Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Komunitas 2 yang diampuh


oleh Ns. Andi Mursyidah S.Kep M.Kes

Disusun Oleh:

Kelas A

Kelompok 4

1. Ririn Hasan (841418003)


2. Febryananda Polapa(841418009)
3. Sumiyati Moo (841418010)
4. Delfiyantin Hasan (841418012)
5. Fatia Ali (841418018)
6. Rayhan Binti Hasan (841418025)
7. Widya Puspa Molou (841418027)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

I. Tatanan Masyarakat Umum

Sasaran untuk Progam 1 dan 2 :

a. Primer : Masyarakat
b. Sekunder : Kepala Desa/ Kepala Suku
c. Tersier : Pak Camat

Sasaran untuk Program 3 :

a. Primer : Anak Kos


b. Sekunder : Pemilik Kos
c. Tersier : Pak Lurah

Jenis Program :

1. Program Perawat Sahabat Keluarga (PERSAGA)


Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan dan penyembuhan terhadap
anggota keluarga yang sakit, sehingga setiap anggota keluarga perlu mampu mengenal
masalah kesehatan yang ada di keluarganya, keluarga harus mampu memutuskan
tindakan yang tepat saat anggota keluarga sakit, keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang sakit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan
fasilitas kesehatan.( Abidin, ahmad zainal. 2020)
Perawat Sahabat Keluarga memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman lebih
banyak pada mahasiswa dalam menangani masalah kesehatan di masyarakat melalui
pendekatan keluarga, memberikan pemahaman lebih pada mahasiswa tentang teori
keperawatan yang sudah ada serta implementasinya dalam permasalahan nyata,
mengajarkan mahasiswa untuk menjadi pribadi bermanfaat bagi masyarakat bahkan
sejak dalam proses pendidikan sekaligus menumbuhkan jiwa humanis pada
mahasiswa, memberi edukasi pada keluarga mitra agar mampu menjadi punggawa
hidup sehat dan membantu pemerintah dalam mensukseskan program Indonesia sehat.
Persaga sebagai bentuk intervensi dalam mendorong masyarakat agar siap bermitra
dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang di alaminya secara mandiri,
kemandirian dalam batas intervensi dasar yang dapat di lakukan oleh orang
awam.Masyarakat sehat dan cerdas adalah dampak yang diharapkan terwujud dengan
di lakukannya program PerSaga secara terus menerus. Dengan pendekatan keluarga di
harapkan mampu menjadi garda depan untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Hal ini senada dengan Program Kementrian Kesehan RI Nomor 39 Tahun
2016Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga. Status keluarga masih mitra awal yang akan menjadi dasar
penentuan tori keperawatan yang paling tepat di gunakan dalam melakukan asuhan
keperawatan di tingkat primer, skunder, maupun tersier ( Abidin, ahmad zainal. 2020)
Metode yang dilakukan adalah: dengan memberikan sosialisasi terlebih dahulu ke
mahasiswa sebagai pelaksana atau TIM yang akan terlibat dalam program abdimas
serta maping lokasi yang akan menjadi sasaran keluarga binaan. Kemudian mahasiswa
akan mengurus surat perijinan ke Bangkesbangpol yang akan diteruskan ke tenaga
kesehatan dan kepala desa setempat. Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan
pendampingan keluarga dengan mengawal status kesehatan keluarga pre-program
sampai post program. Waktu pendampingan dilakukan berdasarkan dengan PoA yang
telah disusun oleh TIM beserta dengan pembimbing akademik. Program ataukegiatan
yang diberikan menyesuaikan dengan hasil pengkajian yang didapat oleh mahasiswa
sebagai TIM. Kemudian akan dilakukan evaluasi dari kegiatan serta akan dilakukan
follow up kegiatan.
2. Program Pelayanan Kesehatan di Pulau-pulau
Program ini sama hanya dengan program puskesmas keliling atau prlayanan
kesehatan keliling namum untuk program puskesmas keliling hanya di aplikasikan di
wilayah daratan namun untuk wilayah-wilayah yang berada di pulau terpencil masih
kurang bahkan atau belum ada. Untuk itu kami mencetuskan program kesehatan di
pulau-pulau di mana mekanisme pelaksanaan program ini pemerintah daerah
menyediakan fasilitas berupa alat trasfortasi untuk membawa tenaga medis dalam hal
ini perawat, dokter, bidan atau tenaga medis lainnya dari darat (Puskesmas dan Rumah
Sakit) kr pulau-pulau terpencil yang akan di tuju.Kemudian untuk perawat ini bisa di
ambil dari perawat-perawat yang bekerja di Rumah Sakit umum daerah atau
Puekesmas lalu di angkut menggunakan perahu nelayan atau yang sudah di sediakan
pemerintah. Untuk pemeriksaan kesehatan dalam seminggu sebanyak 3 kali, han ini
bertujuan agar masyarakat yang berada di pulau-pulau di mana pelayanan
kesehatannya sangat kurang bisa terbantu, sehingga masyarakat yang sakit tidak perlu
repot-repot atau susah payah kedaratan untuk memperoleh pelayanan kesehatan, tetapi
tenaga medislah yang menjangkau pasien dalam hal ini masyrakat yang ada di pulau
terpencil.
3. Program Kos Sehat
PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang mampu menolong dirinya
sendiri dalam kesehatan. Dampak dari kurangnya menerapkan PHBS berakibat pada
masalah kesehatan dan mengakibatkan berbagai macam penyakit mulai dari diare,
demam tifoid, DBD yang juga masih cukup tinggi dan masalah kesehatan lainnya.
Perilaku hidup sehat dan bersih tidak saja dipraktikan pada rumah tangga, sekolah dan
lain sebagainya tetapi perlu juga di praktikan pada mahasiswa khususnya mahasiswa
yang tinggal di kos, di mana mahasiswa yang tinggal di kos sebagian besar tinggal
jauh dari keluarga sehingga kurangnya kontrol dari orang tua yang akan menyebabkan
mahasiswa memiliki kebiasaan yang tidak teratur salah satunya kebiasaan dalam
praktik PHBS (Ariani Lili. 2018)
Untuk program kos bersih adalah program yang di berikan kepadamasyarakat
dalam hal ini mahasiswa yang tinggal di ko-kosan dan pemilik kos itu.Di mana
perawat atau tenaga kesehatanakan memberikan edukasi berupa penyuluhan kepada
anak-anak kos dan pemilik kos tentang pentingnya hidup bersih dan sehat atau PHBS,
sebab kebanyakan mahasiswa atau hamasiswi yang tinggal di kos kurang
memperhatikan kesehatan lingkungannya, di mana mereka memeperhatikan kesehatan
dan kebersihan kosnya hanya dalam ruang lingkup kamar kosnya namun untuk
lingkungan kos itu kebersihan dan kesehatannya sangat minim, oleh karena itu
program ini bertujuan agar pemilik kos dapat menyediakan atau mempekerjakan satu
orang cleaning service untuk memebersihkan lingkungan kos tersebut. Program ini
bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Kemudian pembianyaan cleanimg
service tersebut dapat di ambil dari uang bulanan yang di bayar oleh mahasiswa yang
menghuni kos tersebut. Jadi program ini bisa di terapkan denga kerja sama antara
pemelik kos, pemerintah setempat dan mahasiwa yang menghuni kos tersebut.

Referensi :

1. Program Perawat Sahabat Keluarga (PERSAGA)


Abidin, ahmad zainal. 2020. Penguatan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
Pendekatan Perawat Keluarga Di Desa Sumberagung Kecamatan Dander
Bojonegoro. Jurnal Humanis : Jurnal Pengabdian Masyarakat STIKes
ICsada Bojonegoro. Vol 5, No.1
Program Kementrian Kesehan RI Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
2. Program Pelayanan Kesehatan di Pulau-pulau
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil Pasal 3 Ayat (1-4)
3. Program Kos Sehat
Ariani Lili. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Pada Mahasiswa Kos Di Padukuhan Karangmalang Yogyakarta.
Jurkessia, Vol. VIII, No. 3
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Lingkungan BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (1-2)
II. Tatanan Institusi Pendidikan

Sasaran untuk Progam 1 :

a. Primer : Anak sekolah

b. Sekunder : Perawat

c. Tersier : Kepala sekolah

Sasaran untuk Program 2 :

a. Primer : Seluruh Mahasiswa/Mahasiswi

b. Sekunder : Dosen

c. Tersier : Dekan/Rektor

Jenis Program :

1. Program Pelatihan Tanggap Bencana pada Anak Sekolah Dasar


Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang paling berisiko terkena
dampak bencana. Kerentanan anak-anak terhadap bencana dipicu oleh faktor
keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko di sekeliling mereka, yang berakibat
tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Berdasarkan data kejadian
bencana di beberapa daerah banyak korban terjadi pada anak usia sekolah baik di jam
sekolah atapun di luar jam sekolah, hal ini menunjukkan bahwa pentingnya
pengetahuan tentang bencana dan pengurangan risiko bencana diberikan sejak dini
untuk memberikan pemahaman dan pengarahan langkahlangkah yang harus dilakukan
saat terjadi suatu ancaman yang ada di sekitarnya untuk mengurangi risiko bencana
(Indriasari, Fika Nur.2016)
Program ini juga termasuk sebagai proses Mitigasi Benacana pada tahap Pra-
Bencana sebagaimana terdapat pada undang-undang penanggulangan Bencana nomor
24 tahun 2007. Mitigasi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 44 huruf C
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada
kawasan rawan bencana. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21
tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Program pelatihan tanggap bencana adalah program edukasi yang di berikann
kepada anak-anak sekolah dasar tentang menghadapi kondisi ketika terjadi bencana,
mekanisme program ini yaitu memberikan edukasi ke sekolah – sekolah yang
sasarannya adalah anak sekolah dasar tentang pentingnya penegetahuan tanggap
bantuan bencana, hal ini lebih efektif di bandingkan memberikan edukasi kepada
masyarkat karena masyarakat terutama ibu – ibu ataupun para orang tua itu memiliki
kesibukan dan pekerjaan yang sangat sulit ditinggalkan sehingga ketika memberikan
edukasi itu tidak akan efektif untuk di kumpulkan, namun ketika kita mendatangi
sekolah – sekolah atau bekerja sama dengan pihak sekolah itu lebih mudah
memberikan edukasi kepada anak sekolah terkumpul dalam satu tampat, dan anak –
anak sekolah ini yang akan membantu menyampaikan kepada kedua orang tua mereka
dengan sasarannya ada dua yakni memeberikan pengetahuan kepada anak sekolah dan
di harapkan agar setelah anak sekolah mendapatkan pengetahuan mereka dapat
membaginya dengan keluarga yang ada di rumah.

2. Program Kampus Sehat / Healthy University

WHO (World Health Organization) pada tahun 1998 memperkenalkan konsep “


Health Promoting University “ yang merupakan salah satu upaya promosi kesehatan
berbasis lingkungan yang menerapkan pendekatan sosio-ekologis. Konsep ini
kemudian direspon oleh berbagai Negara dengan pembentukan jejaring perguruan
tinggi untuk mendukung pencapaian upaya tersebut, antara lain ASEAN University
Network (AUN) yang beranggotakan 50 perguruan tinggi di 10 negara anggota
ASEAN. Adaptasi dari konsep WHO kemudian AUN mulai mengembangkan onsep
Healthy University pada tahun 2017. (Kemenkes RI, 2019)

Perguruan tinggi atau kampus adalah sebagai wadah pendidikan generasi muda
dan juga tempat berkumpulnya kelompok usia produktif yang potensial membentuk
“Agent Of Change” bagi sektor kesehatan yang dipandang memiliki potensi dan nilai
tambah untuk berkonstribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Melihat
manfaat dari dikembangkannya konsep Health University, kementrian kesehatan
membuat terobosan untuk optimalisasi pencegahan dan pengendalian penyakit pada
kelompok usia produktif dilingkungan perguruan tinggi yang disebut dengan program
kampus sehat. (Kemenkes RI, 2019)

Program kampus sehat adalah upaya yang sistematis dan menyeluruh dalam
mewujudkan pergurun tinggi sebagai suatu lembaga yang mengintegrasikan kesehatan
dalam budaya perguruan tinggi yang tercermin melalui kegiatan operasional sehari-
hari, administrasi pengelolaan dan mandate akademis. Program ini merupakan
sinegritas upaya promotif dan preventif hidup sehat sebagai perwujudan GERMAS
melalui “ Edukasi gaya hidup sehat, deteksi dini, dan intervensi yang terintegrasi
dengan pengaturan lingkungan yang sehat “ sehingga diharapkan prevalensi penyakit
dan faktor resikonya di lingkungan kampus dapat diturunkan. Program kampus sehat
diharapkan dapat menggerakkan sektor pendidikan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan Indonesia sehat dengan terlibat langsung dalam upaya-upaya promotif
dan preventif di lingkungan perguruan tinggi. Melalui program kampus sehat, PT akan
mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada kesehatan sehingga tercipta masyarakat
kampus yang sehat, bugar dan produktif. Indicator yang menjadi point penilaian dalam
program kampus sehat, antara lain meliputi : (Kemenkes RI, 2019)

a. Lingkungan yang bersih, sehat dan aman (mis, terdapat pengelolaan sampah dan
limbah yang baik, tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar keamanan,
kesehatan dan ramah disabiltas, terdapat kantin sehat yang menyajikkan menu sehat
yang bervariasi.

b. Terbentuknya kawasan “ Zero Tolerance “ yaitu kawasn tanpa rokok, alcohol, dan
napza, serta kawasan bebas kekerasan.

c. Adanya upaya deteksi dini faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
kesehatan jiwa yang dilakukan secara rutin dan berkala yang disertai dengan tindak
lanjut terhadap hasil pemeriksaan (mis, orang yang sudah memilki faktor resiko
penyakit dirujuk ke poloklinik kampus untuk mendapatkan penatalaksanaan yang
sesuai). Deteksi dini ini dilakukan dengan membentuk posbindu disetiap fakultas,
khusunya fakultas kesehatan. Kegiatan deteksi dini minimal meliputi, deteksi
obesitas (pengukuran indeks massa tubuh dan lingkar perut), pengukuran tekanan
darah dan pemeriksaan gula darah serta konsultasi tentang masalah kejiwaan.

d. Selalu menggiatkan promosi kesehatan baik secara langsung dalam acara-acara


kemahasiswaan dan pengabdian masyarakat maupun melalui media KIE.

e. Menggiatkan aktivitas fisik melalui penjadwalan senam atau olahraga lain secara
rutin, mendukung agar ada peregangan diantara jam perkuliahan dan upaya lainnya
yang bisa dikembangkan oleh perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang dimiliki.

f. Membangun kebijakan yang pro kesehatan, contohnya agar mahasiswa mau


beraktifitas fisik, tempat parker kendaraan dibuat agak jauh lokasinya agar para
mahasiswa bisa berjalan kaki lebih jauh.

g. Mengupayakan sesuatau yang berkaitan dengan perubahan-perunahan perilaku pada


mahasiswa, dosen, dan para staf di universitas.

Perguruan tinggi kini mulai digarap oleh Kementrian Kesehatan sebagai kawasan
untuk merubah perilaku hidup sehat melalui program kampus sehat yang sekarang ini
sudah ada empat perguruan tinggi yang dijadikan percontohan sebagai kampus sehat,
antara lain Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Universitas
Andalas dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Direncanakan pada tahun 2020,
program kampus sehat akan diperluas lagi ke 5 kampus lainnya yang nantinya
program ini akan dijadikan program nasional dan selanjutnya ditawarkan ke
kemenristekdikti sebagai salah satu penilaian akreditasi perguruan tinggi.

Referensi :

1. Program Pelatihan Tanggap Bencana pada Anak Sekolah Dasar

Indriasari, Fika Nur.2016. PENGARUH PELATIHAN SIAGA BENCANA GEMPA


BUMI TERHADAP KESIAPSIAGAAN ANAK SEKOLAH DASAR DALAM
MENGHADAPI BENCANA.

Undang-Undang Penanggulangan B

encana Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 44 Ayat (1)

2. Program Kampus Sehat / Healthy University

Kemenkes RI. 2019. Program Kampus Sehat : Perguruan Tinggi Sebagai Agent Of
Change Sektor Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI. Diperoleh tanggal 15 oktober
2019 dari www.p2ptm.kemkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai