Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tindakan irigasi dilakukan selama dan sesudah pembersihan dan pembentukan

saluran akar, dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran fragmen jaringan pulpa dan

serpihan dentin yang menumpuk.19 Ekstrak lerak diharapkan dapat dikembangkan

menjadi bahan irigasi saluran akar yang dapat membunuh mikroba, tidak toksik dan

bersifat biokompatibel terhadap jaringan.

2.1 Tindakan Irigasi Saluran Akar

Perawatan endodontik dapat dibagi dalam tiga fase (triad endodontics) yaitu :

preparasi biomekanis saluran akar (pembersihan dan pembentukan/pemberian

bentuk), disinfeksi dan obturasi. Langkah pertama untuk pembersihan dan

pembentukan saluran akar adalah jalan masuk yang benar ke kamar yang

menghasilkan penetrasi garis-lurus ke orifis saluran akar. Langkah selanjutnya adalah

eksplorasi saluran akar, ekstirpasi jaringan pulpa yang masih tertinggal dan

debridemen jaringan nekrotik dan verifikasi/ pembuktian kedalaman instrumen.

Langkah ini diikuti oleh instrumentasi, irigasi dan debridemen yang benar, serta

disinfeksi (sanitization) saluran akar. Obturasi biasanya melengkapi prosedur.19

Irigasi adalah pengambilan fragmen kecil-kecil debris organik dan serpihan

dentin dari saluran akar. Tindakan irigasi adalah salah satu kunci keberhasilan dalam

perawatan endodontik.20 Sebab jika diabaikan dapat menyebabkan kegagalan

perawatan endodontik. Karena dinding saluran akar yang tidak bersih dapat menjadi

Universitas Sumatera Utara


tempat persembunyian bakteri, mengurangi perlekatan bahan pengisi saluran akar dan

meningkatkan celah apikal.19,20

Fungsi utama bahan irigasi adalah membuang debris dari saluran akar, bahan

irigasi bisa pula memiliki sifat lain yang dapat membantu pembersihan dan

pembentukan saluran akar. Adapun sifat bahan irigasi yang ideal adalah merupakan

pelarut debris atau pelarut jaringan, tidak toksis, memiliki tegangan permukaan

rendah, sebagai pelumas, mampu membuang smear layer serta bahan irigasi tidak

mudah dinetralkan dalam saluran akar agar efektivitasnya tetap terjaga.2

Bahan irigasi yang biasa dipakai adalah yang mempunyai sifat antiseptik

artinya suatu bahan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara in

vitro dan in vivo pada jaringan hidup. Bahan irigasi yang populer digunakan adalah

natrium hipoklorit dan natrium hipoklorit kombinasi EDTA.2,3,19,20 Natrium

Hipoklorit (NaOCl) 5% tidak mahal, mudah diperoleh dan mudah untuk digunakan.2

NaOCl 5% mampu melarutkan jaringan serta membersihkan saluran akar dan

memiliki efek antibakteri yang paling baik.3,4 Namun, kekurangannya adalah bersifat

toksik.2,3 Bahan irigasi ini mampu merusak dan menekan jaringan periapikal, bersifat

korosif, menyebabkan reaksi alergi, bau dan rasa yang tidak enak sehingga dalam

penggunaannya harus berhati-hati.

Berbagai teknik irigasi yang digunakan juga telah berkembang. Teknik irigasi

yang digunakan secara sederhana adalah dengan menggunakan alat semprit disposible

12 ml berupa jarum berlubang dengan ujung buntu dan bertakik.19 Kemudian dengan

menggunakan alat khusus yaitu spuit endodonti dengan ujung jarum pipih untuk

Universitas Sumatera Utara


mencegah penetrasi ke dalam saluran akar yang berdiameter kecil agar debris pada

saluran akar dapat keluar.21

Gambar 1. Spuit endodonti 21

Gambar 1 menunjukkan suatu spuit endodonti berupa jarum berlubang dengan

ujung buntu serta penampang saluran akar gigi. Tanda panah di atas menunjukkan

lubang jarum yang merupakan tempat keluarnya bahan irigasi ke arah lateral sehingga

menyebabkan perforasi ke arah lateral dan jika mengenai jaringan periapikal maka

akan menyebabkan infeksi seperti yang disebabkan oleh NaOCl 5%. Jadi dengan

menggunakan alat ini tekanan harus diatur sedemikian rupa agar bahan irigasi dapat

keluar secara konstan.20

Gambaran jarum endodonti di dalam saluran akar (Gambar 2), menunjukkan

jarum harus dibengkokkan menjadi sudut tumpul untuk mencapai saluran akar gigi

depan dan belakang.1.20 Jarum dimasukkan sebagian ke dalam saluran dan harus ada

ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran yang memungkinkan pengaliran

kembali larutan dan menghindari penekanan ke dalam jaringan periapikal.1

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Jarum irigasi bengkok dimasukkan sebagian ke dalam saluran akar tanpa terjepit.
Larutan irigasi merembes keluar dan diabsorpsi dengan kain kasa steril, untuk memonitor pengambilan
debris dari saluran akar 19

Dan teknik yang terbaru adalah dengan menggunakan teknik Ultrasound,

dengan prinsip kerja negative pressure.20 Artinya alat-alat yang digunakan pada

sistem ini harus memiliki pergerakan dan perputaran selama irigasi berlangsung tanpa

berkontak atau menyentuh dinding saluran akar (seperti roda berputar).20 Tujuan akhir

dari teknik irigasi yang akan digunakan adalah untuk mendapatkan saluran akar yang

bersih artinya bebas dari mikroorganisme.2,20

Gambar 3. EndoVac sistem menggunakan np20

Universitas Sumatera Utara


2.2 Buah Lerak (Sapindus rarak DC)

Menurut taksonominya, Sapindus rarak DC diklasifikasikan dalam:22

• Divisi : Spermatophyta

• Subdivisi : Angiospermae

• Kelas : Dycotyledonae

• Bangsa : Sapindales

• Suku : Sapindaceae

• Marga : Sapindus

• Spesies : Sapindus rarak

Nama umumnya adalah Lerak. Masyarakat Sunda menyebutnya dengan nama

Rerek, penduduk Jambi menyebutnya Kalikea, masyarakat Minang menyebutnya

Kanikia. Di Palembang tanaman ini dikenal dengan nama Lamuran, sedangkan di

Jawa dikenal dengan nama Lerak atau Werak dan Tapanuli Selatan dikenal dengan

nama buah sabun.22

Gambar 4. Tanda panah di atas menunjukkan pohon lerak yang terdapat di Desa Ujung Pasir,
Kec.Danau Kerinci, Jambi 23

Universitas Sumatera Utara


Lerak (Sapindus rarak DC) merupakan tanaman rimba yang tingginya dapat

mencapai 42 m dan lebarnya 1 m. Tanaman ini mempunyai batang berwarna putih

kotor, berakar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan. Daun tanaman ini majemuk

menyirip ganjil dan anak daun berbentuk lanset. Bunga tanaman ini melekat di

pangkal, kuning, dan daun mahkotanya empat. Tanaman ini mempunyai buah yang

keras, bulat, diameter + 1,5 cm dan berwarna kuning kecoklatan. Biji tanaman ini

tunggang dan kuning kecoklatan. Buah lerak terdiri dari 73% daging buah dan 27%

biji.7

Gambar 5. Buah lerak yang telah dikeluarkan Gambar 6. Buah lerak yang berasal dari Muara
Bijinya 23 Imat, Kab.Kerinci, Jambi 23

Buah lerak sering dipergunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh

dari soga alam/pewarna alam, mencuci kain batik, emas dan sebagai sabun wajah

untuk mengurangi jerawat.6 Lerak sangat baik untuk membasmi cacing tanah. Di

Jakarta buah ini sudah diolah menjadi insektisida. Secara tradisional, lerak juga

digunakan sebagai sabun wajah untuk mengurangi jerawat, obat eksim dan kudis.6,7

Sementara khasiat farmakologiknya antara lain adalah sebagai antijamur, bakterisid,

anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan diuretik.7 Penelitian

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan bahwa lerak mengandung senyawa saponin, alkaloid, steroid dan

triterpen masing-masing berurutan mengandung bahan aktif sebesar 12%, 1%,

0,036%, dan 0,029%.8

Ekstrak lerak memiliki kandungan berupa saponin dan flavonoid didapat dari

kulit buah, biji, kulit batang dan daun. Sedangkan alkaloid dan polifenol terdapat

pada kulit buahnya. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba sebagai

surfaktan atau deterjen yang diduga akan menyerang lapisan batas sel melalui ikatan

gugus polar dan non polar. Saponin yang merupakan kandungan utama dari buah

lerak juga dapat dikembangkan sebagai bahan baku untuk membuat sampo.23

Flavonoid diduga dapat merusak membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan

kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler. Senyawa fenol

menghambat enzim penting mikroorganisme, sedangkan alkaloid sudah digunakan

berabad-abad dalam bidang medis karena dapat melawan sel asing melalui ikatan

DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel.10

Berbagai penelitian untuk mengembangkan lerak sebagai alternatif bahan

irigasi saluran akar telah dilakukan. Ekstrak lerak memiliki efek antibakteri terhadap

Streptococcus mutans dengan nilai MBC 0,01%,9 terhadap Fusobacterium nucleatum

ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri dengan nilai kadar hambat minimal (KHM)

0,25 %,10 terhadap Enterococcus faecalis ekstrak lerak mempunyai efek antibakteri

dengan nilai MBC 25% 11 Saponin yang merupakan kandungan utama dari buah lerak

juga memiliki efek antibakteri terhadap S.pyogenus pada Minimum Inhibitory

Concentration (MIC) 0,75 mg/ml, dan >50 mg/ml untuk S.aureus.7 Sedangkan pada

penelitian lain terdapat ± 10 gram (17,5 %) saponin dari 175 gram daging buah lerak,

Universitas Sumatera Utara


yang pada konsentrasi 0,008 % dapat membersihkan dinding saluran akar lebih baik

dari NaOCl 5 % yang umum digunakan di praktek.13 Ekstrak lerak juga memiliki efek

antifungal terhadap Candida albicans lebih baik daripada NaOCl 5 %.12 Ekstrak lerak

selain memiliki efek anti bakteri dan antifungal juga memiliki efek anti analgetik dan

efek anti inflamasi. Untuk efek analgetik sebagai bahan pereda nyeri gigi yaitu pada

konsentrasi 2,5% dan 7,5%.25 Dan ekstrak lerak 0,01% memiliki efek anti inflamasi

dilihat dari penurunan sel radang dan perbaikan jaringan.26

2.3 Sitotoksisitas

Sitotoksisitas adalah sejauh mana agen memiliki tindakan destruktif spesifik

pada sel-sel tertentu. Uji sitotoksisitas merupakan salah satu tahap pengujian paling

awal dan penting dilakukan terhadap suatu bahan yang akan dipakai di bidang

kedokteran gigi.15 Karena uji sitotoksisitas ini bagian dari evaluasi bahan kedokteran

gigi dan diperlukan untuk prosedur screening standar (Tahap 1).15 Uji sitotoksisitas

dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut memenuhi syarat untuk dapat

diterima jaringan yaitu tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak, tidak

mengandung substansi yang bisa menyebabkan respon sistemik bila berdifusi dan

diadsorpsi ke dalam sistem sirkulasi, bebas dari agen sensitisasi yang dapat

menyebabkan respon alergi, tidak berpotensi karsinogenik.1 Dua metode umum yang

digunakan untuk uji sitotoksisitas adalah metode perhitungan langsung (direct

counting) dengan menggunakan biru tripan (trypan blue) dan metode MTT assay.1

Dalam penelitian ini digunakan uji MTT assay yang memiliki kelebihan yaitu

relatif cepat, sensitif, akurat, digunakan untuk mengukur sampel dalam jumlah besar

Universitas Sumatera Utara


dan hasilnya bisa digunakan untuk memprediksi sifat sitotoksik suatu bahan.1 Dasar

uji enzimatik MTT adalah dengan mengukur kemampuan sel hidup berdasarkan

aktivitas mitokondria dari kultur sel.16 Metode ini dapat digunakan untuk mengukur

proliferasi sel secara kolorimetri.1

Metode ini berdasarkan pada perubahan garam tetrazolium [3-(4,5-dimet

iltiazol-2-yl)-2,5-difeniltetrazolium bromide] (MTT) menjadi formazan dalam

mitokondria yang aktif pada sel hidup. MTT diabsorbsi ke dalam sel hidup dan

dipecah melalui reaksi reduksi oleh enzim reduktase dalam rantai respirasi

mitokondria menjadi formazan yang terlarut dalam SDS 10% berwarna ungu.1

Konsentrasi formazan yang berwarna ungu dapat ditentukan secara spektrofotometri

visibel dan berbanding lurus dengan jumlah sel hidup karena reduksi hanya terjadi

ketika enzim reduktase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria

aktif.1 Semakin besar absorbansi menunjukkan semakin banyak jumlah sel yang

hidup. Reaksi reduksi MTT dapat dilihat pada Gambar 7.

MTT FORMAZON

Gambar 7. Reaksi Reduksi MTT menjadi Formazan1

Sementara itu, mekanisme kematian sel fibroblas oleh ekstrak lerak diduga

berupa kerusakan permeabilitas membran yang disebabkan oleh adanya kandungan

Universitas Sumatera Utara


saponin dalam lerak (Sapindus rarak DC). Saponin ini memecah lapisan lemak pada

membran sehingga timbul gangguan permeabilitas diikuti dengan influx/efflux ion

dan substansi sel lainnya mengakibatkan sel membengkak dan pecah.1

2.4 Sel Fibroblas

Sel fibroblas (spindle shape) adalah sel jenis eukariotik (memiliki

dinding/membran inti) yang merupakan tipe sel yang paling umum terlihat dalam

jumlah paling besar di pulpa mahkota.2,3,16 Bentuknya seperti kumparan dengan

nuklei ovoid dan prosesus sitoplasmik yang panjang. Biasanya sejajar dengan serabut

kolagen, dengan prosesus yang terbungkus serabut.

Gambar 8. Gambaran sel fibroblas secara mikroskopis (microscope inverted). Nuklei ovoid sel
fibroblas utuh yang terletak di inti sel (a) sel fibroblas secara keseluruhan (b)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 9. Gambaran sel fibroblas secara anatomis27

Seperti odontoblas, penonjolan organel sitoplasmanya berubah-ubah sesuai

dengan aktivitasnya. Makin aktif selnya, makin menonjol organel dan komponen

lainnya yang diperlukan untuk sintesis dan sekresi. Akan tetapi tidak seperti

odontoblas, sel-sel ini mengalami kematian apoptosis dan diganti jika perlu oleh

maturasi dari sel-sel yang kurang terdiferensiasi.2

Pada waktu irigasi saluran akar, bahan irigasi dapat berdifusi dan menekan ke

jaringan periapikal dan ligamen periodontal serta dapat menyebabkan iritasi seperti

yang disebabkan oleh larutan NaOCl.1 Sementara komponen jaringan ini yang

terpenting adalah sel fibroblas dimana sel fibroblas adalah tipe sel yang paling umum

terlihat dalam jumlah yang besar di pulpa mahkota serta merupakan substansi dasar

penyusun jaringan periapikal dan ligamen periodontal.2,3,16

Fungsi sel ini menghasilkan, mensintesis, mempertahankan kolagen dan

matriks serta zat dasar pulpa dan mengubah struktur pulpa jika ada penyakit.2,19

Dapat berasal dari sel mesenkimal pulpa yang tidak berkembang atau dari bagian

Universitas Sumatera Utara


fibroblas yang ada. Bila bertambah tua, sel ini menjadi lebih bulat, dengan nuklei

bulat dan prosesus sitoplasmik yang pendek. Perubahan bentuk disebabkan oleh

pengurangan aktivitas sel karena bertambah tua.16 Jenis sel yang dipakai dalam

penelitian ini adalah sel BHK-21 yang berasal dari fibroblas ginjal hamster.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai