Anda di halaman 1dari 4

RENCANA AKSI

a. TSUNAMI
1) Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami.
2) Pembangunan tempat evakuasi (shelter) di sekitar daerah pemukiman, pembangunan
tembok penahan tsunami pada garis pantai yang berisiko, penanaman mangrove serta
tanaman lainnya di sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air tsunami.
3) Memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan akan bencana
tsunami yang berpotensi terjadi di Pantai Candidasa. Meningkatkan pengetahuan
masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai Candidasa tentang
tsunami dan cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.
4) Pelatihan atau simulasi saat terjadi bencana.
Melalui pelatihan ini, masyarakat khususnya masyarakat lokal yang tinggal di
pinggir Pantai Candidasa diharapkan dapat menerapkan pendidikan mengenai
bencana yang telah didapatkan serta lebih siaga dan siap saat terjadi bencana.
Pelatihan dan simulasi ini juga berfungsi untuk melatih kesiapan masyarakat agar
tidak panik saat bencana terjadi dan mengetahui dengan baik langkah-langkah yang
tepat saat terjadi dan pasca terjadinya bencana.
5) Pembentukan tim yang berasal dari masyarakat pesisir Pantai Candidasa guna
mempersiapkan aksi cepat tanggap saat terjadinya bencana. Tim ini terdiri atas
bagian dari masyarakat yang telah dilatih khusus oleh lembaga penanggulangan
sehingga memiliki kemampuan khusus dalam penanganan bencana. Tim ini
diharapkan dapat bekerja cepat saat terjadi dan pasca terjadinya bencana sebelum
bantuan datang. Peran serta pecalang juga turut membantu mitigasi bencana dengan
mengawasi wilayah pantai dan memberi peringatan jika tanda-tanda terjadinya
bencana muncul.
6) Membangun gedung TES

b. GEMPA BUMI
1) Rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan getaran.
2) Undang-undang bangunan gempa dan peraturan tata guna tanah.
3) Kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan dan dorongan
akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi.
4) Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting menurut standar
tinggi dari rancangan teknik sipil.
5) Memperkuat bangunan-bangunan penting, yang diketahui rentan.
6) Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk didaerah-daerah geologi
yang diketahui dapat melipatgandakan getaran bumi.
7) Penetapan zona gempa.
8) Mengikuti simulasi
9) Pemetaan daerah rawan gempa yang bisa dilakukan oleh lembaga riset atau
perguruan tinggi. Hasil penelitian itu dapat dijadikan landasan untuk kebijakan
pemerintah pusat dan daerah serta untuk peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
ancaman bencana. Kejadian gempa masa lampau dan pencatatan yang akurat dari
luas lahan dan pengaruh-pengaruhnya. Kecenderungan gempa bumi untuk muncul
lagi di daerah-daerah yang sama setelah masa seratus tahun. Perencanaan lokasi
untuk mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan di daerah- daerah geologi yang
diketahui dapat melipat gandakan getaran-getaran bumi.
Dari data tersebut pola bencana gempa bumi dapat dicermati untuk sebagai
dasar perencanaan mitigasi bencana gempa bumi. Prediksi seorang pakar seismologi
dari ITB, berdasarkan kajian ilmiah seismologi memprediksi akan ada gempa dengan
skala 8,9 richter dan tsunami 15 meter di daerah Sumatra. Meskipun bencana gempa
bumi tidak bisa diketahui kapan persis terjadinya, paling tidak prediksi tersebut dapat
dijadikan perencanaan mitigasi yang cermat dan tepat.
10) Pembuatan jalur-jalur evakuasi serta rambu-rambu, seperti tanda pintu darurat untuk
membantu warga pada saat melakukan evakuasi jika bencana gempa bumi terjadi.
Pembuatan jalur ini penting untuk mengurangi kemacetan, saat gempa lalu serta
untuk mengurangi risiko terjadi kecelakaan. Pembuatan jalur ini perlu diikuti
penyuluhan dan latihan evakuasi bagi pengguna jalan raya, latihan atau simulasi
menyelamatkan diri atau keluar secara aman dan tidak panik saat menggunakan
tangga darurat di gedung-gedung tinggi saat keluar dari pusat perbelanjaan, pasar,
dan sekolah, serta cara berlindung di tempat yang aman saat gempa terjadi. Latihan
dalam evakuasi gempa tersebut merupakan pendidikan dalam mitigasi gempa yang
sangat penting dilakukan. Seharusnya latihan dan simulasi hal ini merupakan
kurikulum wajib yang harus dilakukan setiap tahun bagi semua sekolah, kantor dan
tempat-tempat umum lainnya. Sehingga kelemahan dan kekurangan yang terjadi
senantiasa dapat diperbaiki.
11) Peningkatan kemampuan menghadapi ancaman dengan cara pemberian pengetahuan
dan keterampilan tentang pertolongan pertama, penyiapan peralatan kesehatan dan
kebutuhan dasar.

c. TANAH LONGSOR
1) Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. Fungsi
drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke
dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus
dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah.
2) Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
3) Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah.
4) Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat
atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi
dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
5) Pengenalan daerah rawan longsor kepada warga disekitar daerah Candidasa.
6) Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
7) Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke
dalam tanah.
8) Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction
(infeksi cairan).
9) Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
10) Menanami kawasan yang gersang dengan tanaman yang memiliki akar kuat,
banyak dan dalam seperti nangka, durian, pete, kaliandra dan sebagainya.
11) Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil
(tanah gerak).
12) Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan. Waspada ketika curah
hujan tinggi.
13) Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.
d. KEBAKARAN
Elemen-elemen yang paling beresiko

a. GEMPA BUMI
Kumpulan-kumpulan bangunan yang lemah dengan tingkat hunian yang tinggi.
Bangunan-bangunan yang didirikan tanpa perhitungan teknik sipil oleh pemilik rumah:
tanah, pecahan batu dan bangunan dari batu tanpa diperkuat oleh kerangka. Bangunan-
bangunan dengan atap yang berat. Bangunan-bangunan tua dengan kekuatan samping
yang kecil, bangunan-bangunan yang berkualitas rendah atau bangunan-bangunan
dengan konstruksi-konstruksi yang cacat. Bangunan-bangunan tinggi yang jauh dari
gempa bumi, dan bangunan-bangunan yang dibangun diatas tanah yang lembek.
Bangunan-bangunan yang ditempatkan pada lereng-lereng yang lemah. Infrastruktur di
atas tanah atau tertanam di dalam tanah-tanah yang mengalami perubahan bentuk.
Pabrik-pabrik industri dan kimia juga mendatangkan resiko sekunder.

Anda mungkin juga menyukai