Kelompok 3 :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang......................................................................5
B. Rumusan Masalah................................................................6
C. Tujuan...................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................7
A. Pertumbuhan........................................................................7
1. Definisi.........................................................................8
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan..................................................9
3. Tahap Pertumbuhan....................................................9
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan.................10
5. Pemeriksaan Pertumbuhan.........................................11
1. Perkembangan.............................................................17
2. Definisi.........................................................................18
3. Ciri-Ciri Perkembangan................................................18
4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan...............19
5. Tahapan Perkembangan.............................................21
6. Pemeriksaan Perkembangan....................................30
B. Bermain................................................................................39
1. Definisi Bermain...........................................................39
2. Manfaat Bermain .........................................................39
3. Jenis-Jenis Permainan ................................................40
4. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain.........................44
5. Terapi bermain.............................................................45
BAB III PENUTUP.................................................................................49
A. Kesimpulan...........................................................................49
B. Saran....................................................................................49
LAMPIRAN.............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA 50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah saat-saat yang
dinantikan oleh orang tua, karena pertumbuhan dan perkembangan adalah
salah satu indicator memantau kesehatan anak. Dalam perkembangan anak
terdiri atas beberapa perkembangan, yaitu perkembangan personal sosial,
perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, perkembangan
motorik halus. Motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk
menggambar, memegang sesuatu benda, dan lain-lain. Kemampuan motorik
halus pada anak balita usia 3-4 tahun yaitu mampu menggambar
menggunakan krayon, menggunakan alat atau benda dan dapat meniru
bentuk[ CITATION Kus161 \l 1057 ]
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak,
serta suara[ CITATION Yul \l 1057 ].
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pertumbuhan anak
2. Bagaimana konsep perkembangan anak
3. Bagaimana konsep bermain pada anak
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pertmbuhan anak
2. Untuk mengetahui konsep perkembangan anak
3. Untuk mengetahui konsep bermain pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan
1. Definisi
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan intraseluler atau biasa juga disebutkan bahwa
pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur sebagian
atau keseluruhan tubuh, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat. Pertumbuhan anak juga dapat diartikan sebagai perubahan
kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat adanya pengaruh
lingkungan. Material pribadi yang dimaksud ialah sel, kromoson, rambut,
butiran darah, dan tulang[ CITATION Soe15 \l 1057 ].
A. Perkembangan
1. Definisi
5. Pemeriksaan perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan: gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian[ CITATION Dew18 \l 1057 ].
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
seperti duduk, berdiri dan sebagainya
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yan melibatkan dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,
membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dan sebagainya.
SDITK (Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
[ CITATION Dew18 \l 1057 ].
a. Stimulasi/rangsangan adalah kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh
dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapatkan stimulasi/rangsangan secara rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
b. Deteksi tumbuh kembang adalah mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.
c. Intervensi dini penyimpangan tubuh kembang balita adalah
melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan
plastisitas otak anak untuk memperbaiki penyimpangan
tumbuh kembang pada seorang anak agar tumbuh
kembangnya kembali normal atau penyimpangan tidak
menjadi semakin berat.
Pemeriksaan Skrining Perkembangan
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP (Kuesioner Pra-Skrinning
Perkembangan) adalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9,
12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.
Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin[ CITATION Yul \l 1057 ].
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur
anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan
KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda [ CITATION
Yul \l 1057 ].
Ingatkan ibu/orangtua untuk anak yang berusia 3 bulan-
24 bulan (2 tahun) supaya membawa anaknya ke
posyandu/puskesmas setiap 3 bulan untuk mendapatkan
pelayanan SDITK. Sedangkan, untuk anak yang berusia > 2
tahun sampai 6 tahun dibawa ke puskesmas atau posyandu
setiap 6 bulan[ CITATION Yul \l 1057 ]
Alat/instrumen yang digunakan adalah[ CITATION Yul \l
1057 ]:
1) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72
bulan.
2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola
sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi
2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0.5-1 cm. Pada waktu
pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
3) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal
bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan.
4) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang
sesuai dengan umur anak.
5) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,
contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?
b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk”.
6) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau
takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh
anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
7) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu
persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya
atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
8) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah
ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
9) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
10) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
a) Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab:
anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-
kadang melakukannya.
b) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak
menjawab: anak belum pernah melakukan atau
tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
11) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya (S).
12) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M).
13) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
14) Untuk jawaban ‘Tidak’, perlu dirinci jumlah jawaban
‘Tidak’ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Adapun beberapa pemeriksaan perkembangan diantaranya
seperti, Pemeriksaan tes daya dengar (TDD), dan tes daya lihat
(TDL)[ CITATION Dew18 \l 1057 ].
a. Pemeriksaan Tes Daya Dengar (TDD)
1) Tujuan: untuk menentukan gangguan pendengaran
sejak dini
2) Jadwal: setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas
3) Alat yang diperlukan
a) Instrument TDD menurut umur dan anak
b) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan
manusia
c) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan
bola)
4) Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan, dan
tahunanak lahir, hitung umur anak dalam bulan, pilih
daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak
a) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
(1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang
tua/ pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu
atau takut menjawab karena tidak untuk
mencari siapa yang salah.
(2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas,
nyaring, satu persatu dan berurutan.
(3) Tunggu jawaban orang tua atau pengasuh
anak.
(4) Jawaban “ya” jika menurut orang
tua/pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam 1 bulan terakhir.
b) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
(1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah
melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan
anak.
(2) Amati kemampuan anak dalam melakukan
perintah orang tua atau pengasuh
(3) Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan
perintah orang tua/ pengasuh
(4) Jawaban “tidak” jika anak tidak dapat atau
mau melakukan perintah orang tua/
pengasuh
(5) Interpretasi
(a) Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”,
kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
(b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort
bayi/ balita/ status/ catatan medic anak
jenis kelainan.
(6) Intervensi
(a) Tindak lanjut sesuai dengan buku
pedoman yang ada
(b) Rujuk ke RS bila tidak dapat
ditanggulangi.
b. Pemeriksaan Tes Daya Lihat (TDL)
1) Tujuan: untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat
dilihat agar segera dilakukan tindakan lanjutan.
2) Jadwal: dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia
prasekolah umur 36-72 bulan.
3) Alat yang diperlukan:
a) Ruangan yang bersih, tenang dan penyinaran
yang baik
b) Dua buah kursi, satu untuk anak, satu untuk
pemeriksa
c) Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk
dipegang anak
d) Alat penunjuk
4) Cara melakukan tes daya lihat
a) Pilih suatu ruangan bersih dan tenang dengan
penyinaran yang baik
b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada
posisi duduk
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster
“E” menghadap ke poster “E”
d) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster
“E” untuk pemeriksaan.
e) Pemeriksaan memberikan kartu “E” pada anak,
latih anak, dalam mengarahkan kartu “E”
menghadap keatas, bawah, kiri, kanan. Sesuai
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksaan, beri
pujian setiap kali anak mau melakukannya lakukan
hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E”
dengan benar.
f) Selanjutnya anak diminta menutup sebelah
matanya dengan buku atau kertas
g) Dengan alat petunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster
satu per satu mulai garis pertama sampai garis
terakhir atau garis “E” terkecil yang masih dapat
dilihat
h) Uji anak setiap kali mencocokkan posisi kartu “E”
yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster
i) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya
dengan cara yang sama
j) Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat
pada kertas yang telah disediakan
Mata kanan…………….Mata kiri…………
5) Interpretasi
Anak pra sekolah umunya tidak mengalami
kesulitan sampai beris ke-3 pada poster “E” bila kedua
mata anak tidak dapat melihat garis ke-3 poster “E”
artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ke-3 yang
ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami
gangguan daya lihat
6) Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat
minta anak dating lagi untuk pemeriksaan ulang.bila
pada pemeriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat
garis yang sama dengan kedua.
B. Bermain
1. Definisi
bermain( play) marupakan istilah yang digunakan secara bebas
sehingga arti utamanya mungkin hilang.arti yang paling tepat
ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar. Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas
tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.”
Menurut Bettelheim kegiatanbermain adalah kegiatan yang “tidak
mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri
dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
2. Manfaat bermain
1. Membuang ekstra-energi
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh,seperti tulang,otot
dan organ-organ
3. Meningkatkan nafsu makan anak karena melakukan aktivitas
4. Belajar mengontrol diri
5. Mengembangkan berbagai keterampilan yang akan berguna
sepanjang hidupnya
6. Meningkatkan daya kreativitas dan perkembangan imajinasi
7. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang
ada disekitar anak
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan,kekuatiran,iri hati dan
kedukaan
9. Mendapatkan kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya
10. Mendapatkan kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah atau pun
yang menang dalam bermain
11. Mendapatkan kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan
12. Mengembangkan kemampuan intelektual,anak dipengaruhi selain oleh
pada anak yang sehat,perkembangan intelektual anak dipengaruhi
oleh stimulasi,juga oleg gizi anak.
3. Jenis-jenis bermain
Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada
anak, di antaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian
akan memberikan jenis permainan yang berbeda. Dikatakan
bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan,
selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya.
Sedangkan bermain pasif terjadi jika anak memberikan respons
secara pasif terhadap permainan dan lingkungan yang
memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat
mengenal macam-macam dari permainan di antaranya [ CITATION
Yul \l 1057 ]
a. Berdasarkan isinya
1) Bermain afektif sosial (Social affective play)
Inti permainan ini adalah adanya hubungan
interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan
orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan
kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang
lain. Contoh: bermain “cilukba”, berbicara sambil
tersenyum/ tertawa, atau sekedar memberikan tangan
pada bayi untuk menggenggamnya.
2) Bermain bersenang-senang (Sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang dapat
menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya
mengasyikan. Misalnya: dengan menggunakan pasir,
anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-
benda apa saja yang dapat dibentuknya dangan pasir.
Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini
dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga
susah dihentikan.
3) Bermain keterampilan (skill play)
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini
meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan motorik halus. Misalnya: memindahkan
benda dari satu tempat ke tempat lain, dan anak akan
terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut
diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan
yang dilakukan.
4) Games atau permainan
Games dan permainan adalah jenis permainan
yang menggunakan alat tertentu dengan menggunakan
perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali
jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional
maupun modern. Misalnya: ular tangga, congklak,
puzzle.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar
mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-
bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang
ada di sekitarnya. Jadi, sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau
objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai
alat permainan.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini
anak memainkan peran sabagai orang lain melalui
permainanya. Anak berceloteh sambil berpakainan
meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya,
ayahnya, kakaknya dan sebagainya yang ingin ia tahu.
Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan di antara mereka tentang peran orang yang
mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses
identifikasi anak terhadap peran tertentu.
b. Berdasarkan karakteristik sosial:
1) Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati
temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak
tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
2) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam
kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
yang digunakan temannya. Tidak ada kerja sama
ataupun komunikasi dengan teman sepermainanya.
3) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat
permainan yang sama tetapi antara satu anak dengan
anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga
antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi
satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh
anak toddler.
4) Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi
antara satu anak dengan anak lain tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
permainan dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain
hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan.
5) Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih
jelas pada permainan jenis ini juga tujuan dan pemimpin
permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur
dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam
permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan
sepak bola, ada anak yang memimpin permainan,
aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka
harus dapat mencapai tujuan bersama yaitu
memenangkan permainan dengan memasukan bola ke
gawang lawan mainnya.
- Kesehatan
semakin sehat anak semakin banyak energy untuk bermain aktif, seperti
permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai
hiburan.
- Perkembangan Motorik
- Intelegensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang
pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan. Dengan
bertambahnya usia, mereka lebih menunjukkan perhatian dalam
permainann kecerdasan, dramatic, konstruktik, dan membaca. Anak yang
pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar,
termasuk upaya menyeimbangkan factor fisik dan
- Jenis kelamin
- Lingkungan
Anak yang dari lingkungan yang buru kurang bermain ketimbang anak
lainnya. Karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan
ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain dari pada
mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya
teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas
Anak yang dari kelompok social ekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai
kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu
roda,sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan
yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial
mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis
kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervise terhadap mereka.
- Jumlah Waktu Bebas
- Peralatan Bermain
4. Terapi bermain
Pengertian
a. Persiapan
1) Alat:
a) Proposal terapi bermain
b) Mainan anak sesuai tumbuh kembang
2) Persiapan lingkungan
a) Persiapan lingkungan atau setting tempat untuk
interaksi seperti ruang bermain di RS
b) Atur lingkungan aman dan nyaman serta libatkan
orang tua untuk rasa aman anak
b. Prosedur
1) Pra interaksi
2) Interaksi
a) orientasi
b) kerja
c) terminasi
3) Post interaksi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
http://e-journal.uajy.ac.id/828/3/2TA12160.pdf