat menyediakan alat
perawatan intensif dasar seperti jarum suntik, ventilator
dan monitarization yang dapat digunalan bila terdapat
pasien yang membutuhkan dengan bantuan paramedic
yang mendampingi. Kerugian multi-place pressure
chamber adalah biaya yang mahal.
2. Mono Place Pressure Chamber
Pada mono-place pressure chamber pasien tidak
perlu menggunakan masker atau intubasi endotrakeal,
sehingga pasien yang menderita luka bakar pada wajah
dan laringektomi dapat melalukan terapi HBOT.

8
Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari mono-place
pressure chamber adalah perangkat yang mobile.
Kerugian dari jenis perangkat ini adalah dapat
menyebabkan claustrophobia pada pasien serta memiliki
resiko lebih tinggi untuk terjadi kebakaran.

Gambar 2.3 Multi Place Pressure Chamber (Gunes 2019)

Gambar 2.4 Mono Place Pressure Chamber (Gunes 2019)

2.1.5 Mekanisme Kerja HBOT


Mekanisme kerja dari HBOT menurut (Gunes 2019) antara
lain :
1. Efek tekanan: mengurangi volume gelembung gas
memungkinkan mereka untuk bergerak bebas melalui
pembuluh darah kecil sehingga mengurangi

9
kemungkinan infark. Efek ini membantu dalam emboli
gas dan penyakit dekompresi.
2. Efek meningkatkan tekanan oksigen: administrasi
oksigen pada tekanan tinggi membantu dalam
penghapusan cepat gas beracun seperti karbon
monoksida, maka digunakan dalam pengobatan
keracunan karbon monoksida.
3. Efek vasokonstriksi reaktif: HBO bertindak sebagai agen
Alfa-adrenergic ini menyebabkan vasokonstriksi reaktif
dalam pembuluh kecil sehingga mengurangi
vascularoedema tanpa mengubah oksigenasi jaringan
normal. Properti ini membantu dalam pengelolaan cedera
menghancurkan parah dan luka bakar termal.
4. Efek antibakteri: mekanisme pertahanan yang paling
antibakteri tergantung pada oksigen, HBO
mengoptimalkan sifat anti infeksi neutrofil
polimorfonuklear melalui pembentukan enzim dan
superoksida ion.
5. Efek anti-iskemik: terapi HBO mengakibatkan kelebihan
oksigen terlarut dalam darah juga meningkatkan
deformabilitas sel darah merah, yang memungkinkan
mereka untuk mencapai jaringan iskemik.
6. Efek penyembuhan: HBO mempromosikan pertumbuhan
osteoklast dan osteoblast, memfasilitasi sintesis kolagen
merangsang angiogenesis sehingga digunakan dalam
pengelolaan lesi refraktori, osteoradionecrosis, luka bakar
ekstensif dan grafts dikompromikan.

2.1.6 Indikasi HBOT


Menurut Lam et al,.2017 Indikasi Terapi HBO adalah sebagai
berikut :
a. Emboli gas atau udara.

10
b. Keracunan Karbon Monoksida.

c. Decompression Sickness Syndrome.

d. Myositis dan myonecrosis clostridial.

e. Insuffisiensi Arterial.

f. Anemia Berat.

g. Abses Intrakranial.

h. Infeksi jaringan lunak nekrotik.

i. Osteomyolitis.

j. Acute thermal burn injury.

k. Delayed radiation injury (soft tissue and bony necrosis).

l. Idiopathic sudden sensorineural hearing loss.

2.1.7 Kontraindikasi HBOT


Menurut Lam et al., 2017 kontraindikasi HBOT terbagi
menjadi beberapa kategori, yaitu :
a. Kontra Indikasi Absolut : Pnemothorax yang tidak diobati.
b. Kontra Indikasi Relatif : Demam, Kejang, hipertiroid,
PPOK, Klaustrofobi.
c. Penyakit yang dapat menyebabkan dampak merugikan
mayor : kejang, CHF eksersebasi, edema paru dan
perubahan retina.
d. Penyakit yang dapat menyebabkan dampak merugikan
minor : barotrauma sinus dan telinga, myopia, percepatan
maturasi katarak.

2.1.8 Komplikasi HBOT


Menurut Nikitopoulou & Papalimperi 2015 komplikasi
yang dapat terjadi dalam HBOt antara lain terjadinya

11
barotrauma paru dan telinga tengah, fatigue, muntah,
reversible myopia, katarak, keracunan oksigen, sakit kepala,
hipoglikemia, trombositopenia, resiko terjadi kebakaran.

2.2 Arginin

2.2.1 Definisi Arginin


Arginin adalah asam amino semi esensial yang
berperan sebagai prekursor berbagai macam sintesis suatu
molekul seperti nitrat oksida, urea, polyamine, proline dan
glutamate (Hsu 2019).

2.2.2 Sumber Arginine


Arginin secara biologis berasal dari tiga sumber yaitu
daur ulang asam amino yang berasal dari trunover protein
seluler normal sekitar 80%, asupan makanan (4-6 g per
hari), dan sintesis de novo dari senyawa prekursor arginine
(10-15% arginine di hasilkan melalui konversi citrulin menjadi
arginine). Namun tubuh manusia menyediakan enzim yang
mampu mensintesis arginin secara internal, dan oleh karena
itu arginine merupakan asam amino esensial yang tidak
perlu diperoleh dari diet (Albaugh et al, 2017; Hsu, 2019).
Sumber makanan yang kaya arginine diantaranya seperti
makanan laut, semangka, kacang-kacangan, biji-bijian,
algae, dan daging merah (Albaugh et al, 2017).
Pada sintesis de novo terjadi konversi sitrulin menjadi
arginine melalui dua tahap proses enzimatik dengan
argininosucsinate synthase (ASS) dan argininosucsinate
lyase (ASL) pada intestine-renal axis yang mana selain
berasal dari diet, citrulin juga dapat disintesis dari glutamine,
glutamate dan orthinin pada mitokondria enterosit usus halus
yang akan menghasilkan carbamil phosphatase synthetase I
dan orthinine transcarbamylase sehingga menghasilkan
citrulin yang nantinya akan di keluarkan dalam sirkulasi dan

12
menuju ke tubulus proximal ginjal untuk proses sintesis
arginine (Hsu 2019; Jr 2016).

2.2.3 Fungsi Arginine


Menurut Albaugh et al,. 2017 potensi terapeutik
arginine menurut hasil dari beberapa penelitian dapat
digunakan sebagai pengobatan beberapa penyakit berikut,
diantaranya :
a. Disfungsi seksual.
b. Hipertensi.
c. Nyeri ekstrim yang disebabkan keterbatasan aliran darah
pada penyakit pembuluh darah perifer.
d. CHF
e. Penyembuhan luka.
f. Terapi adjuvant dari kanker.
g. Meningkatkan imunitas tubuh.

2.2.4 Metabolisme Arginine


Arginine di katabolisme oleh 5 macam grup enzim
yang berbeda seperti nitrit oxide (NO) synthases (NOSs)
untuk menghasilkan NO, arginase I sebagai bagian dari
siklus urea, arginase II untuk sintesis orthinin, proline, dan
glutamate, dan arginine decarboxylase (ADC) untuk
generasi agmatine di otak dan ginjal, serta arginine glycine
amidinotransferase (AGAT) untuk menghasilkan
guanidinoacetate yang merupakan precursor creatinin.
Diantara 5 kelompok enzim tersebut, yang menghasilkan
arginine paling besar adalah kelompok arginase yang
berperan dalam siklus urea (Hsu 2019).

13
Gambar 2.5 Katabolisme Arginine (Hsu 2019)

a. Siklus Urea
Daur urea terdiri atas lima reaksi yang mengubah ammonia, CO2
dan nitrogen dari aspartat menjadi urea yang mana dua reaksi dalam
daur ini berlangsung di dalam mitokondria, sedangkan sisanya terjadi
di sitoplasma (Rodwell et al. 2015).
Dalam reaksi yang pertama, CO2 yang berada di dalam mitokondria
mengalami fosforilasi oleh ATP dan kemudian berkondensasi dengan
ammonia dengan menggunakan energi yang berasal dari hidrolisis
satu molekul ATP lainnya. Hasilnya terbentuklah karbamoil fosfat.
Reaksi ini adalah reaksi yang mengatur laju sintesis urea, dikatalisis
oleh karbamoil fosfat sintetase dan memerlukan N-asetil glutamat
sebagai suatu kofaktor (Rodwell et al. 2015).
Dalam reaksi kedua yang juga terjadi de dalam mitokondria,
karbamoil fosfat berkondensasi dengan ornitin sehingga terbentuklah
sitrulin dan fosfat bebas. Reaksi ini adalah reaksi kedua yang
mengatur laju sintesis urea. Selanjutnya sitrulin meninggalkan
mitokondria (Rodwell et al. 2015).
Di dalam sitoplasma sitrulin ini berkondensasi dengan aspartat dan
inilah reaksi yang ketiga. Dalam reaksi ini ATP diubah menjadi AMP

14
dimana arginosuksinat yang terbentuk sebagai produk diubah dalam
reaksi keempat menjadi arginin dan fumarat (Rodwell et al. 2015).
Fumarat dapat masuk ke dalam mitokondria dan dioksidasi menjadi
oksaloasetat melalui daur Krebs. Dengan transaminasi maka
aspartatpun terbentuk kembali. Arginin dihidrolisis untuk menghasilkan
urea dan ornitin. Ornitin ini kemudian masuk lagi ke dalam mitokondria
dan menyelesaikan daur (Rodwell et al. 2015),
Secara keseluruhan diperlukan empat ikatan fosfat kaya – energi
atau ekivalen ATP untuk sintesis satu molekul urea. Dua ikatan
diperlukan untuk menghasilkan karbamoil fosfat dan dua lagi untuk
kondensasi aspartat dengan sitrulin (Rodwell et al. 2015).

Gambar 2.6 Siklus Urea (Rodwell et al. 2015)

15
b. Sintesis Nitrit Oksida (NO)
Nitrat oksida (NO) merupakan suatu molekul yang bersifat radikal
bebas yang reaktif dan dikenal sebagai biomessenger. Dimana fungsi
lain dari NO adalah berperan sebagai pengendalian kematian sel,
neurotransmiter, pengatur tekanan darah, perbaikan luka, regulasi
transkripsi gen dan translasi mRNA, dan produksi modifikasi protein
(dengan ADP ribosilasi) dan respons system imun (Farisi et al. 2017).
NO diperoleh dari hasil biosintesis asam amino L-arginin oleh family
isoenzim NO synthase (NOS). Pada biosintesis NO diperlukan
sejumlah molekul oksigen, nicotinamide adenine
dinucleotidephosphate (NADPH), dan co-factors seperti heme,
flavinadeninedinucleotide (FAD), flavin mononucleotide (FMN), dan
tetrahydrobiopterin (BH4). Heme mengikat L-arginin dalam proses
biosintesis NO yang fungsi dari co-factor tersebut memainkan peran
sentral dalam siklus katalitik (Farisi et al. 2017).
Isoenzim NOS merubah L-arginin dengan proses oksidasi. Reaksi
oksidatif dari L-arginin tersebut terdiri dari 2 tahap yaitu yang pertama
menghasilkan produk antara berupa senyawa Nhydroxy-L-arginin
(LNOHA) dan kedua menghasilkan produk akhir L-citrulline dan NO
(Farisi et al. 2017).

Gambar 2.7 Proses sintesis NO dari Arginine

2.3 Hubungan HBOT dengan Arginin

Terapi hiperbarik adalah terapi yang dilakukan dengan cara


memberikan oksigen murni pada pasien menggunakan masker

16
yang dilakukan pada chamber hiperbarik bertekanan tiga sampai 4
kali lebih tinggi dari atmosfer permukaan, sehingga proses
pendistibusian oksigen menjadi lebih baik (Gunes 2019).
Arginine merupakan asam anino semi esensial yang dalam
proses katabolismenya di lakukan oleh 5 macam group enzim yang
berbeda, salah satunya adalah katabolisme arginine menggunakan
NOS untuk membentuk molekul nitrit oksida (NO) yang mana
dalam prosesnya memerlukan molekul oksigen, NADPH, dan
kofaktor lainnya seperti FAD, heme, FMN, BH4. Pada proses ini
akan terjadi oksidasi sehingga arginine akan diubah bentuknya
menjadi LNOHA yang akan mengakami oksidasi kembali dan
menghasilkan produk akhir berupa L-Citrulin dan nitrit oksida (NO).
NO sendiri memliki fungsi antara lain yaitu sebagai pengendalian
apoptosis jaringan, neurotransmitter, pengatur tekanan darah,
perbaikan luka dan respon imun (Farisi et al. 2017).

17
BAB 3

Kerangka Konseptual

HBOT

Tekanan Parsial
Arginine
O2

L-NOHA

O2 O2

L-Citrulin NO

Fungsi NO

: Negative feedback

18
Penjelasan Kerangka konseptual :

Pada terapi HBOT pasien diberikan oksigen murni melalui


masker yang dilakukan pada chamber hiperbarik yang memiliki tekanan 3-
4 kali lebih tinggi di bandingkan tekanan atmosfer, sehingga tekanan
parsial oksigen dalam tubuh akan meningkat.

Arginine dalam tubuh berasal dari 3 sumber, yaitu dari diet,


turnover protein tubuh, dan sintesis de novo yang menkonversi citrulin
menjadi arginine.

Peningkatan tekanan parsial dari oksigen akan meningkatan


reaksi oksigen terhadap arginine yang akan masuk keadalam siklus
sintesis nitrit oksida yang mana pada reaksi ikatan antara oksigen dan
arginine akan menghasilkan L-NOHA, sehingga peningkatan ikatan antara
oksigen dan arginine akan menyebabkan peningkatan pada L-NOHA. L-
NOHA akan mengalami proses oksidasi untuk menghasilkan L-Citrulin
dan Nitrit Oksida (NO), yang mana bila terjadi peningkatan pada produksi
L-NOHA pada tubuh menyebabkan peningkatan juga terhadap produksi L-
Citrulin dan nitrit oksida sehingga terjadi peingkatan fungsi dari nitrit
oksida seperti proses pengaturan tekanan darah, penyembuhan luka, dan
imunitas tubuh. Tetapi seiring meningkatanya produksi nitrit oksida, yang
berarti terjadi peningkatan ikatan arginine dan oksigen menyebabkan
adanya negative feedback terhadap jumlah kadar arginine dalam tubuh
sehingga jumlah arginine menjadi menurun.

19
BAB 4

Kesimpulan

Terapi Oksigen Hiperbarik adalah metode terapi yang melibatkan


ruangan bertekanan tiga sampai empat kali lebih tinggi dari tekanan
atmosfer. Tekanan ini dicapai dalam suatu ruang tertutup yang disebut
Chamber Hiperbarik. Terapi ini dilakukan dengan cara menghirup oksigen
murni melalui suatu masker wajah dan dilakukan pada chamber
hiperbarik yang mana memiliki tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer
normal (Gunes 2019).

Arginin adalah asam amino semi esensial yang berperan sebagai


prekursor berbagai macam sintesis suatu molekul seperti nitrat oksida,
urea, polyamine, proline dan glutamate. Arginin di katabolisme
menggunakan 5 grup enzim yang berbeda salah satunya adalah NOS
yang akan menghasilkan nitrit oksida. (Hsu 2019).

Dalam perjalaan sintesis nitrit oksida di butuhkan oskigen berikatan


dengan NOS untuk proses oksidasi yang akan mengubah arginine
menjadi L-NOHA dan kemudian melakukan oksidasi yang kedua kali
unyuk berubah menjadi L-Citrulin dan Nitrit oksida sebagai hasil akhir dari
proses sintesis NO (Farisi et al. 2017).

Pada HBOT dimana peningkatan kadar oksigen dalam tubuh


sehingga proses sintesis NO juga di harapkan akan mengalami
peningkatan sehingga fungsi NO seperti pengatur tekanan darah,
perbaikan luka dan respon imun serta perannya sebagai neurotransmitter
juga akan meningkat (Pons et al. 2017).

20
DAFTAR PUSTAKA

Albaugh, V.L., Barbul, A. & States, U. 2017, Arginine, pp. 1–5.

Amine, A., Oumri, E., Badi, H. & Khaloufi, S. 2018, Hyperbaric Oxygen Therapy :
Focus, pp. 15–20.

Farisi, S., Musfiroh, I., Farmasi, F. & Padjadjaran, U. 2017, Farmaka Farmaka,
vol. 15, pp. 1–15.

Gunes, A.E. 2019, Hyperbaric Oxygen Therapy, no. March.

Hsu, C. 2019, Impact of Arginine Nutrition and Metabolism during Pregnancy on


O ff spring Outcomes, pp. 1–15.

Jr, S.M.M. 2016, Arginine Metabolism Revisited 1 , 2, no. C, pp. 1–8.

Lam, G., Chiu, E.S. & Ross, F.L. 2017, Hyperbaric Oxygen Therapy: Exploring
the Clinical Evidence.

Nikitopoulou, T. St. & Papalimperi, A.H. 2015, Inspiring Journey of Hyperbaric


Oxygen Therapy , from the Controversy to the Acceptance by the Scientific
Community Abstract The Historical Evolution of HBOT, pp. 1–8.

Pons, A., Bescós, R., Sureda, A. & Tur, J.A. 2017, Metabolic Precursors of l-
Arginine Supplementation in Sports : A Focus on l- Metabolic Precursors of
L -Arginine Supplementation in Sports : A Focus on L -Citrulline and L -
Ornithine, no. January.

Rodwell, V.W., Bender, D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J. & Weil, P.A. 2015,
Harper’s Illustrated Biochemistry, 30 th., McGraw-Hill, New York.

21
LAMPIRAN

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai