Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP KEPERAWATAN ANAK SEHAT

Kelompok 3 :

Asri febriany 219101

Asmaul bahri 219100

Dini anggriani 219106

Elfira anggraeni 219108

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA


PRODI DIII KEPERAWATANMAKASSAR 2021
Makassar 2021/20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


memberikan raht serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah keperawatan anak yang mengangkat pembahasan
“KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DAN KONSEP BERMAIN”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa laporan ini


sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari pihak dosen yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.


Semoga Allah SWT. senantiasa melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi
kita semua.

Makassar, 8 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang......................................................................5
B. Rumusan Masalah................................................................6
C. Tujuan...................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................7
A. Pertumbuhan........................................................................7
1. Definisi.........................................................................8
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan..................................................9
3. Tahap Pertumbuhan....................................................9
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan.................10
5. Pemeriksaan Pertumbuhan.........................................11
1. Perkembangan.............................................................17
2. Definisi.........................................................................18
3. Ciri-Ciri Perkembangan................................................18
4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan...............19
5. Tahapan Perkembangan.............................................21
6. Pemeriksaan Perkembangan....................................30
B. Bermain................................................................................39
1. Definisi Bermain...........................................................39
2. Manfaat Bermain .........................................................39
3. Jenis-Jenis Permainan ................................................40
4. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain.........................44
5. Terapi bermain.............................................................45
BAB III PENUTUP.................................................................................49
A. Kesimpulan...........................................................................49
B. Saran....................................................................................49
LAMPIRAN.............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA 50
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah saat-saat yang
dinantikan oleh orang tua, karena pertumbuhan dan perkembangan adalah
salah satu indicator memantau kesehatan anak. Dalam perkembangan anak
terdiri atas beberapa perkembangan, yaitu perkembangan personal sosial,
perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, perkembangan
motorik halus. Motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk
menggambar, memegang sesuatu benda, dan lain-lain. Kemampuan motorik
halus pada anak balita usia 3-4 tahun yaitu mampu menggambar
menggunakan krayon, menggunakan alat atau benda dan dapat meniru
bentuk[ CITATION Kus161 \l 1057 ]
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak,
serta suara[ CITATION Yul \l 1057 ].
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pertumbuhan anak
2. Bagaimana konsep perkembangan anak
3. Bagaimana konsep bermain pada anak

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pertmbuhan anak
2. Untuk mengetahui konsep perkembangan anak
3. Untuk mengetahui konsep bermain pada anak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan
1. Definisi
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan intraseluler atau biasa juga disebutkan bahwa
pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur sebagian
atau keseluruhan tubuh, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat. Pertumbuhan anak juga dapat diartikan sebagai perubahan
kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat adanya pengaruh
lingkungan. Material pribadi yang dimaksud ialah sel, kromoson, rambut,
butiran darah, dan tulang[ CITATION Soe15 \l 1057 ].

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan


dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh)[ CITATION Pri18 \l 1057 ].

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,


yaitu bertambahnya jumalah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,
maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik,
melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak [ CITATION
Pra192 \l 1057 ].
1. Ciri-ciri pertumbuhan
Tumbuh kembang anak mempunyai cirri-ciri tertentu,
yaitu[ CITATION Yul \l 1057 ]:
a. Perkembangan melibatkan perubahan (development involves
change)
b. Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan
lanjutannya (early development more critical than critical than
later development)
c. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar
(development is the product of maturation and the leaning)
d. Pola perkembangan dapat diramalkan (the developmental
patenrt is predicable)
e. Pola perkembangan mempenyai karakteristik yang dapat
diramalkan(the developmental pattern has predicable
characteristic).
f. Terdapat perbedaan individu dalam suatu perkembangan
(there individual defferences the development)
g. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (there
are periods in the development pattern)
h. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan
(there are social expectation for every developmental period).
i. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every
area of developmens has potensial hazards).
j.
2. Tahap pertumbuhan

a. Masa perinatal mulai dari konsepsi sampai lahir. Pada masa


ini terjadi tumbuh kembang yang sangat pesat. Sel telur yang
telah dibuahi mengalami deferenisasi yang berlangsung
cepat hinggga terbentuk organ- organ tubuh yang berfungsi
sesuai dengan tugasnya, hanya perlu waktu 9 bulan didalam
kandungan. Masa kombrio berlangsung sejak konsepsi
sampai umur 8 minggu (ada yang mengatakan sampai 12
minggu). Pada saat ini terbentuk organ-organ yang sangat
peka terhadap lingkungan. Pada msa fetus ini, terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia yang
sempurna, dan organ-organ tubuh yang telah terbentuk mulai
berfungsi. Sedangkan pada masa fetus lanjut, pertumbuhan
berlangsung pesat dan berkembang fungsi organ-organ
tubuh[ CITATION Nug18 \l 1057 ].
b.Pada masa neonatal, terjadi adaptasi lingkungan dari kehidupan
intrauteri ke kehidupan ektrauteri dan terjadi perubhan siklus
darah. Organ-organ tubuh berfungsi sesuai tugasnya di
dalam kehidupan ektrauteri. Pada masa 7 hari pertama
(neonatal dini), bayi harus mendapatkan perhatian khusus,
karena angka kematia pada masa bayi ini tinggi[ CITATION
Nug18 \l 1057 ].
c. Pada masa bayi dan masa anak dini, pertumbuhan anak pesat
walaupun kecepatan telah mengalami deselerasi dan proses
maturasi yang berlangsung, terutama sistem saraf [ CITATION
Nug18 \l 1057 ].
d.Pada masa anak prasekolah, kecepatan pertumbuhan lambat
dan berlangsung stabil (plateau) pada masa ini terdapat
kecepatan perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.
Aktifitas fisik bertambah serta keterampilan dan proses fikir
meningkat [ CITATION Nug18 \l 1057 ].
e. Pada masa praremaja, anak perempuan 2 tahun lebih cepat
memasuki masa remaja bila dibandingkan dengan anak laki-
laki. Masa ini merupakan transisi dari masa anak ke dewasa,
pada masa ini terjadi pacu tumbuh berat badan, tinggi badan
dan juga pertumbuhan yang pesat pada alat-alat kelamin dan
timbul tanda-tanda seks sekunder [ CITATION Nug18 \l 1057 ].
3. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai
peran utama dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung
dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas
dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai dengan
intensitas kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Faktor genetik antara lain
adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik,
jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai tidaknya potensi genetik. Lingkungan yang baik akan
memungkinkan tercapainya potensi genetik, sedangkan
potensi yang tidak baik akan menghambatnya. Faktor
lingkungan secara garis besar dibagi menjadi:
1) Faktor Lingkungan Perinatal
2) Faktor lingkungan prenatal
3) Faktor Lingkungan Pascanatal
4. Pemeriksaan pertumbuhan
Pemeriksaan pertumbuhan pada anak-anak dapat dilakukan
dengan pengukuran tinggi badan, berat badan, serta lingkar dada,
lingkar perut dan lingkar lengan atas. Pengukuran
antropometrik[ CITATION Dew18 \l 1057 ].
a. Tinggi badan (TB)/Panjang badan (PB)
Pengukuran panjang badan atau tinggi badan dapat
dilakukan dengan dua cara.
1) Cara mengukur dengan posisi berbaring
a) Cara pengukuran ini dilakukan untuk anak  24
bulan oleh 2 orang tenaga kesehatan
b) Alat yang digunakan adalah infantometer.
c) Bayi dibaringkan supine (telentang) pada alas
yang datar.
d) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
e) Petugas 1, memegang kepala bayi dengan kedua
tangan agar kepala bayi tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala).
f) Petugas 2, menekan lutut bayi dengan lengan kiri
agar lutut bayi lurus, sedangkan tangan kiri
menjaga agar posisi kaki tetap lurus (tidak fleksi
ataupun ekstensi). Tangan kanan menekan batas
kaki ke telapak kaki.
g) Baca angka pengukuran yang telah dilakukan.
2) Cara mengukur dengan posisi berdiri
Untuk cara yang ke dua dilakukan pada anak yang
berusia  24 bulan atau anak yang sudah dapat berdiri.
Alat yang baik digunakan untuk pengukuran dengan
posisi berdiri adalah microtoice. Cara pengukuran tinggi
badan anak:
a) Pada saat pengukuran minta anak untuk
melepaskan alas kaki dan melepas hiasan atau
dandanan rambut yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.
b) Mintalah anak untuk berdiri tegak menghadap
lurus ke arah depan dengan kedua mata kaki
rapat.
c) Pastikan kepala, tulang bahu, pantat dan tumit
menempel di papan pengukur/dinding.
d) Mintalah anak untuk mengambil nafas panjang.
e) Dengan tangan kanan Anda, turunkan meteran
alat pengukur hingga pas di atas kepala si anak.
Pastikan Anda menekan rambut anak (menempel
di ubun-ubun).
f) Jika posisi anak sudah betul, baca dan catatlah
hasil pengukuran.
b. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu indikator untuk
menilai keadaan gizi anak serta pertumbuhan anak.
Pengukuran berat badan pada anak dapat menggunakan
beberapa alat timbangan seperti timbangan bayi untuk bayi
yang belum bisa berdiri atau bayi usia  24 bulan dengan BB
maksimal 20 kg, timbangan injak serta timbangan dacin yang
biasa digunakan di posyandu.
1) Timbagan bayi
Timbangan ini digunakan untuk menimbang anak
sampai usia 2 tahun dengan maksimal BB  20 Kg.
Cara penggunaannya adalah:
a) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan
tidak mudah bergoyang.
a) Lihat jarum atau angka harus menunjukkan ke
angka 0.
b) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki
dan sarung tangan.
c) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
Bila ingin menggunakan alas pada
d) timbangan, ingat untuk kurangi pengukuran berat
badan dengan beratnya alas.
e) Lihat sampai jarum timbangan berhenti.
f) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum
timbangan. Usahakan bayi dalam keadaan
g) tenang sehingga jarum timbangan dapat
menunjukkan angka yang akurat.
2) Timbangan injak
a) Letakkan alat timbangan di lantai yang datar/keras
sehingga tidak mudah bergerak.
b) Pastikan posisi jarum harus menunjukkan ke
angka 0.
c) Sebaiknya anak memakai baju sehari-hari yang
tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam
tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu.
d) Setelah dilakukan persiapan alat dan persiapan
anak maka lakukan pengukuran pada anak. Cara
pengukuran berat badan anak menggunakan
timbangan injak dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
(1) Anak bisa berdiri
(a) Ketika alat timbangan sudah
menunjukkan angka 0 mintalah anak
tersebut untuk berdiri di tengah-tengah
alat timbangan.
(b) Pastikan posisi badan anak dalam
keadaan berdiri tegak, mata/kepala
lurus ke arah depan, kaki tidak
menekuk. Anda dapat membantu anak
tersebut berdiri dengan baik di atas
timbangan dan anjurkan anak untuk
mengurangi gerakan yang tidak perlu
sehingga tidak mempengaruhi hasil
penimbangan.
(c) Setelah anak berdiri dengan benar, lihat
jarum petunjuk angka di timbangan dan
catat hasilnya. Kemudian minta anak
tersebut untuk turun dari timbangan.
(2) Bayi/anak belum bisa berdiri
(a) Jika anak belum bisa berdiri, maka
minta ibu/pengasuh untuk
menggendong anak tanpa selendang
dan alas kaki. Ketika alat timbangan
menunjukkan angka 0 mintalah ibu
dengan menggendong sang anak untuk
berdiri di tengah-tengah alat timbangan.
(b) Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata
lurus ke depan, kaki tidak menekuk dan
kepala tidak menunduk ke bawah.
Sebisa mungkin bayi/anak dalam
keadaan tenang ketika ditimbang.
(c) Setelah ibu berdiri dengan benar, lihat
jarum petunjuk angka di timbangan dan
catat hasilnya. Kemudian mintalah ibu
untuk turun dari timbangan.
(d) Ulangi pengukuran, kali ini hanya ibu
saja yang ditimbang tanpa
menggendong anaknya.
(e) Setelah penimbangan selesai maka
kurangi hasil timbangan ibu saat
menggendong anaknya dengan hasil
timbangan berat badan ibu. Hasil
tersebut merupakan berat badan
bayinya
3) Timbangan dacin
a) Persiapkan dacin dengan menggantungnya pada
tempat yang kokoh seperti pelana rumah atau
kusen pintu atau dahan pohon atau penyangga
kaki tiga yang kuat.
b) Atur posisi angka pada batang dacin sejajar
dengan mata penimbang.
c) Letakkan bandul bergeser pada angka nol, jika
ujung kedua paku timbang dalam posisi lurus,
maka timbangan perlu ditera atau diganti dengan
yang baru.
d) Pastikan bandul geser berada pada angka 0.
e) Pasang sarung timbangan/celana timbangan/kotak
timbanganan yang kosong pada dacin.
f) Seimbangkan dacin yang telah dibebani dengan
sarung timbang/celana timbang/kotak timbang
dengan member kantung plastik berisikan
pasir/batu diujung batang dacin, sampai kedua
jarum di atas tegak lurus
c. Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala sangat penting dilakukan
pada anak usia dibawah 5 tahun. Tujuan pemantauan adalah
untuk menilai pertumbuhan dan ukuran otak anak serta dapat
mendeteksi sejak dini adanya gangguan perkembangan otak.
Cara pengukuran lingkar kepala adalah:
1) Siapkan pita pengukur kepala (meteran)
2) Lingkarkan pita pengukur pada kepala anak melewati
dahi, di atas kedua telinga dan bagian belakang kepala
yag menonjol (tulang oksiput) tarik agak kencang
sampai kedua ujung meteran bertemu diangka 0.
3) Terakhir cantumkan hasil pengukuran kepala dan lihat
pada kurva lingkar kepala untuk menilai hasil yang di
dapatkan
4) Apabila titik pertemuan ukuran lingkar kepala dan usia
anak berada di antara dua titik putus-putus (-2SD+2)
maka termasuk lingkar kepala normal. Bila hasilnya di
bawah -2 SD disebut mikrosefali sedangkan bila di atas
+2SD disebut makrosefali.
d. Lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung
kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting
susu)

A. Perkembangan
1. Definisi

perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri


anak dilihat dari berbagai aspek antaralain aspek fisik (motorik), emosi,
kognitif dan psikososial (bagaimanaanak berinteraksi dengan
lingkungan).

perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko, fisiksebagai


hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik padaanak
ditunjang oleh factor lingkungan dan proses belajar dalam masawaktu
tertentu, menuju kedewasaan

Perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur


danbertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan
meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan
atau kedewasaan(maturation), dan Pembelajaran.
2. Ciri-ciri perkembangan
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak bersifat individual.
Namun demikian pola perkembangan setiap anak mempunyai
ciri-ciri yang sama, yaitu[ CITATION Yul \l 1057 ]:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada
seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
menentukan perkembangan selanjutnya.
Seorang anak tidak bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
Contoh: seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia
berdiri dan ia tidak bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi anak terhambat.
Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga
mempunyai kecepatan yang berbeda- beda baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak
juga berbeda-beda.
d. Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung, maka
perkembanganpun mengikuti. Terjadi peningkatan kemampuan
mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain pada anak,
sehingga pada anak sehat seiring bertambahnya umur maka
bertambah pula tinggi dan berat badannya begitupun
kepandaiannya.
a. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum
yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti
jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola
yang teratur dan berurutan. Tahap- tahap tersebut tidak bisa
terjadi terbalik, misalnya anak mampu berjalan dahulu
sebelum bisa berdiri.

3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan


Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang
berasal dari luar (eksternal)[ CITATION Yul \l 1057 ].
Faktor internal terdiri dari:
a. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa amerika tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa indonesia atau
sebaliknya.
b. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur
tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
c. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa
prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa
pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak
yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada
beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak. Salah satu contohnya adalah tubuh kerdil.
f. Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan
kegagalan pertumbuhan dan perkembangan seperti pada
sindrom down dan sindrom turner.

4. Tahapan perkembangan anak

Menurut kementrian kesehatan RI (2012) tahap


perkembangan anak menurut umur sebagai berikut[ CITATION
Pri18 \l 1057 ]:
a. Umur 0-3 bulan
1) Mengangkat kepala setinggi 45⁰
2) Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
3) Melihat dan menatap wajah anda
4) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
5) Suka tertawa keras
6) Bereaksi terkejut terhadap suara keras
7) Bereaksi tersenyum ketika adiajak bicara atau
tersenyum
8) Mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman,
pendengaran, kontak.
b. Umur 3-6 bulan
1) Berbalik dari telungkup ke terlentang
2) Mengangkat kepala setinggi 90⁰
3) Mempertahankan posisi kepala tatap tegak dan stabil
4) Menggenggam pensil
5) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
6) Memegang tangannya sendiri
7) Berusaha memperluas pandangan
8) Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
9) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau
memekik
10) Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik
saat bermain sendiri
c. Umur 6-9 bulan
1) Duduk (sikap tripoid-sendiri)
2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian
berat badan
3) Merangakak meraih mainan atau mendekati seseorang
4) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang
lainnya
5) Memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang
1 benda pada saat bersamaan
6) Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
7) Bersuara tanpa arti, mamama, dadada, tatata
8) Mencari mainan atau benda yang dijatuhkan
9) Bermain tapuk tangan atau ciluk ba
10) Bergembira dengan melempar benda
11) Makan kue sendiri
d. Umur 9-12 bulan
1) Mengangkat benda keposisi berdiri
2) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan
dengan kursi
3) Dapat berajalan dengan dituntun
4) Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan
yang diingikan
5) Menggenggam erat pensil
6) Memasukkan benda ke mulut
7) Mengulang menirukan bunyi ynag didengar
8) Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
9) Mengekplorasikan sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh
apa saja
10) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
11) Senang diajak main “ciluk ba”
12) Mengenal anggota keluarga, takut pada orang lain yang
belum dikenal
e. Umur 12-18 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
2) Membungkuk memungut permainan kemudian berdiri
kembali
3) Berjalan mundur 5 langkah
4) Memanggil ayah dengan kata “papa” memanggil ibu
dengan kata “mama”
5) Menumpuk 2 kubus
6) Memasukkan kubus di kotak
7) Menunjukkan apa yang diinginkan tanpa
menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara
yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
8) Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
f. Umur 18-24 bulan
1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
3) Bertepuk tangan, melambai-lambai
4) Menumpuk 4 buah kubus
5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) Menggelindingkan bola kearah sasaran
7) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
8) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
9) Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum
sendiri
g. Umur 24-36 bulan
1) Jalan naik tangga sendiri
2) Dapat bermain dan menendang bola kecil
3) Coret-coret pensil pada kertas
4) Baca dengan baik menggunakan 2 kata
5) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta
6) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar
nama 2 benda atau lebih

7) Membantu memungut mainan sendiri atau mengangkat


piring jika diminta
8) Melepaskan pakaian sendiri

h. Umur 36-48 bulan


1) Berdiri 1 kaki 2 detik
2) Melompat kedua kaki diangkat
3) Menggayuh sepeda roda tiga
4) Menggambar garis lurus
5) Menumpuk 8 kubus
6) Mengenal 2-4 warna
7) Menyebut nama umur dan tempat
8) Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan
9) Mendengarkan cerita
10) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
11) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
12) Mengenakan sepatu sendiri
13) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
i. Umur 48-60 bulan
1) Berdiri satu kaki 6 detik
2) Melompat-lompat satu kaki
3) Menari
4) Menggambar tanda silang
5) Menggambar lingkaran

6) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh


7) Mengancing baju atau pakaian boneka
8) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
9) Senang bertanya tentang sesuatu
10) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
11) Bicaranya mudah dimengerti
12) Bicara membandingkan atau membedakan sesuatu dari
ukuran dan bentuknya
13) Menyebut angka dan menghitung jari
14) Menyebut nama-nam hari
15) Berpakaian sendiri tanpa bantuan
16) Bereaksi tenang dan tanpa rewel ketika ditinggal ibu
j. Umur 60-72 bulan
1) Berjalan lurus
2) Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
3) Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang
lengkap
4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
5) Menggambar segi empat
6) Mengerti arti lawan kata
7) Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau
lebih
8) Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa
dan kegunaannya
9) Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10

10) Mengenal warna-warni


11) Mengungkapkan simpati
12) Mengikuti aturan permainan
13) Berpakaian sendiri tanpa dibantu
Adapun teori-teori perkembangan anak menurut diantaranya:

a. Perkembangan kognitif menurut piaget


1) Tahap sensori motor (0-2 tahun).
Menurut piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks
bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Pada tahap ini anak mampu mengasimilasi
dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat,
mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua
kegiatan yang dilakukan berfokus pada mulut (oral).
2) Tahap pra operasional (2-7 tahun)
Anak mampu mengoperasionalisasikan apa yang
dipikirkan melalui tindakan sesuai dengan pikirannya.
Pada saat ini anak masih bersifat egosentris. Pikirannya
masih transduktif, artinya menganggap semua sama.
Contoh: seorang pria di keluarga adalah ayah maka
semua pria adalah ayah. Ciri lain adalah masih
berkembangnya pikiran animisme dimana anak selalu
memperhatikan adanya benda mati. Contoh apabila
anak terbentur benda mati maka ia akan memukul
kembali ke arah benda tersebut.
3) Tahap kongkret (7-11 tahun).
Anak sudah dapat memandang realistis dan mempunyai
anggapan sama dengan orang lain. Sifat egosentris
mulai hilang karena ia mulai sadar akan keterbatasan
dirinya. Tetapi sifat realistik ini belum sampai ke dalam
pikiran sehingga belum dapat membuat suatu konsep
atau hipotesis.
4) Formal operasional (lebih dari 11 tahun sampai
dewasa).
Pada tahap ini anak sudah membentuk gambaran
mental dan mampu menyelesaikan aktivitas yang ada
dalam pikirannya, mampu menduga dan
memperkirakan dengan pikirannya yang abstrak.
b. Perkembangan psikoseksual
Menurut sigmud freud, dalam perkembangannya anak
akan melewati beberapa tahap dalam hidupnya, yaitu:
1) Tahap oral (0-1 tahun)
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan anak
didapat melalui kegiatan menghisap, menggigit,
mengunyah atau bersuara. Ketergantungan pada orang
di sekelilingnya sangat tinggi dan selalu minta dilindungi
untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang sering
terjadi pada masa ini adalah masalah penyapihan dan
makan.
2) Tahap anal (1-3 tahun).
Kepuasan anak didapatkan pada saat pengeluaran
tinja. Anak akan menunjukkan keakuannya dan sangat
egoistik dan narsisistik yaitu cinta terhadap dirinya
sendiri. Pada saat ini anak juga mulai mempelajari
struktur tubuhnya. Tugas yang dapat dilakukan adalah
latihan kebersihan. Masalah yang sering terjadi pada
fase ini adalah sifatnya yang obsesif, pandangan
sempit, introvert atau ekstrovet impulsive yaitu
dorongan untuk membuka diri, tidak rapi, kurang
pengendalian diri.
3) Tahap oedipal/phalik (3-5 tahun).
Pada tahap ini kepuasan anak terletak pada
rangsangan autoerotic yaitu meraba-raba, merasakan
kenikmatan dari beberapa daerah erogennya dan mulai
suka pada lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka
pada ibunya daripada ayahnya demikian juga
sebaliknya anak perempuan suka sama ayahnya.
4) Tahap laten (5-12 tahun).
Kepuasan anak mulai terintegrasi. Anak masuk
dalam masa pubertas dan berhadapan langsung
dengan tuntutan sosial seperti menyukai hubungan
dengan kelompoknya atau sebaya. Dorongan libido
mulai mereda.
5) Tahap genital (lebih dari 12 tahun).
Kepuasan anak pada masa ini akan kembali
bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang
matang terhadap lawan jenis.
c. Perkembangan psikososial menurut erikson
1) Tahap percaya vs tidak percaya (0-1 tahun).
Pada tahap ini bayi membentuk rasa percaya
kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang
mengasuhnya atau perawat yang merawatnya.
Kegagalan atau kesalahan dalam mengasuh atau
merawat pada tahap ini dapat menimbulkan rasa tidak
percaya pada anak.
2) Tahap kemandirian (otonomi) vs rasa malu dan ragu (1-
3 tahun/toddler).
Pada tahap ini anak sudah mulai mencoba mandiri
dalam tugas tumbuh kembangnya seperti fungsi motorik
dan bahasa, mulai latihan jalan sendiri dan belajar
berbicara. Pada tahap ini pula anak akan merasakan
malu apabila orang tua terlalu melindungi dan tidak
memberikan kemandirian atau kebebasan pada anak
bahkan menuntut anak dengan harapan yang tinggi.
3) Tahap inisiatif vs rasa bersalah (4-6 tahun/pra sekolah)
Pada tahap ini anak mulai berinisiatif dalam belajar
mencari pengalaman baru secara aktif melalui
aktivitasnya. Apabila anak dilarang atau dicegah maka
akan tumbuh perasaan bersalah pada dirinya.
4) Tahap rajin vs rendah diri (6-12 tahun/sekolah)
Anak selalu berusaha mencapai segala sesuatu
yang diinginkan dan berusaha mencapai prestasinya
sehingga pada usia ini anak rajin melakukan sesuatu.
Apabila harapan tidak tercapai, kemungkinan besar
anak akan merasakan rendah diri.

5) Tahap identitas vs kebingungan peran (masa


remaja/adolesen).
Pada tahap ini terjadi perubahan pada anak
khususnya perubahan fisik, kematangan usia dan
perubahan hormonal. Anak akan menunjukkan identitas
dirinya seperti “siapa saya”. Apabila kondisi ini tidak
sesuai dengan hati maka kemungkinan akan terjadi
kebingungan dalam peran.
6) Tahap keintiman dan pemisahan/isolasi (dewasa
muda).
Anak mencoba berhubungan dengan teman
sebaya atau kelompok masyarakat dalam kehidupan
sosial untuk menjalin keakraban. Apabila anak tidak
mampu membina hubungan dengan orang lain, maka
kemungkinan ia akan menarik diri dari anggota atau
kelompoknya.
7) Tahap generasi dan penghentian (dewasa
pertengahan).
Individu berusaha mencoba memperhatikan
generasi berikutnya dalam kegiatan di masyarakat dan
melibatkan diri dengan maksud agar lingkungan
menerimanya. Apabila terjadi kegagalan pada tahap ini
maka akan terjadi penghentian/stagnasi dalam kegiatan
atau aktivitasnya.

8) Tahap integritas dan keputusasaan (dewasa lanjut).


Pada tahap ini individu memikirkan tugas-tugas
dalam mengakhiri kehidupan. Perasaan putus asa akan
mudah timbul karena kegagalan dalam melakukan
aktivitasnya.

5. Pemeriksaan perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan: gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian[ CITATION Dew18 \l 1057 ].
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri dan sebagainya
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yan melibatkan dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,
membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dan sebagainya.
SDITK (Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
[ CITATION Dew18 \l 1057 ].
a. Stimulasi/rangsangan adalah kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh
dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapatkan stimulasi/rangsangan secara rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
b. Deteksi tumbuh kembang adalah mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.
c. Intervensi dini penyimpangan tubuh kembang balita adalah
melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan
plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan
tumbuh kembang pada seorang anak agar tumbuh
kembangnya kembali normal atau penyimpangan tidak
menjadi semakin berat.
Pemeriksaan Skrining Perkembangan
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP (Kuesioner Pra-Skrinning
Perkembangan) adalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9,
12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.
Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin[ CITATION Yul \l 1057 ].
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur
anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan
KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda [ CITATION
Yul \l 1057 ].
Ingatkan ibu/orangtua untuk anak yang berusia 3 bulan-
24 bulan (2 tahun) supaya membawa anaknya ke
posyandu/puskesmas setiap 3 bulan untuk mendapatkan
pelayanan SDITK. Sedangkan, untuk anak yang berusia > 2
tahun sampai 6 tahun dibawa ke puskesmas atau posyandu
setiap 6 bulan[ CITATION Yul \l 1057 ]
Alat/instrumen yang digunakan adalah[ CITATION Yul \l
1057 ]:
1) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72
bulan.
2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola
sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi
2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0.5-1 cm. Pada waktu
pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
3) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal
bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan.
4) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang
sesuai dengan umur anak.
5) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,
contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?
b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk”.
6) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau
takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh
anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
7) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu
persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya
atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
8) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah
ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
9) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
10) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
a) Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab:
anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-
kadang melakukannya.
b) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak
menjawab: anak belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
11) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya (S).
12) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M).
13) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
14) Untuk jawaban ‘Tidak’, perlu dirinci jumlah jawaban
‘Tidak’ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Adapun beberapa pemeriksaan perkembangan diantaranya
seperti, Pemeriksaan tes daya dengar (TDD), dan tes daya lihat
(TDL)[ CITATION Dew18 \l 1057 ].
a. Pemeriksaan Tes Daya Dengar (TDD)
1) Tujuan: untuk menentukan gangguan pendengaran
sejak dini
2) Jadwal: setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas
3) Alat yang diperlukan
a) Instrument TDD menurut umur dan anak
b) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan
manusia
c) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan
bola)
4) Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan, dan
tahunanak lahir, hitung umur anak dalam bulan, pilih
daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak
a) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
(1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang
tua/ pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu
atau takut menjawab karena tidak untuk
mencari siapa yang salah.
(2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas,
nyaring, satu persatu dan berurutan.
(3) Tunggu jawaban orang tua atau pengasuh
anak.
(4) Jawaban “ya” jika menurut orang
tua/pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam 1 bulan terakhir.
b) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
(1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah
melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan
anak.
(2) Amati kemampuan anak dalam melakukan
perintah orang tua atau pengasuh
(3) Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan
perintah orang tua/ pengasuh
(4) Jawaban “tidak” jika anak tidak dapat atau
mau melakukan perintah orang tua/
pengasuh
(5) Interpretasi
(a) Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”,
kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
(b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort
bayi/ balita/ status/ catatan medic anak
jenis kelainan.
(6) Intervensi
(a) Tindak lanjut sesuai dengan buku
pedoman yang ada
(b) Rujuk ke RS bila tidak dapat
ditanggulangi.
b. Pemeriksaan Tes Daya Lihat (TDL)
1) Tujuan: untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat
dilihat agar segera dilakukan tindakan lanjutan.
2) Jadwal: dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia
prasekolah umur 36-72 bulan.
3) Alat yang diperlukan:
a) Ruangan yang bersih, tenang dan penyinaran
yang baik
b) Dua buah kursi, satu untuk anak, satu untuk
pemeriksa
c) Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk
dipegang anak
d) Alat penunjuk
4) Cara melakukan tes daya lihat
a) Pilih suatu ruangan bersih dan tenang dengan
penyinaran yang baik
b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada
posisi duduk
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster
“E” menghadap ke poster “E”
d) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster
“E” untuk pemeriksaan.
e) Pemeriksaan memberikan kartu “E” pada anak,
latih anak, dalam mengarahkan kartu “E”
menghadap keatas, bawah, kiri, kanan. Sesuai
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksaan, beri
pujian setiap kali anak mau melakukannya lakukan
hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E”
dengan benar.
f) Selanjutnya anak diminta menutup sebelah
matanya dengan buku atau kertas
g) Dengan alat petunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster
satu per satu mulai garis pertama sampai garis
terakhir atau garis “E” terkecil yang masih dapat
dilihat
h) Uji anak setiap kali mencocokkan posisi kartu “E”
yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster
i) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya
dengan cara yang sama
j) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat
pada kertas yang telah disediakan
Mata kanan…………….Mata kiri…………
5) Interpretasi
Anak pra sekolah umunya tidak mengalami
kesulitan sampai beris ke-3 pada poster “E” bila kedua
mata anak tidak dapat melihat garis ke-3 poster “E”
artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ke-3 yang
ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami
gangguan daya lihat
6) Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat
minta anak dating lagi untuk pemeriksaan ulang.bila
pada pemeriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat
garis yang sama dengan kedua.
B. Bermain
1. Definisi
bermain( play) marupakan istilah yang digunakan secara bebas
sehingga arti utamanya mungkin hilang.arti yang paling tepat
ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar. Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas
tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.”
Menurut Bettelheim kegiatanbermain adalah kegiatan yang “tidak
mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri
dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.

istilah bermainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat


imbuhan “ber-an”. Dalam kamus besar Indonesia, main adalah
berbuat sesuatu yang menyenangkan hati dengan menggunakan
alat atau tidak. Menurut Mayke S. Tedjasaputra yang penting dan
perlu ada didalam kegiatan bermain adalah rasa senang yang
ditandai oleh tertawa (dalam Nugroho,2005)

2. Manfaat bermain

1. Membuang ekstra-energi
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh,seperti tulang,otot
dan organ-organ
3. Meningkatkan nafsu makan anak karena melakukan aktivitas
4. Belajar mengontrol diri
5. Mengembangkan berbagai keterampilan yang akan berguna
sepanjang hidupnya
6. Meningkatkan daya kreativitas dan perkembangan imajinasi
7. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang
ada disekitar anak
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan,kekuatiran,iri hati dan
kedukaan
9. Mendapatkan kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya
10. Mendapatkan kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah atau pun
yang menang dalam bermain
11. Mendapatkan kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan
12. Mengembangkan kemampuan intelektual,anak dipengaruhi selain oleh
pada anak yang sehat,perkembangan intelektual anak dipengaruhi
oleh stimulasi,juga oleg gizi anak.

3. Jenis-jenis bermain
Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada
anak, di antaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian
akan memberikan jenis permainan yang berbeda. Dikatakan
bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan,
selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya.
Sedangkan bermain pasif terjadi jika anak memberikan respons
secara pasif terhadap permainan dan lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat
mengenal macam-macam dari permainan di antaranya [ CITATION
Yul \l 1057 ]
a. Berdasarkan isinya
1) Bermain afektif sosial (Social affective play)
Inti permainan ini adalah adanya hubungan
interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan
orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan
kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang
lain. Contoh: bermain “cilukba”, berbicara sambil
tersenyum/ tertawa, atau sekedar memberikan tangan
pada bayi untuk menggenggamnya.
2) Bermain bersenang-senang (Sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang dapat
menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya
mengasyikan. Misalnya: dengan menggunakan pasir,
anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-
benda apa saja yang dapat dibentuknya dangan pasir.
Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini
dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga
susah dihentikan.
3) Bermain keterampilan (skill play)
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini
meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan motorik halus. Misalnya: memindahkan
benda dari satu tempat ke tempat lain, dan anak akan
terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut
diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan
yang dilakukan.
4) Games atau permainan
Games dan permainan adalah jenis permainan
yang menggunakan alat tertentu dengan menggunakan
perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali
jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional
maupun modern. Misalnya: ular tangga, congklak,
puzzle.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar
mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-
bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang
ada di sekitarnya. Jadi, sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau
objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai
alat permainan.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini
anak memainkan peran sabagai orang lain melalui
permainanya. Anak berceloteh sambil berpakainan
meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya,
ayahnya, kakaknya dan sebagainya yang ingin ia tahu.
Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan di antara mereka tentang peran orang yang
mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses
identifikasi anak terhadap peran tertentu.
b. Berdasarkan karakteristik sosial:
1) Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati
temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak
tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.

2) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam
kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
yang digunakan temannya. Tidak ada kerja sama
ataupun komunikasi dengan teman sepermainanya.
3) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat
permainan yang sama tetapi antara satu anak dengan
anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga
antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi
satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh
anak toddler.
4) Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi
antara satu anak dengan anak lain tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
permainan dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain
hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan.
5) Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih
jelas pada permainan jenis ini juga tujuan dan pemimpin
permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur
dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam
permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan
sepak bola, ada anak yang memimpin permainan,
aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka
harus dapat mencapai tujuan bersama yaitu
memenangkan permainan dengan memasukan bola ke
gawang lawan mainnya.

4. faktor mempengaruhi bermain

- Kesehatan

semakin sehat anak semakin banyak energy untuk bermain aktif, seperti
permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai
hiburan.

- Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik.


Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada
perkembangan motor mereka. Pengendalian motorik yang baik

memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif .

- Intelegensi

Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang
pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan. Dengan
bertambahnya usia, mereka lebih menunjukkan perhatian dalam
permainann kecerdasan, dramatic, konstruktik, dan membaca. Anak yang
pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar,
termasuk upaya menyeimbangkan factor fisik dan

- Jenis kelamin

Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak


perempuan dan lebih menyukai permainan dan olah
raga dari pada berbagai jenis permainan lain. Pada
awal masa kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan
perhatian pada berbagai jenis permaian yang lebih
banyak dari pada anak perempuan tetapi sebaliknya
terjadi pada akhir masa kanak-kanak intlektual yang
nyata

- Lingkungan

Anak yang dari lingkungan yang buru kurang bermain ketimbang anak
lainnya. Karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan
ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain dari pada
mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya
teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas

- Status Sosial ekonomi

Anak yang dari kelompok social ekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai
kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu
roda,sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan
yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial
mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis
kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervise terhadap mereka.
- Jumlah Waktu Bebas

jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi


keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan
waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang
membutuhkan tenaga yang besar.

- Peralatan Bermain

Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainanya.


Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan
pura-pura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan
yang sifatnya konstruktif.

4. Terapi bermain
Pengertian
a. Persiapan
1) Alat:
a) Proposal terapi bermain
b) Mainan anak sesuai tumbuh kembang
2) Persiapan lingkungan
a) Persiapan lingkungan atau setting tempat untuk
interaksi seperti ruang bermain di RS
b) Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan
orang tua untuk rasa aman anak
b. Prosedur
1) Pra interaksi
2) Interaksi
a) orientasi
b) kerja
c) terminasi
3) Post interaksi

c. SOP terapi bermain


Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
Tahap pra interksi
1. Kaji kebutuhan bermain pada anak
Cek kesiapan anak (tidak mengantuk,
2.
tidk rewel, kondisi memungkinkan)
Siapkan alat permainan dan
3.
lingkungan bermain
4. Cuci tangan
Tahap orientasi
5. Berikan salam dan menyapa anak
6. Perkenalkan diri pada anak
Jelaskan tujuan dan prosedur
7.
tindakan
8. Jaga privasi
Tahap kerja
Beri petunjuk pada anak mengenai
9.
cara bermain
10. Persilahkan anak untuk melakukan
permainan secara bersama anak
lain/orang tua/keluarga/
petugas/individu
Motivasi keterlibatan anak dan
11.
keluarga
Observasi emosi, hubungan
12. interpersonal, dan pesikomotorik
anak saat bermain
Beri pujian pada anak saat
13.
melakukan permainan
Tahap terminasi
Minta anak menceritakan apa yang
14.
dilakukan atau dibuatnya
Tanyakan perasaan anaksetelah
15. bermain dan pendapat keluarga
tentang permainan yang dilakukan
16. Berpamitan dengan anak
17. Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan dari respon
18.
klien

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari


perubahan morfologi,biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi
sampai maturitas/dewasa banyak orang menggunakan istilah”tumbuh”dan
“kembang”secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar.istilah tumbuh
kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda,tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan,yaitu pertumbuhan dan
perkembangan,sementara itu,pengertian mengenai pertumbuhan dan
perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:

Tumbuh (growth) adalah perubahan fisik yang dapat diukur;


kembang(development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks. Masa balita seringkali disebut sebagai
periode emas. Pada periode usia 0-5 tahun, terjadi peningkatan pesat
pada pertumbuhan dan perkembangan.

B. Saran

Peran Perawat anak mempunyai kontrak kepada anak dan keluarga


dalam meningkatkan kesejahteraan yang berlandaskan pada proses
keperawatan sesuai dengan moral (etik) dan aspek hukum (legal). Tujuan
keperawatan pada anak untuk meningkatkan maturasi atau kematangan
dan berfokus pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA

D.B JELLIFFE.2014. buku Kesehatan anak di daerah tropis

prof .soetjiningsih,Dr.SpA(k).2014.buku tumbuh kembang anak edisi 2

dr.soetjiningsih,SpAk.2014. buku tumbuh kembang anak (hologram 3


dimensi)

http://e-journal.uajy.ac.id/828/3/2TA12160.pdf

PEDIATRIKA 2012. Kesehatan, pencegahan dan anak dr.sumitro arkamda

Menuju kelahiran yang alami 2011, perubahan tumbuh dan


perkembangan anak sebelum lahir.

Anda mungkin juga menyukai