PRESENTASI KASUS
MOLA HIDATIDOSA
Disusun oleh:
Ariesta Tri Setiawati
20100310204
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. R
Usia
: 40 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan Terakhir
: SMP
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
Tanggal Masuk RS
B. Anamnesis
Keluhan Utama
: flek-flek coklat
E. Riwayat Haid
Menarche usia 12 tahun. Dewasa ini haid teratur, siklus 28-30 hari, lama
menstruasi 7 hari.
Riwayat Flaur Albus (-).
Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT)
: 3 Januari 2015
: (-)
: 20+3 minggu.
F. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, menikah pertama usia 21 tahun, dengan suami sekarang 19
tahun.
G. Riwayat ANC
Riwayat ANC 3x di Bidan dan Dokter Spesialis Kandungan.
H. Riwayat Obstetri
G5 P4 A0
I.
Anak 1
Anak 2
Anak 3
Anak 4
Anak 5
: Hamil ini
J.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Baik, Compos Mentis, tidak anemis.
Tinggi badan : 150 cm
Berat Badan
: 68 kg
2. Vital Sign
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,5o C
Respirasi
: 20x/menit
3. Status Generalis
Kepala
Leher
Thorax
Jantung
Pulmo
Abdomen
4. Status Obstetrik
Pemeriksaan Luar
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: timpani
- Auskultasi
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher (VT):
- Vulva/urethrae normal
- Dinding vagina licin
- Serviks mecucu
- STLD (-)
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboraturium
Golongan Darah
:B
HB
: 13,2 g%
AL
: 12,10 ribu/ul
AE
: 311 ribu/ul
Hematokrit
: 40,1 %
PPT
: 13,3 detik
APTT
: 32,5 detik
Control PPT
: 13,8 detik
Control APTT
: 29,3 detik
HBsAg
: negatif
B-hCG
: 16222,00 mIU/ml
2. Pemeriksaan USG
Telah dilakukan pemeriksaan USG pada tanggal 1 Juni 2015 di Poli
Kebidanan RSUD Panembahan Senopati Bantul (UK: 20+3 minggu)
Hasil USG
: mola hidatidosa
L. Diagnosis
Mola Hidatidosa pada G5P4A0 UK 20+3 minggu
M. Terapi
Kuretase
N. Follow Up
Tanggal 2 Juni 2015
Pukul 06.00
S : Perdarahan pervaginam (-), mual (-), muntah (-)
O:
KU baik
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,3o C
Respirasi
: 20x/menit
Status Ginekologik
Pemeriksaan Luar
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
: timpani
- Auskultasi
Pukul 21.00
Telah dilakukan kuretase atas indikasi Mola Hidatidosa pada G5P4A0 dengan
anastesi blok paraservikal
Sondase : 15 cm
Jaringan : 200 cc
Darah
: 100 cc
: 110/60 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,6o C
Respirasi
: 20x/menit
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
- Inspeksi
: datar
- Palpasi
- Perkusi
: timpani
- Auskultasi
: 100/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,4o C
Respirasi
: 20x/menit
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
- Inspeksi
: datar
- Palpasi
- Perkusi
: timpani
- Auskultasi
LAPORAN TINDAKAN
o Prosedur operasi rutin.
o Pasie diposisikan litotomi, drip oksitosin 10iu/mL dalam 500cc RL.
o Vulva dan vagina di desinfeksi, dipasang spekulum sims anterior dan
posterior, kemudian dipasang tenakulum
o Sims anterior dilepas
o Dilakukan blok paraservikal jam 1 dan jam 11
o Sondase 15 cm arah antefleksi
o Keluar jaringan 200 cc
o Keluar darah 100 cc
o Sims posterior dilepas
Mikroskopis
Baik dalam kantong plastik maupun wadah lodong menunjukkan
fragmen-fragmen jaringan villi chorialis imatur, sebagian dilatasi
kistik, sebagian berukuran kecil sampai sedang, villi yang besar dan
kistik, stroma dengan degenerasi hidropik dan terdapat beberapa
cisterna, ditepi sel-sel trofoblast tersusun padat, relatif monomorf,
pembuluh darah dilatasi, pada villi berukuran kecil dan sedang dengan
sel-sel trofoblast hiperplasi terkumpul pada salah satu kutub dekat
jaringan desidua. Tidak didapatkan tanda ganas.
Kesimpulan
Kerokan cavum uteri : Mola hidatidosa parsial.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa
berasal dari kata Hydats yang berarti tetesan air. Mola hidatidosa adalah
kehamilan yang berkembang tidak wajar ( konsepsi yang patologis) dimana
tidak ditemukan
3. Paritas tinggi
Ibu dengan multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetik yang dapat diidentifikasikan.
4. Kekurangan protein
Protein merupakan zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian
tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan
buah dada ibu. Keperluan akan zat protein selama hamil sangat meningkat.
5. Infeksi Virus
Adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan
penyakit. Hal ini tergantung dari jumlah mikroba yang masuk,
virulensinya serta daya tahan tubuh.
C. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin
dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan
1 : 200 atau 2000 kehamilan. Di negara-negara berkembang 1 : 100 atau 600
kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1 : 85 kehamilan; RS Dr.
Cipto Mangunkusomo Jakarta 1 : 31 persalinan dan 1 : 9 kehamilan ; Luat A.
Siregar (Medan) tahun 1982 : 11-16 per 1000 kehamilan; Soetomo
(Surabaya) 1:80 persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung); 9-12 per
1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduktif (14-
E. KLASIFIKASI
Menurut Cuningham (2006), Mola Hidatidosa dibagi menjadi dua:
a. Mola hidatidosa komplet
Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa
parsial. Resiko untuk berkembang menjadi tumor trofoblas dari mola
sekitar 20 %. Mola hidatidosa komplet merupakan hasil konsepsi tanpa
adanya embrio. Ditandai dengan gambaran seperti sekelompok buah
masih terdapat janin dan sedikitnya kantong amnion keadaan ini disebut
sebagai mola parsialis. Pada sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi
pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat sementara villi yang
lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang berfungsi
tidak mengalami perubahan. Hiperplasia tropoblastik yang terjadi lebih
bersifat fokal daripada generalisata, kariotipe secara khas triploid yang
bisa 69,XXY atau 69,XYY dengan satu komplemen maternal tapi
biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas
menunjukan stigmata triploid yang mencakup malformasi kongenital
multipel dan retardasi pertumbuhan. Resiko terjadinya koriokarsinoma
sangatlah kecil.
Tabel karakteristik mola hidatidosa komplet dan parsialis
Kariotipe
Patologi
Fetus
Amnion, sel
darah merah
janin
Edema villa
Proliferasi
trofoblastik
Gambaran
klinis
Diagnosis
Ukuran uterus
Kista teka-lutein
Komplikasi
Tidak ada
Tidak ada
kadang-kadang ada
kadang-kadang ada
Difus
Bervariasi, ringan sampai berat
Bervariasi, fokal
Bervariasi, fokal, ringan
sampai sedang
Kehamilan mola
50% lebih besar u/ umur kehamilan
Missed Abortion
Kecil u/ umur
kehamilan
Jarang
Jarang
25-30%
Sering terjadi
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda
dengan kehamilan biasa, yaitu enek, muntah, pusing dan lain-lain, hanya satu
derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat,
sehingga biasanya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan.
Perdarahan merupakan gejala utama mola, biasanya keluhan
perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala
perdarahan ini biasanya terjadi pada bulan pertama sampai ketujuh dengan
rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan biasa intermitten, sedikit-sedikit,
atau sekaligus banyak, sehingga menyebabkan syok dan kematian. Karena
perdarahan ini maka umumnya pasien mola masuk dengan keadaan anemia.
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada wanita dengan
amenorea, perdarahan pervaginaan atau keluarnya vesikel mola dari vagina,
uterus yang lebih besar dari usia kehamilan dan tidak ditemukannya tanda
kehamilan pasti, seperti tidak terabanya bagian-bagian janin juga gerakan
janin dan ballotemen serta tidak terdengarnya bunyi jantung janin. Untuk
memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dalam darah atau urine. Peninggian HCG terutama
setelah hari ke 100, biopsy transplasental. Bila belum jelas dapat dilakukan
pemeriksaan dengan sondase uterus yang diputar.
Diagnosis pasti dari mola hidatidosa biasanya dapat dibuat dengan
ultrasonografi dengan menunjukkan gambaran yang khas berupa vesikel-
vesikel (gelembung mola) dalam kavum uteri atau badai salju (snow flake
pattern). Secara singkat gambaran diagnostic klinik mola hidatidosa adalah:
a. Pengeluaran darah yang terus menerus atau intermitten yang terjadi pada
kehamilan kurang lebih 12 minggu.
b. Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
c. Pada palpasi tidak teraba bagian janin dan denyut jantung janin tidak
terdengar
d. Gambaran ultrasonografi yang khas.
e. Kadar HCG yang tinggi setelah hari ke 100.
f. Pre-eklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum minggu ke-24.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningkuningan yang disebut sebagai mola face, gelembung mola yang
keluar.
Palpasi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboraturium
Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah kemampuan
dalam memproduksi hCG, sehingga jumlahnya meningkat lebih tinggi
dibandingkan kadar -hCG seharusnya pada usia kehamilan yang sama.
Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan
pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah -hCG kuantitatif serum.
Pemantauan secara hati-hati dari kadar -hCG penting untuk diagnosis,
penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit trofoblastik.
Jumlah -hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin berhubungan
dengan jumlah sel-sel tumor yang ada. Untuk pemeriksaan Gallli mainini
1/300 suspek mola hidatiosa dan jika 1/200 kemungkinan mola hidatidosa
atau gemelli. Pengukuran -hCG pada urin dengan kadar >100.000 mIU
/ml/24 jam dapat dianggap sebagai mola.
2. Pemeriksaan USG
Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau
janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar
kehamilan dengan mola hidatidosa. Pada kelainan mola, bentuk
karakteristik berupa gambaran seperti badai salju dengan atau tanpa
kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada
setiap pasien yang pernah mengalami perdarahan pada trimester awal
kehamilan dan memiliki uterus lebih besar dari usia kehamilan. USG dapat
menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan antara kehamilan
I.
PENATALAKSANAAN
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perbaiki keadaan umum; 2)
pengeluaran jaringan mola; 3) terapi profilaksis dengan sitostatika; 4)
pemeriksaan tindak lanjut (follow up).
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfuse darah bila
anemia (Hb 8 gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis
gravidarum diobati sesuai dengan protokol penanganannya. Sedangkan
bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola. Ada 2 cara yaitu: kuretase dan Histerektomi.
a. Kuretase
- Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar -hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan mola sudah
keluar spontan.
- Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
- Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan infus
dengan tetesan oxytocin 10iu/mL dalam 500 cc RL.
- Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.
Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
b. Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup (> 35 tahun) dan
mempunyai anak hidup (>3 orang).
- Bila selama masa observasi kadar - hCG tetap atau bahkan meningkat
pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka
penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.
J.
PROGNOSIS
Risiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat
karena perdarahan, perforasi uterus, pre-eklampsia berat, tirotoksikosis, atau
infeksi. Akan tetapi, sekarang kematian karena mola sudah jarang sekali.
Segera setelah jaringan mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar hCG
menurun dan akan mencapai kadar normal sekitar 10-12 minggu pascaevakuasi. Kista lutein juga akan mengecil lagi. Pada beberapa kasus
pengecilan ini bisa mengambil waktu beberapa bulan.
Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah
kuretase. Bila hamil lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa
berulang dapat terjadi tetapi jarang. Walaupun demikian, 15-20% dari
penderita pasca mola hidatidosa dapat mengalami degenerasi keganasan
menjadi
tumor
trofoblast
gestasional,
baik
berupa
mola
invasif,
koriokarsinoma.
Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pascaevakuasi
yang terbanyak dalam enam bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas.
Faktor risiko terjadinya TTG pasca mola hidatidosa adalah umur di atas 35
tahun, uterus di atas 20 minggu, kadar hCG preevakuasi di atas 100.000 IU/L
dan kista lutein bilateral.
K. KOMPLIKASI
1. Komplikasi non-maligna
a. Perforasi uterus
Selama kehamilan kadang-kadang terjadi dan jika terjadi
perforasi
uterus,
kuretase
harus
dihentikan.
Laparoskopi
atau
BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Pada kasus ini terdapat wanita G5P4A0 dengan umur kehamilan 20+3
minggu datang ke Poli Kebidanan RSUD Panembahan Senopati dengan keluhan
keluar flek-flek coklat 1 hari SMRS. Keluhan lain yang menyertai yaitu mual dan
muntah. Pada pemeriksaan fisik baik pemeriksaan abdomen dan vaginal toucher,
tidak dapat teraba janin, tidak ditemukan denyut jantung janin, dan uterus tampak
lebih besar dari umur kehamilannya. Pada pemeriksaan USG didapatkan
gambaran snow storm. Pemeriksaan laboraturium didapatkan peningkatan kadar
b-hCG serum dan PP-test positif. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang didapatkan, mengarah ke diagnosis Mola Hidatidosa
Komplit sesuai dengan tinjauan pustaka di atas.
Kemudian dilakukan kuretase untuk evakuasi mola karena keadaan pasien
umumnya stabil. Sebaiknya kuretase yang digunakan ialah suction curretage,
akan tetapi karena keterbatasan fasilitas sehingga hanya dilakukan dilatasi
kuretase dan didapatkan jaringan 200cc serta keluar darah sekitar 100cc.
Kemudian jaringan tersebut di kirim ke laboraturium untuk dilakukan
pemeriksaan
Patologi
Anatomi.
Hasil
pemeriksaan
Patologi
Anatomi
menunjukkan hasil Mola Hidatidosa Parsial berbeda dengan gambaran USG yang
telah dilakukan sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan
kepekaan alat dan usia alat USG yang digunakan. Disamping itu, mungkin tidak
terdapat janin pada gambaran USG tetapi terdapat amnion dan sel darah janin
yang menunjukkan ciri Mola Hidatidosa Parsial.
Mengingat komplikasi dari tindakan kuretase yang cukup banyak, maka
harus dilakukan prosedur yang benar dan untuk meminimalkan risiko dilakukan
penanganan yaitu pemberian antibiotik Amoxycillin 3x500mg karena tindakan
yang invasif pada kuretase dapat menyebabkan infeksi, serta diberikan Asam
Mefenamat 3x500mg untuk mengurangi nyeri pasca kuretase.
Prognosis pada kasus ini baik (dubia ad bonam) mengingat pada teori
yang didapat dikatakan bahwa Mola Hidatidosa Parsial hampir tidak pernah
menjadi ganas dan hal tersebut dapat dilihat dari kondisi pasien yang stabil setelah
kuretase. Akan tetapi, perlu dilakukan pemeriksaan tindak lanjut seperti
pemantauan hormon b-hCG sampai 6 bulan pasca-evakuasi untuk meminimalisir
perubahan menjadi ganas.
DAFTAR PUSTAKA