Anda di halaman 1dari 20

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :
dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes., Sp.KJ

Dokter Muda
Rheza Tuszakka
20100310162

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

STATUS PSIKIATRI

1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Sdr. WH

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 23 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: kopek monggang, srihardono, pundong

2. ALLOANAMNESIS
Nama

: Bp. S

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 48 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Petani

Bangsa/Suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: kopek monggang, srihardono, pundong

Hubungan

: Ayah Kandung

Sifat perkenalan

: Dekat

Tempat wawancara

: Poli Jiwa dan pumah pasien

Tanggal wawancara

: 7 September 2015

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)


Pasien datang ke rumah sakit karena kontrol rutin sebelum obat rutin habis sehabis
pulang mondok dari rumah sakit jiwa magelang.

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)


Autoanamnesis
Perjalanan penyakit pasien dimulai pada awal tahun 2015 dimana ketika
pasien berada dibangku SMA kelas 3. Pasien mengaku mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi minum minuman keras dan pil koplo dengan temannya, pasien
mengaku kebiasaan itu sudah dijalaninya semenjak ia kelas 1 SMA. Pada bulan
Januari ketika sepulang sekolah pasien diajak oleh seorang temannya laki- laki R
dan satu orang teman perempuannya F untuk kumpul dan minum minuman keras
bersama. Saat itu pasien menerima ajakan it u, namun setelah itu teman laki-laki dari
pasien mengajak pasien untuk memperkosa teman perempuan dari pasien. Namun
pasien menolaknya dan setelah selesai meminum minuman keras pasien memutuskan
untuk pulang kerumahnya. Sedangkan teman laki-laki pasien tetap menjalankan
niatnya tersebut yaitu memperkosa dari teman perempuannya.
Keesokan harinya pasien mendapat kabar bahwa orang tua dari teman
perempuannya tidak terima dengan kelakuan teman laki-laki pasien tersebut. Alhasil
orang tua perempuan melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwenang.
Akhirnya dari aduan orang tua perempuan tersebut teman laki laki pasien menjadi
tersangka dalam kasus tersebut, namun orang tua dari si pelaku tidak terima karena
saat itu pasien juga ikut dalam kasus tersebut, namun pasien menentangnya karena
pasien hanya sekedar ikut untuk meminum minuman keras. Akhirnya pada kasus
tersebut pasien menjadi saksi dan memberikan keterangan keterangan kepada pihak
yang berwenang dan memberikan kronologi dari kejadian tersebut.
Setelah mendapat kasus dengan poilisi tersebut pasien merasa terbebani dan
merasa tertekan. Tidak lama dari kejadian dengan polisi tersebut pasien merasa
sering dibisikin orang tetapi tidak terdapat orangnya. Pasien mengatakan bisikan itu
seperti menyalah nyalahi pasien. Namun kegiatan pasien sehari hari masih dilakukan
seperti sekolah dan keluar untuk ngumpul dengan temannya.
Pada bulan Mei pasien diminta oleh orang tua pasien untuk menjaga nenek
dari pasien yang sedang sakit, semua keperluan nenek pasien yang mengurusinya.
Tidak lama setelah itu nenek dari pasien meninggal, dan pasien merasa terpukul
dengan keadaan tersebut. Hari demi hari pasien selalu memikirkan neneknya
tersebut. Sampai bisikan bisikan yang biasanya terjadi menjadi lebih keras dan

semakin menyalah nyalahi pasien. Bisikan itu seperti menyalahi semua kegiatan
yang dilakukan pasien. Dari situ pasien semakin sering melamun, dan bicara sendiri.
Sampai suatu hari pasien mengaku ngamuk karena tidak bisa mengambil
pusaka berupa keris di rumahnya yang dimana lokasi keris itu menurut pengakuan
pasien berada di kamar nenek dari pasien yang telah meninggal. Setelah kejadian itu
pasien langsung di bawa oleh orang tua pasien ke rumah sakit jiwa di magelang. Di
rumah sakit tersebut pasien dirawat selama 1 bulan, dan pasien mengaku saat di
rawat di rumah sakit bisikan bisikan yang selalu menghantuinya tidak lagi terdengar.
Saat ini pasien berobat jalan dan setiap hari selalu meminum obat dengan
teratur, hanya saja terkadang pasien sering tidak bisa tidur. Kegiatan pasien sehari
hari dirumah merokok dan membantu pekerjaan rumah seperti bersih bersih halaman
rumah dan mencuci piring.
.
Alloanamnesis dengan ayah kandung
Menurut ayah pasien, keadaan pasien mulai berubah sejak Januari tahun 2015.
Dimana setelah pasien mendapat masalah dengan polisi dan menjadi saksi dari kasus
teman dari pasien. Setelah kejadian tersebut pasien banyak diem dan jarang mau
keluar rumah serta emosi pasien yang tidak setabil. Padahal kehidupan sehari hari
pasien sebelum mendapat kejadian dengan polisi tersebut sangat aktif dan memang
dari pengakuan ayah dari pasien, pasien kurang diperhatikan sehingga apa yang
dilakukan pasien orang tua tidak tahu. Ayah pasien berkata bahwa pasien sering
bermain dengan teman yang lebih tua dari dia, dan pergi tanpa sepengetahuan orang
tua. Setelah kejadian dengan polisi tersebut ayah pasien tidak membawa pasien ke
rumah sakit karena tidak tahu kalau anaknya tersebut sedang sakit. Sampai nenek dari
pasien meninggal dan pasien semakin menarik diri, sering diem dikamar dan pasien
mengamuk ingin memukuli orang tuanya dan tidak mengenali orangtuanya. Setelah
itu orang tua pasien langsung membawa pasien kerumah sakit jiwa di magelang.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Sistem Saraf

: demam (-), kejang (-), tremor (-), pusing (-)

Sistem Kardiovaskular

: edem kaki (-), nyeri dada (-), dada berdebar (-)

Sistem Respirasi

: terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum

: warna biru pada kuku (-), gatal pada kulit (-),

Sistem Muskuloskeletal

: edema (-),nyeri o tot (-), kelemahan otot (-).

Kesimpulannya menurut autoanamnesis pasien tidak terdapat keluhan fisik.


Menurut alloanamnesis secara sosial, saat ini pasien jarang beraktivitas keluar
rumah. Sesekali pasien berkomunikasi dengan tetangga sektiar rumahnya. Pasien
juga hanya mau merokok dan membantu membersihkan rumah seperti menyapu
halaman.
2.4. Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala Klinis

Mental
Health Line

Januari

februari

maret

april

mei

juni

juli

agustus

september

Fungsi peran
2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit
Faktor Organik
Panas, kejang, trauma fisik satu tahun sebelum mengalami gangguan
disangkal oleh pasien serta ayah pasien.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)
-

Meninggalnya nenek dari pasien.

Faktor Predisposisi
Penyakit herediter diduga ada keterkaitan dengan paman dari ayah pasien
yang juga mengalami riwayat gangguan jiwa.

Faktor Presipitasi
-

Masalah pasien yang harus berurusan dengan polisi

2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu alloanamnesis


Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Pasien belum pernah mengalami hal tersebut
Riwayat Sakit Berat/Opname
Pernah dirawat di rumah sakit jiwa di magelang di bangsal jiwa selama 1
bulan.
2.6. Riwayat Keluarga
2.6.1. Pola Asuh Keluarga
Alloanamnesis
Pasien merupakan anak nomor satu dari 2 bersaudara. Pasien dengan
saudara-saudara kandungnya memiliki hubungan yang baik. Pasien tinggal
dengan ayah dan ibu kandung. Pasien tinggal bersama ibu, bapak dan
adiknya.
2.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dengan ayah kandung pasien, paman pasien yaitu
adik dari ayak kandungnya memiliki riwayat gangguan jiwa. Dimana paman
dari pasien sering ngomong sendiri dan emosi tidak setabil yang saat ini
berobat rutin juga di dokter jiwa.

2.6.3. Silsilah Keluarga

S
48th

45th

23th

9 th

= laki-laki

= meninggal

= perempuan

= pasien

= tinggal
serumah
S

= sakit jiwa

2.7. Riwayat Pribadi (alloanamnesis)


2.7.1. Riwayat Prantal dan Perinatal
Pasien dilahirkan dengan persalinan normal di bidan, menurut ayah kandung
usia kehamilan cukup mencapai 9 bulan. Ibu pasien ketika mengandung
pasien tidak memiliki penyakit organik apapun.
2.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental
Menurut pengakuan dari ayah pasien, perkembangan mental sejak kecil sama
dengan teman-teman sebaya yang ada disekitar rumahnya. Sifat pasien sejak
kecil adalah mudah bergaul dengan anak sebayanya.
2.7.3. Perkembangan Awal (usai 0-3 tahun)
Menurut ayah pasien, pasien sudah tengkurap-terlentang sendiri dan
bisa berjalan sama seperti anak-anak pada umumnya.

2.7.4. Masa kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)


Pasien mudah bergaul dengan anak- anak sebayanya. Serta ketika
masuk SD pertama kali pasien sama sekali tidak merasa takut.
2.7.5. Masa kanak akhir (Pubertas Remaja) (autoanmnesis)
Ketika SMA pasien sering mengkonsumsi minum minuman keras dan
pil koplo bersama temannya.
Orang tua pasien mengaku jarang memperhatikan aktifitas pasien
sehingga kegiatan pasien jarang terawasi.
Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan yang berada di dekat
rumahnya. Pasien lebih memilih bergaul dengan teman yang jauh dari
rumahnya dan berteman dengan teman yang usia lebih tua dari dirinya.
2.7.6. Riwayat Pendidikan
SD

: lulus tahun 2008 di SD P dengan nilai yang baik.

SMP

: lulus tahun 2011 di SMP A dengan nilai yang baik.

SMK

: lulus tahun 2015 di SMA P dengan nilai yang biasa saja.

2.7.7. Riwayat Pekerjaan (autoanamnesis)


Pasien belum pernah mencoba bekerja dimanapun setelah ia lulus dari
SMAnya, dan kegiatan pasien hanya di rumah.
2.7.8. Riwayat Perkembangan Psikoseksual (autoanamnesis)
Pasien belum pernah pacaran karena pasien lebih senang untuk berteman.
2.7.9. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual (autoanamnesis)
Agama Islam
Pasien jarang shalat dan mengaji.
Pasien jarang mengikuti kajian atau aktivitas keagamaan lainnya di
lingkungannya.
2.7.10. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah

2.7.11. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)


Sejak kecil hingga SMP pasien termasuk anak yang mudah bergaul
dengan teman temannya, namun semenjak SMA pasien banyak bergaul
dengan teman teman yang lebih tua dari dia dan sering pergi tanpa
sepengetahuan dan pengawasan dari orangtua pasien.
2.7.12. Hubungan Sosial
Pasien jarang mengikuti kegiatan social disekitar rumah dan lebih memilih
keluar dengan teman teman dia yang lebih tua yang lokasi berjauhan dari
rumahnya.
2.7.13. Kebiasaan
Semenjak SMA pasien sering mengkonsumsi minum minuman keras serta pil
koplo.
2.7.14. Status Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu kandungnya serta adik laki lakinya,
sehingga untuk kebutuhan sehari-hari pasien hanya ikut dengan orangtuanya.
Penghasilan yang didapatkan ayahnya sebagai petani dan buruh ibunya
adalah ibu rumah tangga yaitu dirasa cukup mepet dengan kebutuhan mereka
sehari-hari, penghasilannya masih dibawah upah rata-rata wilayah Bantul.
2.7.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (+) menjadi saksi terhadap kasus teman sekolahnya
yang membawa dan memperkosa teman perempuannya.
Pengalaman seksual (-)
2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis

: dapat dipercaya

2.9. Kesimpulan Autoanamnesis & Alloanamnesis


Dihadapkan seorang pasien laki-laki berumur 23 tahun, sadar datang ke poli jiwa
RSPS ditemani ayah kandungnya dengan keluhan kontrol rutin dan meminta obat
rutin yang sudah hampir habis karena habis modok di rumah sakit jiwa magelang

sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien di pondokkan karena pada saat itu pasien
mengamuk marah marah dan tidak mengenali orang tua pasien. Saat ini pasien sudah
merasa kondisinya jauh lebih baik, meskipun pasien sering merasa pusing yang
hilang timbul tak menentu. Gejala seperti bisikan bisikan yang dulu sering muncul
yang dimana bisikan tersebut seperti selalu menyalahi pasien tidak lagi muncul..
RPD (-), RPK (+), Faktor psikosisoal (+).
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 7 september 2015
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi

: 80 x/menit

- Respirasi

: 22 x/menit

- Suhu

: 36,5oC

Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata

: conjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)

Leher
- Inspeksi

: leher tampak bersih

- JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 Reguler
- Sistem Respirasi

: Vesikuler (+) Whezzing (-)

Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : nyeri tekan (-) bising usus (+)

Sistem Urogenital

tidak

dilakukan

pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum

: tidak ditemukan kelainan

Kesan Status Internus

: Dalam batas normal, meskipun ada beberapa


pemeriksaan tidak dilakukan karena tidak
tersedianya

tempat

dan

alat

untuk

pemeriksaan.
3.1.2. Status Neurologis
Kepala dan Leher

: dalam batas normal

Tanda Meningeal

: tidak dilakukan

Kekuatan Motorik

: dalam batas normal

Sensibilitas

: tidak dilakukan

Refleks Fisiologis

: tidak dilakukan

Refleks Patologis

: tidak dilakukan

Gerakan Abnormal

: tidak dilakukan

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: tidak ada


Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas normal.
3.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang
EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.


LAB darah

: tidak dilakukan pemeriksaan.

3.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 7 September 2015

3.2.1.

Kesan Umum
Laki laki 23 tahun sesuai umur, kooperatif, rawat diri cukup, berpenampilan sesuai
umur dan sesuai jenis kelamin.

No Status Psikiatri
Hasil
1.
Kesadaran
Kuantitatif: GCS E4V5M6
2.

Pembicaraan

Kualitatif : Compos mentis


Kuantitas : bicara cukup

Pasien

Kualitas : koheren dan

dimengerti dan menjawab sesuai


dengan

relevan
3.

Orientasi

Keterangan
Pasien sadar penuh
berbicara
yang

cukup,

dapat

ditanyakan

saat

wawancara
Pasien mengenalkan ayahnya yang

Orang: baik

sedang bersama dia.


Pasien dapat mengetahui pukul

Waktu: baik

berapa pemeriksa datang.


Pasien dapat memberikan denah

Tempat: baik

ke rumah nya.
Pasien dapat menjelaskan kondisi

Situasi : baik

lingkungan saat itu.


.
Memori

Memori segera (immediate)

Pasien dapat mengingat nama


pemeriksa yg baru dikenalnya.

Memori

jangka

dapat
menceritakan
pendek Pasien
kegiatan sejak pagi tadi.

jangka

panjang Pasien ingat kejadian saat terjadi


konflik dengan sahabatnya 8

(recent)
Memori
(remote)

bulan yang lalu, serta pasien ingat


kejadian dimana saat nenek dari
4.

Sikap/tingkah
laku

Kooperatif

pasien meninggal dunia.


Pasien dapat menjawab
pertanyaan dari pewawancara.

semua

5.

Perilaku

6.

aktivitas
Penampilan/rawat Baik

Pasien terlihat rapi dan cukup

7.

diri
Mood

Eutimik

bersih.
Suasana perasaan dalam rentang

Appropriate

normal
Terlihat

8.

Afek

dan Normoaktif

Perilaku dan aktivitas normal.

ekspresi

wajah

pasien

sesuai dengan keadaanya saat ini,


9.

Pikiran

Bentuk pikir: Nonrealistik

dalam rentang normal.


Pasien yakin kalau di kamar nenek
yang

sudah meninggal terdapat

pusaka berupa keris yang membuat


ia seperti kesurupan.

Isi pikir:
Pasien yakin kalau di dalam kamar

Waham (+) Bizare

nenek dia yang sudah meninggal


terdapat pusaka berbentuk keris.
Pasien

Ide bersalah

mengaku

semua

yang

dialakukan selalu mendapat bisikan


seperti

kalau

kerjaannya tersebut salah.


mudah Pasien memperhatikan pemeriksa

10.

Perhatian

Mudah

11.

Persepsi

dicantum
Halusinasi auditorik (-)

saat ditanya dan tetap fokus


Pasien menyangkal mendengar

Halusinasi visual (-)

bisikan-bisikan tanpa ada wujudnya

Ilusi (-)

dan menyangkal melihat bayang-

12.

Insight

ditarik,

memberitahu

Derajat 1

bayang.
Penyangkalan
penyakitnya.

3.2.2. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan


Tidak ada
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1. Kepribadian

total

terhadap

Tidak dilakukan tes


3.3.2. IQ
Tidak dilakukan tes
3.3.3. Lain-Lain
Tidak ada
4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA
4.1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Penampilan
Pasien tampak sehat, penampilan sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya,
rawat diri baik, kooperatif.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Bicara cukup, relevan dan kohern : dalam batas normal.
d. Insight 1 : penyangkalan total terhadap penyakitnya.
4.2. Gejala
a.

Mood eutimik

b.

Afek appropriate

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)


Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis dan pemeriksaan status mental pasien
pasien sudah merasa kondisinya jauh lebih baik. Pasien dapat melakukan aktivitas
didalam rumah seperti biasanya, contohnya membantu ibu membersihkan rumah.
Pasien masih tidak nyaman untuk beraktivitas social diluar rumah. Pasien selalu
ingin merokok dan sehari bisa menghabiskan 1 bungkus rokok.
Untuk gejala psikotik seperti waham tidak tampak, hanya kadang-kadang pasien
merasa apa yang ada di hati dan pikirannya bergema di dirinya sendiri. Gejala
seperti halusinasi, ilusi tidak tampak.
5. DIAGNOSIS BANDING
-

F20.3 Skizofrenia tak terinci

F25.1 Skizoafektif tipe depresif

6. PEMBAHASAN
Menurut PPDGJ III
F20 Skizofrenia (secara umum)
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umumnya mengetahuinya;
b.

Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatantertentu dari luar; atau
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk
ke

pergerakan tubuh/anggota

gerak atau

kepikiran,

tindakan

atau

penginderaan khusus);
Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat;
c. Halusional Auditorik :
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku
pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d.

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
mahluk asing atau dunia lain).

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e.

Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme;
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
h. Gejala-gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial; tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neureptika.
Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan
penarikan diri secara sosial.
F25 Gangguan Skizoafektif (secara umum)
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang ebrsamaan,
atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu epidose penyakit

yang sama. Istilah tersebut tidak boleh dipakai untuk pasien-pasien yang menunjukan
gejala skizofrenik dan afektif tetapi dalam episode yang berbeda.
Diagnosis banding terkait kasus
F20.3 Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)
Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,


katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi


pasca skiszofrenia

F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif


Suatu gangguan dengan satu eisode serangan gejala skizofren maupun deoresif
terdapat bersama-sama secara menonjol pada episode peyakit yang sama. Depresi
suasana perasaan biasanya disertai oleh beberapa gejala yang khas baik depresif maupun
kelainan perilaku seperti retardasi, insomnia, hilangnya enersi, nafsu makan berkurang,
berkurangnya minat yang normal, hendaya dalam konsentrasi, perasaan bersalah,
keputusasaan dan pikiran bunuh diri. Secara bersamaan atau dalam episode yang sama,
terdapat gejala gejala skizofrenik yang lebih khas, pasien dapat meyakini bahwa pikiranpikirannya sedang disiarkan atau diganggu oleh kekuatan yang tidak dikenalnya yang
sedang berusaha untuk mengendalikannya, pasien mungkin yakin pula bahwa dirinya
sedang dimata-matai atau sedang diincar dan hal ini tidak berdasarkan alasan yang
masuk akal karena perilakunya sendiri tidak menyimpang. Mungkin terdengar suarasuara yang bukan saja sekedsr menghina atau mengutuk dirinya, tetapi juga akan
membunuhnya atau yang emndiskusikan mengenai perilakunya ini.
Pedoman diagnostik
Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala depresif yang
khas atau kelainan perilaku terkat seperti yang tercantum dalam uraian untuk episode
depresif (F32,-) dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu dan sebaiknya

ada dua gejala skizofrenik yang khas sebagaimana ditetapkan untuk pedoman diagnositik
skizofrenia (F20,-).

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)


Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala patologik pada
organ.
8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Z03.2 tidak ada diagnosis
AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
Tidak ada
AKSIS IV (Stressor Psikososial)
Masalah dengan polisi yang dimana pasien harus menjadi saksi terhadap kasus
temannya yang memperkosa teman perempuannya
Meninggalnya nenek dari pasien.
AKSIS V (Fungsi Sosial)
GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi

Antipsikotik, contohnya:
Risperidone

2x2 mg

Anti depressan, contohnya:


Fluoxetine

1x20mg

Antikolinergik, contohnya :
Thryhexylpenidil

2x2 mg

Psikoterapi

Terapi keluarga
Edukasi keluarga tentang penyakit yang diderita pasien agar keluarga ikut serta dalam
memperhatikan pasien dan pengobatannya. Memberikan penjelasan kepada keluarga
pasien jika pengobatan dan minum obat harus rutin, jangan sampai pasien tidak
meminum obat.

FAKTOR PREMORBID

10. PROGNOSIS
Indikator
1.
Faktor genetik
2.
Pola asuh
3.
Faktor organik
4.
Dukungan keluarga
5.
Sosioekonomi
6.
Faktor pencetus
7.
Status perkawinan
8.
Kegiatan spiritual

Pada Pasien
Ada

Prognosis
Tidak Baik

Baik

Baik

Tidak ada

Baik

Baik

Baik

Kurang

Tidak Baik

Jelas

Baik

Belum menikah

Tidak Baik

Kurang

Tidak Baik

FAKTOR MORBID

9.

Muda

Jelek

Onset usia

Kronik

Jelek

Skizofrenia Tak

Jelek

10.
Perjalanan penyakit

terinci

11.

Baik

Baik

Jenis penyakit

Baik

Baik

12.

Baik

Baik

Respon terhadap terapi

Tidak

Baik

Tidak mengalami

Baik

13.
Riwayat disiplin minum
obat

perubahan (sama

14.

saja seperti

Riwayat disiplin kontrol

sebelum sakit)

15.
Riwayat peningkatan gejala
16.
Beraktivitas
Kesimpulan prognosis: Dubia ad malam
11. RENCANA FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas


obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.

Memastikan pasien mendapat psikoterapi

Anda mungkin juga menyukai