Anda di halaman 1dari 27

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan lancar. Atas
dukungan moral dan materi yang di berikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen Fisika yang membantu dalam sistematik penyusunan makalah ini.


2. Orang tua yang telah mendukung dan memberi motivasi dalam penyusunan makalah
ini.
3. Serta teman teman seperjuangan yang telah membantu untuk melengkapi makalah

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ilmiah ini jauh dari penyempurnaan,
baik dari segi penyusunan, bahasa maupun penulisanya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Muaradua , 16 juli 2018

penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………….

Daftar isi………………………………………………………………………

BAB 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………

1.3 Tujuan……………………………………………………………………

1.4 Manfaat………………………………………………………………………

BAB II

Pembahasan……………………………………………………………………

Gejala…………………………………………………………………………

Penyebab………………………………………………………………………

Pencegahan………………………………………………………………………

BAB III

Kesimpulan………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gelombang merupakan gejala alam atau gejala fisika yang dapat ditemui dalam kehidupan
sehari – hari. Secara sederhana kita dapat mendefinisikan gelombang sebagai usikan yang
merambat. Salah satu contoh bahwa gelombang ada disekitar kita adalah ketika kita
berbicara, ada suara atau bunyi yang kita keluarkan. Sebenarnya suara kita merupakan
gelombang yang dirambatkan melalui udara. Tak hanya itu masih ada banyak contoh lain
yang menyatakan bahwa gelombang itu ada.

Gelombang memiliki banyak manfaat sehingga tak heran gelombang pun banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan seperi : militer, teknologi, kedokteran dan
lain -lain. Dalam dunia kedokteran gelombang dimanfaatkan untuk banyak hal, salah satunya
untuk mendeteksi penyakit di dalam tubuh manusia, yang dikenal dengan Ultrasonografi.

Sekalipun gelombang telah dimanfaatkan dalam dunia kedokteran khususnya dalam bidang
diagnosa, namun belum semua orang tahu tentang jenis gelombang apa yang digunakan, apa
saja komponen-komponen USG, manfaat USG bahkan prinsip kerja USG. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mencoba menyajikan materi yang berkaitan dengan hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan masalah yaitu “Aplikasi
Ultrasonografi (USG) Dalam Bidang Kesehatan”.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:


Menjelaskan tentang Ultrasografi (USG)
Menjelaskan Manfaat Ultrasonofrafi (USG)
Menjelaskan Komponen dan Prinsip Kerja Ultrasonografi (USG)

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
Dapat memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang
kesehatan.
Bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar tentang
aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

USG (ultrasonografi) merupakan alat pencitraan non invasif (tidak ada radiasi) yang
menggunakan gelombang suara ultrasonik (gelombang suara di atas batas ambang
pendengaran manusia). Awalnya USG digunakan untuk memeriksa kondisi bayi dalam
kandungan seorang ibu, namun dengan semakin majunya ilmu pengetahuan USG digunakan
juga untuk mendeteksi adanya penyakit lain dan digunakan sebagai alat pendukung beberapa
tindakan prosedur operasi..

USG bisa digunakan untuk menilai adanya kelainan pada organ tubuh seperti :

1. Liver
2. Kandung empedu
3. Pankreas
4. Ginjal
5. Kandung kemih
6. Rahim
7. Ovarium
8. Payudara
9. Sendi, urat, tendon
10. Mata
11. Pembuluh darah besar
12. Tiroid
13. Jantung

Biasa digunakan untuk mendeteksi adanya benjolan, batu, kista, tumor, kelainan bentuk,
infeksi, kumpulan cairan berlebih, adanya obstruksi / hambatan pada organ, adanya blok/ clot
pada pembuluh darah dll. Pada mata USG bisa digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada cairan dalam bola mata, kelainan pada retina dll. Pada jantung USG bisa digunakan
untuk mendeteksi adanya kelainan katup, gangguan kontraksi otot jantung dan adanya
penyumbatan pada pembuluh darah jantung. Jadi secara garis besar hampir semua kelainan
bisa dideteksi dengan adanya bantuan USG ini. Namun USG juga memiliki kelemahan yaitu :

1. Harus dilakukan oleh operator yang ahli di bidangnya , karena interpretasi hasil bisa
membingungkan jika dilakukan oleh seseorang yang tidak ahli.
2. Memerlukan perantara gel.
3. Ketajaman / resolusi gambar pada alat yang kurang baik bisa mempengaruhi hasil
penginterpretasian.
4. Bila ada gas berlebih gelombang suara akan dihamburkan dan menimbulkan gambaran
yang tidak jelas.
5. Lemak tubuh yang terlalu banyak (terutama lemak perut pada orang dengan obesitas)
akan menghalangi gelombang suara untuk menembus lebih dalam sehingga hasil
kurang jelas.
6. Memerlukan kerjasama pasien untuk mampu berbaring tenang selama pemeriksaan.

USG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan untuk membantu
seorang dokter menentukan apakah yang terjadi pada tubuh seseorang yang berkaitan dengan
gejala yang dirasakan pasien tersebut. Namun penginterpretasian akan dilakukan oleh seorang
dokter dan keahliannya dalam melakukan tindakan USG ini.

Mesin USG testis telah menjadi alat yang sangat handal dan bermanfaat untuk para pria,
karena mesin ini dapat segera menemukan gumpalan dan kemungkinan lain yang dapat
menyebabkan kanker testis. Anda harus tahu cara membedakan testis normal dengantestis
yang tidak normal agar Anda tetap aman.

Deteksi secara dini pada masalah-masalah yang mendasar akan menjadikan prognosis
(peluang untuk sembuh dari suatu penyakit) yang sangat baik, sehingga biasakanlah untuk
menjalani USG jika Anda melihat perbedaan meskipun sedikit.

1. Pengertian Kanker Serviks

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh
wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan
menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.

Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan wanita.
Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi
Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan
mengambil waktu bertahun-tahun.

Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol
ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progresif.
Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari
displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS
dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan
waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.

Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap
lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.

1. Klasifikasi Kanker Serviks

Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO
(International Federation of Ginekoloi and Obstetrics) yaitu sebagai berikut :

Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif.

Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.

Stage 1 a : Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui secara
histology.

Stage 1 b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.


Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah mengenai
dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal.

Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina

Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain

1. Gejala Klinis Kanker Serviks

Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit darah, pendarahan
pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada
stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa
ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama
akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.

Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri
terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga
timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul
iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel
vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

1. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks

A. Faktor Penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan perokok
sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung konsentrat
nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat
konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama
intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal
displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya
mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat
melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat seiring
meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang
dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke servks. Hal ini diuga
ada hubungannya dengan belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin
terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada
usia tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua. (Schiffman,1996).

1. Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering
melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin
menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi
HPV.

2. Merokok

Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker serviks,
bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual.
Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok bahan
ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya
mendoron pertumbuhan ke arah kanker.

3. Kontrasepsi oral

Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman,1996)
mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian
kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks
invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden
kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi
oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas
seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.

WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral


dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan
hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan
factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks.
Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih
sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ
nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam
menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker
serviks karena adanya bias dan faktor confounding.

4. Defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten dan
vitamin A serta asam folat, berhubungna dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan
dan sedang.. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut
akan enurunkan resiko.
5. Sosial ekonomi

Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian
kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat
pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan
genitalia juga duga berhubungan dengan masalah tersebut.

1. Pasangan seksual

Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang menarik
untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah
terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan
sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah
pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

2. Epidemiologi Kanker Serviks

A. Distribusi Menurut Umur

Proses terjadinya kanker leher rahim dimulai dari sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi Karsinoma In-Situ
(KIS), kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-
situ dikenal juga sebagai tingkatan pra-kanker. Klasifikasi terbaru menggunakan nama
Neoplasma Intraepitel Serviks (NIS). NIS 1 untuk displasia ringan, NIS 2 untuk displasia
sedang dan NIS 3 untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Menurut Snyder (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah hubungan seks
pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama dengan ditemukan NIS adalah 2-
33 tahun. Untuk jarak hubungan seks pertama dengan NIS 1 selang waktu rata-rata adalah
12,2 tahun, NIS 1 dengan NIS 2 rata-rata13,9 tahun dan NIS 2 samppai NIS 3 rata-rata 11,7
tahun. Sedanhkan menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975) menyebutkan bahwa NIS
akan berkembang sesuai dengan pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50
tahun sudah sedikit dan kanker infiltratif meningkat 2 kali.

Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and Obstetrics) tahun 1988,
kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-69 tahun terlihat sama banyaknya.
Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun,
stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69 tahun.

Inseden kanker leher larim (Age Standarized Cancer Incidence Rate / ASR) penduduk Kota
Semarang, tercatat pada tahun 1980-1981 menunjukkan ASR 27,9 dan data tahun 1985-1989
ASR 24,4. Dibandingakan dengan berbagai daerah diluar negeri angka ini sedikit berbeda,
seperti di Thailand (Chiang Mai) dilaporkan ASR tahun 1983-1987 adalah 33,2 dan di Korea
Selatan 13,2 tahun 1982-1983. India menunjukkan angka lebih tinggi yaitu 41,7 tahun 1982.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSCM Jakarta tahun 1997-1998 ditmukan bahwa
stadium IB-IIB sering terdapat pada kelompok umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIIB
sering didapatkan pada kelompok umur 45-54 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Litaay,
dkk dibeberapa Rumah Sakit di Ujung Pandang (1994-1999) ditemukan bahwa penderita
kanker rahim yang terbanyak berada pada kelompok umur 46-50 tahun yaitu 17,4%.

B. Distribusi Menurut Tempat

Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang seperti


Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di Amerika Latin dan Afrika
Selatan frekwensi kanker rahim juga merupakan penyakit keganasan terbanyak dari semua
penyakit keganasan yang ada lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society (2000) membuktikan bahwa kanker
rahim lebih sering terjadi pada kelompok wanita minoritas seperti imigran Vietnam, Afrika
dan wanita India. Hal ini berkaitan dengan anggapan mereka bahwa wanita yang tidak
melakukan gonta-ganti pasangan (promikuitas) tidak perlu melakukan Pap smear.

Menurut perkiraan Departemen Kesehatan tahun 1988-1994 insidens kanker leher rahim
mencapai 100/100.000 penduduk pertahun, sedangkan proporsi kanker leher rahim dari semua
jenis kanker dibeberapa bagian patologi anatomi pada tahun 2000, seperti Surabaya
ditemukan sebesar 24,3%, Yogyakarta 25,7%, Bandung sebesar 25,1%, Surakarta sebesar
28,2% dan Medan sebesar 16,9%.

1. Patologi Kanker Serviks

Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada wanita muda
SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, didalam kanalis serviks.

Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung infitratif
membentuk ulkus
3. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan
melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara
alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua jenis epitel yang
melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang erosif (metaplasia skuamos)
yang semula faali berubah menjadi patologik (diplatik-diskariotik) melalui tingkatan
NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi
mikroinvasive, proses keganasan akan berjalan terus.

Gambar 1. Lokasi Kanker Leher Rahim

Gambar 2. Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal

2. Penyebaran Kanker Serviks


Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : a) ke arah
fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam
tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih.

Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat menyebar
ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Penyebaran melalui pembuluh
darah (bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah
panggul saja. Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan berkembang
menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan kedalaman invasi <1mm
dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah
terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh
limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah menginfiltrasi stroma
serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang demikian
disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif,
penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum
(menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung kemih, yang pada
tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum atau kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional melalui
ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan
seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia
di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.

Biasanya penderita sudah meninggal lebih dahulu disebabkan karena perdarahan-perdarahan


yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh karena obstruksi ureter di tempat
ureter masuk ke dalam kandung kencing.

Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum ke dalam vagina,
septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama
paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis minor, baru kemudian
mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran hematogen (hepar, tulang).

Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:

1. Fornices dan dinding vagina


2. Korpus uteri
3. Parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovagina dan
kandung kemih.

Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe regional melalui
ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika, parasakral, paraaorta, dan
seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena subklvia di kiri mencapai paru, hati, ginjal,
tulang serta otak.

3.Diagnosis Kanker Serviks

Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan
dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks. Kemampuan
untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam penatalaksanaan
yang tepat akan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.
1. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan
timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering terjadi
diluar senggama.
3. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
4. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa kanker serviks
adalah:

1. Sitologi.

Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen ektoserviks dan
endoserviks.

Gambar 3. Pemeriksaan Pap Smear

Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

1. Kolposkopi.

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat seperti
mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi
merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan
dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya
terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan
kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan
dimana biopsi harus dilakukan.

1. Biopsi

Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan kolposkopi. Jika kanalis
servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.

4. Pengobatan untuk Kanker Serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker
seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali
kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama
1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan
histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi
radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal
dan masih berfungsi tidak diangkat.

1. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas
pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel
kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :

 Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar

Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu.

 Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung
ke dalam serviks.

Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah :

 Iritasi rektum dan vagina


 Kerusakan kandung kemih dan rektum
 Ovarium berhenti berfungsi.

1. Kemoterapi

Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi.
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker
bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam
suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu
dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.

2. Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi.

3. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks

Pengendalian kinder serviks dengan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
pencegahan prmer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier Strategi kesehatan
masyarakat dalam mencegah kematian karena kanker serviks antara lain adalah dengan
pencegahan primer dan pencegaan sekunder.
4. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan kegiatan uang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk
menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kanker serviks. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menekankan perilaku hdup sehat untuk mengurangi atau
menghindari faktor resiko seperti kawin muda, pasangan seksual ganda dan lain-lain. Selain
itu juga pencegahan primer dapat dilakukan dengan imuisasi HPV pada kelompok
masyarakat.

5. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini dan skrining kanker
serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks secara dibni sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan
waktu yang lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau lebih.
Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitive untuk mwndeteksi karsinoa
pra invasive. Bila diobati dengan baik, karsinoma pra invasive mempunyai tingkat
penyembuhan mendekati 100%. Diagnosa kasus pada fase invasive hanya memiliki tingkat
ketahanan sekitar 35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap
mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan pap smear
terbukimampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker serviks 50-60% dalamkurun
waktu 20 tahun (WHO,1986).

Selain itu, terdapat juga tiga tingkatan pencegahan dan penanganan kanker serviks, yaitu :

1. Pencegahan Tingkat Pertama


2. Promosi Kesehatan Masyarakat misalnya : 1) Kampanye kesadaran masyarakat,
Program pendidikan kesehatan masyarakat, promosi kesehatan
3. Pencegahan khusus, misalnya : Interfensi sumber keterpaparan, kemopreventif
4. Pencegahan Tingkat Kedua : Diagnosis dini, misalnya screening, pengobatan,
misalnya : Kemoterapi, Bedah

Pencegahan Tingkat Ketiga

Rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sedangkan penanganan kanker umumnya ialah secara
pendekatan multidiscipline. Hasil pengobatan radioterapi dan operasi radikal kurang lebih
sama, meskipun sebenarnya sukar untuk dibandingkan karena umumnya yang dioperasi
penderita yang masih muda dan umumnya baik.

Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat
melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita
kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari
antara lain :

1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena,
vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher
rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan
sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear.
Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
9. Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini
dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

Kesimpulan

1. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang
perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun. Ada beberapa klasifikasi tapi
yang paling banyak penganutnya adalah yang dibuat oleh IFGO (International
Federation of Ginekoloi and Obstetrics), yaitu Stage 0, 1, 1 a , 1 b, 2, 3 , dan 4. Gejala
klinis kanker serviks pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas,
baik berupa perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus
yang berbau dan rasa sakit yang sangat hebat.
2. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak kanker serviks.
Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Adapun
faktor resikonya, yaitu : Pola hubungan seksual, Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral,
Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual.
3. Dari laporan FIGO (Internasional Federation Of Gynecology and Obstetrics) tahun
1988, kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok umur 60-69 tahun terlihat sama
banyaknya. Secara umum, stadium IA lebih sering ditemukan pada kelompok umur
30-39 tahun, sedangkan untuk stadium IB dan II sering ditemukan pada kelompok
umur 40-49 tahun, stadium III dan IV sering ditemukan pada kelompok umur 60-69
tahun. Frekwensi kanker rahim terbanyak dijumpai pada negara-negara berkembang
seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina. Di Amerika
Latin dan Afrika Selatan frekwensi kanker rahim juga merupakan penyakit keganasan
terbanyak dari semua penyakit keganasan yang ada lainnya.
4. Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks (portio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction (SCJ). Pada
wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35 tahun, di dalam
kanalis serviks. Penyebaran kanker serviks pada umumnya secara limfogen melalui
pembuluh getah bening menuju 3 arah : a) ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke
arah korpus uterus, dan c) ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut
menginfiltrasi septum rektovaginal dan kandung kemih. Diagnosis kanker serviks
tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks, dilakukan dengan
deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
5. Pengobatan kanker serviks yang dapat dilakukan, yiatu : Pembedahan, Terapi
penyinaran, Kemoterapi, dan Terapi biologis. Sedangkan beberapa cara praktis yang
dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah kanker serviks, yaitu :
miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh, hindari merokok, hindari seks sebelum menikah
atau di usia sangat muda atau belasan tahun, pemberian vaksin atau vaksinasi HPV
untuk mencegah terinfeksi HPV, melakukan pembersihan organ intim atau dikenal
dengan istilah vagina toilet, hindari berhubungan seks dengan banyak partner, secara
rutin menjalani tes Pap smear secara teratur, dan sebagainya.

1. Kanker Payudara Pada Wanita

Payudara (mammae) adalah kelenjar kulit yang di dalam hidup ini mengambil posisi begitu
penting, sehingga hewan menyusui di beri nama mammalia dan kita memanggil ibu dengan
‘mama’. Di buat di kulit, seperti kelenjar keringan yang tidak terlihat, kelenjar ini tumbuh
besar sebagai kelenjar susu yang member kita makanan dan kemesraan pada bulan bulan
pertama kehidupan, kecuali ada sesuatu yang membuatnya tidak mampu atau tidak bias

Setiap payudara terdiri atas dua belas sampai dua puluh kelenjar yang masing masing tumbuh
besar, unit-unit yang bersama-sama memnbentuk struktur kelenjar payudara yang berjendal
jendul dan semuanya bermuarah di puting. Payudara tudak ada hubungannya dengan otot
dada besar (muskulus pektoralis) yang melaluui suatu urat yang kokoh melekat pada lengan
atas dan di ujung lain berpegangan kuat pada dinding dada dengan melebar seperti kipas.
Burung menggunakan otot ini untuk terbang, harimau tutul menggunakannya untuk lari cepat
memburu korabannya dan kita memerlukannya untuk saling memeluk.

Jadi, kanker payudara pada prinsipnya adalah tumor ganas dari salah satu kelenjar kulit di
sebelah luar rongga dada. Kelenjar limfe ketiak membentuk system pengaliran limfe bagi
kedua kuadran atas tubuh, selain payudara termasuk di sini juga kedua lengan. Jumlah
kelenjar limfa ini berfariasi, meluasnya dari sisi luar atas kelenjar payudara sampai di bawah
dan belakang tulang selangkah. Di sini berhubungan dengan kelenjar limfe leher terbawah
saling berhubungan dengan system pembulu balik, jalan bagi metastatis hematogen berjarak.

Apabila pengaliran keluar limfe tertutup oleh diseksi kelenjar limfe, pertumbuhan masuk dari
kanker, penyinaran atau kombinasi sebab-sebab ini, terjadilah edema (sembab,pembekakan)
limfe yang ditakuti dari lengan dan tangan. Pada penyebaran kanker secara limfogen, kelenjar
satu persatu terkena.

Kelenjar yang menempung penyebaran pertama disebut kelennjar penjaga gerbang pengawal.
Terkena tidaknya kelenjar ini akan menentukan pilihan terapi. Jika kelenjar ini bebas dari
metastatis, penyebaran dikelenjar limfe lain yang letaknya lebih ke atas tidak perlu di fikirkan.

2. Anatomi Payudara

Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13 tahun) karena
hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara pada wanita.
Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae
kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna. Payudara yang sensitif terhadap
pengaruh hormonal mengakibatkan payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik
baik yang bersifat jinak maupun ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya menyekresi susu
untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa yang mengikat lobus-lobus,
dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus. 85% jaringan payudara terdiri dari
lemak. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan
yang berpigmen dikelilingi oleh areola.

Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di
sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat, sampai hitam dan
gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya menonjol keluar dari
permukaan payudara.

Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi
pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Dalam
menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu kuadran
lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan median bawah.

Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Keterangan :

1. Korpus (badan) I Later atas (pinggir atas)


2. Areola II Later Bawah
3. Papilla atau puting III Medial Atas (tengah atas)

IV Median Bawah

4. Penyebab dan Faktor Resiko

Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian, riset mengidentifikasi
sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu tertentu, Faktor risiko
timbulnya kanker payudara yaitu:

1. Gender

Ini adalah faktor risiko terbesar gejala kanker payudara. Pria dapat terkena kanker payudara,
tapi itu 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, terutama karena jaringan
payudara perempuan jauh lebih terkena hormon seperti estrogen yang mengembangkan
pertumbuhan sel abnormal.

2. Umur

Ini adalah salah satu faktor risiko terkuat terserang kanker payudara. Sekitar 85% kasus
terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 5% terjadi pada wanita dibawah usia 40.

3. Riwayat keluarga

Wanita yang memiliki dua atau lebih kerabat tingkat pertama (ibu, anak perempuan, saudara
perempuan) yang pernah mengalami kanker payudara atau ovarium memiliki kemungkinan
lebih besar dari 50% terkena kanker payudara. Salah satu alasan utama untuk risiko ini
merupakan mutasi diwariskan dalam salah satu dari dua gen, BRCA1 dan BRCA2. Mutasi
gen lain juga dapat mewarisi kanker payudara, tetapi ini jarang dan tidak mempengaruhi
resiko kanker payudara.

4. Gejala kanker payudara sebelumnya

Jika Anda sudah memiliki kanker pada satu payudara, Anda memiliki risiko empat kali lipat
terkena kanker baru pada payudara yang lain atau bagian lain

dari payudara yang sama. (Ini tidak sama dengan kambuhnya kanker asli).

5. Kepadatan payudara

Wanita dengan jaringan payudara padat, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara
daripada wanita yang payudaranya relatif lebih lemak. Proporsi yang lebih besar dari jaringan
payudara yang padat pada mammogram, semakin tinggi risikonya.

6. Kondisi payudara jinak tertentu

Wanita yang pernah menjalani biopsi yang menunjukkan suatu pertumbuhan berlebih dari sel-
sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus memiliki peningkatan risiko penyakit kanker
payudara, terutama jika sel-sel yang abnormal muncul (suatu kondisi yang disebut hiperplasia
atipikal).

7. Paparan radiasi

Wanita yang pernah terkena radiasi tinggi ke dada sebagai bagian dari pengobatan untuk
kanker lain (seperti penyakit Hodgkin) memiliki peningkatan risiko terkena kanker payudara,
terutama jika mereka menjalani radiasi selama masa remaja.

8. Paparan estrogen

Semakin lama seorang wanita terkena estrogen, semakin besar risiko terkena kanker
payudara. Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal, sebelum usia 12, dan / atau
mengalami menopause terlambat (setelah usia 55) memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena
kanker payudara, kemungkinan karena peningkatan paparan seumur hidup terhadap estrogen.
Penggunaan kontrasepsi oral saat ini sedikit meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi
kembali normal setelah pil dihentikan.Denganpenggunaan terapi hormon postmenopause
dengan estrogen plus progestin meningkatkan risiko kanker payudara.

A. Dietilstilbestrol (DES) eksposur

Wanita yang menggunakan DES – obat yang digunakan dari tahun 1940 sampai tahun 1960
untuk mencegah keguguran memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara.

1. Berat badan

Kelebihan berat badan atau obesitas telah dikaitkan dengan risiko kanker payudara, terutama
bagi wanita setelah menopause. Ini mungkin bahwa risiko meningkat pada wanita yang
mengalami kenaikan berat badan di masa dewasa tetapi tidak pada mereka yang pernah
mengalami kelebihan berat badan sejak kecil.
2. Alkohol

Wanita yang minum alkohol memiliki peningkatan risiko kanker payudara, dibandingkan
dengan wanita yang tidak minum, dan resiko akan meningkat dengan jumlah minuman yang
dikonsumsi.

3. Kanker lainnya

Wanita yang telah didiagnosa dengan kanker ovarium, usus besar, endometrium atau lebih
mungkin terkena kanker payudara daripada wanita yang tidak memiliki kanker ini.

4. Menarche Usia Dini

Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan
lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS
Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko
bagi wanita yang menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur >12 tahun
(OR=3,6).

5. Menopause Usia Lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker


payudara.Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menapause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis.Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko wanita yang menopause setelah usia 55 tahun terkena
kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang
menopause sebelum usia 55 tahun (OR=1,86).

6. Riwayat Kehamilan

Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko mengalami kanker
payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita
yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan
wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6).
Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar
dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena
kanker payudara (RR=4,0).

7. Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi

berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada
kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause.Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr.
Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral > 10 tahun untuk terkena kanker payudara 3,10
kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral ≤ 10 tahun
(OR=3,10).

8. Faktor hormonal (baik estrogen maupun androgen)

Dari faktor risiko tersebut di atas, riwayat keluarga serta usia menjadi faktor terpenting.
Riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan resiko
berkembangnya penyakit ini. Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu
BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85%. Hal yang
menarik, faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan ini
menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan penting.

Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara
terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang
dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64 tahun. Studi juga
mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara yang meliputi
pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik.

2. Gejala Kanker Payudara

Gejala kanker payudara dapat dilihat dari : benjolan, nyeri, perubahan warna kulit,
pembengkakan, rasa panas/terbakar, perubahan bentuk/ukuran yang di luar kewajaran, puting
melesak ke dalam, keluar cairan (selain air susu pada saat menyusui) dari puting, atau
benjolan di ketiak.

1. Benjolan

Benjolan di payudara dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, tetapi sebagian besar
adalah benjolan jinak. Benjolan juga dapat berbentuk padat (fibroadenoma/FAM, lipoma, dst)
atau berisi cairan (kista). Untuk benjolan yang jinak, sebenarnya tidak diperlukan pengobatan
apapun. Jika benjolan terasa mengganggu atau terus membesar, dapat dilakukan operasi
pengangkatan atau penyedotan jika benjolan berisi cairan.

2. Nyeri

Nyeri juga dapat muncul jika ada benjolan, infeksi, atau kanker di payudara. Namun, kanker
payudara jarang menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri di payudara sering hilang sendiri tanpa
perlu pengobatan apapun. Jika rasa nyeri dirasa mengganggu, dapat menggunakan obat
pengurang rasa nyeri seperti parasetamol. Untuk rasa nyeri di payudara terjadi dalam waktu
lama (di atas 1 bulan) atau tidak bisa hilang dengan obat pengurang rasa nyeri, sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter langganannya.

3. Kedua sisi payudara asimetris

Karena keberadaan tumor atau pelekatan tumor dan dinding dada, payudara bisa mengalami
perubahan volume atau bentuk, ini harus diwaspadai dan segera melakukan pemeriksaan
terkait.

4. Pembengkakan kelenjar getah bening


Pada gejala awalnya bisa ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening pada ketiak.

5. Perubahan pada puting

Saat tumor invasi ke daerah bawah puting atau areola, bisa menyebabkan putting mengalami
deviasi ke satu sisi, retraksi atau depresi.

6. Perubahan pada bagian kulit

Kulit payudara bisa berubah seperti kulit jeruk, pada edema terdapat pori-pori yang memiliki
depresi yang jelas, menyebabkan permukaan kulit menjadi tidak rata, seperti kulit jeruk.

7. Keluarnya Cairan

Keluarnya cairan dari payudara sebenarnya adalah hal yang normal (saat setelah melahirkan)
karena payudara adalah kelenjar yang mengeluarkan cairan yang dikenal sebagai air susu ibu
(ASI). Jika cairan bercampur darah, yang biasanya disebabkan tumor jinak pada kelenjar
payudara atau kanker payudara. Cairan yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh
benjolan jinak. Sedangkan cairan yang bernanah & berbau amis disebabkan oleh infeksi di
payudara. Jika muncul cairan dari payudara yang terlihat normal tetapi di luar masa menyusui
& dalam waktu lama, atau cairan tersebut tidak normal, segera berkonsultasi dengan dokter
langganannya untuk dapat diobati sesuai penyebabnya. Perempuan yang sudah menopause &
mengalami keluarnya cairan adalah tidak normal & harus berkonsultasi dengan dokter.

Untuk menghindari setiap kelainan/gangguan apapun agar segera ditangani dengan cepat &
lebih baik sebelum meluas/bertambah parah, maka setiap tahun lakukanlah pemeriksaan
payudara oleh dokter sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin & dapat disertai
pemeriksaan tambahan untuk kelainan di payudara sesuai indikasi seperti USG, mammografi,
CT-scan, MRI, atau pemeriksaan hormonal.

3. Pemeriksaan Pada Kanker Payudara

Pemeriksaan kanker payudara dapat dilakukan sendiri atau di kenal dengan istilah SADARI.
Langkah-langkah dalam melakukan SADARI :

1. Langkah PERTAMA

Berdiri didepan cermin, dada dibusungkan dan tangan diletakkan di pinggang. Perhatikan
UKURAN, BENTUK dan WARNA payudara, serta puting. Wajib memeriksakan ke dokter,
jika ada kulit payudara pada satu tempat ‘masuk’ kedalam, berkerut, kemerahan , terdapat
luka yang sulit menyembuh atau membengkak. Puting susu retraksi/masuk kedalam atau letak
abnormal.

2. Langkah KEDUA

Kemudian angkat tangan, perhatikan payudara seperti pada langkah pertama diatas.
Kemudian tekan / pencet puting susu. Jika ada cairan abnormal yang keluar, maka segeralah
periksakan diri ke dokter.
3. Langkah KETIGA

Berbaring dengan tangan (pada sisi yang sama dengan payudara yang akan diperiksa) ,
diletakkan dibawah kepala. Tangan kiri dipakai untuk memeriksa payudara kanan begitu
sebaliknya. Raba seluruh payudara (seperti pada gambar) mulai dari atas kebawah, sisi kiri ke
sisi dalam, dari lekukan ketiak sampai kearah payudara. Bisa juga mulai dari puting, dengan
arah melingkar terus sampai ke sisi luar lingkaran payudara. Pastikan seluruh payudara
terdeteksi, raba dengan kekuatan yang ringan, halus tapi mencapai seluruh kedalaman
payudara (bisa merasakan tulang iga dibelakang payudara).

4. Langkah KEEMPAT

Langkah terakhir, lakukan dengan berdiri atau duduk. Lakukan perabaan seperti pada langkah
ke tiga. Beberapa wanita sering melakukan pada waktu mandi, karena lebih mudah
melakukan perabaan payudara dalam keadaan kulit payudara basah. Secara berkala
memeriksakan diri ke dokter, terutama jika mempunyai FAKTOR RESIKO terkena kanker
payudara.

5. Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu:

Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 – 2 cm dan
tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang
sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak
berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada
penderita adalah 70%.

Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 – 5 cm, sudah ada satu atau
beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini,
kemungkinan sembuh penderita adalah 30 – 40 %.

Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 – 10 cm, tapi masih
bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain.Menurut
data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.

Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema
(lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat
satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar
ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai dengan
kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit,
kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalang
pengengkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi
kuratif (menyembuhkan).
6. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi


pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi).

Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan


penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.

Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.

7. Pembedahan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang


dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur
dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor
(lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).

Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.

8. Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker
yang tidak terangkat saat pembedahan.

9. Terapi Hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai
sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.

10. Kemoterapi

Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat
lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral
yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker
saja.

11.Terapi Imunologik

Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara
khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa
menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.
HER2 adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan kanker. protein
ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel kanker menyebar cepat dan
mematikan.Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang semakin
memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada semua tahap perkembangan kanker
payudara, sehingga menjadi hal penting bagi pasien yang telah didiagnosis dengan kanker
payudara untuk memeriksa status HER2 mereka .

12. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit

Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang mengalami
kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup. Meskipun demikian, hanya
sedikit yang terbukti mampu memperpanjang harapan hidup pada pasien, diantaranya adalah
kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat
paliatif (mengurangi rasa sakit).

Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui
terapi hormon, terapi radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2-
positif, trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu
oleh HER2

13.Kanker Payudara Pada Pria

Kanker payudara pada pria adalah penyakit yang langka. Kurang dari 1% kanker payudara
terjadi pada pria. Mungkin akan terlintas dalam pikiran kita : Pria tidak mempunyai payudara,
bagaimana mereka bisa terkena kanker payudara? Yang benar adalah bahwa remaja laki-laki
dan perempuan, pria dan wanita semua mempunyai jaringan payudara. Berbagai macam
hormone pada wanita/gadis menstimulasi jaringan pada payudara sedemikian rupa sehingga
membentuk payudara penuh. Sedangkan pada tubuh pria secara normal tidak ada stimulasi
hormone pada payudara. Akibatnya jaringan payudaranya tetap kecil dan rata. Ada juga,
sering kita lihat pria / anak laki-laki dengan ukuran payudara besar. Biasanya itu hanya karena
gemuk. Tapi kadang ada beberapa pria jaringan kelenjar payudaranya tumbuh, itu disebabkan
karena mereka menggunakan beberapa obat, pecandu alcohol, pengguna marijuana atau
mempunyai tingkat hormone yang tidak normal.

Karena kanker payudara pada pria sangat jarang, beberapa kasus saat ini sedang dipelajari.
Tapi apabila kasus-kasus itu dikumpulkan maka akan didapat hasil sebagai berikut , Tanda-
tanda yang harus diwaspadai :

1. Terasa benjolan di payudara


2. Puting terasa sakit
3. Puting berubah bentuk ( biasanya menekuk kedalam )
4. Keluar cairan dari putting ( bisa bening atau darah )
5. Nyeri pada puting atau areola ( area yang berwarna gelap didaerah puting )
6. Pembesaran kelenjar getah bening dibawah lengan ( ketiak )

Perlu diingat bahwa pembesaran kedua payudara pada pria biasanya bukan kanker. Keadaan
ini dalam kedokteran disebut gynecomastia.

Suatu studi tentang kanker payudara pada pria menemukan bahwa waktu yang diperlukan
antara tanda-tanda awal hingga diagnose membutuhkan waktu 19 bulan, atau bisa lebih dari
satu tahun. Ini mungkin disebabkan karena orang tidak menyangka / mengharap kanker
payudara terjadi pada pria, sehingga sangat jarang yang terdeteksi dini. Jadi, seperti yang
terjadi pada wanita juga, apabila terjadi perubahan yang mencolok pada payudaranya, pria
juga sebaiknya segera ke dokter. Karena semakin cepat terdeteksi maka kemungkinan sembuh
lebih besar.Sangat perlu dimengerti, factor resiko kanker payudara pada pria, terutama karena
pria tidak mengadakan screening/pemeriksaan secara rutin untuk tujuan mengetahui ada/
tidaknya kanker pada payudaranya. Hal ini karena tidak terpikir bahwa ini bisa terjadi.
Akibatnya kanker payudara pada pria biasanya pada deteksi awal kebanyakan sudah mencapai
stadium lanjut.

Dibawah ini adalah factor-faktor yang bisan menaikkan resiko pria terkena kanker payudara :

1. Usia

Seperti juga pada wanita, usia bertambah resiko juga bertambah. Usia rata-rata pria yang
didiagnose terkena kanker payudara adalah 67 tahun. Itu berarti bahwa separoh pria yang
didiagnose terkena kanker payudara adalah berusia diatas 67 tahun. Dan setengahnya lagi
dibawah usia itu.

2. Kadar Estrogen yang tinggi

Sel payudara tumbuh, baik yang normal ataupun abnormal, itu distimulasi oleh adanya
hormone estrogen. Pria bisa mempunyai level estrogen yang tinggi karena beberapa hal :

1. Menggunakan obat-obat hormonal


2. Terlalu gemuk, sehingga meningkatkan produksi hormone estrogen
3. Terexpose estrogen dari lingkungan (misalnya berasal dari estrogen atau hormone lain
yang digunakan untuk menggemukkan ternak sapi, campuran / turunan dari produk
pestisida, yang menyerupai efek estrogen dalam tubuh ).
4. Pecandu alcohol, yang dapat mengurangi fungsi lever dalam mengatur kadar estrogen
dalam darah.
5. Mempunyai penyakit lever, yang biasanya mengakibatkan pada kadar endrogen (
hormone laki-laki ) yang rendah, sebaliknya kadar estrogen ( hormone wanita ) tinggi.
Ini juga menaikkan resiko terjadi gynecomastia dan kanker payudara.

3. Klinefelter Syndrome

Mempunyai kadar hormone endrogen yang rendah dan kadar estrogen tinggi. Sehingga
mempunyai resiko mendapatkan penyakit gynecomastia dan kanker payudara. Klinefelter
syndrome adalah: kondisi yang terjadi saat lahir ( terjadinya,1 berbanding 1000 pria ).
Normalnya laki-laki mempunyai kromosom X dan Y. Tapi, pria dengan syndrome ini
mempunyai lebih dari satu kromosom X ( kadang empat ). Tanda-tanda syndrome ini adalah :
Mempunyai kaki lebih panjang, suara tinggi, jenggot yang tipis dibandingkan rata-rata pria,
mempunyai testis kecil daripada ukuran normal dan infertile ( tidak bisa memproduksi sperma
).

4. Mempunyai riwayat keluarga yang banyak menderita kanker payudara atau perubahan
genetic.
Riwayat keluarga dapat menaikkan resiko terkena kanker payudara, terutama apabila didalam
keluarga ada pria yang terkena kanker payudara. Juga apabila terbukti adanya gen abnormal
kanker payudara didalam riwayat keluarga. Pria yang mewarisi gen abnormal BRCA1 dan
BRCA2 resiko terkena kanker payudara meningkat. Tapi bisa juga terjadi pada pria yang
tidak mempunyai riwayat keluarga terkena kanker payudara dan tidak mewarisi gen abnormal
tersebut.

5. Terpapar radias

Memperoleh terapi radiasi didada sebelum usia 30 tahun, khususnya semasa remaja,
meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Ini terlihat pada remaja-remaja pria yang
memperoleh radiasi untuk pengobatan penyakit Hodgkin. ( Disini tidak termasuk terapi
radiasi untuk pengobata kanker payudara ).

Untuk masalah diagnose dan pengobatan sama dengan kanker payudara pada wanita.

1. pencegahan Kanker Payudara

Salah satu pencegahan kanker payudara adalah pola makan yang sehat. Diperkirakan satu dari
tiga kasus kanker payudara karena faktor pola makan.

Pola makan yang baik yang akan membantu mempertahankan sistem kekebalan tubuh Anda
dan ini merupakan pencegahan penyakit yang paling ampuh. Meskipun belum diketahui
adanya makanan yang dapat menyembuhkan kanker, memakan makanan tertentu dan
mengurangi makanan tertentu lainnya dapat menjadi tindakan pencegahan.

Makanan yang kaya serat, dapat membantu menurunkan kadar prolaktin dan estrogen,
kemungkinan dengan mengikatkan diri pada hormon-hormon ini lalu membuangnya ke luar
tubuh. Ini dapat menekan fase lanjut dari karsinogenesis (pembentukan kanker). Selain itu,
mengurangi makanan berlemak jenuh dapat menurunkan risiko. Kacang kedelai dan produk
kedelai tanpa difermentasi dapat menghambat pertumbuhan tumor.
BAB III

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah di atas antara lain:

Aplikasi gelombang dalam dunia kedokteran adalah salah satunnya dalam ultrasonografi
(USG). Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang diagnostik yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan
imajing, tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak
menimbulkan efek samping (non invasif), relatif murah, pemeriksaannya relatif cepat,dan
persiapan pasien serta peralatannya relatif mudah.

Manfaat dari ultrasonografi adalah untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak, melihat
janin di dalam rahim ibu hamil, melihat pergerakan serta perkembangan sebuah janin,
mendeteksi perbedaan antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh yang tidak dapat dilakukan
oleh sinar x sehingga mampu menemukan tumor atau gumpalan lunak di tubuh manusia.
Selain manfaat di atas , Ultrasonografi dimanfaaatkan untuk memonitor laju aliran
darah.Pulsa ultrasonik berfrekuensi 5 – 10 MHZ diarahkan menuju pembuluh nadi dan suatu
Reseiver akan menerima signal hamburan gelombang pantul. Frekuensi pantulan akan
bergantung pada gerak aliran darah. Metode ini dalam ilmu fisika sesuai dengan efek Doppler
tujuannya untuk mendeteksi trombosis(penyempitan pembuluh darah). Karena trombosis akan
menyebabkan perubahan laju aliran darah.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/9642965/Persiapan-dan-Teknik-Pemeriksaan-USG-
OBGIN-Dasar-JJE-20080409

http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_ultrasonography

http://en.wikipedia.org/wiki/Gynecologic_ultrasonography

http://ilmuradiologi.blogspot.com

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2111579-gelombang
elktromagnetik/#ixzz1ro1Y9wRw

Anda mungkin juga menyukai