Anda di halaman 1dari 26

PENGUNAAN TERAPI OKSIGEN DALAM KLINIK TABEL 6

US NAVY

Mata Kuliah : Hiperbarik

Dosen Pembimbing:
Ns. Vanny Mokalu S.Kep, M.Pd Hboc

Oleh:
Kelompok 13
Masya Indriani Simon 18170050
Meiti Namangge 18170052
Moh Vikri Dilapanga 18170054
Muh Chaidir Yunus 18170057
Muh Dedi Budiaro 18170059
Tiara Paputungan 18170077

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera bagi kita semua...


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan
rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas kelompok dalam membuat makalah yang berjudul “Pengunaan Terapi
Oksigen Dalam Klinik Tabel 6 Us Navy.” Makalah ini disusun sebagai bahan
materi yang dilakukan secara online.
Makalah disususun berdasarkan hasil pengupulan data dari beberapa buku
panduan yang ada, serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs
internet, dan yang lainnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu dengan adanya bantuan dari semua pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan
semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada makalah ini, maka kami mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen
pembimbing serta teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan
makalah kami agar dapat bermamfaat bagi seluruh pembaca.
Damai dihati..Syalom

Penyusun
Manado, 05 Oktober 2020

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Masalah............................................................................................2
C. Manfaat........................................................................................................3
BAB II : Pembahasan ..............................................................................................4
A. Aplikasi .......................................................................................................4
B. Peralatan ......................................................................................................4
C. Satuan pengukuran yang digunakan dalam pengobatan hiperbarik.............7
D. Jadwal perawatan ruang hiperbarik .............................................................8
BAB III: Jurnal .....................................................................................................14
BAB IV : PENUTUP ............................................................................................21
A. Kesimpulan ...............................................................................................21
B. Saran .........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kompresi ulang korban selam yang menunjukkan gejala penyakit
dekompresi telah menjadi pengobatan pilihan sejak akhir tahun 1800-an.
Penerimaan ini terutama didasarkan pada pengalaman klinis. Prosedur
dekompresi John Scott Haldane dan tabel terkait yang dikembangkan pada
awal tahun 1900-an sangat mengurangi kejadian penyakit dekompresi, tetapi
tidak menghilangkannya seluruhnya. Itu, dan tetap, diperlukan untuk
mengobati insiden penyakit dekompresi.
Kompresi ruang hiperbarik
Selama pembangunan Jembatan Brooklyn , pekerja dengan penyakit
dekompresi dikompresi ulang di ruang besi yang dibangun untuk tujuan ini.
Mereka dikompresi ulang ke tekanan yang sama dengan yang mereka alami
saat bekerja, dan ketika rasa sakitnya hilang, dikompresi perlahan ke tekanan
atmosfer.
Meskipun kompresi ulang dan dekompresi lambat adalah pengobatan yang
diterima, belum ada standar untuk tekanan kompresi ulang atau tingkat
dekompresi. Ini berubah ketika tabel standar pertama untuk perawatan
kompresi ulang dengan udara dipublikasikan di US Navy Diving Manual
pada tahun 1924. Tabel ini tidak sepenuhnya berhasil - ada tingkat
kekambuhan 50%, dan perawatan, meskipun cukup efektif untuk kasus-kasus
ringan, adalah kurang efektif dalam kasus yang serius.
Seri percobaan manusia tahun 1945.
Hasil lapangan menunjukkan bahwa tabel perawatan oksigen tahun 1944
belum memuaskan, sehingga serangkaian tes dilakukan oleh staf dari Institut
Penelitian Medis Angkatan Laut dan Unit Selam Eksperimental Angkatan
Laut menggunakan subjek manusia untuk memverifikasi dan memodifikasi
tabel perawatan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan tabel perlakuan oksigen udara
100 kaki dan tabel perlakuan udara 100 kaki, yang terbukti memuaskan.

1
Tabel lainnya diperpanjang hingga menghasilkan hasil yang memuaskan.
Tabel yang dihasilkan digunakan sebagai perlakuan standar selama 20 tahun
ke depan, dan tabel ini serta sedikit modifikasi diadopsi oleh angkatan laut
dan industri lain. Seiring waktu, bukti terkumpul bahwa keberhasilan tabel ini
untuk penyakit dekompresi parah tidak terlalu baik.
Tingkat keberhasilan yang rendah ini mengarah pada pengembangan tabel
pengobatan oksigen oleh Goodman dan Workman pada tahun 1965,
variasinya masih digunakan secara umum sebagai pengobatan definitif untuk
sebagian besar kasus penyakit dekompresi.
Dalam kompresi ulang air
Sejarah: Penyelam mutiara
Perawatan DCS menggunakan Tabel Perawatan Angkatan Laut AS 6
dengan oksigen pada jarak 18m adalah perawatan standar . Penundaan
pengobatan yang signifikan, transportasi yang sulit, dan fasilitas dengan
pengalaman terbatas dapat menyebabkan seseorang mempertimbangkan
pengobatan di tempat. Oksigen permukaan untuk pertolongan pertama telah
terbukti meningkatkan kemanjuran rekompresi dan menurunkan jumlah
perawatan kompresi ulang yang diperlukan bila diberikan dalam waktu empat
jam setelah penyelaman. IWR hingga 9 m oksigen pernapasan adalah salah
satu opsi yang telah menunjukkan keberhasilan selama bertahun-tahun. IWR
bukannya tanpa risiko dan harus dilakukan dengan tindakan pencegahan
tertentu. IWR hanya akan cocok untuk kelompok penyelam yang terorganisir
dan disiplin dengan peralatan yang sesuai dan pelatihan praktis dalam
prosedurnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan terapi oksigen hiperbarik pada penyelam.
2. Bagaimana penjelasan terapi oksigen hiperbarik pada penyakit penyelam
3. Bagaimana cara melakukan terapi oksigen hiperbarik sesuai tabel 6
rekompresi US Navy
4. Bagaimana cara melakukan rekompresi didalam RUBT memakai oksigen
5. Bagaimana cara melakukan rekompresi didalam air memakai oksigen

2
C. Tujuan Masalah
Tujuan Umum:
Setelah membahas materi ini, mahasiswa mampu melakukan terapi oksigen
hiperbarik pada penyelam.
Tujuan Khusus:
6. Menjelaskan terapi oksigen hiperbarik pada penyakit penyelam
7. Melakukan terapi oksigen hiperbarik sesuai tabel 6 rekompresi US Navy
8. Melakukan rekompresi didalam RUBT memakai oksigen
9. Melakukan rekompresi didalam air memakai oksigen

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aplikasi
Artikel utama: Pengobatan hiperbarik
Pengobatan penyakit dekompresi , emboli gas arteri , dan aplikasi medis
lainnya.

B. Peralatan

Ruang dekompresi dek yang khas digunakan di lokasi untuk dekompresi


permukaan dan perawatan darurat penyakit dekompresi

1. Ruang kompresi ulang


Artikel utama: Ruang menyelam
Jenis ruang yang dapat digunakan tergantung pada tekanan maksimum
yang diperlukan untuk jadwal tersebut, dan gas apa yang digunakan untuk
perawatan. Sebagian besar protokol perawatan untuk cedera saat
menyelam memerlukan petugas di dalam ruangan, dan kunci medis untuk
mentransfer pasokan medis ke dalam ruangan saat berada di bawah
tekanan.
2. Ruang monoplace
Di luar industri selam, sebagian besar kamar ditujukan untuk satu
penghuni, dan tidak semuanya dilengkapi dengan sistem pernapasan
bawaan (BIBS). Ini membatasi jadwal yang dapat digunakan dengan aman
di dalamnya. Beberapa jadwal telah dikembangkan secara khusus untuk

4
perawatan oksigen hiperbarik di ruang monoplace, dan beberapa jadwal
perawatan hiperbarik yang secara nominal ditujukan untuk ruang dengan
BIBS telah terbukti dapat diterima untuk digunakan tanpa pemecah udara
jika fasilitas yang disukai tidak tersedia.

3. Gas pengobatan

Bank silinder oksigen untuk perawatan kompresi ulang atau dekompresi


permukaan

Awalnya rekompresi terapeutik dilakukan dengan menggunakan


udara sebagai satu-satunya gas pernapasan, dan ini tercermin dalam
beberapa tabel yang dirinci di bawah ini. Namun pekerjaan oleh
Yarbrough dan Behnke menunjukkan bahwa penggunaan oksigen sebagai
gas perawatan biasanya menguntungkan dan ini telah menjadi standar
perawatan untuk pengobatan DCS. Oksigen murni dapat digunakan pada
tekanan hingga 60 fsw (18 msw ) dengan risiko keracunan oksigen SSP
yang dapat diterima, yang umumnya memiliki konsekuensi yang dapat
diterima di lingkungan ruang saat tender bagian dalam sudah dekat. Pada
tekanan yang lebih besar, campuran gas perawatan menggunakan Nitrogen
atau Helium sebagai pengencer untuk membatasi tekanan parsial oksigen
hingga 3 ata (3 & bar) atau kurang lebih disukai daripada udara karena
lebih efektif baik pada eliminasi gas inert dan jaringan yang cedera
oksigenasi sebagai perbandingan dengan udara. Campuran Nitrox dan
Heliox direkomendasikan oleh Angkatan Laut AS untuk gas perlakuan
pada tekanan melebihi 60 fsw (18 msw), dan Heliox lebih disukai pada

5
tekanan melebihi 165 fsw (50 msw) untuk mengurangi narkosis nitrogen.
Campuran gas fraksi oksigen tinggi juga dapat menggantikan oksigen
murni pada tekanan kurang dari 60 fsw jika pasien tidak mentolerir
oksigen 100%.

4. Sistem pernapasan

Navy Divers menguji masker pernapasan internal


di dalam ruang kompresi ulang

Tampak samping topeng BIBS didukung oleh tali

Gas pengolahan umumnya merupakan campuran kaya oksigen atau


oksigen yang merupakan bahaya kebakaran yang tidak dapat diterima jika
digunakan sebagai gas ruang. Konsentrasi oksigen ruang terbatas karena
bahaya kebakaran dan risiko kematian yang tinggi atau cedera parah jika
terjadi kebakaran ruang. Spesifikasi Angkatan Laut AS untuk kandungan
oksigen di ruang udara memungkinkan kisaran dari 19% hingga 25%. Jika

6
fraksi oksigen naik di atas batas ini, ruangan harus berventilasi dengan
[6]
udara untuk membawa konsentrasi ke tingkat yang dapat diterima.
Untuk meminimalkan kebutuhan ventilasi, gas perawatan kaya oksigen
biasanya disediakan untuk pasien dengan masker sistem pernapasan
(BIBS) terpasang , yang mengeluarkan gas yang dihembuskan ke luar
ruangan. Masker BIBS dilengkapi dengan tali pengikat untuk menahannya
di atas mulut dan hidung, tetapi sering kali dipasang di tempat secara
manual, sehingga masker tersebut akan terlepas jika pengguna mengalami
kejang toksisitas oksigen.
Masker BIBS menyediakan gas sesuai permintaan (penghirupan),
seperti pengatur selam, dan menggunakan sistem serupa untuk mengontrol
aliran keluar ke lingkungan normobarik. Mereka terhubung ke jalur
pasokan yang disalurkan melalui lambung tekanan ruang, katup di kedua
sisi, dan dipasok dari bank silinder penyimpanan, biasanya disimpan di
dekat ruang. Sistem BIBS biasanya digunakan dengan oksigen medis,
tetapi dapat dihubungkan ke gas pernapasan lain sesuai kebutuhan.
Kandungan oksigen gas kamar biasanya dipantau dengan mengeluarkan
gas ruang melalui sel sensor oksigen elektro-galvanik .

C. Satuan pengukuran yang digunakan dalam pengobatan hiperbarik

Pengukur tekanan ruang dikalibrasi dalam msw dan bar

Satuan tekanan yang umum digunakan untuk pengolahan hiperbarik


adalah meter air laut (msw) dan kaki air laut (fsw) yang menunjukkan
tekanan perlakuan dalam hal ketinggian kolom air yang akan didukung dalam

7
manometer . Unit ini juga digunakan untuk mengukur kedalaman penyelam
yang disuplai permukaan menggunakan pneumofathometer dan secara
langsung menghubungkan tekanan ke kedalaman yang setara. Pengukur
tekanan yang digunakan di ruang selam sering kali dikalibrasi di kedua unit
ini. Waktu pengobatan yang berlalu biasanya dicatat dalam menit, atau jam
dan menit, dan dapat diukur dari awal tekanan udara, atau dari waktu ketika
tekanan pengobatan tercapai.

D. Jadwal perawatan ruang hiperbarik


Jadwal yang tercantum di sini mencakup prosedur historis dan jadwal
yang saat ini digunakan. Sebagai aturan umum, tabel yang lebih baru dari
sumber yang sama memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada
jadwal yang digantikan. Beberapa dari prosedur lama sekarang dianggap
berbahaya.

8
Perawatan Rekompresi Angkatan Laut AS Tabel 6

9
Penggunaan:
Pengobatan penyakit dekompresi yang hanya menimbulkan rasa sakit
ketika oksigen dapat digunakan dan gejala tidak hilang dalam 10 menit pada
60 fsw (18 msw).
1. Perawatan oksigen
2. Tekanan maksimum 60 fsw (18 msw)
3. Jalankan waktu 4 jam 45 menit
Tabel ini dipakai untuk penyakit dekompresi tipe serius (berat), atau tipe pain
only jika gejala tidak hilang dalarn waktu l0 rnenit pertama di 60 fsw.

Pelaksanaan :
a. Kompresi/descent dengan kecepatan 25 fpm sampai kedalaman 60 fsw
selama penekanan pasien bernafas dengan udara.
b. Setibanya 60 fsw segera pasang masker penderita bernafas dengan
oksigen murni 20 menit - udara 5 menif oksigen murni 20 menit – udara
5 menit; oksigen murni 20 menit - udara 5 menit. tamanya di 60 fsw
dihitung sejak tiba sampai mulai didekompresi.
c. Lakukan dekompresi dengan kecepatan I fpm sampai tiba di 30 fsw. Jika
terjadi keterlambatan ascent jangan dikompensasi, Jika terlalu cepat
harus dikompensasi dengan memperlambat ascent. Selama dekompresi
pasien bernafas dengan oksigen.
d. Setibanya di 30 fsw lepas masker, bernafas dengan udara 15 menit,
pasang masker bernafas dengan oksigen 30 menit, udara 15 menit -
oksigen 30 menit. Dekompresi di 30 fsw selesai.
e. Lakukan dekompresi (ascent) dari 30 fsw kepermukaan dengan
kecepatan I fpm selama dekompresi pasien bernafas dengan oksigen.
Keluarkan pasien dari RUBT, terapi selesai.
f. Jika oksigen terpaksa hanrs dihentikan, tunggu 15 menit, evaluasi apa
yang terjadi untuk menentukan tindakan selanjutnya.
g. Selama terapi tender bemafas dengan udara. Kecuali untuk penyelaman
ulang atau tabel diperpanjang maka tender bernafas dengan oksigen
murni saat dekompresi dari 30 fsw ke permukaan.

10
Tabel 6 dapat diperpanjang dengan menambahkan pada :
60 fsw : 20 menit oksigen - 5 menit udara dan/atau
30 fsw : 60 menit oksigen - 5 menit udara.

Modifikasi Catalina
Tabel perawatan Catalina adalah modifikasi dari Tabel Perawatan 6.
Siklus oksigen adalah 20 menit, dan istirahat udara 5 menit. Tabel Catalina
lengkap memungkinkan hingga 5 ekstensi pada 60 fsw.

Versi yang lebih pendek meliputi:


3 siklus oksigen pada 60 fsw diikuti oleh minimal 6 siklus oksigen pada
30 fsw. (setara dengan USN Tabel 6)
4 siklus oksigen pada 60 fsw diikuti dengan minimal 9 siklus oksigen
pada 30 fsw.
5 sampai 8 siklus oksigen pada 60 fsw diikuti dengan minimal 12 siklus
oksigen pada 30 fsw.
Tender menghirup oksigen selama 60 menit dengan kecepatan 30 fsw.
Perawatan lebih lanjut dapat dilakukan setelah setidaknya 12 jam mengudara
di permukaan.

11
Perawatan Rekompresi Angkatan Laut AS Tabel 6a

12
Penggunaan:
Pengobatan emboli gas saat oksigen dapat digunakan dan gejala sedang hingga sebagian besar
dalam waktu 30 menit pada ketinggian 165 kaki.
a. Tabel perawatan ini termasuk dalam Revisi Manual Penyelaman Angkatan Laut AS 6 dan saat
ini diizinkan untuk digunakan. [6] Ini telah diperbarui sejak publikasi asli.
b. Perawatan oksigen
c. Perawatan opsional dengan gas yang diperkaya oksigen (Heliox atau Nitrox) yang tidak
melebihi tekanan parsial oksigen 3,0 ata (3 bar) jika tersedia
d. Tekanan maksimum 165 fsw (50 msw)
e. Waktu berjalan nominal 5 jam 50 menit dari mencapai tekanan penuh

13
BAB III
JURNAL

Artikel Penelitian

RESPON PASIEN DENGAN DECOMPRESSION SICKNESS TIPE I TERHADAP


PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK DI RSAL DR.F.X SUHARDJO
TAHUN 2016
Hisnindarsyah , Sitti Nurjannah Usemahu2, Josepina Mainase 3
1

1
Rumah Sakit Angkatan Laut dr. F.X Suhardjo, 2 Puskesmas Sawai Kabupaten Maluku Tengah
3
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Corresponding author e-mail : yosefien_san@hotmail.com

Abstrak

Pendahuluan. Penyakit Dekompresi (DCS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan
mengembangnya gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya.
Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan pemberian terapi oksigen hiperbarik
pada perbaikan klinis pasien Decompression Sickness tipe I. Metode. Desain penelitian adalah merupakan jenis
penelitian deskriptif analitik. Pasien DCS Tipe I yang mengggunakan terapi hipebarik di RSAL F.X. Suhardjo
Ambon pada tahun 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Analisis bivariat digunakan untuk menguji
hubungan variabel bebas (pemberian terapi HBO) dengan variabel terikat (perbaikan klinis). Menggunakan uji Chi-
Square dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Hasil. Diketahui bahwa jumlah pasien dekompresi tipe I yang menjalani
terapi hiperbarik oksigen adalah sebanyak 30 orang dimana setelah dilakukan terapi ditemukan adanya 21 orang
yang mengaku keluhannya berkurang dan 9 orang yang tersisa mengaku tidak ada keluhan. Dengan menggunakan
uji Chi- square didapatkan P-value = 0,014 (P<0,05). Kesimpulan. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemberian terapi hiperbarik oksigen pada perbaikan klinis pasien dekompresi tipe
I.

Kata kunci: Penyakit dekompresi tipe I, terapi oksigen hiperbarik

Abstract

Introduction. Decompression Sickness (DCS) is a disease caused by the release and expansion of gas bubbles from
the phase dissolved in the blood or tissue due to decreased pressure around it. Aim The aim of this study was to
determine the relationship between hyperbaric oxygen therapy to the clinical improvement of patients with
Decompression Sickness type I. Aim. The aim of this study was to determine the relationship between hyperbaric
oxygen therapy to the clinical improvement of patients with Decompression Sickness type I. Methods. This study is a
kind of descriptive analytical research, by collecting secondary data by medical record records of patients with Type
I DCS using TOHB at RSAL F.X. Suhardjo Ambon from January 2011 to February 2016 with a total sample is 30
patients. Bivariate analysis to determine the relationship of independent variables (THBO) with the dependent
variable (Clinical Improvement). Using the Chi-Square test with a significance level = 0.05 Result. These results
indicate that there was a significant relationship between the provision of hyperbaric oxygen therapy with clinical
improvement of DCS Type I patients with P-value = 0.014 (P <0.05). Conclusion. There was a significant
relationship between the provision of hyperbaric oxygen therapy with clinical improvement of DCS Type I patients.

Keywords: Decompression sickness type I, hyperbaric oksigen therapy

Pendahuluan dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan


Penyakit
Dekompresi atau Decompression disekitarnya.1,2,3,5,6,7 Sesuai dengan Hukum Henry, pada
Sickness (DCS) disebabkan oleh pelepasan dan suhu tertentu, jumlah gas terlarut dalam suatu cairan
mengembangnya gelmbung gas dari fase larut berbanding lurus dengan tekanan parsial gas tersebut
14
diatas cairan, maka pada saat seseorang menyelam, menyatakan bahwa penurunan tekanan akan diikuti
tekanan parsial nitrogen yang dihirupnya akan pembesaran jari-jarilingkaran gelembung.
bertambah dan akan lebih banyak gas yang terlarut Menyelam dalam waktu singkat dan dalam akan
5
dalam darah maupun jaringan. Darah yang
menghasilkan beban gas yang tinggi pada jaringan
kelebihan nitrogen ini akan di distribusikan
yang cepat, tetapi tidak memberikan cukup waktu
kejaringan sesuai kecepatan aliran darah ke jaringan
untuk jaringan lambat. Sedangkan menyelam dalam
tersebut dan daya gabung jaringan terhadap
dan waktu lama ditempat yang dangkal akan
nitrogen. Tingkat saturasi nitrogen dalam jaringan
memberikan beban gas inert pada jaringan
berbeda-beda tergantung percepatan pertukaran
nitrogen. Darah supersaturasinya cepat (jaringan lambat.3,6 Jumlah yang sama akan terjadi pada
cepat), sedangkan sumsum tulang dan sendi jaringan cepat, namun karena perbedaan tekanan
supersaturasinya lambat (jaringan l Faktor yang antara kedalaman dan permukaan air tidak begitu
menentukan pengambilan dan pembuangan gas besar, darah akan mentolerir kelebihan nitrogen
adalah kecepatan difusi gas darah ke jaringan, tersebut sampai dapat dikeluarkan melalui paru-
fungsi ambilan gas jaringan secara perfusi, waktu paru.3 Berdasarkan Tipe gejala, DCS dibagi dalam
penuh jaringan dan keadaan saturasi. Faktor 3,7,8,9
2 tipe yaitu : Tipe I (Pain Only Bends). Gejala
tersebut perlu dipahami untuk mengetahui klinis
utamanya adalah nyeri, terutama di daerah
dari penyakit dekompresi yang mungkin timbul.3
persendian dan otot disekitarnya, dapat timbul
Kondisi supersaturasi gas dalam darah dan jaringan
mendadak setelah penyelaman atau perlahan-lahan.
sampai batas tertentu masih memungkinkan gas
Selain itu dapat timbul kemerahan di kulit, gatal
untuk berdifusi dari jaringan dan larut dalam darah,
kemudian menuju ke alveoli dan keluar melalui serta pembengkakan di sekitar sendi. Paling sering

pernafasan.3 Setelah melewati batas kritis, kondisi terkena adalah sendi bahu, kemudian sebagian pada
supersaturasi akan menyebabkan gas terlepas lebih persendian siku, pergelangan tangan, sendi lutut
cepat dari jaringan atau darah dalam bentuk tidak dan pergelangan kaki. Nyeri biasanya menyerang
larut, yaitu gelembung gas. dua sendi atau lebih tetapi jarang simetris.3,7,8.9
Saat penyelam mulai naik, tekanan
Tipe II (Serious Decompression Sickness).
gas mulai turun, dan terjadi proses desaturasi
Merupakan penyakit dekompresi yang serius
yang menyebabkan pelepasan gas dari darah
menyerang sistem saraf pusat dan kardiopulmoner.
kembali kedalam paru, karena tekanan parsial
Gejala-gejala klinis antara lain : Gejala-gejala
gas dalam paru-paru lebih rendah daripada
neurologis : Gejala ini muncul sangat tergantung
darah. ambat) Proses ini berlangsung beberapa
pada bagian otak mana yang tekena. Gejalanya
menit sampai 24 jam atau lebih tergantung
dapat berupa : Kesulitan bicara, tremor, vertigo,
tingkat supersaturasi masing- masing
tinnitus, dan lain-lain. Gejala paru dan jantung :
jaringan. Teori inti gelembung
15
sesak nafas, nyeri dada, batuk non produktif. kedalaman tertentu disalurkan oksigen murni
Gejala Gastrointestinal : Mual, muntah, kejang (100%) kedalam ruang tersebut. Pemberian
usus dan diare. Gejala di kulit : bercak oksigen 100% dalam tekanan tinggi,
kebiruan, gatal-gatal pada Tipe I, Bends Shock, menyebabkan tekanan yang akan melarutkan
Cutis marmorata. Tujuan pengobatan DSC oksigen ke dalam darah serta jaringan dan
dengan Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) cairan tubuh lainnya hingga mencapai
ialah melawan efek hipoksia pada jaringan. peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi
Mekanisme TOHB melalui dua mekanisme dari normal.6 Oksigenasi ini dapat
yang berbeda. Pertama, pasien dibiarkan memobilisasi penyembuhan alami jaringan,
bernafas dengan oksigen murni dalam ruang hal ini merupakan anti inflamasi kuat yang
udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) merangsang perkembangan pembuluh darah
yang tekanannya lebih tinggi dibandingkan baru, dapat membunuh bakteri dan
tekanan atmosfer, tekanan tersebut dapat mengurangi pembengkakan.3,6
menekan saturasi hemoglobin, yang merupakan Terapi yang dapat diberikan pada pasien
bagian dari sel darah merah yang berfungsi dengan dekompresi berpatokan pada tabel-
mentransport oksigen yang secara kimiawi tabel di bawah ini :8.10
dilepaskan dari paru ke jaringan. Bernafas
dengan oksigen 100% pada atmosfer yang
normal tidak berefek pada saturasi
hemoglobin.1,6 Kedua, dibawah tekanan
atmosfer, lebih banyak oksigen gas terlarut
dalam plasma. Meskipun dalam kondisi normal
transport oksigen terlarut dalam plasma jauh
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
proses oksigenasi daripada transport oleh
hemoglobin, dengan TOHB kontribusi Gambar 1. Treatment Tabel 5 8,10
Indikasi penggunaan tabel 5 yaitu gejala tipe I DCS
transportasi plasma untuk jaringan oksigenasi
(kecuali untuk Cutis marmorata) saat pemeriksaan
sangat meningkat.
neurologis lengkap tidak menunjukkan adanya
Sistem kerja TOHB, yaitu pasien
kelainan. Setelah tiba di kedalaman 60 kaki
dimasukkan dalam ruangan dengan
pemeriksaan neurologis harus dilakukan untuk
tekanan lebih dari 1 atm, setelah memastikan bahwa tidak ada gejala neurologis
mencapai (misalnya, kelemahan, mati rasa, kehilangan
koordinasi), asymptomatic omitted decompression,
16
pengobatan gejala- gejala yang ada diikuti dengan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) untuk
rekompresi dalam air, follow-up trreatment untuk dilakukan Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB).2
sisa-sisa gejala, keracunan gas monoksida, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
gangren. ada hubungan pemberian terapi oksigen hiperbarik
pada perbaikan klinis pasien Decompression
Sickness tipe I di RSAL Dr.F.X Suhardjo Tahun
2016.

Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Gambar 2. Treatment Tabel 6 8,10 Deskriptif Analitik, dengan mengumpulkan data
Indikasi penggunaan tabel 6 yaitu arterial sekunder berupa catatan rekam medis pasien DCS
gas embolism, gejala-gejala DCS Tipe 2, Tipe I yang menggunakan TOHB di RSAL F.X.
DCS Tipe 1 dimana gejala tidak dapat hilang Suhardjo Ambon sejak Januari 2011- Februari
dalam waktu 10 menit pada kedalaman 60 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
kaki atau nyeri yang parah dan harus segera pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik
dilakukan rekompresi tanpa dilakukan pada Januari 2011- Februari 2016. Teknik
pemeriksaan neurologis terlebih dahulu, cutis pengambilan sampel yaitu total sampling yaitu
marmorata, keracunan gas CO berat, sianida semua pasien DCS Tipe I yang menjalani terapi
dan inhalasi asap rokok, asymptomatic HBO pada tahun 2016 yaitu sebanyak 30 orang.
omitted decompression, dan symptomatic Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien
uncontrolled ascent. Sebanyak 76,12% pasien DCS tipe I yang menjalani TOHB periode januari
yang mengalami DCS adalah nelayan 2011-Februari 2016. Kriteria Eksklusi adalah
7,8
tradisional. Masyarakat pesisir seperti di pasien yang menjalani TOHB namun bukan pasien
Maluku banyak menggantungkan DCS Tipe I. Analisis data secara univariat
kehidupannya dilaut sebagai sarana mata digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari
pencaharian (penyelam mutiara, nelayan variabel independen dan variabel dependen.
penyelam ikan) ataupun sebagai sarana Analisis bivariat dilakukan untuk menguji
olahraga yaitu menyelam. Penyelam pada hubungan variabel bebas (Pemberian THBO)
umumnya merupakan penyelam tradisional dengan variabel terikat (Perbaikan Klinis pasien
yang tidak dibekali pengetahuan tentang DCS Tipe I). Analisis ini menggunakan uji Chi-
penyelaman dan akibat-akibatnya sehingga Square dengan tingkat kemaknaan = 0,05.
bila terjadi DCS baik yang ringan maupun
yang berat dianggap suatu kecelakaan biasa Hasil
yang ternyata memiliki kemungkinan Berdasarkan data yang diperoleh jumlah pasien yang
pemulihan yang baik bila diterapi dalam menjalani TOHB adalah sebanyak 91 pasien, dimana
17
Indikasi kebugaran merupakan kasus terbanyak Distribusi Keluhan Awal Sebelum Terapi
yang di terapi dengan THBO yaitu sebanyak Hiperbarik Oksigen pasien DCS Tipe I.
43,82% (39 pasien) diikuti kasus DCS Tipe I Tabel 2. Distribusi Keluhan Awal Sebelum
sebanyak 33,71% (30 pasien), Stroke sebanyak Te rapi HBO pasien DCS Tipe I
Keluhan Awal sebelum Jumlah Persentase
6.59% (6 pasien), Diabetes Melitus 5.49% (5 HBOT (n) (%)
pasien), Cephalgia dan DCS Tipe II masing- Keram 4 13.33
Nyeri 4 13.33
masing sebanyak 3.30% (3 pasien), Kasus Ulkus
Kemerehan pada kulit 2 6.67
DM serta Barotrauma masing- masing sebanyak Terasa Kaku sendi 5 16.67
2.20% (2 pasien) dan Vertigo sebanyak 1.10% (1 Mati Rasa 2 6.67
Gatal-gatal 7 23.33
pasien).
> 1 Gejala 6 20
Tabel 1. Distribusi pasien yang menjalani terapi HBO TOTAL 30 100.00
berdasarkan indikasi kasus Berdasarkan tabel 2 diperoleh data bahwa
INDIKASI JUMLAH PASIEN PER-
TERAPI SENTA keluhan awal yang banyak dikeluhkan pasien
SE (%)
Kebugaran 39 42.86 DCS Tipe I sebelum dilakukan terapi HBO
Stroke 6 6.59 adalah gatal-gatal yaitu sebanyak 7 pasien
Diabetes 5 5.49
(23.33%), diikuti dengan pasien yang
Mellitus
Ulkus DM 2 2.20 menunjukkan >1 gejala (6 orang) 20%, terasa
Vertigo 1 1.10
kaku pada persendian
Cephalgia 3 3.30
DCS Tipe I 30 32.97 5 pasien (16.67%), nyeri dan keram masing-
DCS tipe II 3 3.30 masing 4 pasien (13.33%), kemerahan pada kulit
Barotrauma 2 2.20 2 pasien (6.67%) dan keluhan mati rasa 2 pasien
TOTAL 91 100.00
(6.67%).
Distribusi Perbaikan Klinis Penderita DCS tipe I
Sesudah terapi dengan Hiperbarik Oksigen
Setelah dilakukan terapi dengan TOHB
didapatkan bahwa sebanyak 21 pasien (70%)
DCS Tipe I merasakan keluhan berkurang dan 9
orang (30%) merasakan tidak ada keluhan lagi
(Tabel 3).
Tabel 3. Distribusi Perbaikan Klinis Penderita DCS
Gambar 3. Terapi HBO Berdasarkan Indikasi Kasus Tipe I Setelah terapi HBO
Hasil Setelah Terapi Jumlah Persentase
HBO (n) (%)
Keluhan Berkurang 21 70.00
Tidak Ada Keluhan 9 30.00
TOTAL 30 100.00
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui menjalani terapi hiperbarik oksigen adalah sebanyak
bahwa jumlah pasien dekompresi tipe I yang 30 pasien dimana setelah dilakukan terapi
18
ditemukan adanya 21 pasien yang mengaku
Menurut teori TOHB merupakan terapi
keluhannya berkurang dan 9 pasien yang tersisa
utama pada pasien-pasien dekompresi baik
mengaku tidak ada keluhan. Dengan
tipe I maupun tipe II.3 Teori dasar di balik
menggunakan uji Chi- square didapatkan P-
terapi Oksigen Hiperbarik pada penderita
value
= 0,014 (P<0,05).
DCS ini adalah, pertama, untuk repressure
pasien untuk mengembalikan pasien pada
Pembahasan kedalaman di mana gelembung dari nitrogen
Setelah dilakukan penelitian didapatkan atau udara yang dilarutkan ke dalam jaringan
hasil nilai P = 0,014 (p<0,050). Hasil ini dan cairan tubuh. Pasien yang akan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang menghirup oksigen konsentrasi tinggi secara
signifikan antara pemberian terapi hiperbarik intermiten, diharapkan dapat terbentuk
oksigen dengan perbaikan klinis pasien
gradien difusi yang lebih besar. Kemudian,
dekompresi tipe I. Penelitian ini juga didukung
pasien akan dibawa kembali menuju
oleh penelitian yang dilakukan oleh Hadanny A
permukaan secara perlahan-lahan. Keadaan
et all (2015) yang dilaporkan oleh Prasetyo,
ini memungkinkan gas untuk berdifusi
mengemukakan bahwa baik pasien
decompression sickness yang mendapatkan
secara bertahap keluar dari paru-paru dan

terapi rekompresi dengan TOHB lebih awal tubuh. Penambahan helium dengan oksigen
maupun yang terlambat mendapatkan terapi telah terbukti menghasilkan keuntungan bila
menunjukkan hasil yaitu 76% yang sembuh dibandingkan dengan oksigen saja bahkan
sempurna, partial recovery 17.1%, dan tidak dalam DCS neurologis berat atau refractory
mengalami perubahan adalah 6.6% untuk pasien DCS.4,7
yang terlambat mendapatkan terapi sedangkan Kesimpulan
pasien yang mendapatkan terapi lebih cepat Dari Penelitian ini didapatkan bahwa
memiliki hasil yakni 78% sembuh sempurna jumlah pasien yang menjalani terapi oksigen
(complete recovery),15.6% partial recovery dan hiperbarik selama periode Januari 2011- Februari
10
6.2% tidak mengalami penyembuhan. 2016 di RSAL Dr.F.X Suhardjo adalah sebanyak
Hasil ini 91 orang dengan total pasien DCS Tipe I yang
menunjukkan bahwa sekalipun pasien menjalani Terapi Hiperbarik Oksigen adalah
decompressi sickness terlambat atau lebih cepat sebanyak 30 pasien yaitu sekitar 33.71%. Dari
mendapatkan terapi rekompresi dengan TOHB Penelitian ini didapatkan bahwa terdapat
4
memiliki hasil yang sama baiknya. hubungan yang signifikan antara pemberian
terapi oksigen hiperbarik dengan perbaikan
klinis pasien DCS Tipe I.

19
Referensi
Amir, D P, Wahyu A, Wahyuni A. Faktor yang berhubungan dengan Penyakit
Dekompresi pada Penyelam Tradisional di Pulau Lae- Lae. 2010
Gempp E, Blatteau J E. Risk Factor and treatment outcome in scuba divers with
spinal cord decompression sickness. Journal of Critical Care. Journal of
Critical care.2009
Anonim. Simposium Hiperbarik Oksigen.2000
Hadanny A, Fishlev G, Bechor Y, Bergan J et all. Research Article: Delayed
Recompression for Decompression Sickness; Retrospective Analysis. 2015
Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran.
2005
Huda N. Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap perfusi perifer luka
gangrene pada penderita DM DI RSAL Dr. Ramelan Surabaya. FK UI.
2010
Sukmajaya, Ali. Faktor yang berhubungan dengan penyakit dekompresi pada
penyelam professional dan penyelam tradisional di Gili Matra Kab.
Lombok Utara Provinsi NTB.2010
U.S. Navy Diving Manual. Diagnosis and treatment of Decompression Sickness
and Arterial Gas Embolism. Chapter 20.
Vann R D, Denoble P J, Howle L E, Weber P W et all. Resolution and Severity in
Decompression Illness. Aviation, Space and Enviromental Medicine.
Volume 80, No.5, Section I.2009
Prasetyo A T, Soemantri J B, Lukmantya. Pengaruh kedalaman dan lama
menyelam terhadap ambang-dengar penyelam tradisional dengan
barotraumas telinga. ORLI Vol.42 No.2. 2012

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Dekompresi merupakan Suatu penyakit yang disebabkan oleh
pelepasan dan mengembangnya gelmbung gas dari fase larut dalam darah
atau jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. Penyakit Dekompresi
diklasifikasikan menjadi DCS Tipe I dan DCS Tipe II.
Hiperbarik oksigen adalah suatu cara terapi dimana penderita harus berada
dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernapas dengan oksigen 100% pada
suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (atmosfer absolute).
Tujuan pengobatan penyakit dekompresi adalah melawan efek hipoksia pada
jaringan. Pengobatan terdiri dari 3 tindakan yang saling melengkapi yaitu
oksigenasi, rekompresi dan pengobatan medikamentosa.
Dalam terapi oksigenasi hiperbarik dikenal tabel pengobatan US Navy,
yang terdiri dari tabel pengobatan dengan udara tekanan tinggi, yaitu tabel IA,
2A, 3, dan 4 serta tabel pengobatan dengan oksigen bertekanan tinggi yaitu
tabel 5, 6 dan 6A.

B. Saran
1. Pada Pemerintah
Keaktivan parah penyelam di Indosesia Semakin meningkat, apalagi ada
beberapa iven tertentu yang mengadakan kegiatan ini atau ada banyak
dari masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan. Terapi di sini
sangatlah penting untuk mengurangi angka kematian warga negara itu
sendiri. Karna itu baik adanya jika pemerintah mampu bekerja sama
dengan lembaga kesehatan dunia dalam pengadaan atau lebih
meningkatkan adanya jenis Terapi ini dalam suatu negara.

21
2. Pada Penyelam
Kegiatan menyelam merupakan kegemaran sekaligus cara dimana
orang-orang tertentu dapat bertahan hidup dalam mencari nafka.
Karna itu perlulah si penyelam mempersiapkan diri dan juga alat
pelindung diri dari sesuatu yang tidak di inginkan terlebih mampu
menafsirkan seberapa jauh ia harus menyelam tanpa menimbulkan
resiko.
3. Pada Tenaga Kesehatan
Menganjurkan kepada penderita Dekompresi dengan fenansial yang
memadai untuk melakukan HBO sebagai terapi yang dapat menigkatkan
kualitas hidup.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kay, E; Spencer, MP (1999). Dalam kompresi ulang air. Lokakarya Masyarakat


Medis Bawah Laut dan Hiperbarik ke-48 . Publikasi UHMS Nomor
RC103.C3. Amerika Serikat: Masyarakat Medis Bawah Laut dan
Hiperbarik. p. 108. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-07 .
Diakses 2008-06-08 .
Longphre, JM; PJ DeNoble; RE Bulan; RD Vann; JJ Freiberger (2007). "Oksigen
normobarik pertolongan pertama untuk pengobatan cedera penyelaman
rekreasi" . Hyperb Bawah Laut. Med . 34 (1): 43–9. ISSN 1066-2936 .
OCLC 26915585 . PMID 17393938 . Diarsipkan dari versi asli tanggal
2008-06-13 . Diakses 2008-06-08 .
Neuman, Tom S; Thom, Stephen R (2008). "14 - Penyakit dekompresi" . Fisiologi
dan Pengobatan Terapi Oksigen Hiperbarik . Ilmu Kesehatan Elsevier.
hlm. 296–300. ISBN 9781416034063 . Diakses tanggal 26 Februari
2016 .
Pyle, RL; Youngblood, DA (1995). "In-water Recompression sebagai pengobatan
lapangan darurat untuk penyakit dekompresi" . AquaCorp . 11 .
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-20 . Diakses 2008-06-08 .
US Navy Department, 1943. Diving Manual. Kantor Percetakan Pemerintah AS,
Washington, DC
US Navy Department, 1958. Diving Manual. Kantor Percetakan Pemerintah AS,
Washington, DC, NAVSHIPS, 250-538
US Navy Department, 1975. US Navy Diving Manual, Volume 1, Change 1.
Kantor Percetakan Pemerintah AS, Washington, DC NAVSEA 099-LP-
001-9010
Yarbrough, OD; Albert R. Behnke (1939). "Pengobatan penyakit udara
terkompresi menggunakan oksigen". J Ind Hyg Toxicol . 21 : 213–218.
ISSN 0095-9030 .
Yarbrough, OD; Behnke, Albert R (1939). "Pengobatan penyakit udara
terkompresi menggunakan oksigen". Jurnal Kebersihan Industri dan
Toksikologi . 21 : 213–18. ISSN 0095-9030

23

Anda mungkin juga menyukai