Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI TAHAPAN POST OPERASI PADA OPERASI RAHANG

AKIBAT KECELAKAAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Perioperatif

Disusun Oleh:

Ade Hermawati Yuwono P17325123456


Annisa Aulia Ardiani P17325123459
Cicih Nengsih P17325123460
Gita Reskia P17325123467
Kokom P17325123466
Leni Meilani Ruswana P17325123468
Meityawaty Sabela P17325123470
Navis Liasari P17325123475
Refnizar P17325123480
Sri Wahyuni P17325123484
Inge Tarisa Andini P17325123490
Verdina Rusdiani P17325123491

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KESEHATAN GIGI
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta
dorongan dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan seksama. Makalah mengenai “Identifikasi Tahapan Post Operasi Pada
Operasi Rahang Akibat Kecelakaan” ini disusun dengan sistematis untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Perioperatif.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaanya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk yang
membaca.

Bandung, Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 2

C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Post Operasi ................................................................................................................ 3

B. Operasi Rahang ........................................................................................................... 6

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi ......................................................... 7

1. Pengkajian .............................................................................................................. 7

2. Identifikasi Masalah Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut ....................................... 8

3. Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut ........................................................ 9

4. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Operasi rahang adalah prosedur yang dilakukan pada tulang rahang untuk
memperbaiki kelainan posisi rahang. Salah satu diantara indikasi operasi
rahang adalah karena kecelakaan yang menyebabkan rahang seseorang
mengalami ketidakseimbangan antara bagian atas dan bawah. Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2005). Menurut Muttaqin dan Sari (2011)
fraktur mandibula atau patah tulang rahang bawah adalah terputusnya
kontinuitas pada rahang bawah.
Penonjolan, bentuk anatomis dan posisi mandibula yang terbuka
menyebabkan lebih sering mengalami trauma dibandingkan dengan tulang
wajah lainnya walaupun mandibula merupakan tulang wajah yang terpadat dan
terkuat. Dari seluruh fraktur di daerah wajah sekitar dua per tiga adalah fraktur
mandibula atau setara dengan 61% kasus dibandingkan dengan fraktur tulang
2 pipi 27% dan tulang hidung 19.5%. Mandibula dibagi menjadi tujuh regio
atau daerah anatomis yaitu prosesuskondilus, prosesuskoroniod, ramus,
angulus, korpus, alveolus, dan simfisis parasimfisis mandibula. Daerah
mandibula yang lemah adalah daerah kondilus-subkondilus, angulus dan
daerah simfisis parasimfisis mandibula. Frekuensi kejadian fraktur di daerah
kondilussubkondilus 29%, angulus mandibula 24% dan daerah simfisis
parasimfisis mandibula 22%.8,9. Penyebab fraktur mandibula selain
kecelakaan lalu lintas dapat terjadi akibat perkelahian, kecelakaan kerja, luka
tembak, terjatuh, aktifitas fisik, trauma saat pencabutan gigi ataupun akibat
proses patologis. Fakta-fakta diatas menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas
menjadi faktor penyebab tersering fraktur mandibula dibandingkan faktor-
faktor lainnya.
Pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi klien karena
tindakan pembedahan dapat menyebabkan trauma pada jaringan yang dapat

1
menimbulkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon atau perasaan identik pada individu. Nyeri merupakan
sumber frustasi, baik klien maupun tenaga kesehatan (Potter & Perry, 2010).
Keperawatan pasca operasi adalah tahap akhir dari keperawatan perioperatif.
Selama tahap ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan
kondisi pasien. Berdasarkan fakta diatas, maka klien memerlukan peran terapis
gigi dan mulut dalam asuhan kesehatan gigi dan mulut perioperative khususnya
pada tahap Post Operasi, sehingga diperlukannya identifikasi tahapan Post
Operasi untuk keberhasilan pemberian asuhan kesehatan gigi dan mulut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tahapan Post Operasi pada Operasi rahang akibat kecelakaan?
2. Bagaimana peran Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan Asuhan
Kesehatan Gigi dan Mulut Perioperatif?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tahapan Post Operasi pada Operasi rahang akibat


kecelakaan.
2. Untuk mengetahui peran Terapis Gigi dan Mulut dalam Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut Perioperatif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Post Operasi

1. Definisi Post Operasi


Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh
(Smeltzer dan Bare, 2002). Post Operasi adalah masa setelah dilakukan
pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah dan Hidayat, 2008).
Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah
ke unit pasca-operasi dan berakhir saat pasien pulang.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang
aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian
meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut
dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta
pemulangan ke rumah.
2. Jenis-jenis Operasi
a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter dan Perry (2006) membagi
menjadi:
1) Diagnostic : biopsy, laparotomy eksplorasi.
2) Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi.
3) Reparative : memperbaiki luka multiple.
4) Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah.
5) Paliatif : menghilangkan nyeri.
6) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan
organ atau struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal,
kornea).

3
b. Menurut luas atau tingkat resiko
1) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan
hidup klien.
2) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai
resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi
mayor.

3. Komplikasi Post Operasi


Menurut Majid (2011) mengatakan komplikasi post operasi dapat berupa
perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus
bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu
menurun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat serta
pasien melemah.

4. Tahapan Fase Post Operasi


1) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca
anastesi (recovery room)
Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya
adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Pasien
diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat
drain dan selang drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar
operasi ke ruang pemulihan pasien diselimuti, jaga keamanan dan
kenyamanan pasien dengan diberikan pengikatan diatas lutut dan siku
serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury.
Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler
dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang
bertanggung jawab.

4
2) Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
anastesi
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room: RR) atau unit
perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) sampai
kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan
memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal
perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan
ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi
pasien untuk:
a. Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat
anastesi)
b. Ahli anastesi dan ahli bedah
c. Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya
3) Kriteria pasien yang diperbolehkan keluar dari recovery room
a. Gejala vital stabil
b. Pasien sudah bangun atau mudah bangun
c. Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi
d. Setelah anastesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah
pulih
e. Klien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik
4) Tugas Terapis Gigi dan Mulut setelah menerima pasien dari recovery
room
a. Persiapan di unit klinis ruang pasien dipersiapkan sehingga
memberi fasilitas kepada kepindahan pasien serta dilaksanakan
pemantauan. Keluarga diberi pemberitahuan bahwa pasien akan
kembali.
b. Persiapan bangsal untuk pasien yang kembali dari kamar bedah
meliputi menyiapkan tempat tidur pasien, disiapkan selimut yang
cukup, persiapan perlengkapan seperti: tiang infus,

5
sphygmomanometer, serta alat khusus yang dipesan oleh perawat
ruang pemulihan.

B. Operasi Rahang

1. Pengertian
Operasi rahang adalah prosedur yang dilakukan pada tulang rahang
untuk memperbaiki kelainan posisi rahang. Salah satu diantara indikasi
operasi rahang, karena kecelakaan yang menyebabkan rahang seseorang
mengalami ketidakseimbangan antara bagian atas dan bawah. Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2005). Menurut Muttaqin dan Sari
(2011) fraktur mandibula atau patah tulang rahang bawah adalah
terputusnya kontinuitas pada rahang bawah.
Berdasarkan beratnya derajat fraktur, dibagi menjadi fraktur tertutup
dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur dengan kondisi kulit utuh dan
tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur dengan
adanya luka terbuka atau kerusakan pada kulit di dekat lokasi fraktur.
Fraktur terbuka digradasi menjadi Grade I yaitu luka bersih kurang dari 1
cm panjangnya, Grade II yaitu luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif., dan Grade III yaitu luka dengan kontaminasi dan
mengalami kerusakan jaringan ekstensif, dan sangat kompleks. Fraktur
terbuka membutuhkan penanganan sesegara mungkin, karena adanya
kontak langsung dengan lingkungan luar, jaringan kulit yang rusak tidak
dapat melindungi dari kontaminasi bakteri maupun kotoran sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi. Fraktur mandibula merupakan salah satu
fraktur pada daerah wajah yang cukup sering terjadi. Pada negara
berkembang, penyebab terbanyak kasus fraktur mandibula adalah
kecelakaan lalu lintas. Benturan keras pada wajah mengakibatkan terjadinya
fraktur pada mandibula. Sesuai letaknya, mandibula berada pada posisi
lebih menonjol dan mudah menerima benturan, sehingga memungkinkan
fraktur mandibula bila terjadi trauma pada wajah.

6
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
1. Pengkajian

a. Anamnesa
Identitas pasien seperti nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat rumah, No. RM. Sedangkan penanggung jawab (orang tua,
keluarga terdekat) seperti nama, pendidikan terakhir, jenis kelamin,
No. HP.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat
Penyakit Keluarga. Bisa menggunakan PQRST yaitu :
1) P (Provokes): Penyebab timbulnya nyeri.
2) Q (Quality): Rasanya nyeri seperti ditekan, ditusuk atau
diremas-remas.
3) R (Region): Lokasi nyeri berada di bagian tubuh mana.
4) S (Saverity): Skala nyeri.
5) T (Time): Nyeri dirasakan sering atau tidak.
c. Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik ini menggunakan pengkajian 6 B yaitu :
1) B 1 : Breating (Pernafasan)
Untuk mengukur Pola napas, bunyi napas, bentuk dada simetris
atau tidak, ada atau tidak gerakan cuping hidung.
2) B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler/Sirkulasi)
Untuk mengetahui Bunyi Jantung, Irama Jantung, Nadi, Tekanan
Darah.
3) B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
Untuk mengukur nilai GCS, Kesadaran.
4) B 4 : Bladder (Perkemihan)
Terpasang kateter urine atau tidak, urine (jumlah, warna), ada
atau tidak distensi kandung kemih.

7
5) B 5 : Bowel (Pencernaan)
Rongga mulut ada lesi atau tidak, adanya dehidrasi atau tidak.
Bising usus.
6) B 6 : Bone (Muskuloskeletal)
Warna kulit, suhu, integritas kulit, adanya lesi atau decubitus atau
tidak.
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan radiografi
2) Urinalisa
3) Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urine.
4) Terapi Bedah

2. Identifikasi Masalah Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut


a. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari resiko kesehatan
yang disebabkan oleh potensi terjadinya infeksi setelah dilakukan
operasi rahang akibat kecelakaan.
b. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kebebasan dari ketakutan dan
stress yang disebabkan oleh klien merasa takut dan cemas dengan
situasi terkini.
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kondisi biologis dan fungsi gigi
geligi yang baik disebabkan oleh nutrisi dan diet yang kurang ditandai
dengan klien mengalami kesulitan mengunyah.
d. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan konseptualisasi dan pemecahan
masalah yang disebabkan oleh defisit pengetahuan ditandai dengan
klien memiliki pertanyaan, kurangnya pengetahuan tentang penyakit
gigi dan mulut.
e. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan tanggung jawab untuk kesehatan
gigi dan mulut disebabkan oleh kurang mampu memelihara kesehatan
gigi dan mulutnya sendiri.

8
3. Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari resiko kesehatan


b. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kebebasan dari ketakutan dan stres
c. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan Kondisi biologis dan fungsi gigi
yang baik
d. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan Konseptualisasi dan pemecahan
masalah
e. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan Tanggung jawab untuk kesehatan
gigi dan mulut

4. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Kesehatan Gigi dan


Mulut
1) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari resiko kesehatan
yang disebabkan oleh potensi terjadinya infeksi setelah dilakukan
operasi rahang akibat kecelakaan.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien akan bebas dari tanda-tanda infeksi, mampu mencegah
timbulnya infeksi dan menunjukkan perilaku hidup sehat
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Dilakukan monitor kerentanan terhadap infeksi, inspeksi
kondisi luka atau insisi bedah dan kaji kebutuhan klien untuk
tindakan pencegahan selama perawatan, batasi jumlah pengunjung.
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, klien melakukan perilaku hidup sehat untuk
mencegah infeksi.
2) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kebebasan dari ketakutan dan
stress yang disebabkan oleh klien merasa takut dan cemas dengan
situasi terkini.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien dapat mengatasi kecemasan post operasi.

9
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Dilakukan identifikasi kecemasan, motivasi klien untuk
mengungkapkan perasaannya, motivasi keluarga untuk menemani
serta gunakan pendekatan yang menenangkan.
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, klien mampu mengontrol kecemasan,
ditunjukan dengan tanda-tanda vital klien dalam batas normal.
3) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kondisi biologis dan fungsi gigi
geligi yang baik disebabkan oleh nutrisi dan diet yang kurang ditandai
dengan klien mengalami kesulitan mengunyah.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien akan mendapatkan kembali nutrisi dan diet yang cukup.
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Klien diajarkan strategi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut
termasuk strategi gizi, kaji pengetahuan diet yang dianjurkan,
memberikan penyuluhan diet pada pasien post operasi.
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, klien mengetahui makanan-makanan yang boleh
dikonsumsi, mengetahui tujuan dari diet yang dianjurkan.
4) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan konseptualisasi dan pemecahan
masalah yang disebabkan oleh defisit pengetahuan ditandai dengan
klien memiliki pertanyaan, kurangnya pengetahuan tentang penyakit
gigi dan mulut.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien akan diberikan pendidikan kesehatan tentang proses
penyakit.
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Klien diberikan pengetahuan dan informasi mengenai proses
penyakit, kondisi pasien, perubahan gaya hidup untuk mencegah
komplikasi, terangkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan serta
cara mencegah atau meminimalkan efek samping penyakit.

10
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, pengetahuan klien dan keluarga meningkat.
5) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan tanggung jawab untuk kesehatan
gigi dan mulut disebabkan oleh kurang mampu memelihara kesehatan
gigi dan mulutnya sendiri.
a. Tujuan yang Berpusat Pada Klien (Client-Centered Goals)
Klien akan dibantu dalam perawatan diri.
b. Intervensi Askesgilut (Dental Hygiene Interventions)
Klien dibimbing dan dimonitor kemampuan untuk
perawatan diri yang mandiri, monitor kebutuhan klien untuk alat-
alat bantu kebersihan diri, berpakaian, toileting, memberikan
edukasi cara menyikat gigi yang baik dan benar.
c. Pernyataan Evaluatif (Evaluative Statement)
Tujuan tercapai, klien mampu melakukan perawatan diri:
Activities of Daily Living (ADL).

D. Peran Terapis Gigi dan Mulut pada Post Operasi


Tugas pokok Terapis Gigi dan Mulut adalah melakukan kegiatan pelayanan
asuhan keperawatan gigi dan mulut yang meliputi persiapan pelayanan,
pelaksanaan pelayanan, pelaksanaan tindakan kolaboratif kesehatan gigi dan
mulut, dan pelaksanaan tugas khusus.
Kaitannya dengan fase post operasi tugas terapis gigi dan mulut dimulai dari
saat pasien kembali ke ruangan rawat inap untuk evaluasi dan tindak lanjut.
Biasanya masalah yang sering timbul setelah perawatan adalah pemeliharaan
oral hygiene dan pemberian nutrisi yang kurang adekuat. Maka dari itu, perlu
dilakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien post operasi, seperti
pemberian edukasi tentang pemeliharaan oral hygiene yang baik, pemberian
nutrisi yang baik post operasi seperti unsur kalsium yang sangat diperlukan
untuk pembentukan tulang baru, oleh karena itu penambahan protein serta
vitamin A, C, D, serta B komplek dalam jumlah yang cukup harus dapat di

11
monitor. Dan pemberian saran untuk sebaiknya pasien kontrol minimal sampai
6 bulan untuk melihat keberhasilan perawatan.

12
BAB III
PENUTUP

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu organ tubuh dan post
Operasi masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien dipindahkan
keruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Dalam tahapan post
operasi didalamnya terdapat peran terapis gigi dan mulut dalam memberikan
asuhan kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan identifikasi masalah, diagnosis
keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi berdasarkan pada 8 kebutuhan
dasar manusia, sehingga pada tahap post operasi didapatkan 5 kebutuhan dasar yang
tidak terpenuhi diantaranya adalah: perlindungan dari resiko kesehatan, kebebasan
dari ketakutan dan stress, kondisi biologis dan fungsi gigi geligi yang baik,
konseptualisasi dan pemecahan masalah serta tanggung jawab untuk kesehatan
mulut.
Berbagai komplikasi akibat post operasi bervariasi, hal ini menjadi tugas
terapis gigi dan mulut untuk melakukan tindakan secara tepat, benar, teliti, dan
berhati- hati dengan memperhatikan standard dalam melakukan tindakan post
operasi. Sehingga dengan demikian dapat menghindari timbulnya komplikasi serta
mencegah keadaan darurat medik. Komplikasi pasca operasi hanya dapat di
diagnosis segera setelah tindakan dan harus dapat di atasi secepatnya secara efektif
setelah penyebabnya diketahui pasti. Oleh karena itulah seorang terapis gigi dan
mulut harus memiliki kemampuan yang terlatih dalam mengatasi timbulnya
komplikasi pasca operasi. Serta mampu melakukan tindakan yang efektif, tepat dan
cepat guna mengantisipasi timbulnya keadaan yang mengarah kepada keadaan
gawat darurat medis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N. P. (2022). Fraktur Mandibula Dextra Pada Pasien Kecelakaan Lalu Lintas.
Jurnal Kewarganegaraan, Vol 6 No.4 .
https://repository.ump.ac.id/8269/3/FIA%20OKTANINGSIH%20BAB%20II.pdf
Susanti, E. (2022). Keperawatan Perioperatif. Surabaya: Global Aksara Pers.

14

Anda mungkin juga menyukai