FRAKTUR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Disusun Oleh :
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
BEKASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah – Nya kepada para pembaca semua yang berupa ilmu dan
amal, dan berkat Rahmat dan Hidayah – Nya pula, penyusun dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medikal Bedah III yang insyaAllah tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada :
1. Bapak Achmad Fauji, M. Kep., Sp.KMB selaku dosen pembimbing dan dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
2. Teman-teman Kelompok 1 selaku penyusun Makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya
kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penyusun butuhkan untuk dijadikan
pedoman dalam penyusunan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur
terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang
lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal
Fixation). Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat
yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem
ini terdiri dari tulang,sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara
jaringan ikat lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri
dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67% dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita. Ratusan orang meninggal dan
luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas
sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia,setelah
penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003,
jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865
orang,6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu,
rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal
dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana
pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003
sebanyak 2.672orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005
dari Januari sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban
meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika
patahantulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum,
fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam,
biasanya disertai perdarahan.
Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami
pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping,
depan,atau belakang.Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang.
Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan
fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan
bawah, tangan, tungkai atas,tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur
tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup
tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian :
2. Tanda tanda
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa (pada anak, secara kasar 1/2
waktu penyembuhan orang dewasa). Berdasarkan letak fraktur, lama penyembuhan
berkisar antara :
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
a. Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada
keadaan klien.
b. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur
biasanya akut
c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
a. Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri
tekan.
b. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri kepala.
c. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
d. Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk.
Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtuva tidak anemsia (karena tidak terjadi
perdarahan).
f. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
g. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h. Mulut dan faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
i. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
j. Paru
1. Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit
klien yang berhubungan dengan paru.
2. Palpasi Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
3. Perkusi Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
4. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor
dan ronchi.
k. Jantung
1. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
2. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
3. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l. Abdomen
1. Inspeksi Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2. Palpasi Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3. Perkusi Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
m. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP
atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya
superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan xray harus atas dasar indikasi
kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan.
Hal yang harus dibaca pada x-ray:
1. Bayangan jaringan lunak.
2. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau
juga rotasi.
3. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
4. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
1. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
2. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
3. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
4. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
Referensi
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
EGC Corwin, Elizabeth J.2000.
Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015.