Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia
dengan menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik.1 Sumber lain mengartikan
radiologi adalah suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar pengion dan bukan
pengion, gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostik dan terapi. Pada
awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray) namun kemajuan
teknologi modern memakai pemindaian CT-Scan (scanning), MRI (Magnetic
Resonance

Imaging),

gelombang

sangat

tinggi

(ultrasonik)

seperti

ultrasonography (USG) dan Kedokteran Nuklir. Kegunaan terpenting dari ilmu


radiologi sangat penting untuk keperluan diagnosis dan terapi serta monitoring.1
Jenis foto bermacam-macam dan tergantung pada organ yang akan di foto
atau di evaluasi, antara lain seperti foto thoraks, foto waters, foto BOF, foto
vertebra, foto skull, foto ekstremitas, dan lain-lain sesuai dengan yang
dibutuhkan. Pada referat ini akan dibahas lebih lanjut tentang Foto Ekstremitas
Superior dan Inferior dengan tujuan antara lain untuk mengetahui Anatomi
ekstremitas superior dan inferior, untuk mengetahui indikasi foto Ekstremitas
Superior dan Inferior, untuk mengetahui syarat foto Ekstremitas Superior dan
Inferior, untuk mengetahui posisi foto Ekstremitas Superior dan Inferior, untuk
mengetahui teknik pemeriksaan dan radiografi foto Ekstremitas Superior dan

Inferior, untuk mengetahui sistematika pembacaan foto Ekstremitas Superior dan


Inferior.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Ekstremitas Superior


Kerangka Anggota Gerak Atas
Kerangka anggota gerak atas dikaitkan dengan kerangka badan dengan
perantaraan gelang bahu yang terdiri dari skapula dan klavikula. Tulang-tulang
yang membentuk kerangka lengan antara lain: gelang bahu (skapula dan
klavikula), humerus, ulna dan radius, karpal, metakarpal dan falang.
Gelang Bahu
Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan.
Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena
bagian belakangnya terbuka. Bagian ini di bentuk oleh dua buah tulang yaitu
skapula dan klavikula.
Bagian-bagian Tulang Ekstremitas
Bagian Ekstremitas Atas (superior) terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tulang Skapula
Tulang Klavikula
Tulang Humerus
Tulang Ulna
Tulang Radius
Tulang Karpal: Metacarpal dan Falang

Gambar 1. Ekstremitas Superior

Gambar 2. Anatomi Ekstremitas Superior

1. Tulang Skapula

Gambar 3. Scapula

Skapula (tulang belikat) terdapat di bagian punggung sebelah luar atas,


mempunyai tulang iga I sampai VIII, bentuknya hampir segitiga. Di sebelah
atasnya mempunyai bagian yang di sebut spina skapula. Sebelah atas bawah
spina skapula terdapat dataran melekuk yang di sebut fosa supraskapula dan
fosa infraskapula. Ujung dari spina skapula di bagian bahu membentuk taju
yang di sebut akromion dan berhubungan dengan klavikula dengan perantara
persendian. Di sebelah bawah medial dari akromion terdapat sebuah taju
menyerupai paruh burung gagak yang disebut dengan prosesus korakoid. Di
sebelah bawahnya terdapat lekukan tempat kepala sendi yang di sebut
kavum glenoid.

2. Tulang Klavikula
Klavikula adalah tulang yang melengkung membentuk bagian anterior
dari gelang bahu. Untuk keperlua pemeriksaan dibagian atas batang dan dua
ujung. Ujung medial disebut extremitas sternal dan membuat sendi dengan
sternum. Ujung lateral disebut extremitas akrominal, yang bersendi pada
proseus akrominal dari scapula. Fungsi kavikula yaitu member kaitan kepada
beberapa otot dari leher dan bahu dan dengan demikian bekerja sebagai
penompang lengan.

Gambar 4. Clavicula

3. Humerus
Humerus (tulang pangkal lengan) mempunyai tulang panjang seperti
tongkat. Bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu bentuknya bundar
membentuk kepala sendi yang di sebut kaput humeri. Pada kaput humeri ini
terdapat tonjolan yang di sebut tuberkel mayor dan minor. Di sebelah bawah
kaput humeri terdapat lekukan yang di sebut kolumna humeri. Pada bagian
bawah terdapat taju (kapitulum, epikondius lateralis dan epikondilus
medialis). Di samping itu juga mempunyai lekukan yang disebut fosa
koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani (bagian belakang).
6

Gambar 5. Humerus

4. Ulna
Ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan
dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan
lebih panjang dari radius. Kepala ulna berada disebelah ujung bawah.
Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa
olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan
trochlea

pada

humerus).

Artikulasi

ini

berbentuk

sendi

engsel,

memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi


dengan radial di sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk sendi kisar,
memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah distal, ulna

kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang


disebut sebagai prosesus styloid.

Gambar 6. Ulna

5. Radius
Radius adalah tulang disisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna. Di
daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga memungkinkan
terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal, terdapat
prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain
tulang scaphoid dan tulang lunate.

Gambar 7. Radius

6. Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan
ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang
metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke
delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis,
trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
Bagian dari Tulang Karpal yaitu :
a. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan
dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang
karpal. Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal
membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana
yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari
tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan

memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang


metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid.

Gambar 8. Karpal

b. Falang
Falang juga tulang panjang,mempunyai batang dan dua ujung.
Batangnya mengecil diarah ujung distal. Terdapat empat belas falang, tiga
pada setiap jari dan dua pada ibu jari. Sendi engsel yang terbentuk antara
tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel
terutama untuk menggenggam sesuatu.

10

Gambar 9. falang

B. Anatomi Ekstremitas Inferior


1. Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan
tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu
ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk
artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior,
dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut
sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan
pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian
pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk
artikulasi dengan tulang femur.

11

Gambar 10. Anatomi Pelvis.

2. Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi
dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di
daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter
minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan
untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.

12

Gambar 11. Anatomi Femur

3. Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan
lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle
femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.
Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal
tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.

4. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.

13

Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk
artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.

14

5. Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan
tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu
calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan
sebagai tulang penyanggah berdiri.
6. Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di
proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1
(ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.
7. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di
ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi
pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

Gambar 12. Falang

15

C. Indikasi Foto Ekstremitas Superior dan Inferior


1. Fraktur
2. Pemeriksaan untuk kontrol ( Post Operatif )
3. Komplikasi fraktur (delated union, mal union, non union)
4. Adanya keradangan (osteomielitis)
5. Nyeri sendi
6. Dislokasi
7. Neoplasma pada tulang
8. Kelainan pertumbuhan tulang ataupun sendi

D. Syarat Foto Ekstremitas


Foto Ekstermitas yang baik penting untuk memperjelas dalam menegakkan
suatu diagnosa. Syarat syarat foto tulang yang baik :
1. Persyaratan penderita seperti tertera identitas pasien.
2. Kondisi tulang.
3. Foto paling sedikit pada 2 bidang, terutama bidang yang saling tegak lurus
satu sama lain. Misal pada fraktur, hal ini akan memastikan bahwa suatu
fraktur tidak akan terlewatkan dan kesegarisan tulang dapat dinilai secara
akurat.
4. Mengenai dua sendi yang melekat dengan tulang yang diperiksa
5. Pada kasus tertentu dibuat foto tulang kontralateral untuk perbandingan
(dextra dan sinistra)
E. Posisi, Teknik Pemeriksaan dan Radiografi Foto Ekstremitas Superior
1. Clavicula
a. Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan
diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 18 x 24 Cm ), letak casette
diatur agak lebih keatas ( 5 Cm diatas bahu ). Atau pasen duduk
menyandar pada casstte yang dipasang pada cassette wallstand.
b. Posisi Obyek

16

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP ( angkat lengan atas


maksimal setinggi bahu )

dan menempel rata dengan

cassette dan pastikan sudah true AP.

c. Kriteria Image :
Tampak gambaran clavicula terlempar, tidak superposisi dengan apex

paru
Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )
Tampak marjer dan identitas pasien

2. Scapula
a. Posisi Pasien

17

- Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan


diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm)
- Pasien duduk menyender pada wall stand cassette, dengan bahu
menempel pada tengah-tengah bidang cassette
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP, angkat lengan atas
sedemikian rupa sehingga lurus dengan bahu.
Posisi Lateral : Posisikan obyek dalam posisi Lateral ( angkat lengan atas
setinggi kepala kemudian tekuk kedepan secara maksimal
sedemikian rupa sehingga scapula tidak overlaping dengan
tulang iga ) dan pastikan sudah dalam posisi lateral.
c. Kriteria Image
Tampak gambaran scapula dalam pandangan lateral
Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )
Tampak marker dan identitas pasien

3. Humerus
a. Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan
diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm ).
b. Posisi Obyek

18

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP ( putar lengan atas maksimal


kearah lateral sedemikian rupa sehingga telpak tangan
menghadap keatas )

menempel rata dengan cassette dan

pastikan sudah true AP.


Posisi Lateral : Tangan atau siku penderita dilipat dan tangannya
diletakkan

pada

panggul

dengan

telapak

tangan

menghadap keluar
c. Kriteria Image
Tampak gambaran Humerus dalam posisi true AP, dan Lateral pada

satu film dan tampak kedua sendinya.


Tampak Marker dan identitas pasien.
Tampak gambaran humerus dengan garis-garis tulang yang jelas
(detail tinggi)

4. Elbow / Cubiti
a. Posisi Pasien
Pasien duduk disamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan
diperiksa diletakkan di atas cassette (ukuran 18 x 24 Cm).
b. Posisi Obyek

19

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (putar lengan atas maksimal


kearah lateral sedemikian rupa sehingga telpak tangan
menghadap keatas) menempel rata dengan cassette dan
pastikan sudah true AP.
Posisi Lateral : Siku membentuk sudut 90 anthebrachii dan humerus
c. Kriteria Image
Tampak gambaran Humerus dalam posisi true AP, dan Lateral dan

tampak kedua sendinya


Tampak Marker dan identitas pasen.
Tampak gambaran humerus dengan garis-garis tulang yang jelas
(detail tinggi)

Elbow posisi Lateral dan AP

5. Antebrachii
a. Posisi Pasien
Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang
akan diperiksa diletakkan di atas cassette (ukuran 24 x 30 cm)
b. Posisi Obyek

20

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP sedemikian rupa sehingga


obyek menempel rata dengan cassette dan pastikan sudah
true AP.
Posisi Lateral : Tekuk siku dan rendahkan bahu sedemikian rupa sehingga
di pastikan sudah dalam posisi true lateral

Posisi Lateral Foto Antebrachii

Antebrachii posisi AP dan Lateral

c. Kriteria Imege
Tampak gambaran Antebrachii dalam posisi true AP, dan Lateral

dengan kedua sendinya pada satu film.


Tampak Marker dan identitas pasen.
Tampak gambaran Antebrachii dengan garis-garis tulang yang jelas
( detail tinggi ).

6. Wrist
a. Antero Posterior (AP)
Penderita duduk
Posisi tangan penderita dalam keadaan prone
b. Lateral
Penderita duduk
Tangan penderita kita rotasikan dalam keadaan true lateral

21

Wrist AP dan Lateral

7. Manus
a. Posisi Pasien
Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang
akan diperiksa diletakkan di atas cassette
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP sehingga obyek menempel
rata dengan cassette dan pastikan sudah true AP.

Posisi AP Foto Manus

22

Posisi Lateral : Tekuk jari-jari sehingga jari bebas dari overlapping dengan
jari yang lain, bila perlu pakai ganjalan, pastikan sudah
dalam posisi true lateral.

Posisi lateral Foto Manus

Posisi Oblique : Atur tangan obliq sehingga metacarpal joint membentuk


suatu sudut kira-kira 455 dengan kaset.

23

Posisi Oblique foto manus

c. Kriteria Image
Tampak gambaran manus dalam posisi true AP, dan Lateral pada satu

film
Tampak Marker dan identitas pasien
Tampak gambaran seluruh digiti dengan garis-garis tulang yang jelas
(detail tinggi)

24

8. Digiti
a. Posisi Pasien
Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang
akan diperiksa diletakkan di atas cassette.
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP sedemikian rupa sehingga
obyek menempel rata dengan cassette.

Posisi AP foto digiti

Posisi Lateral : Tekuk jari-jari yang tidak sakit sehingga bebas dari
overlapping dengan jari yang lain, bila perlu pakai
ganjalan, pastikan sudah dalam posisi true lateral

25

Posisi lateral foto digiti

c. Kriteria image
Tampak gambaran digiti dalam posisi true AP, dan Lateral pada satu

film.
Tampak Marker dan identitas pasien.
Tampak gambaran digiti dengan garis-garis tulang yang jelas (detail
tinggi)

F. Posisi, Teknik Pemeriksaan dan Radiografi Foto Ekstremitas Inferior


1. Caput Femoris
a. Posisi pasien
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (Femur nempel rata dengan
casete) dan pastikan sudah true AP.

26

Posisi Lateral : Ganjal bagian Glutae dengan karet busa (alat bantu),
letakan casette (24 x 30 Cm) menempel pada daerah
caput femu bagian lateral .
c. Kriteria Image

Tampak gambaran caput Femuris posisi AP dan Lateral

Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )

Tampak marker dan identitas pasen.

2. Femur
a. Posisi pasen
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
27

Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (Femur nempel rata dengan


casete) dan pastikan sudah true AP.
Posisi Lateral : miringkan pasen pada sisi kaki yang akan diperiksa,
posisikan kaki yang tidak diperiksa sedemikian rupa
sehingga tidak menghalangi obyek.
c. Kriteria Image

Tampak gambaran Femur dengan kedua sendi posisi AP dan Lateral

Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )

Tampak marker dan identitas pasen.

Posisi foto Femur AP dan Lateral

28

3. Genu
a. Posisi pasien
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (Lutut nempel rata dengan
casete) dan pastikan sudah true AP.
Posisi Lateral : miringkan pasen pada sisi kaki yang akan diperiksa tekuk
kaki sedemikian rupa sehingga cruris dan femur
membentuk sudut 905 tempelkan

genu rata dengan

permukaan castte.
c. Kriteria Image

Tampak gambaran Genu posisi AP dan Lateral

Tampak garis-garis tulang (detail tinggi)

Tampak marker dan identitas pasien.

29

Posisi foto Genu AP dan Lateral


4. Cruris
a. Posisi pasien
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (tungkai bawah nempel rata
dengan casete) dan pastikan sudah true AP.
Posisi Lateral : Tempelkan tungkai bawah nempelrata dengan permukaan
castte, miringkan kaki kearah lateral, pastikan true lateral
c. Kriteria Image

30

Tampak gambaran Cruris dengan kedua sendi pada posisi AP dan


Lateral.

Tampak garis-garis tulang (detail tinggi)

Tampak marker dan identitas pasien.

Posisi foto Cruris AP dan Lateral

5. Ankle
a. Posisi pasen
Tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek
Posisi AP : Posisikan obyek dalam posisi AP (tumit nempel rata dengan
casete) dan pastikan sudah true AP.
31

Posisi Lateral : Tempelkan pergelangan kaki rata dengan permukaan


castte, kaki yang akan difoto kita rotasikan kearah luar.
c. Kriteria Image

Tampak gambaran Ankle posisi AP dan Lateral

Tampak garis-garis tulang ( detail tinggi )

Tampak marker dan identitas pasen.

Posisi foto Ankle Lateral

6. Calcaneus
a. Posisi pasien

32

Lateral : pasien tidur miring pada sisi kaki yang akan diperiksa, kaki
lainnya diletakan sedemikian rupa sehingga ankle joint
menempel rata pada casette ( true lateral )
Axial : pasen tidur supine, telapak kaki ditarik kearah caudad.
b. Posisi Obyek
Posisi Lateral : Posisikan obyek dalam posisi Lateral (ankle joint nempel
rata dengan casete).
Posisi Axial : Tempelkan calcaneus rata dengan permukaan castte, tarik
kaki kearah cauda
c. Kriteria Image

Tampak gambaran Calcaneus posisi Lateral dan Axial

Tampak garis-garis tulang (detail tinggi)

Tampak marker dan identitas pasien.

33

Posisi foto Calcaneus Axial

7. Pedis
a. Antero posterior

Pasien supine.

Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.

34

Pedis AP

b.

Lateral

Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan.

Kaki yang tidak diperiksa ditekuk ke belakang

35

Pedis lateral

G. Sistematika Pembacaan Foto Ekstremitas


Pada

pembacaan

foto

ekstremitas

superior

atau

inferior

perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini:


1.
2.
3.
4.

Fraktur
Keradangan
Tumor tulang
Kelainan Tulang

1. Fraktur
Pembacaan foto ekstremitas sebaiknya dilakukan secara urut berdasarkan
sistematika, sehingga lebih mudah dimengerti :
Sebutkan macam fraktur dan pada tulang apa, setinggi berapa, Misal :
Transverse fraktur os. femoralis dextra 1/3 tengah, 1/3 distal, atau 1/3
proximal.

36

Sebutkan dislokasi (dengan atau tanpa dislokasi).


- Acini axim, bila as kedua fragmen berpotongan satu sama lain.
- Acini latum, bila as kedua fragmen sejajar satu sama lain.
- Acini longum, bila as kedua fragmen merupakan perpanjangan
Ketiga dislokasi ini dapat curndestractionum bila saling menjauh
cumcontractionum bila saling mendekat. Untuk melihat dislokasi ini
dibutuhkan posisi AP dan lateral

Fraktur Colles

Ada tidak nya Kallus

37

Untuk memebedakan apakah fraktur sudah lama atau masih baru.


Kallus dibagi tiga :
- Fibrous callus : tidak tampak pada x-ray film atau belum ada

pengendapan Ca
Primary callus : sudah kelihatan, biasanya + 4 minggu
Secondary callus : densitas sudah sama dengan tulang, biasanya

setelah > 7 minggu


Komplikasi fraktur
Bone atrophy, Osteomyelitis, Delayed union, Non union, Aseptic necrose,
gangguan pertumbuhan, Localized myocistis ossificans, Soft tissue injury,
Fat emboli.

fraktur klavikula 1/3 tengah

38

fraktur tibia

Proses penyenbuhan fraktur:


Pertama fraktur terjadi hematoma dan terjadi pembengkakan jaringan
lunak kemudian terjadi organisasi hematoma dan jaringan lunak yang
membengkak akan mengkerut.
Selama proses organisasi dari hematoma dan terbentuknya kallus
maka tulang disekitar fragmen fraktur menjadi radiolucent dan terjadi
resorbsi tulang disepanjang garis fraktur oleh karena adanya hiperemia
dan garis fraktur menjadi lebih lebar. Bila fragmen tulang dengan
fraktur tajam maka pada fase ini terjadi kallus. Pada fraktur
comminutifa bila ada fragmen yang mati maka fragmen tersebut tetap
akan mempunyai otensitas semula dengan radiolucent disekittarnya.,
fragmen yang mati tersebut menjadi sequester.
Primer kallus akan terlihat sebagai klasifikasi yang halus disekitar
garis fraktur. Tumbuhnya primer kallus sangat tergantung pada usia

39

penderita dan lokasi fraktur, lama-lama kallus ini menjadi dense


berbatas lebih tegas dan garis fraktur sendiri diisi oleh kallus.

2. Keradangan
Keradangan pada tulang dan sendi antara lain :
a. Osteomyelitis
Adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomyelitis akut
terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya infeksi pada tulang
panjang dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena adalah
tulang femur di bagian distal, tibia bagian proximal, humerus bagian
radius dan ulna bagian proximal dan distal, serta vertebrae.
Kuman biasanya bersarang pada spongiosa metafisis dan
membentuk pus sehingga timbul abses atau beberapa abses kecil.
Periosteal yang terangkat oleh pus kemudian akan membentuk tulang
di bawahnya, yang dikenal sebagai reaksi periosteal.
Tulang yang dibentuk periosteal ini membentuk bungkus dari
tulang yang lama dan disebut infolukrum. Dalam involukrum ini pada

40

berbagai tempat terdapat lubang tempat keluarnya pus, yang disebut


kloaka.
Kelainan yang tejadi pada foto rontgen biasanya bari dapat
dilihat ira-kira sekitar 10-14 hari setelah infeksi. Sebelumnya mungkin
hanya terlihat pembengkakan jaringan lunak didekat tulang yang
terkena. Bila tidak diberi terapi maka tampak radiolucent terutama di
daerah metaphyse. Perubahan perubahan pada tulang lebih cepat
terlihat pada anak-anak.
Bila pada foto pertama belum tampak kelainan tulang,
sedangkan klinis dicurigai osteomyelitis, sebaiknya foto diulang 1
minggu lagi. Pada fase kronik terben sequester yang terlihhat sebagai
butir2 kecil osteosclerotik dari tulang mati yang dikeliingi bagian
radiolucent oleh karena reabsorpsi tulang. Selain sequester terdapat
kloaka dan involukrum.

41

Osteomyelitis pada tibia

b. Sifilis
Saat ini kelainan tulang akibat sifilis jarang ditemukan.
Sifilis Kongenital
Penyakit ini dapat timbul cepat, yaitu sejak lahir sampai 4tahun,
atau lambat antara 5 15 tahun. Lesinya biasanya luas dan
simetris, dan kelainan tulang terdiri atas periostitis dan osteotitis
atau osteomyelitis. Yang sering terkena adalah radius, ulna, dan
tulang-tulang sekitar lutut.
Periostitis merpakan kelainan yang sering dijumpai. Gambaran
radiologik terlihat sebagai garis tipis atau berlapis-lapis diluar
korteks dan sejajar dengan kortek. Penebalan kortek pada diafisis
dijumpai dijumpai pada kasus lanjut. Osteomyelitis biasanya
setempat atau tersebar luas. Destruksi pada bagian medial tibia
proximal yang bersifat bilateral adalah khas untuk sifilis
kongenital (Wimberger sign). Sifat khas dari sifilis adalah
pembentukan tulang baru yang banyak sehingga densitas tulang
meninggi pada ujung metafisisi dan didekatnya ada daerah yang
lebih radiolucent. Gambaran ini patognomonis untuk sifilis karena
dijumpai juga pada penyakit penyakit lain dimana pertumbuhan

tulang terganggu, misal leukmia dan skorbut.


Sifiis Akusita
Dapat mengenai setiap tulang, kelainan pada tulang terdiri atas
periostitis dan sunray appearance sehingga gambaran menyerupai
neoplasma, seperti renda (lace-like appearance).

42

c. Spondilitis TB (Pott Disease)


Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis
tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat
kronik destruktif oleh mikobakterium tuberkulosa. Tuberkulosis tulang
belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain
dalam tubuh. Percivall Pott ( 1793 ) yang pertama kali menulis tentang
penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit
ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit
ini disebut juga sebagai penyakit Pott. Spondilitis ini paling sering
ditemukan pada vertebra T8 L3, dan paling jarang pada vertebra C12. Spondilitis tuberkulosa biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi
jarang mengenai arkus vertebra.

43

3. Tumor Tulang
Tumor tulang jinak primer :
a. Osteoma
Radiologi nampak nidus kecil radiologi yang dikelilingi tulang padat,
diameter nidus cm. Sebagian kecil ada klasifikasi didalamnya
(bagian tengah). Lokasi tersering tibia proximal collum femoris.

Gambar Osteoma

b. Osteochondroma
Radiologi nampak cauliflower dengan tangkainya yang proximal
memperlihatkan densitas tulang, sedangkan bagian distal terlihat
radolucent dengan bercak-bercak pengapuran oleh karena bagian distal
terdiri dari tulang rawan.

44

Gambar Osteochondroma

c. Osteoblastoma
Radiologi tampak klasifikasi kecil yang menyebar atau mengumpul.
Dapat mengadakan ekspansi pada tulang induk dan merusak kortek.
Tidak ada periosteal reaction. Berbatas tegas dengan tulang yang
normal.

45

Osteoblastoma

Tumor Ganas Primer Tulang :


a. Osteogenic Sarcoma (osteosarcoma)
Radiologi dapat osteolityc, osteoblastik, atau campuran. Bila tumor
telah merusak kortek terjadi pendesakan periosteum dan timbul sub
periosteal reaction dan terbentuk apa yang disebut sun ray
appearance. Lokasi tersering didaerah metaphyse tulang panjang
terutama dibagian proximal tibia, humerus.

Osteosarkoma pada femur distal

b. Chondrosarcoma
Radiologi : - Lokasi pelvis, femur, costa : tulang craniofacial dan bahu.
- Type sentral : ramus os pubis, colum femoris, proximal
-

humerus.
Type perifer : Pelvis, scapula, sternum, costae dan
ujung humerus.

46

Sentral osteolytic dengan macam-macam bentuk dan


ukuran dengan tepi yang sklerotik.

Chondrosarcoma
c. Ewings tumor
Radiologi : - Tampak osteolitik hebat hingga kortek jadi tebal dan
-

padat.
Bila tumor di bawah periostenum dan berbentuk

gambaran union peil.


Bila terlihat kerusakan kortek yang menembus keluar
dan terjadi sub periosteal reaction yang memberi

gambaran segitiga codman.


Lokasi sering di femur, humerus, tibia dan ulna
didaerah diaphyse atau metaphyse

47

Ewings Tumor
4. Kelainan Kongenital
a. Kongenital Talipes Equinovarus
Adalah deformitas forefoot sdduksi dan supinasi melalui sendi
midtarsal, tumit varus pada subtalar, equinus pada ankle dan deviasi
medial seluruh kaki dalam hubungan dengan lutut.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah Xray, diperlukan
terutama untuk evaluasi terapi. Posisi AP diambil dengan kaki 300 plantar
flexi dan tabung (beam) membentuk sudut 30 0. Tarik garis melalui axis
memanjang talus sejajar batas medial dan melalui axis memanjang
calcaneus sejajar tepi lateral. Normalnya sudut talocalkaneal 20 0. Posisi

48

lateral diambil dengan kaki dalam forced dorsi flexi. Garis ditarik melalui
axis mid longitudinal dibawah calcaneus, normalnya 400.

(a)
Gambar (a) Xray Talipes Equinovarus

(b)
(b) Diagram Talipes Equinovarus

b. Developmental Dysplasia of the Hip (DDH)/ Congenital Dislocation of


the Hip (CDH)
Terjadi pada 4-10 kasus/1000 kelahiran hidup dan lebih banyak
terjadi pada anak perempuan. Pada bayi dengan posisi kedua tungkai
ekstensi dan adduksi meningkatkan kejadian ini. Pemeriksaan penunjang
Rontgen bermanfaat setelah anak berusia 4-6 minggu. Metafisis femur
bagian proximal terletak sebagai lateral garis Perkins (Head of femur
mengalami migrasi ke lateral dan atas).
c. Osteogenesis Imperfekta (Fragilitas Osseum)
Adalah kelainan jaringan ikat dan tulang yang sifatnya herediter
dengan gangguan maturitas kolagen, sehingga osteoblas tidak mampu

49

berdiferensiasi.

Klinisnya

berupa

kerapuhan

tulang,

kelemahan

persendian, kerapuhan pembuluh darah, sklera biru dan gangguan kulit.


Pada foto roentgen terlihat penipisan korteks tulang, diafisis tulang
mengecil tetapi ujungnya epifisi melebar.
d. Sindaktili
Merupakan kelainan bawaan yang ditemukan pada jari tangan,
dimana jari-jari tidak terpisah dan bersatu dengan yang lain. Dapat terjadi
tulang dengan tulang atau hanya kulit saja.

e. Polidaktili
Terjadi duplikasi jari-jari tangan melebihi biasanya. Kelainan dapat
berupa duplikasi jaringan lunak sampai duplikasi yang disertai dengan
metakarpal dan phalangs.

50

f. Legg Calve Perthes Disease


Penyakit ini merupakan penyakit kongenital yang sering terjadi
pada 4-10 tahun. Penyakit ini terjadi karena tidak adanya suplai darah
yang cukup, sehingga tulang itu mati. Biasanya terjadi pada satu bagian
pinggang.

51

BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan Radiologi berfungsi sebagai penentuan diagnosis maupun terapi.


Dalam evaluasi melalui foto dapat mendeteksi kelainan-kelainan patologis yang ada
di dalam tubuh dan dapat menentukan terapi yang tepat pada organ yang cedera
seperti kebanyakan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat mengenai bagian
estremitas superior maupun inferior. Pemeriksaan Radiologi yang digunakan dapat
berupa X-foto, MRI, CT-Scan, USG dan masih banyak lagi sesuai dengan keperluan
masing-masing. Dalam pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior menggunakan
sinar X. Adapun Indikasi di lakukannya foto ekstremitas yaitu untuk mengetahui
adanya lesi pada tulang dan sendinya, untuk mengetahui adanya proses infeksi,
degenerasi, imunologik ataupun kelainan metabolisme tulang atau sendi, untuk
melihat adanya fraktur ataupun discontunitas cortex tulang atau evolusi fraktur.
Foto ekstremitas di lakukan dengan 2 posisi yaitu AP (antero Posterior) dan
Lateral dengan syarat foto pada 2 bidang, mengenai dua sendi yang melekat dengan
tulang yang di periksa dan 2 ekstremitas kiri dan kanan pada kasus tertentu sebagai
perbandingan.

52

DAFTAR PUSTAKA
1. Malueka, Rusdy Gazhali. 2006. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka
Cendekia Press. Hlm. 1, 91-111.
2. Amstrong Peter, L. Wastie Martin. 1989. Pembuatan Gambar Diagnostik.
Jakarta:EGC.
3. Errol Untung Hutagalung, Saukani Gumai, Bambang Budyatmoko.2005.
Neoplasma Tulang : Diagnosis dan Terapi. PT. Galaxy Puspa Mega.
Jatiwaringin.
4. Rasad Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI.
5. Sloane E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Edisi bahasa Indonesia.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
6. Organisasi Kesehatan Dunia. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum.
Jakarta:EGC.
7. Sandstorm, Staffan.MD. 2011. WHO Manual Pembuatan Foto Diagnostik.
Jakarta: EGC. Hlm. 65-90.

53

Anda mungkin juga menyukai