AKIBAT KECELAKAAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Perioperatif
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta
dorongan dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan seksama. Makalah mengenai “Identifikasi Tahapan Post Operasi Pada
Operasi Rahang Akibat Kecelakaan” ini disusun dengan sistematis untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Perioperatif.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk yang
membaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................................ i
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
1. Pengkajian .............................................................................................................. 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menimbulkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon atau perasaan identik pada individu. Nyeri merupakan
sumber frustasi, baik klien maupun tenaga kesehatan (Potter & Perry, 2010).
Keperawatan pasca operasi adalah tahap akhir dari keperawatan perioperatif.
Selama tahap ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan
kondisi pasien. Berdasarkan fakta diatas, maka klien memerlukan peran terapis
gigi dan mulut dalam asuhan kesehatan gigi dan mulut perioperative khususnya
pada tahap Post Operasi, sehingga diperlukannya identifikasi tahapan Post
Operasi untuk keberhasilan pemberian asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tahapan Post Operasi pada Operasi rahang akibat kecelakaan?
2. Bagaimana peran Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan Asuhan
Kesehatan Gigi dan Mulut Perioperatif?
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Post Operasi
3
b. Menurut luas atau tingkat resiko
1) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan
hidup klien.
2) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai
resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi
mayor.
4
2) Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
anastesi
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room: RR) atau unit
perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) sampai
kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan
memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal
perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan
ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi
pasien untuk:
a. Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat
anastesi)
b. Ahli anastesi dan ahli bedah
c. Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya
3) Kriteria pasien yang diperbolehkan keluar dari recovery room
a. Gejala vital stabil
b. Pasien sudah bangun atau mudah bangun
c. Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi
d. Setelah anastesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah
pulih
e. Klien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik
4) Tugas Terapis Gigi dan Mulut setelah menerima pasien dari recovery
room
a. Persiapan di unit klinis ruang pasien dipersiapkan sehingga
memberi fasilitas kepada kepindahan pasien serta dilaksanakan
pemantauan. Keluarga diberi pemberitahuan bahwa pasien akan
kembali.
b. Persiapan bangsal untuk pasien yang kembali dari kamar bedah
meliputi menyiapkan tempat tidur pasien, disiapkan selimut yang
cukup, persiapan perlengkapan seperti: tiang infus,
5
sphygmomanometer, serta alat khusus yang dipesan oleh perawat
ruang pemulihan.
B. Operasi Rahang
1. Pengertian
Operasi rahang adalah prosedur yang dilakukan pada tulang rahang
untuk memperbaiki kelainan posisi rahang. Salah satu diantara indikasi
operasi rahang, karena kecelakaan yang menyebabkan rahang seseorang
mengalami ketidakseimbangan antara bagian atas dan bawah. Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2005). Menurut Muttaqin dan Sari
(2011) fraktur mandibula atau patah tulang rahang bawah adalah
terputusnya kontinuitas pada rahang bawah.
Berdasarkan beratnya derajat fraktur, dibagi menjadi fraktur tertutup
dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur dengan kondisi kulit utuh dan
tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur dengan
adanya luka terbuka atau kerusakan pada kulit di dekat lokasi fraktur.
Fraktur terbuka digradasi menjadi Grade I yaitu luka bersih kurang dari 1
cm panjangnya, Grade II yaitu luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif., dan Grade III yaitu luka dengan kontaminasi dan
mengalami kerusakan jaringan ekstensif, dan sangat kompleks. Fraktur
terbuka membutuhkan penanganan sesegara mungkin, karena adanya
kontak langsung dengan lingkungan luar, jaringan kulit yang rusak tidak
dapat melindungi dari kontaminasi bakteri maupun kotoran sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi. Fraktur mandibula merupakan salah satu
fraktur pada daerah wajah yang cukup sering terjadi. Pada negara
berkembang, penyebab terbanyak kasus fraktur mandibula adalah
kecelakaan lalu lintas. Benturan keras pada wajah mengakibatkan terjadinya
fraktur pada mandibula. Sesuai letaknya, mandibula berada pada posisi
lebih menonjol dan mudah menerima benturan, sehingga memungkinkan
fraktur mandibula bila terjadi trauma pada wajah.
6
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Identitas pasien seperti nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat rumah, No. RM. Sedangkan penanggung jawab (orang tua,
keluarga terdekat) seperti nama, pendidikan terakhir, jenis kelamin,
No. HP.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat
Penyakit Keluarga. Bisa menggunakan PQRST yaitu :
1) P (Provokes): Penyebab timbulnya nyeri.
2) Q (Quality): Rasanya nyeri seperti ditekan, ditusuk atau
diremas-remas.
3) R (Region): Lokasi nyeri berada di bagian tubuh mana.
4) S (Saverity): Skala nyeri.
5) T (Time): Nyeri dirasakan sering atau tidak.
c. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik ini menggunakan pengkajian 6 B yaitu :
1) B 1 : Breating (Pernafasan)
Untuk mengukur Pola napas, bunyi napas, bentuk dada simetris
atau tidak, ada atau tidak gerakan cuping hidung.
2) B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler/Sirkulasi)
Untuk mengetahui Bunyi Jantung, Irama Jantung, Nadi, Tekanan
Darah.
3) B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
Untuk mengukur nilai GCS, Kesadaran.
4) B 4 : Bladder (Perkemihan)
Terpasang kateter urine atau tidak, urine (jumlah, warna), ada
atau tidak distensi kandung kemih.
7
5) B 5 : Bowel (Pencernaan)
Rongga mulut ada lesi atau tidak, adanya dehidrasi atau tidak.
Bising usus.
6) B 6 : Bone (Muskuloskeletal)
Warna kulit, suhu, integritas kulit, adanya lesi atau decubitus atau
tidak.
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan radiografi
2) Urinalisa
3) Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urine.
4) Terapi Bedah
8
3. Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
9
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Dilakukan identifikasi kecemasan, motivasi klien untuk
mengungkapkan perasaannya, motivasi keluarga untuk menemani
serta gunakan pendekatan yang menenangkan.
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, klien mampu mengontrol kecemasan,
ditunjukan dengan tanda-tanda vital klien dalam batas normal.
3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kondisi biologis dan fungsi gigi
geligi yang baik disebabkan oleh nutrisi dan diet yang kurang ditandai
dengan klien mengalami kesulitan mengunyah.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien akan mendapatkan kembali nutrisi dan diet yang cukup.
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Klien diajarkan strategi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
termasuk strategi gizi, kaji pengetahuan diet yang dianjurkan,
memberikan penyuluhan diet pada pasien post operasi.
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, klien mengetahui makanan-makanan yang boleh
dikonsumsi, mengetahui tujuan dari diet yang dianjurkan.
4) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan konseptualisasi dan pemecahan
masalah yang disebabkan oleh defisit pengetahuan ditandai dengan
klien memiliki pertanyaan, kurangnya pengetahuan tentang penyakit
gigi dan mulut.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien akan diberikan pendidikan kesehatan tentang proses
penyakit.
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Klien diberikan pengetahuan dan informasi mengenai proses
penyakit, kondisi pasien, perubahan gaya hidup untuk mencegah
komplikasi, terangkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan serta
cara mencegah atau meminimalkan efek samping penyakit.
10
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, pengetahuan klien dan keluarga meningkat.
5) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan tanggung jawab untuk kesehatan
gigi dan mulut disebabkan oleh kurang mampu memelihara kesehatan
gigi dan mulutnya sendiri.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien akan dibantu dalam perawatan diri.
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Klien dibimbing dan dimonitor kemampuan untuk
perawatan diri yang mandiri, monitor kebutuhan klien untuk alat-
alat bantu kebersihan diri, berpakaian, toileting, memberikan
edukasi cara menyikat gigi yang baik dan benar.
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, klien mampu melakukan perawatan diri:
Activities of Daily Living (ADL).
11
monitor. Dan pemberian saran untuk sebaiknya pasien kontrol minimal sampai
6 bulan untuk melihat keberhasilan perawatan.
12
BAB III
PENUTUP
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu organ tubuh dan post
Operasi masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan
keruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Dalam tahapan post
operasi didalamnya terdapat peran terapis gigi dan mulut dalam memberikan
asuhan kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan identifikasi masalah, diagnosis
keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi berdasarkan pada 8 kebutuhan
dasar manusia, sehingga pada tahap post operasi didapatkan 5 kebutuhan dasar yang
tidak terpenuhi diantaranya adalah: perlindungan dari resiko kesehatan, kebebasan
dari ketakutan dan stress, kondisi biologis dan fungsi gigi geligi yang baik,
konseptualisasi dan pemecahan masalah serta tanggung jawab untuk kesehatan
mulut.
Berbagai komplikasi akibat post operasi bervariasi, hal ini menjadi tugas
terapis gigi dan mulut untuk melakukan tindakan secara tepat, benar, teliti, dan
berhati- hati dengan memperhatikan standard dalam melakukan tindakan post
operasi. Sehingga dengan demikian dapat menghindari timbulnya komplikasi serta
mencegah keadaan darurat medik. Komplikasi pasca operasi hanya dapat di
diagnosis segera setelah tindakan dan harus dapat di atasi secepatnya secara efektif
setelah penyebabnya diketahui pasti. Oleh karena itulah seorang terapis gigi dan
mulut harus memiliki kemampuan yang terlatih dalam mengatasi timbulnya
komplikasi pasca operasi. Serta mampu melakukan tindakan yang efektif, tepat dan
cepat guna mengantisipasi timbulnya keadaan yang mengarah kepada keadaan
gawat darurat medis.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, N. P. (2022). Fraktur Mandibula Dextra Pada Pasien Kecelakaan Lalu Lintas.
Jurnal Kewarganegaraan, Vol 6 No.4 .
https://repository.ump.ac.id/8269/3/FIA%20OKTANINGSIH%20BAB%20II.pdf
Susanti, E. (2022). Keperawatan Perioperatif. Surabaya: Global Aksara Pers.
14