Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

WATERPASS MELINTANG
MATA KULIAH PEMETAAN 1

DISUSUN OLEH (KELOMPOK 3) :

Dosen pengajar :

Mohammad Khoiri, ST. MT.

Dosen Asistensi :

D3 TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan karena tugas laporan pemetaan
I ini dapat kami selesaikan dengan baik

Praktik kami merupakan kewajiban bagi kami sebagai mahasiswa Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November, yang mengambil mata kuliah
tersebut. Tugas praktikum pemetaan I ini kami susun secara baik, yang merupakan realisasi
dari praktik pemetaan I yang telah dilaksanakan di Jalan Kalibokor Selatan.

Dalam proses penyusunan laporan ini, tentunya laporan ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membantu dan membangun dari
pembaca sangat kami harapkan. Kami berharap dengan adanya tugas ini dapat menambah
dan meningkatkan pengalaman maupun penalaran.

Akhir kata kami sebagai penulis laporan ini mengucapkan terima kasih, kepada rekan – rekan
yang telah membantu kami demi untuk tercapainya dan selesainya laporan ini.

Surabaya, 07 November 2014

Tim Penyusun

2
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Permasalahn
1.3 Tujuan Praktikum
1.4 Manfaat
1.5 Tempat Pengukuran
1.6 Alat Yang Digunakan

BAB II DASAR TEORI

I. II.1 Pengukuran Waterpass dengan Cara Melintang


II. II.2 Tujuan Pengukuran Waterpass Profil Melintang

BAB III ANALISA DATA

BAB IV PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

IV.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

DAFTAR GAMBAR

Gambar I,1 Waterpass

Gambar I,2 Tripot

Gambar I,3 Unting - unting

Gambar I,4 Bak Ukur

Gambar I,5 Payung

Gambar I,6 Rol Meter

Gambar I,7 Spet

Gambar I,8 Alat Penunjang

Gambar II.1 Pengukuran sipat datar pada salah satu titik

Gambar II.2 Penukuran sipat datar antara kedua bak ukur

Gambar II.3 Pengukuransipat datar bila keadaan terpaksa

4
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Secara umum Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik dipermkaan. Ilmu Ukur Tanah
merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi mempunyai dua
maksud, yaitu :

1. Maksud ilmiah : menentukan permukaan bumi.


2. Maksud Praktis : Membuat bayangan dari sebagian besar atau kecil permukaan bumi
yang dinamakan peta.

Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) . Ilmu Ukur tanah
dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk
pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi
yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di
permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.

Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan pekerjaan-
pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat dibangku kuliah dapat
diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan
baik aspek diatas.

Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan situasi
teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya diperlukan untuk
berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan lainnya yang menggunakan
peta sebagai acuan.

Ilmu pemetaan I merupakan salah satu mata kuliah pada semester 1 di jurusan Teknik Sipil
FTSP ITS kurikulum 2014/2015. Secara sederhana, mata kuliah ini mempelajari tentang
pengertian pemetaan dan bagian cara memetakan. Oleh karena itu, mahasiswa diharuskan
melaksanakan praktikum pemetaan sepanjang area Jalan Kali Bokor Selatan, Surabaya.

5
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

1.2 Permasalahan

a. Bagaimana cara mengatahui beda tinggi antara satu titik dengan titik yang lainnya.

b. Bagaimana cara mengatahui kemiringan suatu lahan.

c. Bagaimana cara menggunakan alat waterpass.

d. Bagaimana cara menggambarkan lahan.

1.3 Tujuan Praktikum

Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-
teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah seperti
poligon, alat dan penggunaannya, sampai pada pembuatan peta.
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:
Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan detail,
Memahami cara menentukan beda tinggi,
Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,
Memahami cara menentukan tinggi patok,
Memahami cara mentukan kemiringan patok
6. Menggambarkan profil melintang dari hasil pengukuran

1.4 Manfaat
Materi ilmu pemetaan sangat bermanfaat untuk mengetahui letak kedataran dan
kemiringan tanah. Karena tanah merupakan dasar berdirinya bangunan maupun terbuatnya
jalan raya. Jika kita tidak mengetahui kedataran suatu tanah, maka bangunan atau jalan yang
kita buat tidak sesuai apa yang kita inginkan. Selain itu kita juga bisa mengetahui cara
menggunakan alat – alat pemetaan seperti, waterpass, tripod, bak ukur dsb.
Dari praktikum tersebut kita bisa mengetahui letak kedataran dan kemiringan suatu
tanah.

6
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

1.5 TempatPengukuran
Pengukuran waterpass memanjang maupun melintang dilakukan di kalibokor selatan.

1.6 Alat Yang Digunakan

7
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

Gambar 1.1 Waterpass


Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda
atau
garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal.

Gambar 1.2 Statif


Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapat
menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing, agar masuk ke
dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan
tanah tempat alat itu berdiri.

8
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

Gambar 1.3 Unting – unting


Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini berfungsi
sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di atas patok.

Gambar 1.4 Bak Ukur


Bak ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran  ± 3–4 cm,
lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas
dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan  ukuran
milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur
diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak
menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama
secara detail.

9
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

Gambar 1.5 Payung


Payung digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung maupun
hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar matahari.

Gambar 1.6 Rol Meter


Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkai
untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.

Gambar 1.8 Alat Penunjang

10
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

Alat penunjang lainnya seperti blangko data, kalkulator, alat tulis lainnya, yang dipakai untuk
memperlancar jalannya praktikum.

11
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengukuran Waterpass

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda


tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk
mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan
konstruksi.
Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan
jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan
atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap
saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain.
Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :

 Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap
sama dengan garis unting-unting.
 Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik.
Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
 Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
 Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
 Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.

Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.

Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :

12
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

 Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.


 Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
 Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.

Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-
betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia,
dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan,
kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur
yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas
berbentuk persegi.

2.2 Pengukuran Waterpass dengan Cara Melintang


Waterpass diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali kedudukan nivo
nya seperti pada pengukuran profil memanjang.
      Pada jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur disebelah
kanan waterpass diberi simbol dan disebelah kiri diberi symbol.
      Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada patok
terakhir.
      Semua data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia

Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai
dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :
a. Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong kedalam
Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki
tiga.
b. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah memasang
alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele,
jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki

13
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus
diperhatikan juga antara lain :
       Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,
sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga.
Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu
sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga
tersebut.
      Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar
tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan
alat terlepas.
b.      Mendirikan Alat ( Set up ) Mendirikan alat adalah memasang alat ukur
yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap
untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:
      Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh
kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah.
      Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan
gelembung nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.
c.       Membidikan Alat Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan
mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma
agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik
terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma
mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.

Membaca Hasil Pembidikan Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :
a.       Pembacaan Benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu
ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang
stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar
biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan
benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang
stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang
diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka :

14
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

BA – BT = BT – BB
atau
BT = ½ ( BA – BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya
pembacaan.
Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
      Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara
tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara
rambu-rambu ukur yang dibidik.
     Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara
tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik.
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak
dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam
satuan meter (m) atau centimeter (cm).

Cara Penentuan Beda Tinggi


Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah alat untuk penyipat datar
(waterpass). Penentuan beda tinggi dengan menggunakan alat ukur waterpass
dapat dilakukan dengan tiga cara tergantung keadaan di lapangan :
a.       Menempatkan alat ukur penyipat datar pada salah satu titik. Misalnya
pesawat di letakkan di titik B.  Tinggi A (garis bidik) atau titik tengah
teropong di atas titik B di ukur dengan mistar. Dengan gelembung di tengah–
tengah lingkaran, garis bidik diarahkan ke mistar (bak) ukur yang diletakkan
di titik A.
Besarnya pembacaan benang tengah pada bak ukur dinamakan J, maka
bedatinggi antara titik A dan B adalah

15
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

b.   Alat ukur penyipat datar ditempatkan diantara titik A dan B. Jarak alat ukur
penyipat datar antara kedua bak ukur diambil kira-kira sama. Diusahakan agar
pesawat tetap berada ditengah – tengah. Pada kedua titik tersebut diletakkan
bak ukur. Arahkan pesawat ke bak ukur A (pembacaan belakang) dan hasil
pembacaannya dinamakan R. Lalu pesawat diputar searah jarum jam untuk
melakukan pembacaan benang tengah pada bak ukur B (pembacaan muka) dan
hasil pembacaannya dinamakan V. Maka beda tinggi antara titik A dan B:

16
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

c.   Menempatkan alat ukur di luar titik A dan titik B, hal ini dilakukan
dilakukan bila keadaan terpaksa, mungkin karena adanya penghalang seperti
sungai, selokan atau saluran-saluran air lainnya antara kedua titik tersebut.
Pada gambar dibawah ini, pesawat ditempatkan di sebelah kanan titik B
selanjutnya dilakukan pembacaan benang tengah dan hasil pembacaan bak
ukur B disebut V, maka beda tinggi antara titik A dan B adalah :

Dari ketiga cara tersebut, yang paling teliti adalah dengan cara menempatkan
alat ukur tersebut di antara dua titik yang akan diukur beda tingginya karena
dengan mengubah arahnya sesuai dengan arah jarum jam maka kesalahannya
negatif, juga kesalahan atmopsferiknya saling berbagi.

2.3 Tujuan Pengukuran Waterpass Profil Melintang.

17
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA

JENIS PENGUKURAN DI UKUR OLEH


LOKASI ALAT UKUR
TANGGAL NO SERI
PEMBACAAN BAAK UKUR BEDA
T.ALAT JARAK ELEVAS PERMUKAAN
TINGG
PATOK BELAKANG MUKA (m) I (m) AIR
DAN TITIK I (m)
YANG ATAS ATAS ELEVA
DIBIDIK TENGAH TENGAH TINGGI
BAWAH BAWAH SI
TA =    
0.97                  
   
BM             98,839    
0.808  
A1 0.758 0.708     9.95 0.212 99.051    
1.134  
A2 1.102 1.068     6.5 -0.132 98.707    
1.144  
A3 1.116 1.087     5.4 -0.146 98.693    
1.133  
A4 1.119 1.104     1.65 -0.149 98.69    
  1.104
A5     1.099 1.094 1 -0.09 98.81    
  0.736
A6     0.719 0.703 2.94 0.251 99.09    
  0.848
A7     0.826 0.803 4.33 0.144 98.983    
  0.776
A8 0.97   0.748 0.718 5.68 0.222 99.061    
  0.927
A9     0.898 0.868 5.86 0.072 98.911    
  2.275
A10     2.242 2.213 6.17 -1.272 97.567 0.659 98.226
  2.216
A11     2.148 2.079 14.07 -1.178 97.661 0.587 98.248
  0.982
A12     0.912 0.841 14.25 0.058 98.897    

18
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

T.ALAT PEMBACAAN BAAK UKUR


PERMUKAAN AIR
PATOK BELAKANG MUKA BEDA
DAN JARAK ELEVAS
TITIK ATAS ATAS TINGG
TENGA (m) I (m) TINGG ELEVAS
YANG BAWA TENGAH I (m)
DIBIDIK H BAWAH I I
H
TA =    
0.99                  
   
P1             98.815    
0.879  
B1 0.829 0.781     9.15 0.161 98.976    
1.011  
B2 0.979 0.947     6.86 0.2 99.015    
1.141  
B3 1.115 1.088     5.16 -0.125 98.69    
1.108  
B4 1.094 1.081     2.12 -0.104 98.711    
  1.047
B5     1.038 1.029 1.85 -0.048 98.767    
  0.863
B6     0.836 0.809 4.8 0.154 98.969    
  2.028
B7     1.992 1.956 6.78 -1.002 97.18 0.997 98.177
   
                   
   
                   
   
                   
   
                   
   
                   

19
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

T.ALAT PEMBACAAN BAAK UKUR BEDA


JARAK ELEVASI
PATOK TINGGI PERMUKAAN AIR
DAN BELAKANG MUKA (m) (m)
(m)
TITIK
YANG ATAS ATAS
DIBIDIK TENGAH TENGAH TINGGI ELEVASI
BAWAH BAWAH
TA =    
0.98                  
   
P2             98.905    
0.608  
C1 0.563 0.517     9 0.417 99.322    
1.203  
C2 1.176 1.149     5.33 -0.196 98.709    
1.145  
C3 1.132 1.119     2.52 -0.152 98.753    
  1.081
C4     1.073 1.065 1.6 -0.093 98.812    
  0.784
C5     0.766 0.748 3.33 0.214 99.119    
  0.811
C6     0.786 0.761 4.87 0.194 99.099    
  1.009
C7     0.979 0.948 6.06 0.001 98.906    
  0.946
C8     0.914 0.882 6.2 0.066 98.971    
  2.289
C9     2.257 2.224 6.43 -1.277 97.628 0.572 98.2
   
                   
   
                   
   
                   

T.ALAT PEMBACAAN BAAK UKUR JARAK BEDA ELEVAS PERMUKAAN AIR

20
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

PATOK BELAKANG MUKA


DAN TITIK TINGG
YANG ATAS ATAS (m) I (m)
TENGAH TENGAH I (m) TINGGI ELEVASI
DIBIDIK BAWAH BAWAH
TA =    
0.94                  
   
P3             99.163    
1.089  
D1 1.055 1.021     6.67 -0.12 99.043    
1.211  
D2 1.179 1.146     6.6 -0.239 98.924    
1.251  
D3 1.224 1.196     6.39 -0.284 98.879    
1.098  
D4 1.086 1.074     2.17 -0.146 99.017    
  1.003
D5     0.994 0.986 1.73 -0.054 99.109    
  0.931
D6     0.914 0.898 3.5 0.026 99.189    
  0.938
D7     0.919 0.901 3.57 0.021 99.184    
  0.817
D8     0.783 0.751 6.4 0.157 99.32    
  2.461
D9     2.418 2.374 6.71 -1.478 97.685 0.576 98.261
   
                   
   
                   
   
                   

T.ALAT PEMBACAAN BAAK UKUR JARA BEDA ELEVASI


PATOK PERMUKAAN AIR
DAN BELAKANG MUKA K (m) TINGGI (m)

21
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

ATAS ATAS
TITIK TENGAH TENGAH TINGGI ELEVASI
BAWAH BAWAH (m)
YANG
TA =    
0.97                  
   
P4             99.418    
1.157  
E1 1.119 1.082     7.52 -0.149 99.269    
1.244  
E2 1.218 1.193     4.9 -0.248 99.17    
1.128  
E3 1.114 1.1     2.61 -0.144 99.274    
  1.053
E4     1.045 1.037 1.59 -0.075 99.343    
  1.228
E5     1.206 1.183 4.43 -0.236 99.182    
  2.604
E6     2.578 2.552 4.79 -1.608 97.81 0.458 98.268
  2.758
E7     2.7 2.636 12.6 -1.73 97.688 0.589 98.277
  1.151
E8     1.085 1.017 12.83 -0.115 99.303    
   
                   
   
                   
   
                   
   
                   

22
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

PERHITUNGAN

 Jarak(D)

Patok BM
1. Jarak BM ke patok A1 = (BA-BB)x100
= (0.808-0.708)x100
= 10
2. Jarak BM ke patok A2 = (BA-BB)x100
= (1.134-1.068)x100
= 6.6
3. Jarak BM ke patok A3 = (BA-BB)x100
= (1.144-1.087)x100
= 5.7
4. Jarak BM ke patok A4 = (BA-BB)x100
= (1.133-1.104)x100
= 2.9
5. Jarak BM ke patok A5 = (BA-BB)x100
= (1.104-1.094)x100
=1
6. Jarak BM ke patok A6 = (BA-BB)x100
= (0.736-0.703)x100
= 3.3
7. Jarak BM ke patok A7 = (BA-BB)x100
= (0.848-0.803)x100
= 4.5
8. Jarak BM ke patok A8 = (BA-BB)x100
= (0.776-0.718)x100
= 5.8
9. Jarak BM ke patok A9 = (BA-BB)x100
= (0.927-0.868)x100
= 5.9
10. Jarak BM ke patok A10 = (BA-BB)x100
= (2.275-2.213)x100
= 6.2
11. Jarak BM ke patok A11 = (BA-BB)x100
= (2.216-2.079)x100
= 13.7
12. Jarak BM ke patok A12 = (BA-BB)x100
= (0.982-0.841)x100
= 14.1

23
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

Patok 1
1. Jarak P1 ke patok B1 = (BA-BB)x100
= (0.879-0.781)x100
= 9.8
2. Jarak P1 ke patok B2 = (BA-BB)x100
= (1.011-0.947)x100
= 6.4
3. Jarak P1 ke patok B3 = (BA-BB)x100
= (1.141-1.088)x100
= 5.3
4. Jarak P1 ke patok B4 = (BA-BB)x100
= (1.108-1.081)x100
= 2.7
5. Jarak P1 ke patok B5 = (BA-BB)x100
= (1.047-1.029)x100
= 1.8
6. Jarak P1 ke patok B6 = (BA-BB)x100
= (0.863-0.809)x100
= 5.4
7. Jarak P1 ke patok B7 = (BA-BB)x100
= (2.028-1.956)x100
= 7.2

Patok 2
1. Jarak P2 ke patok C1 = (BA-BB)x100
= (0.608-0.517)x100
= 9.1
2. Jarak P2 ke patok C2 = (BA-BB)x100
= (1.203-1.149)x100
= 5.4
3. Jarak P2 ke patok C3 = (BA-BB)x100
= (1.145-1.119)x100
= 2.6
4. Jarak P2 ke patok C4 = (BA-BB)x100
= (1.081-1.065)x100
= 1.6
5. Jarak P2 ke patok C5 = (BA-BB)x100
= (0.784-0.748)x100
= 13.6
6. Jarak P2 ke patok C6 = (BA-BB)x100
= (0.811-0.761)x100
=5
7. Jarak P2 ke patok C7 = (BA-BB)x100
= (1.009-0.968)x100
= 6.1
8. Jarak P2 ke patok C8 = (BA-BB)x100

24
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

= (0.946-0.882)x100
= 6.4
9. Jarak P2 ke patok C9 = (BA-BB)x100
= (2.289-2.224)x100
= 6.5

Patok 3
1. Jarak P3 ke patok D1 = (BA-BB)x100
= (1.089-1.021)x100
= 6.8
2. Jarak P3 ke patok D2 = (BA-BB)x100
= (1.211-1.146)x100
= 6.5
3. Jarak P3 ke patok D3 = (BA-BB)x100
= (1.251-1.196)x100
= 5.5
4. Jarak P3 ke patok D4 = (BA-BB)x100
= (1.098-1.074)x100
= 2.4
5. Jarak P3 ke patok D5 = (BA-BB)x100
= (1.003-0.986)x100
= 1.7
6. Jarak P3 ke patok D6 = (BA-BB)x100
= (0.931-0.898)x100
= 3.3
7. Jarak P3 ke patok D7 = (BA-BB)x100
= (0.938-0.901)x100
= 3.7
8. Jarak P3 ke patok D8 = (BA-BB)x100
= (0.817-0.751)x100
= 6.6
9. Jarak P3 ke patok D9 = (BA-BB)x100
= (2.461-2.374)x100
= 8.7

Patok 4
1. Jarak P4 ke patok E1 = (BA-BB)x100
= (1.157-1.082)x100
= 7.5
2. Jarak P4 ke patok E2 = (BA-BB)x100
= (1.244-1.193)x100
= 5.1
3. Jarak P4 ke patok E3 = (BA-BB)x100
= (1.128-1.1)x100
= 2.8

25
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

4. Jarak P4 ke patok E4 = (BA-BB)x100


= (1.053-1.037)x100
= 1.6
5. Jarak P4 ke patok E5 = (BA-BB)x100
= (1.228-1.183)x100
= 4.5
6. Jarak P4 ke patok E6 = (BA-BB)x100
= (2.604-2.552)x100
= 5.2
7. Jarak P4 ke patok E7 = (BA-BB)x100
= (2.758-2.636)x100
= 12.2
8. Jarak P4 ke patok E8 = (BA-BB)x100
= (1.151-1.017)x100
= 13.4

 Beda tinggi

Patok BM
1. Beda tinggi BM dan A1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.758
= 0.212
2. Beda tinggi BM dan A2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.102
= -0.132
3. Beda tinggi BM dan A3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.116
= -0.146
4. Beda tinggi BM dan A4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.119
= -0.149
5. Beda tinggi BM dan A5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.099
= -0.09
6. Beda tinggi BM dan A6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.719
= 0.251
7. Beda tinggi BM dan A7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.826
= 0.144
8. Beda tinggi BM dan A8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.748
= 0.222
9. Beda tinggi BM dan A9 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.898

26
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

= 0.072
10. Beda tinggi BM dan A10 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.242
= -1.272
11. Beda tinggi BM dan A11 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.148
= -1.178
12. Beda tinggi BM dan A12 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.912
= 0.058

Patok P1
1. Beda tinggi P1 dan B1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99 – 0.829
= 0.161
2. Beda tinggi P1 dan B2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99 – 0.979
= 0.2
3. Beda tinggi P1 dan B3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.115
= -0.125
4. Beda tinggi P1 dan B4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.094
= -0.104
5. Beda tinggi P1 dan B5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.038
= -0.048
6. Beda tinggi P1 dan B6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 0.836
= 0.154
7. Beda tinggi P1 dan B7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.992
= -1.002

Patok Patok P2
1. Beda tinggi P2 dan C1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98 – 0.563
= 0.417
2. Beda tinggi P2 dan C2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98 – 1.176
= -0.196
3. Beda tinggi P2 dan C3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 1.132
= -0.152
4. Beda tinggi P2 dan C4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 1.073

27
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

= -0.093
5. Beda tinggi P2 dan C5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.766
= 0.214
6. Beda tinggi P2 dan C6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.786
= 0.194
7. Beda tinggi P2 dan C7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.979
= 0.001
8. Beda tinggi P2 dan C8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.914
= 0.066
9. Beda tinggi P2 dan C9 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 2.257
= -1.277

Patok Patok P3
1. Beda tinggi P3 dan D1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.055
= -0.12
2. Beda tinggi P3 dan D2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.179
= -0.239
3. Beda tinggi P3 dan D3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.224
= -0.284
4. Beda tinggi P3 dan D4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.086
= -0.146
5. Beda tinggi P3 dan D5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.994
= -0.054
6. Beda tinggi P3 dan D6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.914
= 0.026
7. Beda tinggi P3 dan D7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.919
= 0.021
8. Beda tinggi P3 dan D8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.783
= 0.157
9. Beda tinggi P3 dan D9 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 2.418
= -1.478

28
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

Patok Patok P4
1. Beda tinggi P3 dan E1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.119
= -0.149
2. Beda tinggi P3 dan E2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.218
= -0.248
3. Beda tinggi P3 dan E3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.114
= -0.144
4. Beda tinggi P3 dan E4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.045
= -0.075
5. Beda tinggi P3 dan E5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.206
= -0.236
6. Beda tinggi P3 dan E6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.678
= -1.608
7. Beda tinggi P3 dan E7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.7
= -1.73
8. Beda tinggi P3 dan E8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.085
= -0.115

 Elevasi

Patok BM
1. ElevasiA1 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.212
= 99.051
2. ElevasiA2 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 0.132
= 98.707
3. Elevasi A3 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 0.146
= 98.693
4. ElevasiA4 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839- 0.149
= 98.69
5. ElevasiA5 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 0.09

29
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

= 98.81
6. ElevasiA6 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.251
= 99.09
7. ElevasiA7 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.144
= 98.983
8. ElevasiA8 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.222
= 99.061
9. ElevasiA9 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.072
= 98.911
10. ElevasiA10 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 1.272
= 97.567
11. ElevasiA11 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 1.178
= 97.661
12. ElevasiA12 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.058
= 98.897

Patok P1
1. Elevasi B1 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 + 0.161
= 98.976
2. ElevasiB2 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 + 0.2
= 99.015
3. Elevasi B3 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 – 0.125
= 98.69
4. ElevasiB4 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 – 0.104
= 98.711
5. ElevasiB5 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 – 0.048
= 98.767
6. ElevasiB6 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.815 + 0.154
= 98.969
7. ElevasiB7 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.815 – 1.002
= 97.18

30
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

Patok Patok P2
8. ElevasiC1 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.417
= 99.322
9. ElevasiC2 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 0.196
= 98.709
10. Elevasi C3 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 0.152
= 98.753
11. ElevasiC4 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 0.093
= 98.812
12. ElevasiC5 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.214
= 99.119
13. ElevasiC6 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.194
= 99.099
14. ElevasiC7 = Elevasi P2+ Beda Tinggi
= 98.905 + 0.001
= 98.909
15. ElevasiC8 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.066
= 98.971
16. ElevasiC9 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 1.277
= 97.628

Patok Patok P3
1. ElevasiD1 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.12
= 99.043
2. ElevasiD2 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.239
= 98.924
3. Elevasi D3 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.284
= 98.879
4. ElevasiD4 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.146
= 99.017
5. ElevasiD5 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.054

31
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

= 99.109
6. ElevasiD6 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 + 0.026
= 99.189
7. ElevasiD7 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 + 0.021
= 99.184
8. ElevasiD8 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 + 0.157
= 99.32
9. ElevasiD9 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 1.478
= 97.685

Patok Patok P4
1. ElevasiE1 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.149
= 99.269
2. ElevasiE2 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.248
= 99.17
3. Elevasi E3 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.144
= 99.274
4. ElevasiE4 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.075
= 99.343
5. ElevasiE5 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.236
= 99.182
6. ElevasiE6 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 1.608
= 97.81
7. ElevasiE7 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 1.73
= 97.688
8. ElevasiE8 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.115
= 99.303

 Elevasi Air

1. Elevasi Air di Patok A10 = Elevasi A10 + Tinggi Air


= 97.567 + 0.659

32
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

= 98.226
2. Elevasi Air di Patok A11 = Elevasi A11 + Tinggi Air
= 97.661 + 0.587
= 98.248
3. Elevasi Air di Patok B7 = Elevasi B7 + Tinggi Air
= 97.18 + 0.997
= 98.177
4. Elevasi Air di Patok C9 = Elevasi C9 + Tinggi Air
= 97.628 + 0.572
= 98.2
5. Elevasi Air di Patok D9 = Elevasi D9 + Tinggi Air
= 97.685 + 0.576
= 98.261
6. Elevasi Air di Patok E6 = Elevasi E6 + Tinggi Air
= 97.688 + 0.458
= 98.268
7. Elevasi Air di Patok E7 = Elevasi E7 + Tinggi Air
= 97.688 + 0.589
= 98.277

33
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Setiap proses perhitungan dari titik awal ( perhitungan pertama ) ke titik berikutnya,
mempunyai hubungan yang erat. Apabila terdapat kesalahan perhitungan dari titik awal
( perhitungan pertama ), maka terdapat kesalahan diperhitungan ke titik berikutnya. Bahkan
semua perhitungan menjadi salah semua, hanya karena terdapat kesalahan diperhitungan
pertama.

Setelah melakukan praktikum Survey Rekayasa maka dapat diambil beberapa


kesimpulan, sebagai berikut :

1. Dalam pengukuran tidak dapat menghindari terjadinya suatu kesalahan


2. Untuk menentukan suatu perencanaan, dilakukan pekerjaan lavelling, agar
mudah di dalam menyetting pekerjaan.
3. Urutan kerja haruslah sistematis, agar mempermudah dalam pekerjaan dan
perhitungan.
4. Hasil dari pekerjaan lavelling, dapat di ketahui luas maupun volume dari
galian dan timbunan tanah.
5. Pekerjaan survey rekayasa diterapkan dalam rencana konstruksi untuk
pembuata jalan raya, saluran air, dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan galian dan timbunan tanah.
6. Hasil pengukuran dan data perhitungan pengukuran, yaitu dalam bentuk
peta.
7.

5.2 Saran

Adapun saran yang kami berikan untuk memperbaiki kekurangan

yang terjadi dalam praktikum, sebagai berikut :

1. Adanya pengawasan saat jalannya praktikum, tujuanya apabila ada


kesalahan dapat segera diperbaiki.
2. Pergantian alat – alat pengukuran yang lama dengan alat yang memiliki
presisi yang lebih baik. Agar tidak terjadi perebutan alat dengan kelompok
yang lain saat memulai praktikum.
3. Kerjasama antar peserta kelompok sangat diperlukan, agar praktikum
dapat berjalan lancar.

34
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2006 . ILMU UKUR TANAH (edis- Revisi). Surabaya : Teknik Sipil UGM.

Pirwaamijaya, Iskandar Muda,2008, Teknik Survey dan pemetaan jilid 1,Jakarta

Gayo, Yusuf., dan kawan-kawan. 2005.Pengukuran Topografi dan TeknikPemetaan.


PT. Pradjna Paramita.Jakarta.

Anonim. (1983). Ukur Tanah 2. Jurusan Teknik Sipil PEDC. Bandung

Ichsan, Muhammad, 1991, Surverying Ilmu Ukur Tanah, Politeknik Negeri


Lhoksuemawe:Lhoksuemawe.

Ir Iman Subarkah, 1984, Vedemakum Lengkap-Teknik Sipil, Idean Darma:Jakarta.

Ir Tedjo Mulyono,  Ir M .Muhklisin, Drs Setio Utomo, 1996, Petunjuk Pratikum Ukur Tanah
1,  Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Direktorat Jendral Tinggi Departemen
Pendidikan dan kebudayaan:Bandung.

Jemes. R . Wishing, B.S. Roy H Wishing, B. I.E, 1995, Pengantar Pemetaan,


Erlangga:Jakarta.

R H. Dugdalc, B. Sc.(Eng), M.Sc..C.Eng. M. I. C. E., AMBIM, A.C. G.I. 1999, Head of


department of  Construction dan surveying,Erith College technolog.

Russell C. Brinker, Paul R. Wolf, Djoko Walijatum, Dasar–Dasar Pengukuran Tanah


(surveying) edisi ketujuh Jilid I.

35
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

LAMPIRAN

36
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya

37

Anda mungkin juga menyukai