WATERPASS MELINTANG
MATA KULIAH PEMETAAN 1
Dosen pengajar :
Dosen Asistensi :
D3 TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan karena tugas laporan pemetaan
I ini dapat kami selesaikan dengan baik
Praktik kami merupakan kewajiban bagi kami sebagai mahasiswa Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November, yang mengambil mata kuliah
tersebut. Tugas praktikum pemetaan I ini kami susun secara baik, yang merupakan realisasi
dari praktik pemetaan I yang telah dilaksanakan di Jalan Kalibokor Selatan.
Dalam proses penyusunan laporan ini, tentunya laporan ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membantu dan membangun dari
pembaca sangat kami harapkan. Kami berharap dengan adanya tugas ini dapat menambah
dan meningkatkan pengalaman maupun penalaran.
Akhir kata kami sebagai penulis laporan ini mengucapkan terima kasih, kepada rekan – rekan
yang telah membantu kami demi untuk tercapainya dan selesainya laporan ini.
Tim Penyusun
2
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
DAFTAR GAMBAR
4
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Secara umum Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik dipermkaan. Ilmu Ukur Tanah
merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi mempunyai dua
maksud, yaitu :
Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) . Ilmu Ukur tanah
dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua metoda untuk
pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi dan lingkungan fisik bumi
yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di
permukaan bumi. Dari titik yang telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan pekerjaan-
pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat dibangku kuliah dapat
diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan
baik aspek diatas.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan situasi
teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya diperlukan untuk
berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan lainnya yang menggunakan
peta sebagai acuan.
Ilmu pemetaan I merupakan salah satu mata kuliah pada semester 1 di jurusan Teknik Sipil
FTSP ITS kurikulum 2014/2015. Secara sederhana, mata kuliah ini mempelajari tentang
pengertian pemetaan dan bagian cara memetakan. Oleh karena itu, mahasiswa diharuskan
melaksanakan praktikum pemetaan sepanjang area Jalan Kali Bokor Selatan, Surabaya.
5
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
1.2 Permasalahan
a. Bagaimana cara mengatahui beda tinggi antara satu titik dengan titik yang lainnya.
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-
teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah seperti
poligon, alat dan penggunaannya, sampai pada pembuatan peta.
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:
Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan detail,
Memahami cara menentukan beda tinggi,
Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,
Memahami cara menentukan tinggi patok,
Memahami cara mentukan kemiringan patok
6. Menggambarkan profil melintang dari hasil pengukuran
1.4 Manfaat
Materi ilmu pemetaan sangat bermanfaat untuk mengetahui letak kedataran dan
kemiringan tanah. Karena tanah merupakan dasar berdirinya bangunan maupun terbuatnya
jalan raya. Jika kita tidak mengetahui kedataran suatu tanah, maka bangunan atau jalan yang
kita buat tidak sesuai apa yang kita inginkan. Selain itu kita juga bisa mengetahui cara
menggunakan alat – alat pemetaan seperti, waterpass, tripod, bak ukur dsb.
Dari praktikum tersebut kita bisa mengetahui letak kedataran dan kemiringan suatu
tanah.
6
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
1.5 TempatPengukuran
Pengukuran waterpass memanjang maupun melintang dilakukan di kalibokor selatan.
7
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
8
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
9
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
10
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Alat penunjang lainnya seperti blangko data, kalkulator, alat tulis lainnya, yang dipakai untuk
memperlancar jalannya praktikum.
11
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB II
DASAR TEORI
Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap
sama dengan garis unting-unting.
Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik.
Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk
ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.
Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya
terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah
sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
12
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus disertai dengan rambu ukur
(baak). Yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-
betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara
memegangnya pun harus betul-betul tegak (vertikal). Agar letak rambu ukur berdiri
dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu . Jika nivo rambu ini tidak tersedia,
dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan,
kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur
yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas
berbentuk persegi.
Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass Ada 4 jenis kegiatan yang harus dikuasai
dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :
a. Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong kedalam
Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki
tiga.
b. Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah memasang
alt ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele,
jangan hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki
13
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
tiga ke lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus
diperhatikan juga antara lain :
Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,
sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga.
Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu
sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga
tersebut.
Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar
tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan
alat terlepas.
b. Mendirikan Alat ( Set up ) Mendirikan alat adalah memasang alat ukur
yang sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap
untuk dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:
Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh
kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah.
Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan
gelembung nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.
c. Membidikan Alat Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan
mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan diafragma
agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang dibidik
terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan diafragma
mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.
Membaca Hasil Pembidikan Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :
a. Pembacaan Benang atau pembacaan rambu.
Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu
ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang
stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar
biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan
benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang
stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang
diafragma mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka :
14
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BA – BT = BT – BB
atau
BT = ½ ( BA – BB)
Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya
pembacaan.
Kegunaan pembacaan benang ini adalah :
Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara
tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara
rambu-rambu ukur yang dibidik.
Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara
tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik.
Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak
dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam
satuan meter (m) atau centimeter (cm).
15
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
b. Alat ukur penyipat datar ditempatkan diantara titik A dan B. Jarak alat ukur
penyipat datar antara kedua bak ukur diambil kira-kira sama. Diusahakan agar
pesawat tetap berada ditengah – tengah. Pada kedua titik tersebut diletakkan
bak ukur. Arahkan pesawat ke bak ukur A (pembacaan belakang) dan hasil
pembacaannya dinamakan R. Lalu pesawat diputar searah jarum jam untuk
melakukan pembacaan benang tengah pada bak ukur B (pembacaan muka) dan
hasil pembacaannya dinamakan V. Maka beda tinggi antara titik A dan B:
16
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
c. Menempatkan alat ukur di luar titik A dan titik B, hal ini dilakukan
dilakukan bila keadaan terpaksa, mungkin karena adanya penghalang seperti
sungai, selokan atau saluran-saluran air lainnya antara kedua titik tersebut.
Pada gambar dibawah ini, pesawat ditempatkan di sebelah kanan titik B
selanjutnya dilakukan pembacaan benang tengah dan hasil pembacaan bak
ukur B disebut V, maka beda tinggi antara titik A dan B adalah :
Dari ketiga cara tersebut, yang paling teliti adalah dengan cara menempatkan
alat ukur tersebut di antara dua titik yang akan diukur beda tingginya karena
dengan mengubah arahnya sesuai dengan arah jarum jam maka kesalahannya
negatif, juga kesalahan atmopsferiknya saling berbagi.
17
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA
18
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
19
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
20
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
21
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
ATAS ATAS
TITIK TENGAH TENGAH TINGGI ELEVASI
BAWAH BAWAH (m)
YANG
TA =
0.97
P4 99.418
1.157
E1 1.119 1.082 7.52 -0.149 99.269
1.244
E2 1.218 1.193 4.9 -0.248 99.17
1.128
E3 1.114 1.1 2.61 -0.144 99.274
1.053
E4 1.045 1.037 1.59 -0.075 99.343
1.228
E5 1.206 1.183 4.43 -0.236 99.182
2.604
E6 2.578 2.552 4.79 -1.608 97.81 0.458 98.268
2.758
E7 2.7 2.636 12.6 -1.73 97.688 0.589 98.277
1.151
E8 1.085 1.017 12.83 -0.115 99.303
22
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
PERHITUNGAN
Jarak(D)
Patok BM
1. Jarak BM ke patok A1 = (BA-BB)x100
= (0.808-0.708)x100
= 10
2. Jarak BM ke patok A2 = (BA-BB)x100
= (1.134-1.068)x100
= 6.6
3. Jarak BM ke patok A3 = (BA-BB)x100
= (1.144-1.087)x100
= 5.7
4. Jarak BM ke patok A4 = (BA-BB)x100
= (1.133-1.104)x100
= 2.9
5. Jarak BM ke patok A5 = (BA-BB)x100
= (1.104-1.094)x100
=1
6. Jarak BM ke patok A6 = (BA-BB)x100
= (0.736-0.703)x100
= 3.3
7. Jarak BM ke patok A7 = (BA-BB)x100
= (0.848-0.803)x100
= 4.5
8. Jarak BM ke patok A8 = (BA-BB)x100
= (0.776-0.718)x100
= 5.8
9. Jarak BM ke patok A9 = (BA-BB)x100
= (0.927-0.868)x100
= 5.9
10. Jarak BM ke patok A10 = (BA-BB)x100
= (2.275-2.213)x100
= 6.2
11. Jarak BM ke patok A11 = (BA-BB)x100
= (2.216-2.079)x100
= 13.7
12. Jarak BM ke patok A12 = (BA-BB)x100
= (0.982-0.841)x100
= 14.1
23
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Patok 1
1. Jarak P1 ke patok B1 = (BA-BB)x100
= (0.879-0.781)x100
= 9.8
2. Jarak P1 ke patok B2 = (BA-BB)x100
= (1.011-0.947)x100
= 6.4
3. Jarak P1 ke patok B3 = (BA-BB)x100
= (1.141-1.088)x100
= 5.3
4. Jarak P1 ke patok B4 = (BA-BB)x100
= (1.108-1.081)x100
= 2.7
5. Jarak P1 ke patok B5 = (BA-BB)x100
= (1.047-1.029)x100
= 1.8
6. Jarak P1 ke patok B6 = (BA-BB)x100
= (0.863-0.809)x100
= 5.4
7. Jarak P1 ke patok B7 = (BA-BB)x100
= (2.028-1.956)x100
= 7.2
Patok 2
1. Jarak P2 ke patok C1 = (BA-BB)x100
= (0.608-0.517)x100
= 9.1
2. Jarak P2 ke patok C2 = (BA-BB)x100
= (1.203-1.149)x100
= 5.4
3. Jarak P2 ke patok C3 = (BA-BB)x100
= (1.145-1.119)x100
= 2.6
4. Jarak P2 ke patok C4 = (BA-BB)x100
= (1.081-1.065)x100
= 1.6
5. Jarak P2 ke patok C5 = (BA-BB)x100
= (0.784-0.748)x100
= 13.6
6. Jarak P2 ke patok C6 = (BA-BB)x100
= (0.811-0.761)x100
=5
7. Jarak P2 ke patok C7 = (BA-BB)x100
= (1.009-0.968)x100
= 6.1
8. Jarak P2 ke patok C8 = (BA-BB)x100
24
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= (0.946-0.882)x100
= 6.4
9. Jarak P2 ke patok C9 = (BA-BB)x100
= (2.289-2.224)x100
= 6.5
Patok 3
1. Jarak P3 ke patok D1 = (BA-BB)x100
= (1.089-1.021)x100
= 6.8
2. Jarak P3 ke patok D2 = (BA-BB)x100
= (1.211-1.146)x100
= 6.5
3. Jarak P3 ke patok D3 = (BA-BB)x100
= (1.251-1.196)x100
= 5.5
4. Jarak P3 ke patok D4 = (BA-BB)x100
= (1.098-1.074)x100
= 2.4
5. Jarak P3 ke patok D5 = (BA-BB)x100
= (1.003-0.986)x100
= 1.7
6. Jarak P3 ke patok D6 = (BA-BB)x100
= (0.931-0.898)x100
= 3.3
7. Jarak P3 ke patok D7 = (BA-BB)x100
= (0.938-0.901)x100
= 3.7
8. Jarak P3 ke patok D8 = (BA-BB)x100
= (0.817-0.751)x100
= 6.6
9. Jarak P3 ke patok D9 = (BA-BB)x100
= (2.461-2.374)x100
= 8.7
Patok 4
1. Jarak P4 ke patok E1 = (BA-BB)x100
= (1.157-1.082)x100
= 7.5
2. Jarak P4 ke patok E2 = (BA-BB)x100
= (1.244-1.193)x100
= 5.1
3. Jarak P4 ke patok E3 = (BA-BB)x100
= (1.128-1.1)x100
= 2.8
25
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Beda tinggi
Patok BM
1. Beda tinggi BM dan A1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.758
= 0.212
2. Beda tinggi BM dan A2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.102
= -0.132
3. Beda tinggi BM dan A3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.116
= -0.146
4. Beda tinggi BM dan A4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.119
= -0.149
5. Beda tinggi BM dan A5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.099
= -0.09
6. Beda tinggi BM dan A6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.719
= 0.251
7. Beda tinggi BM dan A7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.826
= 0.144
8. Beda tinggi BM dan A8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.748
= 0.222
9. Beda tinggi BM dan A9 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.898
26
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= 0.072
10. Beda tinggi BM dan A10 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.242
= -1.272
11. Beda tinggi BM dan A11 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.148
= -1.178
12. Beda tinggi BM dan A12 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 0.912
= 0.058
Patok P1
1. Beda tinggi P1 dan B1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99 – 0.829
= 0.161
2. Beda tinggi P1 dan B2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99 – 0.979
= 0.2
3. Beda tinggi P1 dan B3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.115
= -0.125
4. Beda tinggi P1 dan B4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.094
= -0.104
5. Beda tinggi P1 dan B5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.038
= -0.048
6. Beda tinggi P1 dan B6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 0.836
= 0.154
7. Beda tinggi P1 dan B7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.99– 1.992
= -1.002
Patok Patok P2
1. Beda tinggi P2 dan C1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98 – 0.563
= 0.417
2. Beda tinggi P2 dan C2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98 – 1.176
= -0.196
3. Beda tinggi P2 dan C3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 1.132
= -0.152
4. Beda tinggi P2 dan C4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 1.073
27
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= -0.093
5. Beda tinggi P2 dan C5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.766
= 0.214
6. Beda tinggi P2 dan C6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.786
= 0.194
7. Beda tinggi P2 dan C7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.979
= 0.001
8. Beda tinggi P2 dan C8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 0.914
= 0.066
9. Beda tinggi P2 dan C9 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.98– 2.257
= -1.277
Patok Patok P3
1. Beda tinggi P3 dan D1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.055
= -0.12
2. Beda tinggi P3 dan D2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.179
= -0.239
3. Beda tinggi P3 dan D3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.224
= -0.284
4. Beda tinggi P3 dan D4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 1.086
= -0.146
5. Beda tinggi P3 dan D5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.994
= -0.054
6. Beda tinggi P3 dan D6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.914
= 0.026
7. Beda tinggi P3 dan D7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.919
= 0.021
8. Beda tinggi P3 dan D8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 0.783
= 0.157
9. Beda tinggi P3 dan D9 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.94 – 2.418
= -1.478
28
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Patok Patok P4
1. Beda tinggi P3 dan E1 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.119
= -0.149
2. Beda tinggi P3 dan E2 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.218
= -0.248
3. Beda tinggi P3 dan E3 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.114
= -0.144
4. Beda tinggi P3 dan E4 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.045
= -0.075
5. Beda tinggi P3 dan E5 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.206
= -0.236
6. Beda tinggi P3 dan E6 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.678
= -1.608
7. Beda tinggi P3 dan E7 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 2.7
= -1.73
8. Beda tinggi P3 dan E8 = Tinggi Alat (TA) - BT
= 0.97 – 1.085
= -0.115
Elevasi
Patok BM
1. ElevasiA1 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.212
= 99.051
2. ElevasiA2 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 0.132
= 98.707
3. Elevasi A3 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 0.146
= 98.693
4. ElevasiA4 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839- 0.149
= 98.69
5. ElevasiA5 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 0.09
29
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= 98.81
6. ElevasiA6 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.251
= 99.09
7. ElevasiA7 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.144
= 98.983
8. ElevasiA8 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.222
= 99.061
9. ElevasiA9 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.072
= 98.911
10. ElevasiA10 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 1.272
= 97.567
11. ElevasiA11 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 – 1.178
= 97.661
12. ElevasiA12 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.839 + 0.058
= 98.897
Patok P1
1. Elevasi B1 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 + 0.161
= 98.976
2. ElevasiB2 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 + 0.2
= 99.015
3. Elevasi B3 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 – 0.125
= 98.69
4. ElevasiB4 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 – 0.104
= 98.711
5. ElevasiB5 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.815 – 0.048
= 98.767
6. ElevasiB6 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.815 + 0.154
= 98.969
7. ElevasiB7 = Elevasi BM + Beda Tinggi
= 98.815 – 1.002
= 97.18
30
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
Patok Patok P2
8. ElevasiC1 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.417
= 99.322
9. ElevasiC2 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 0.196
= 98.709
10. Elevasi C3 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 0.152
= 98.753
11. ElevasiC4 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 0.093
= 98.812
12. ElevasiC5 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.214
= 99.119
13. ElevasiC6 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.194
= 99.099
14. ElevasiC7 = Elevasi P2+ Beda Tinggi
= 98.905 + 0.001
= 98.909
15. ElevasiC8 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 + 0.066
= 98.971
16. ElevasiC9 = Elevasi P2 + Beda Tinggi
= 98.905 – 1.277
= 97.628
Patok Patok P3
1. ElevasiD1 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.12
= 99.043
2. ElevasiD2 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.239
= 98.924
3. Elevasi D3 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.284
= 98.879
4. ElevasiD4 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.146
= 99.017
5. ElevasiD5 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 0.054
31
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= 99.109
6. ElevasiD6 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 + 0.026
= 99.189
7. ElevasiD7 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 + 0.021
= 99.184
8. ElevasiD8 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 + 0.157
= 99.32
9. ElevasiD9 = Elevasi P3 + Beda Tinggi
= 99.163 – 1.478
= 97.685
Patok Patok P4
1. ElevasiE1 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.149
= 99.269
2. ElevasiE2 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.248
= 99.17
3. Elevasi E3 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.144
= 99.274
4. ElevasiE4 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.075
= 99.343
5. ElevasiE5 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.236
= 99.182
6. ElevasiE6 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 1.608
= 97.81
7. ElevasiE7 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 1.73
= 97.688
8. ElevasiE8 = Elevasi P4 + Beda Tinggi
= 99.418 – 0.115
= 99.303
Elevasi Air
32
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
= 98.226
2. Elevasi Air di Patok A11 = Elevasi A11 + Tinggi Air
= 97.661 + 0.587
= 98.248
3. Elevasi Air di Patok B7 = Elevasi B7 + Tinggi Air
= 97.18 + 0.997
= 98.177
4. Elevasi Air di Patok C9 = Elevasi C9 + Tinggi Air
= 97.628 + 0.572
= 98.2
5. Elevasi Air di Patok D9 = Elevasi D9 + Tinggi Air
= 97.685 + 0.576
= 98.261
6. Elevasi Air di Patok E6 = Elevasi E6 + Tinggi Air
= 97.688 + 0.458
= 98.268
7. Elevasi Air di Patok E7 = Elevasi E7 + Tinggi Air
= 97.688 + 0.589
= 98.277
33
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setiap proses perhitungan dari titik awal ( perhitungan pertama ) ke titik berikutnya,
mempunyai hubungan yang erat. Apabila terdapat kesalahan perhitungan dari titik awal
( perhitungan pertama ), maka terdapat kesalahan diperhitungan ke titik berikutnya. Bahkan
semua perhitungan menjadi salah semua, hanya karena terdapat kesalahan diperhitungan
pertama.
5.2 Saran
34
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2006 . ILMU UKUR TANAH (edis- Revisi). Surabaya : Teknik Sipil UGM.
Ir Tedjo Mulyono, Ir M .Muhklisin, Drs Setio Utomo, 1996, Petunjuk Pratikum Ukur Tanah
1, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Direktorat Jendral Tinggi Departemen
Pendidikan dan kebudayaan:Bandung.
35
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
LAMPIRAN
36
D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Sekretariat: Jalan Menur 127, Surabaya
37