Disusun Oleh:
Kelas A
Kelompok 4
a. Primer : Masyarakat
b. Sekunder : Kepala Desa/ Kepala Suku
c. Tersier : Pak Camat
Jenis Program :
Referensi :
b. Sekunder : Perawat
b. Sekunder : Dosen
c. Tersier : Dekan/Rektor
Jenis Program :
Perguruan tinggi atau kampus adalah sebagai wadah pendidikan generasi muda
dan juga tempat berkumpulnya kelompok usia produktif yang potensial membentuk
“Agent Of Change” bagi sektor kesehatan yang dipandang memiliki potensi dan nilai
tambah untuk berkonstribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Melihat
manfaat dari dikembangkannya konsep Health University, kementrian kesehatan
membuat terobosan untuk optimalisasi pencegahan dan pengendalian penyakit pada
kelompok usia produktif dilingkungan perguruan tinggi yang disebut dengan program
kampus sehat. (Kemenkes RI, 2019)
Program kampus sehat adalah upaya yang sistematis dan menyeluruh dalam
mewujudkan pergurun tinggi sebagai suatu lembaga yang mengintegrasikan kesehatan
dalam budaya perguruan tinggi yang tercermin melalui kegiatan operasional sehari-
hari, administrasi pengelolaan dan mandate akademis. Program ini merupakan
sinegritas upaya promotif dan preventif hidup sehat sebagai perwujudan GERMAS
melalui “ Edukasi gaya hidup sehat, deteksi dini, dan intervensi yang terintegrasi
dengan pengaturan lingkungan yang sehat “ sehingga diharapkan prevalensi penyakit
dan faktor resikonya di lingkungan kampus dapat diturunkan. Program kampus sehat
diharapkan dapat menggerakkan sektor pendidikan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan Indonesia sehat dengan terlibat langsung dalam upaya-upaya promotif
dan preventif di lingkungan perguruan tinggi. Melalui program kampus sehat, PT akan
mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada kesehatan sehingga tercipta masyarakat
kampus yang sehat, bugar dan produktif. Indicator yang menjadi point penilaian dalam
program kampus sehat, antara lain meliputi : (Kemenkes RI, 2019)
a. Lingkungan yang bersih, sehat dan aman (mis, terdapat pengelolaan sampah dan
limbah yang baik, tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar keamanan,
kesehatan dan ramah disabiltas, terdapat kantin sehat yang menyajikkan menu sehat
yang bervariasi.
b. Terbentuknya kawasan “ Zero Tolerance “ yaitu kawasn tanpa rokok, alcohol, dan
napza, serta kawasan bebas kekerasan.
c. Adanya upaya deteksi dini faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
kesehatan jiwa yang dilakukan secara rutin dan berkala yang disertai dengan tindak
lanjut terhadap hasil pemeriksaan (mis, orang yang sudah memilki faktor resiko
penyakit dirujuk ke poloklinik kampus untuk mendapatkan penatalaksanaan yang
sesuai). Deteksi dini ini dilakukan dengan membentuk posbindu disetiap fakultas,
khusunya fakultas kesehatan. Kegiatan deteksi dini minimal meliputi, deteksi
obesitas (pengukuran indeks massa tubuh dan lingkar perut), pengukuran tekanan
darah dan pemeriksaan gula darah serta konsultasi tentang masalah kejiwaan.
e. Menggiatkan aktivitas fisik melalui penjadwalan senam atau olahraga lain secara
rutin, mendukung agar ada peregangan diantara jam perkuliahan dan upaya lainnya
yang bisa dikembangkan oleh perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang dimiliki.
Perguruan tinggi kini mulai digarap oleh Kementrian Kesehatan sebagai kawasan
untuk merubah perilaku hidup sehat melalui program kampus sehat yang sekarang ini
sudah ada empat perguruan tinggi yang dijadikan percontohan sebagai kampus sehat,
antara lain Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas
Andalas dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Direncanakan pada tahun 2020,
program kampus sehat akan diperluas lagi ke 5 kampus lainnya yang nantinya
program ini akan dijadikan program nasional dan selanjutnya ditawarkan ke
kemenristekdikti sebagai salah satu penilaian akreditasi perguruan tinggi.
Referensi :
Undang-Undang Penanggulangan B
Kemenkes RI. 2019. Program Kampus Sehat : Perguruan Tinggi Sebagai Agent Of
Change Sektor Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI. Diperoleh tanggal 15 oktober
2019 dari www.p2ptm.kemkes.go.id