Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN HUKUM DAN AKADEMIK

PELAKSANAAN EXIT EXAM

DASAR HUKUM

a. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


b. Undang-undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
c. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Perguruan Tinggi dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi
e. Peraturan Menteri Riset Tekhnologi Pendidikan Tinggi No.44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
f. Peraturan Menteri Riset Tekhnologi Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan
g. Kepmenristekdikti No. 124/2016 tentang Panitia Uji Kompetensi Nasional Program DIII
Kebidanan, DIII Keperawatan dan Profesi Ners
h. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.50 Tahun 2014 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.87 Tahun 2014 tentang Akreditasi
Pendidikan Tinggi.

DISKUSI REGIONAL 12

Menyetujui pelaksanaan uji kompetensi bagi lulusan tetapi penempatan nya tidak pada
fase akademik tetapi setelah dinyatakan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi,
hal ini di dasari oleh beberapa pertimbangan hukum diantaranya:

1. Defenisi/Terminologi berdasarkan aturan:


UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 61 tentang
sertifikasi
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan
kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi
untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Program Studi adalah kesatuan kegiatan Pendidikan dan pembelajaran yang emiliki
kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik,
pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi.

UU Nomor 36 tahun 2014 tentang kesehatan, pasal 1


a. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang Tenaga Kesehatan berdasarkan
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktik.
b. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang
Kesehatan.
c. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga
Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji
Kompetensi.
d. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi.
e. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lain serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk menjalankan praktik.

UU Nomor 36 tahun 2014 tentang kesehatan, pasal 21


(1) Mahasiswa bidang kesehatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi
harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
(2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga
sertifikasi yang terakreditasi.
(3) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.
(4) Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh Organisasi
Profesi dan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan ditetapkan oleh Menteri.
(5) Mahasiswa pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus Uji
Kompetensi memperoleh Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi.
(6) Mahasiswa pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus Uji
Kompetensi memperoleh Sertifikat Profesi yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Uji Kompetensi diatur dengan
Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

UU Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan, Pasal 16


a. Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus
mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
b. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan
tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi Perawat, lembaga pelatihan, atau
lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
c. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.
d. Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh Organisasi
Profesi Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh Menteri.
e. Mahasiswa pendidikan vokasi Keperawatan yang lulus Uji Kompetensi diberi Sertifikat
Kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
f. Mahasiswa pendidikan profesi Keperawatan yang lulus Uji Kompetensi diberi Sertifikat
Profesi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
sertifikat profesi dan sertifikat kompetensi, Pasal 43
(1) Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh
lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama
dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang
bertanggung jawab atas mutu layanan profesi,dan/atau badan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi
bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi
yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 44
(1) Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang
sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memilikiprestasi di luar program
studinya.
(2) Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan
Tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga
sertifikasi yang terakreditasi kepada lulusan yang lulus uji kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan sebagai
syarat untuk memperoleh pekerjaan tertentu.

Permenristekdikti RI Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji


Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan

1. Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut Uji


Kompetensi adalah proses pengukuran capaian kemampuan dan perilaku mahasiswa
pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang Kesehatan.

2. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga


Kesehatan sebagai prasyarat untuk dapat menjalankan praktik di seluruh wilayah
Indonesia setelah lulus Uji Kompetensi.
3. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi.

Permenristekdikti Nomor 44 TAhun 2015 tentang SNPT, Pasal 25

(3) Mahasiswa program profesi, program spesialis, program magister, program magister
terapan, program doctor dan program doctor terapan dinyatkan lulus apabila telah
menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan dan memiliki capaian pembelajarn lulusan
yang ditargetkan oleh program studi dengan IPK lebih besar atau sama dengan 3,00

(5) mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh: sertifkat profesi, bagi lulusan
program profesi

(7) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c diterbitkan oleh
perguruan tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga
sertifikat yang terakreditasi

2. Penyelenggara Uji Kompetensi


Permenristek Dikti Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji
Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan

Pasal 5
(1) Uji Kompetensi diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan
Organisasi Profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi.

(2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membentuk
Panitia Uji Kompetensi Nasional.
(3) Panitia Uji Kompetensi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas unsur:
a. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
b. Kementerian Kesehatan;
c. Perguruan Tinggi; dan
d. Organisasi Profesi/lembaga pelatihan/lembaga sertifikasi.
(4) Panitia Uji Kompetensi Nasional dapat dibantu oleh Panitia Regional.
(5) Panitia Uji Kompetensi Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri.
(6) Panitia Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit
terdiri atas unsur:
a. Perguruan Tinggi; dan
b. Organisasi Profesi.
(7) Panitia Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh
Ketua Panitia Uji Kompetensi Nasional

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional Pendidikan Tinggi, bagian


ketiga Sertifikasi Pasal 61

(2) Ijazah dibrikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga
pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap
kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi

3. Analisis Dampak

Analisis Sosiologis
1. Keperawatan belum memiliki konsil keperawatan
Analisis Ekonomi
1. Masa studi yang memanjang berdampak terhadap PDPT forlap dikti yang
menyebabkan mahasiswa harus melakukan registrasi setiapkali akan melakukan uji
kompetensi sehingga akan menambah beban biaya registrasi dan biaya ukom.
2. Perpanjangan masa studi bisa berdampak terhadap drop out mahasiswa karena
melewati masa studi sehingga akan meningkatkan jumlah putus studi dan
pengangguran.
Analisis Filosofi
1. Pelaksanaan Exit Exam yang dilaksanakan sebelum wisuda dapat menyebabkan
mahasiswa akan memanjang masa studinya sehingga berdampak pada standar 3
akreditasi rata-rata lama studi
2. Mahasiswa yang telah melaksanakan proses pendidikan dan menyelesaikan sejumlah
SKS dan dinyatakan lulus melalui judicium maka berhak untuk mendapatkan ijazah
atau sertifikat profesi.

Dampak terhadap Perguruan Tinggi


1. Menurunkan animo mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi
2. Institusi swasta menjadi kolaps
(3) Panitia Uji Kompetensi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas
unsur:
a. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

b. Kementerian Kesehatan;

c. Perguruan Tinggi; dan

d. Organisasi Profesi/lembaga pelatihan/lembaga sertifikasi.


(4) Panitia Uji Kompetensi Nasional dapat dibantu oleh Panitia Regional.

(5) Panitia Uji Kompetensi Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan
oleh Menteri.

(6) Panitia Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit terdiri atas unsur:
a. Perguruan Tinggi; dan

b. Organisasi Profesi.
(7) Panitia Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh Ketua Panitia
Uji Kompetensi Nasional.

4.

Anda mungkin juga menyukai