PENDAHULUAN
Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia
dengan menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik.1 Sumber lain mengartikan
radiologi adalah suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar pengion dan bukan
pengion, gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostik dan terapi. Pada
awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray) namun kemajuan
teknologi modern memakai pemindaian CT-Scan (scanning), MRI (Magnetic
Resonance
Imaging),
gelombang
sangat
tinggi
(ultrasonik)
seperti
Tulang Skapula
Tulang Klavikula
Tulang Humerus
Tulang Ulna
Tulang Radius
Tulang Karpal: Metacarpal dan Falang
1. Tulang Skapula
Gambar 3. Scapula
2. Tulang Klavikula
Klavikula adalah tulang yang melengkung membentuk bagian anterior
dari gelang bahu. Untuk keperlua pemeriksaan dibagian atas batang dan dua
ujung. Ujung medial disebut extremitas sternal dan membuat sendi dengan
sternum. Ujung lateral disebut extremitas akrominal, yang bersendi pada
proseus akrominal dari scapula. Fungsi kavikula yaitu member kaitan kepada
beberapa otot dari leher dan bahu dan dengan demikian bekerja sebagai
penompang lengan.
Gambar 4. Clavicula
3. Humerus
Humerus (tulang pangkal lengan) mempunyai tulang panjang seperti
tongkat. Bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu bentuknya bundar
membentuk kepala sendi yang di sebut kaput humeri. Pada kaput humeri ini
terdapat tonjolan yang di sebut tuberkel mayor dan minor. Di sebelah bawah
kaput humeri terdapat lekukan yang di sebut kolumna humeri. Pada bagian
bawah terdapat taju (kapitulum, epikondius lateralis dan epikondilus
medialis). Di samping itu juga mempunyai lekukan yang disebut fosa
koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani (bagian belakang).
6
Gambar 5. Humerus
4. Ulna
Ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan
dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan
lebih panjang dari radius. Kepala ulna berada disebelah ujung bawah.
Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa
olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan
trochlea
pada
humerus).
Artikulasi
ini
berbentuk
sendi
engsel,
Gambar 6. Ulna
5. Radius
Radius adalah tulang disisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna. Di
daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga memungkinkan
terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal, terdapat
prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain
tulang scaphoid dan tulang lunate.
Gambar 7. Radius
6. Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan
ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang
metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke
delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis,
trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
Bagian dari Tulang Karpal yaitu :
a. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan
dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang
karpal. Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal
membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana
yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari
tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan
Gambar 8. Karpal
b. Falang
Falang juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua ujung.
Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang, tiga
pada setiap jari dan dua pada ibu jari. Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel
terutama untuk menggenggam sesuatu.
10
Gambar 9. falang
11
2. Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi
dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di
daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter
minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan
untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.
12
3. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan
lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle
femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.
Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal
tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
4. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.
13
Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk
artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
14
5. Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan
tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu
calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan
sebagai tulang penyanggah berdiri.
6. Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di
proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1
(ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.
7. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di
ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi
pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.
15
16
c. Kriteria Image :
Tampak gambaran clavicula terlempar, tidak superposisi dengan apex
paru
Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )
Tampak marjer dan identitas pasien
2. Scapula
a. Posisi Pasien
17
3. Humerus
a. Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan
diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm ).
b. Posisi Obyek
18
pada
panggul
dengan
telapak
tangan
menghadap keluar
c. Kriteria Image
Tampak gambaran Humerus dalam posisi true AP, dan Lateral pada
4. Elbow / Cubiti
a. Posisi Pasien
Pasien duduk disamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan
diperiksa diletakkan di atas cassette (ukuran 18 x 24 Cm).
b. Posisi Obyek
19
5. Antebrachii
a. Posisi Pasien
Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang
akan diperiksa diletakkan di atas cassette (ukuran 24 x 30 cm)
b. Posisi Obyek
20
c. Kriteria Imege
Tampak gambaran Antebrachii dalam posisi true AP, dan Lateral
6. Wrist
a. Antero Posterior (AP)
Penderita duduk
Posisi tangan penderita dalam keadaan prone
b. Lateral
Penderita duduk
Tangan penderita kita rotasikan dalam keadaan true lateral
21
7. Manus
a. Posisi Pasien
Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang
akan diperiksa diletakkan di atas cassette
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP sehingga obyek menempel
rata dengan cassette dan pastikan sudah true AP.
22
Posisi Lateral : Tekuk jari-jari sehingga jari bebas dari overlapping dengan
jari yang lain, bila perlu pakai ganjalan, pastikan sudah
dalam posisi true lateral.
23
c. Kriteria Image
Tampak gambaran manus dalam posisi true AP, dan Lateral pada satu
film
Tampak Marker dan identitas pasien
Tampak gambaran seluruh digiti dengan garis-garis tulang yang jelas
(detail tinggi)
24
8. Digiti
a. Posisi Pasien
Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang
akan diperiksa diletakkan di atas cassette.
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP sedemikian rupa sehingga
obyek menempel rata dengan cassette.
Posisi Lateral : Tekuk jari-jari yang tidak sakit sehingga bebas dari
overlapping dengan jari yang lain, bila perlu pakai
ganjalan, pastikan sudah dalam posisi true lateral
25
c. Kriteria image
Tampak gambaran digiti dalam posisi true AP, dan Lateral pada satu
film.
Tampak Marker dan identitas pasien.
Tampak gambaran digiti dengan garis-garis tulang yang jelas (detail
tinggi)
26
Posisi Lateral : Ganjal bagian Glutae dengan karet busa (alat bantu),
letakan casette (24 x 30 Cm) menempel pada daerah
caput femu bagian lateral .
c. Kriteria Image
2. Femur
a. Posisi pasen
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
27
28
3. Genu
a. Posisi pasien
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (Lutut nempel rata dengan
casete) dan pastikan sudah true AP.
Posisi Lateral : miringkan pasen pada sisi kaki yang akan diperiksa tekuk
kaki sedemikian rupa sehingga cruris dan femur
membentuk sudut 905 tempelkan
permukaan castte.
c. Kriteria Image
29
30
5. Ankle
a. Posisi pasen
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (tumit nempel rata dengan
casete) dan pastikan sudah true AP.
31
6. Calcaneus
a. Posisi pasien
32
Lateral : pasien tidur miring pada sisi kaki yang akan diperiksa, kaki
lainnya diletakan sedemikian rupa sehingga ankle joint
menempel rata pada casette ( true lateral )
Axial : pasen tidur supine, telapak kaki ditarik kearah caudad.
b. Posisi Obyek
Posisi Lateral : Posisikan obyek dalam posisi Lateral (ankle joint nempel
rata dengan casete).
Posisi Axial : Tempelkan calcaneus rata dengan permukaan castte, tarik
kaki kearah cauda
c. Kriteria Image
33
7. Pedis
a. Antero posterior
Pasien supine.
34
Pedis AP
b.
Lateral
35
Pedis lateral
pembacaan
foto
ekstremitas
superior
atau
inferior
perlu
Fraktur
Keradangan
Tumor tulang
Kelainan Tulang
1. Fraktur
Pembacaan foto ekstremitas sebaiknya dilakukan secara urut berdasarkan
sistematika, sehingga lebih mudah dimengerti :
Sebutkan macam fraktur dan pada tulang apa, setinggi berapa, Misal :
Transverse fraktur os. femoralis dextra 1/3 tengah, 1/3 distal, atau 1/3
proximal.
36
Fraktur Colles
37
pengendapan Ca
Primary callus : sudah kelihatan, biasanya + 4 minggu
Secondary callus : densitas sudah sama dengan tulang, biasanya
38
fraktur tibia
39
2. Keradangan
Keradangan pada tulang dan sendi antara lain :
a. Osteomyelitis
Adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomyelitis akut
terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya infeksi pada tulang
panjang dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena adalah
tulang femur di bagian distal, tibia bagian proximal, humerus bagian
radius dan ulna bagian proximal dan distal, serta vertebrae.
Kuman biasanya bersarang pada spongiosa metafisis dan
membentuk pus sehingga timbul abses atau beberapa abses kecil.
Periosteal yang terangkat oleh pus kemudian akan membentuk tulang
di bawahnya, yang dikenal sebagai reaksi periosteal.
Tulang yang dibentuk periosteal ini membentuk bungkus dari
tulang yang lama dan disebut infolukrum. Dalam involukrum ini pada
40
41
b. Sifilis
Saat ini kelainan tulang akibat sifilis jarang ditemukan.
Sifilis Kongenital
Penyakit ini dapat timbul cepat, yaitu sejak lahir sampai 4tahun,
atau lambat antara 5 15 tahun. Lesinya biasanya luas dan
simetris, dan kelainan tulang terdiri atas periostitis dan osteotitis
atau osteomyelitis. Yang sering terkena adalah radius, ulna, dan
tulang-tulang sekitar lutut.
Periostitis merpakan kelainan yang sering dijumpai. Gambaran
radiologik terlihat sebagai garis tipis atau berlapis-lapis diluar
korteks dan sejajar dengan kortek. Penebalan kortek pada diafisis
dijumpai dijumpai pada kasus lanjut. Osteomyelitis biasanya
setempat atau tersebar luas. Destruksi pada bagian medial tibia
proximal yang bersifat bilateral adalah khas untuk sifilis
kongenital (Wimberger sign). Sifat khas dari sifilis adalah
pembentukan tulang baru yang banyak sehingga densitas tulang
meninggi pada ujung metafisisi dan didekatnya ada daerah yang
lebih radiolucent. Gambaran ini patognomonis untuk sifilis karena
dijumpai juga pada penyakit penyakit lain dimana pertumbuhan
42
43
3. Tumor Tulang
Tumor tulang jinak primer :
a. Osteoma
Radiologi nampak nidus kecil radiologi yang dikelilingi tulang padat,
diameter nidus cm. Sebagian kecil ada klasifikasi didalamnya
(bagian tengah). Lokasi tersering tibia proximal collum femoris.
Gambar Osteoma
b. Osteochondroma
Radiologi nampak cauliflower dengan tangkainya yang proximal
memperlihatkan densitas tulang, sedangkan bagian distal terlihat
radolucent dengan bercak-bercak pengapuran oleh karena bagian distal
terdiri dari tulang rawan.
44
Gambar Osteochondroma
c. Osteoblastoma
Radiologi tampak klasifikasi kecil yang menyebar atau mengumpul.
Dapat mengadakan ekspansi pada tulang induk dan merusak kortek.
Tidak ada periosteal reaction. Berbatas tegas dengan tulang yang
normal.
45
Osteoblastoma
b. Chondrosarcoma
Radiologi : - Lokasi pelvis, femur, costa : tulang craniofacial dan bahu.
- Type sentral : ramus os pubis, colum femoris, proximal
-
humerus.
Type perifer : Pelvis, scapula, sternum, costae dan
ujung humerus.
46
Chondrosarcoma
c. Ewings tumor
Radiologi : - Tampak osteolitik hebat hingga kortek jadi tebal dan
-
padat.
Bila tumor di bawah periostenum dan berbentuk
47
Ewings Tumor
4. Kelainan Kongenital
a. Kongenital Talipes Equinovarus
Adalah deformitas forefoot sdduksi dan supinasi melalui sendi
midtarsal, tumit varus pada subtalar, equinus pada ankle dan deviasi
medial seluruh kaki dalam hubungan dengan lutut.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah Xray, diperlukan
terutama untuk evaluasi terapi. Posisi AP diambil dengan kaki 300 plantar
flexi dan tabung (beam) membentuk sudut 30 0. Tarik garis melalui axis
memanjang talus sejajar batas medial dan melalui axis memanjang
calcaneus sejajar tepi lateral. Normalnya sudut talocalkaneal 20 0. Posisi
48
lateral diambil dengan kaki dalam forced dorsi flexi. Garis ditarik melalui
axis mid longitudinal dibawah calcaneus, normalnya 400.
(a)
Gambar (a) Xray Talipes Equinovarus
(b)
(b) Diagram Talipes Equinovarus
49
berdiferensiasi.
Klinisnya
berupa
kerapuhan
tulang,
kelemahan
e. Polidaktili
Terjadi duplikasi jari-jari tangan melebihi biasanya. Kelainan dapat
berupa duplikasi jaringan lunak sampai duplikasi yang disertai dengan
metakarpal dan phalangs.
50
51
BAB III
KESIMPULAN
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Malueka, Rusdy Gazhali. 2006. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press. Hlm. 1, 91-111.
2. Amstrong Peter, L. Wastie Martin. 1989. Pembuatan Gambar Diagnostik.
Jakarta:EGC.
3. Errol Untung Hutagalung, Saukani Gumai, Bambang Budyatmoko.2005.
Neoplasma Tulang : Diagnosis dan Terapi. PT. Galaxy Puspa Mega.
Jatiwaringin.
4. Rasad Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI.
5. Sloane E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Edisi bahasa Indonesia.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
6. Organisasi Kesehatan Dunia. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum.
Jakarta:EGC.
7. Sandstorm, Staffan.MD. 2011. WHO Manual Pembuatan Foto Diagnostik.
Jakarta: EGC. Hlm. 65-90.
53