LONG CASE
PUSKESMAS RAWALO
“SKABIES”
Disusun oleh:
Nadia Muqsitha
G4A015198
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nadia Muqsitha
G4A015198
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak
berusia 10 tahun yang datang ke Puskesmas Rawalo diantar oleh ibunya
mengeluh gatal-gatal pada tangan dan kaki.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. L
Usia : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : Pelajar SD
Penghasilan/bulan :-
Alamat : Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo
Pengantar (Pasien) : Pasien datang diantar ibu
Tanggal Periksa : Sabtu, 10 Maret 2018
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/ KES
Tampak tenang, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Nadi : 92x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
b. Pernafasan : 20x/menit, thorakal, reguler
c. Suhu : 37.3oC
3. Status gizi
a. BB : 26kg
b. TB : 121 cm
c. IMT : 17.76 kg/m2
d. IMT/U : 0.79
e. Kesan status gizi : Baik
4. Kulit
Turgor kulit kembali dalam satu detik.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal.
6. Mata
Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
massa (-)
8. Mulut
Mukosa buccal basah.
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan
Tonsil dan faring dalam batas normal. Hiperemis (-).
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), distensi vena jugularis (-).
12. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
I : pengembangan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : bising usus (+) normal
Per : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Pal :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal :nyeri tekan (-), krepitasi (-)
15. Ektremitas: palmar eritema(-/-) capilarry refill <1 detik.
akral dingin - - VE + + Multipel
- - + + Multipel
Ujud Kelainan Kulit (UKK) :
Terdapat kanalikuli pendek multipel, diskrit generalisata pada kulit yang
eritema dengan papulovesikel, pustul, erosi, dan ekskoriasi di atasnya
Articulatio genue dextra et sinistra :
I : oedem (-), eritema (-),hambatan dalam berjalan (-).
P : nyeri (-), hangat (-), krepitasi (-).
16. Sistem genitalia: dalam batas normal
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF ++ RP - -
5 5 N N ++ - -
18. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai usia, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Insight : baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
G. RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Puskesmas Rawalo hari Sabtu 10 Maret 2018
dengan keluhan gatal-gatal pada kedua tangan dan kaki sejak 1 minggu
sebelum masuk puskesmas. Gatal-gatal dirasakan terus-menerus dan sangat
mengganggu. Gatal tidak mereda dengan pemakaian bedak dan semakin gatal
pada sore dan malam hari. Gatal-gatal disertai adanya nanah yang keluar dari
luka lecet akibat garukan. Pasien pernah mengalami keluhan serupa sekitar 3
bulan yang lalu. Dalam satu rumah diketahui adik kandungnya yang berusia 4
tahun mengalami keluhan serupa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal,status
generalis dalam batas normal, status lokalis sistem integumen ditemukan UKK
berupa kanalikuli pendek multipel, diskrit generalisata pada kulit yang eritema
dengan papulovesikel, pustul, erosi, dan ekskoriasi di atasnya
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluhkan gatal-gatal pada tangan dan kaki
Concern : Pasien merasa gatal semakin memberat, ibu pasien
khawatir kondisi pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan ibu pasien mempunyai harapan agar penyakit
pasien dapat segera sembuh dan dapat segera bersekolah
kembali.
Anxiety :Pasien mulai merasa tidak nyaman di lingkungan teman-
temannya karena terus menerus diperhatikan mengenai
kondisi kulitnya.
2. Aspek Klinis
Diagnosis :
- Skabies dengan infeksi sekunder bakteri
- Status gizi baik
Gejala klinis yang muncul :
Gatal pada tangan dan kaki, memberat pada sore dan malam hari, tidak
mereda dengan pemakaian bedak, keluhan serupa berulang, adik kandung
mengalami keluhan serupa.
Diagnosa banding :
Dermatitis venenata, psoriasis gutata pustulosa, cutaneus larvae migran,
mikosis supervisialis, eczema.
I. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
1) Medikamentosa
a) PO. Amoxicillin tab 3x250mg
b) PO. Chlorphenirramine Maleate tab 2x2mg (0-1-1)
c) Permethrine Cr 5% UE seluruh tubuh 1x/minggu, malam
sebelum tidur.
2) Non Medika mentosa
a)
3) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
Pasien dan keluarganya perlu diedukasi mengenai:
a) Memberi informasi mengenai penyebab,cara penularan, cara
pencegahan skabies secara mudah dan komprehensif.
b) Selalu menjaga higienitas personal dengan mandi setidaknya 2
kali sehari
c) Menghindari kebiasaan berenang di sungai
d) Merendam semua pakaian dan alat mandi denagn air panas
untuk membunuh tungau.
e) Menjemur bantal, guling, dan kasur secara teratur.
f) Menjelaskan mengenai syarat-syarat rumah sehat secara
lengkap, beberapa contohnya antara lain mengenai adanya
kandang ayam di dekat dapur dan toilet yang tidak higienis.
g) Menjelaskan pentingnya menjaga nutrisi melalui makanan
yang sehat dan bergizi, memenuhi kebutuhan karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, dan mineral.
b. Aspek Preventif
1) Menjelaskan mengenai higienitas personal
2) Menjelaskan mengenai kriteria rumah sehat serta memberi saran-
saran yang dapat diterapkan dan tepat guna
3) Memberikan anjuran pola hidup bersih dan sehat
c. Aspek Promotif
1) Memberi informasi mengenai penyebab dan cara penularan
mikroorganisme penyebab skabies, serta pencegahan dan
penanganan skabies secara mudah dan komprehensif.
2) Memberi informasi mengenai infeksi bakteri sebagai komplikasi
skabies serta pentingnya penanganan tepat dan dini dalam kasus
skabies.
d. Aspek Rehabilitatif
Monitoring keluhan gatal dan respon terhadap pemberian antibiotik.
2. Family Care
a. Memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih.
b. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai
perjalanan penyakit skabies, pencegahan penularan dan pemantauan
skabies berulang, sehingga mendukung kontrol dan pengobatan pasien
dan keluargan yang kontak langsung dengan pasien.
c. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian dan
penyembuhanpenyakit pasien.
d. Memberikan anjuran kepada anggorta keluargalainnya yang berisiko
tinggi untuk pola hidup sehat.
3. Community Care
a. Memotivasi peningkatan sanitasi lingkunganuntuk menjaga
lingkungan yang sehat dan bersih, karena lingkungan yang tidak sehat
akan menajdi faktor risiko terjadinya skabies.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakatmengenai penyakit
skabies, baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya
melalui penyuluhan.
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis
terhadap pasien mengenai penyakitnya.
J. Flow Sheet
Tabel 2.1.Flow Sheet An. L (9 tahun)
No Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 Selasa Gatal-gatal pada N:92x/menit PO. Amoxicillin Gatal-
12/9/2017 tangan dan kaki, RR:20 x/menit 3x250mg mereda,
11.00 terutama pada S:36.70 C PO. CTM 2x2mg tanda infeksi
sore dan malam (0-1-1) merespon
hari, terdapat Permethrine Cr pemberian
luka lecet akibat 5% UE seluruh antibiotik
garukan tubuh, malam
mengeluarkan sebelum tidur.
nanah
2 Rabu Gatal mereda, N:86x/menit PO. Amoxicillin Gatal-
13/9/2017 luka masih RR :18 x/menit 3x250mg mereda,
15.30 mengeluarkan S:36,20 C PO. CTM 2x2mg tanda infeksi
nanah (0-1-1) merespon
pemberian
KIE : penyebab, antibiotik
tanda gejala,
terapi,
pencegahan, dan
komplikasi
skabies secara
komprehensif.
III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga An.WMadalah nuclear family dengan Tn. K(32
tahun) sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh tani. An. L(9
tahun) adalah anak dari Tn. S dan Ny. D. Pada keluarga ini terdapat ayah,
ibu dan 2 anak yang hidup bersama.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis. Kadang-
kadang ia bertengkar wajar masalah hal sepele dengan adiknya yang masih
berusia lima tahun. Terdapat beban pskikologis pada An.WM berupa
ejekan teman-teman sekolahnya terkait sakit yang sedang dideritanya.
3. Fungsi Sosial
Saat sakit ini, pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien
biasanya sering bermain dan berkomunikasi dengan teman-teman
sekolahnya. Hubungan pasien dengan teman-teman sekolah dan tetangga
sekitarnya cukup baik, pasien juga disayang oleh tetangganya.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Ayah pasien bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan rendah dan
tidak tetap (Rp. 250.000 - Rp1.000.000,00/bulan). Ibu pasien seorang ibu
rumah tangga.Pasien dan keluarga pasien hidup sedehana dalam mencukupi
keperluan hidup sehari-hari. Biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan
menggunakan Jamkesmas.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga An. Ladalah nuclear
family. Keluarga An. Ladalah keluarga yang cukup harmonis, dan
merupakan keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya.Jika penderita menghadapi suatu
masalah pasien menceritakan kepada orangtuanya.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan didiskusikan
bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan anggota keluarga
berjalan dengan baik.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien. Anggota keluarga
selalu mendukung pola makan, dan pengobatan yang dianjurkan demi
kesehatan An. L.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan ayah, ibu, dan
adiknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota
keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di
hati, maka anggota keluarga akan mencoba untuk segera menyampaikan tanpa
dipendam, sehingga permasalahan dapat segera selesai. Keluarga saling
menyayangi tampak dari percakapan mereka yang luwes dan sering bercanda
saat peneliti melakukan home visit.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara. Pasien merasa senang apabila ayah, ibu, dan adiknya
berkumpul di rumah walaupun hanya untuk menonton televisi atau makan bersama.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan
kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian
A.P.G.A.R.
Tabel2.2. Nilai APGAR dari Keluarga An. AD
A.P.G.A.R An. L Tn. K Ny. D An. RF
A Saya puas bahwa saya dapat 2 2 1 2
kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga 2 1 2 2
saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga 1 1 2 2
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
A Saya puas dengan cara keluarga 2 2 2 1
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi
saya seperti kemarahan, perhatian
dll.
R Saya puas dengan cara keluarga 2 1 1 2
saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
TOTAL 9 7 8 9
Rerata nilai skor APGAR keluarga An. AD adalah (9+7+8+9)/4 = 8,25. Secara
keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah 33, sehingga
rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 8,25. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada dalam keadaan
baik.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Nn. SN dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 7. Nilai SCREEM dari keluarga pasien
Sumber Patologi Ket
Social Interaksi yang baik antara anggota keluarga serta masyarakat -
sekitar.
Cultural Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan adat ketimuran, hal +
ini terlihat pada pergaulan mereka sehari – hari yang
menggunakan bahasa Jawa, walaupun dicampur dengan Bahasa
Jawa. Pada budaya setempat ada mitos yang mengatakan skabies
adalah penyakit kutukan.
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat -
dilihat dari pasien dan keluarga rutin menjalankan sholat lima
waktu di rumahnya, walaupun pasien dan kakaknya kadang masih
belum lengkap sholatnya.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong kelas menengah kebawah, untuk +
kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder, diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang pendidikan -
ayah pasien adalah SD dan ibu pasien adalah SMA. Pengetahuan
keluarga pasien tentang penyakit yang diderita pasien sebenarnya
cukup baik akibat sering menonton televisi dan mendapatkan
informasi dari tayangan edukatif.
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -
pelayanan puskesmas dengan jenis pembiayaannya menggunakan
biaya sendiri (umum).
Keterangan :
1. Culture (+) artinya keluargaAn. Lmasih memiliki budaya yang kurang
mendukung kesehatan, khususnya mengenai permasalahan kesehatan dan
penyakit yang sedang dideritanya.
2. Education (+) artinya keluarga An.WMtergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pendapatan total satu juta rupiah perbulan (pendapatan
perkapita Rp250.000,00).
Kesimpulan :
Pada keluarga An.WM fungsi patologis yang positif adalah fungsi budaya
dan fungsi ekonomi.
D. Family Genogram
60 54 55 49
36 32 27 29 22
9
10
Skabies Skabies
Keterangan:
: Laki-laki
: Pasien
: Perempuan : skabies
----- : tinggal satu rumah
E. Pola Interaksi Keluarga
An. L
Tn. K Ny.D
An.
RF
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga An. ADdinilai harmonis
dan saling mendukung.
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Pengetahuan :
Kurangnya Lingkungan:
pengetahuan pasien Kondisi rumah dan
mengenai higienitas lingkungan yang
personal. tidak sehat.
Fungsi Fisiologis :
Sikap: Skor APGAR
Adanya mitosbahwa keluarga
skabies adalah pasienbaik
penyakit kutukan
Keluarga An. L
Pelayanan
Kesehatan:
Jika sakit berobat
ke dokter atau ke
Tindakan: puskesmas
Tidak membuka
jendela rumah, jarang
membersihkan rumah
dan halaman Penularan:
Keluarga pasien
mengetahui bahwa
kemungkinan sumber
penularan berasal dari
kontak langsung
A. Masalah medis :
1. Skabies juvenilis dengan infeksi sekunder bakteri
B. Masalah nonmedis :
1. Pendapatan perkapita yang relatif rendah (Rp250.000,00).
2. Pasien senang berenang di sungai.
3. Pasien senang tidur bersama anggota keluarga lain.
4. Pasien jarang mandi.
5. Pasien belum mengetahui faktor resiko,pola penularan, dan pengobatan
skabies, sedangkan keluarga pasien terutama ibunya mengetahui
mengenai skabiessekilas dari tayangan televisi. Masih adanya
kepercayaan bahwa scabies adalah penyakit kutukan.
6. Perilaku keluarga pasien yang jarang membuka jendela rumah dan
membersihkan rumah, serta membakar sampah rumah tangga.
C. Diagram Permasalahan Pasien
Kurangnya
pengetahuan baik
pasien maupun
keluarga mengenai
skabies
G. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 4 orang yang terdiri dari,
pasien Nn. SN, ibu pasien Ny. S, ayah pasienTn. MAZ, dan adik pasien
An. HYS. Metode yang digunakan berupa konseling edukasi tentang
penyakit tuberculosis mulai dari definisi, etiologi, faktor resiko, cara
minum obat, cara penularan, edukasi PHBS serta pencegahan bagi orang
yang berada di sekitar Nn.SN terutama yang tinggal serumah dengan
pasien.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 4 orang yaitu, pasien, ibu pasien dan
ayah pasien.Waktu pelaksanaan kegiatan pada Senin15 Desember 2014
dan Senin22 Dsember 2014 di rumah pasien. Konseling berjalan dengan
lancar dan pasien merasa puas karena merasa lebih diperhatikan dengan
adanya kunjungan ke rumahnya untuk memberikan edukasi tentang
penyakit yang sedang di derita Nn.SN
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku belum
memahami penyakit yang diderita Nn.SN sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya. Setelah konseling dilakukan tanya jawab, narasumber
memberikan 10 pertanyaan dan pasien beserta keluarga dapat menjawab 8
pertanyaan dengan tepat sehingga tingkat pengetahuan pasien meningkat
menjadi 80% dari sebelumnya yang hanya 30%.
VII. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
1.
C. Faktor Risiko
1. Faktor Host
a.
2. Faktor Agent
a.
D. Sumber Penularan
E. Patomekanisme
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
2. Nonmedikamentosa
H. Komplikasi
VII. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa An. Ladalah seorang pasien yang
didiagnosis skabies juvenilis dengan infeksi sekunder bakteri.
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluhkan gatal-gatal pada tangan dan kaki
Concern : Pasien merasa gatal semakin memberat, ibu pasien
khawatir kondisi pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan ibu pasien mempunyai harapan agar penyakit
pasien dapat segera sembuh dan dapat segera bersekolah
kembali.
Anxiety :Pasien tidak nyaman di sekolah karena sering diejek teman
sekolah terkait sakit yang dideritanya dan ibu pasien
khawatir penyakit pasien kambuh-kambuhan.
2. Aspek Klinis
Diagnosis :
- Skabies dengan infeksi sekunder bakteri
- Status gizi baik
Gejala klinis yang muncul :
Gatal pada tangan dan kaki, memberat pada sore dan malam hari, tidak
mereda dengan pemakaian bedak, keluhan serupa berulang, ibu dna kakak
mengalami keluhan serupa.
Diagnosa banding :
Dermatitis venenata, psoriasis gutata pustulosa, cutaneus larvae migran,
mikosis supervisialis, eczema.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Kebiasaan pasien tidur bersama kakaknya.
b. Keluhan serupa sekitar 2 dan 5 bulan sebelumnya.
c. Sering berenang di sungai.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
d. Status sosial ekonomi keluarga pasien yang rendah, menyebabkan
kondisi hunian tidak memenuhi kriteria rumah sehat dan buruknya
lingkungan, antara lain pencahayaan, ventilasi, dinding dan plafon,
kebersihan dan keadaan lingkungan rumah secara umum yang kurang
sehat.
e. Adanya sumur yang tergabung dalam toilet sehingga memudahkan
kontaminasi air.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 3, karena pasien mulai
terganggu dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari seperti
biasanya, antara lain belajar dan bersekolah serta bermain bersama teman-
teman..
B. Saran
1. Pemberian penyuluhan dengan materi utama pada penyuluhan dan edukasi
yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah mengenai pengertian,
penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, serta penanganan dan
pencegahan skabies secara komprehensif.
2. Penyuluhan materi selanjutnya adalah mengenali tanda-tanda komplikasi
berupa infeksi bakteri.
3. Menyarankan untuk menghentikan kebiasaan bnerenang di sungai,
menjaga higienityas personal dengan mandi minimal 2 kali sehari, dan
membersihkan tempat tidur dan alat mandi untuk mencegah berulangnya
scabies.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito W. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia.
Makara Kesehatan, 11(1): 1-10.
Daldiyono dan Simadibrata M. 2009. Diare Akut. dalam Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi, Simadibrata M, dan Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI
Suharyono. 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thomas PD, Forbes A, Green J, Howdle P, Long R, et al. 2003. Guidelines for the
investigation of chronic diarrhoea, 2nd edition. Gut; 52(Suppl V):v1–v15
Peneliti saat mewawancarai ibu (Ny. D) dan adik pasien (An. RR)
-