Anda di halaman 1dari 37

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang

digunakan untuk mendeskripsikan keadaan dan posisi suatu tempat dipermukaan bumi

untuk kemudian menggambarkannya pada bidang datar. Ilmu ini merupakan cabang ilmu

yang lebih luas yaitu ilmu Geodesi yang mempelajari cara menentukan sebagian kecil atau

sebagian besar bentuk permukaan bumi. Ilmu ukur tanah dikenal dengan istilah

"Surveying" karena bidang kegiatannya menentukan kedudukan titik-titik atau

menggambarkan keadaan fisik yang terdapat di permukaan bumi. Ilmu ukur tanah dapat di

artikan sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang digunakan untuk

mendeskripsikan keadaan, posisi dan batas-batas wilayah suatu tempat di permukaan

bumi untuk kemudian menggambarkannya pada suatu bidang datar yang kemudian

disebut sebagai peta.

Dalam melaksanakan suatu bangunan besar, sedang dan yang kecil sekalipun,

memerlukan terlebih dahulu suatu perencanaan yang matang. Tidak mungkin dapat dibuat

suatu rencana yang baik tanpa tersedia peta yang baik pula. Untuk mendapatkan peta

yang baik harus didasarkan atas basil pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang

dapat dipertanggung jawabkan. Pengukuran yang dimaksud adalah ukur tanah. Ilmu ukur

pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke bidang datar

yang disebut topografi. Mempelajari ilmu ukur tanah bertujuan untuk menbentuk

permukaan mengetahui bagaimana bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda

tinggi suatu titik dengan titik lain yang diamati pada permukaan tanah. Dengan mengukur

1
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

jarak, luas, ketinggian dan sudut, kita dapat mengetahui bagaimana keadaan, dan beda

tinggi titik-titik pada permukaan tanah.

Mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk Jurusan Sipil hanya mempelajari tujuan

praktisnya saja yaitu untuk membuat peta bagi keperluan-keperluan teknik sipil.

Tujuan diatas dapat dicapai dengan melakukan pekerjaan sebagai berikut :

1. Pekerjaan lapangan, yaitu melakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan

dan membuat catatan dari hasil pengukuran dalam daftar yang sistematis.

2. Pekerjaan kantor, yaitu mengadakan perhitungan-perhitungan dari hasil

pengukuran dan penggambaran di atas kertas.

Tujuan Pemetaan situasi dan detail yaitu untuk memindahkan bayangan dari

sebagian atau seluruh permukaan bumi yang tidak teratur ke dalam suatu bidang datar

yang dinamakan peta. Peta ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan

tata ruang wilayah tersebut seperti perencanaan tata ruang pertanian.

Adapun kegunaan dari pemetaan detail dan situasi adalah :

1. Menggambarkan keadaan dari suatu wilayah atau daerah

2. Dapat mengetahui perkiraan luas suatu daerah atau wilayah

Mengingat pula untuk pekerjaan-pekerjaan sipil baik besar maupun yang kecil,

bangunan gedung, trase jalan raya, rel kereta api, saluran pengairan dll. Hal ini

memerlukan pekerjaan ukur tanah sebagai pekerjaan pendahuluan sebelum memasuki

pekerjaan utama. Dan pekerjaan ukur tanah tersebut harus dikerjakan seteliti mungkin,

karena keakuratan mempengaruhi mutu dari bangunan tersebut. Untuk itu diperlukan

suatu bidang persamaan yang dipilih sedimikian rupa sehingga dapat memenuhi prokyesi

bidang persamaan diambil :

2
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

a. Bidang Ellipside, apabila luas daerah pengukuran lebih besar daripada 550 km2.

b. Bidang Bulatan, apabila luas daerah pengukuran lebih besar dari 100 km2.

c. Bidang Datar, apabila luas daerah pengukuran tidak melebihi dari 55 km2.

Dari ketiga bidang persamaan tersebut, point (a) dan (b) dipelajari dalam geodesi

tinggi, sehingga dalam Ilmu Ukur Tanah diambil bidang persamaan yang mempunyai

ukuran terbesar 55 km2. Untuk itu maka praktikum Ilmu Ukur Tanah ini praktikan dituntut

untuk dapat mempergunakan dan mengetahui manfaat dari alat ukur yang digunakan,

sebab selain untuk dapat dimanfaatkan dalam disiplin ilmu teknik sipil juga sebagai syarat

mutlak bagi para mahasiswa untuk lulus pada mata kuliah Ilmu Ukur Tanah. Untuk

memindahkan permukaan bumi diatas kertas, maka :

a. Terlebih dahulu melakukan pengukuran diatas permukaan bumi.

b. Menghitung hasil pengukuran itu dan menggambarkannya diatas kertas.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum Ilmu Ukur Tanah dilaksanakan agar mahasiswa dapat memahami, mengerti

dan mahir menggunakan alat ukur Waterpass maupun alat ukur Theodolit yaitu sebagai

berikut :

A. Alat ukur Waterpass

Untuk mengetahui dan mengenal cara penggunaan alat ukur Waterpass.

Tujuan khusus :

 Untuk menentukan beda tinggi dari suatu titik yang telah diketahui

ketinggiannya.

 Dapat mengolah hasil pengukuran dan memahaminya.

3
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

B. Alat ukur Theodolit

 Tujuan umum, yaitu :

Untuk mengetahui cara menggunakan alat ukur Theodolit.

 Tujuan khusus. Yaitu :

Untuk mengetahui dan mengukur sudut antara dua titik atau lebih dan

sudut lereng terhadap bidang horizontal untuk menggambarkan situasi

lapangan yang diukur untuk menghitung area yang diukur.

1.3 Waktu dan Tempat Pengukuran

Waktu pelaksanaan Praktikum adalah selama 2 (dua) hari dimulai dari tanggal 14

– 15 Oktober 2023 yang berlokasi di sekitaran kampus Unkhair II Gambesi, yaitu sebagai

berikut :

Pengukuran Theodolit : Lokasi sekitaran Fakultas Perikanan dan Fakultas

Pertanian

Pengukuran Waterpass : Lokasi Jalan kiri Rektorat Unkhair

4
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

1.4 Anggota Kelompok

kelompok praktikum dari kelompok 14, kami terdiri dari 6 orang yaitu :

ketua : Lasmana Iswan 07232211158

Anggota : Anisa Abd Gani Talib 07232211152

Devi Dwi Safitri 07232211154

Kurniya Hunsar 07232211160

Chintya Anastasya 07232211170

Faujia Hi. Ali 07232211171

5
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Teori

2.1.1 Waterpass

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda

tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk

mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun untuk pekerjaan

konstruksi. Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk

perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang

didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian

terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain. Alat-alat yang penting pada

waterpass:

Gambar 2.1 Alat Waterpass

1. Lensa bidik, berfungsi untuk membidik objek.

2. Sekrup A, B, dan C, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo agar berada di tengah

lingkaran.

6
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

3. Nivo, berfungsi untuk menentukan kedataran alat.

4. Pemutar fokus, berfungsi untuk memperjelas objek yang dibidik.

5. Cermin nivo, untuk memantulkan bayangan nivo.

6. Vizier bidikan, untuk mengarahkan arah bidikan teropong.

7. Sekrup fokus benang, untuk memfokuskan benang bidikan.

8. Sekrup penggerak horizontal, untuk menggerakkan secara halus arah bidikan

horizontal teropong

9. Plat dasar, untuk landasan alat ke tripod.

10. Body teropong, badan teropong.

11. Rumah lensa depan, untuk tempat lensa depan.

12. Skala gerakan sudut horizontal, untuk mengetahui besar gerakan sudut horizontal.

13. Nomor seri alat, untuk identifikasi alat.

A. Teori Dasar Untuk Alat Ukur Waterpass

Pembacaan benang atau batas Pembacaan benang atau batas adalah bacaan angka

pada benang-benang dilensa pembidikan pesawat dengan media bak ukur. Bacaan yang

tepat dengan benang diafragma mendatar biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT),

sedangkan yang tepat dengan benang stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang

tepat dengan benang stadia bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Jarak benang diafragma

mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, oleh karena itu; Persamaan ini biasa

digunakan untuk mengecek benar atau salahnya pembacaan. Satuan dari pembacaannya

adalah meter (m) atau centimeter (cm).

7
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

Pembacaan sudut Waterpas Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :

1. Satuan derajat

Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian dinyatakan

dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian, setiap bagian

dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi kedalam 60 bagian dan setiap

bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”).

2. Satuan grid.

Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian dinyatakan

dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap bagian dinyatakan

dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi kedalam 100 bagian.

Perhitungan Jarak Optis

Jarak Optis dilakukan pada titik-tittik utama dan titik detail. Jarak Optis adalah

Hasil dari Selisih antara benang atas dengan benang bawah dikalikan seratus.

𝐷 = (𝐵𝐴− 𝐵𝐵) × 100

Ket: D = Jarak optis

BA = Benang atas atau batas atas

BB = Benang bawah atau batas bawah

3. Perhitungan Beda Tinggi

Cara menghitung dan mengukur beda tinggi antara satu titik dengan titik yang lain dapat

dilihat melalui batas atas, batas tengah dan batas bawah pada hasil data pembidikan.

8
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

Beda tinggi adalah hasil selisih antara benang tengah belakang (Yang dijadikan patokan)

dan benang tengah muka (Yang ditinjau).

h = Btb - Btm

Ket : h = Beda Tinggi

Btb = Benang Tengah Belakang

Btm = Benang Tengah Muka

2.1.2 Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan

tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang

hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit suut yang dapat di baca bisa

sampai pada satuan sekon ( detik). Theodolite merupakan alat yang paling canggih di

antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah

teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat

diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk

dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar

mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan s11dut vertikal untuk dibaca.

Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington

1997).

Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar

bila sudut verticalnya dibuat 90°. Dengan adanya teropong pad a theodolit, maka theodolit

dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering

digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan I pekerjaan pondasi,

9
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat.

Untuk mendapatkan pembacaan pada skala lingkaran tegak ditempatkan dua nonius pada

kaku penyangga sumbu kedua. Alat ukur sudut diilengkapi dengan:

1. Teropong dengan lensa

2. Sumbu dengan nivo

3. Pembacaan sudut arah vertical

4. Pembacaan sudut arah horizontal

5. Statis, perletakan alat

Gambar alat theodolite beserta bagian-bagiannya :

Gambar 2.2 Alat Theodolit

1. Pegangan

2. Pisir (pisir atas, pisir bawah)

3. Lensa mata Teleskop/teropong

 lensa okuler

 sekrup memperjalas benang silang

 sekrup memperjelas bayangan

10
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

4. Lensa obyektif

5. Tombol kunci penutup baterai

6. Penutup baterai

7. Titik silang; titik perpotongan antara sumbu horizontal & vertikal ; titik tersebut untuk

menentukan ketinggian pesawat

8. Sekrup vertikal (pengunci piringan-tegak/gerak-vertikal dan sekrup pengerak halus)

9. Sekrup horisonntal (pengunci piringan datar atau gerak horizontal dengan pelat atas

dan sekrup pengerak halus)

10. Tombol daya (POWER)

11. Plummet optik

 lensa pengunting untuk memposisi tegakan pesawat

 sekrup memperjelas reticle atau tanda lingkaran

 sekrup memperjelas bayangan x

12. Nivo (tabung dan kotak)

13. LCD

Gambar 2.3 LCD Theodolit

 Tombol pencahayaan

11
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

 Tompol untuk menampilkan besaran sudut verikal, termasuk perubahan satuan

sudutnya

 Tombol untuk menampilakn besaran sudut horizontal , termaksud menolkannya.

 Tombol untuk mengunci besaran sudut horizontal yang terbaca

 Tombol untuk mengembalikan pembacaan sudut horizontal menjadi 00

14. Tombol-tombol operasi

15. Plat (atas dan bawah)

16. Sekrup pengunci plat (tanda berupa segitiga menghadap ke bawah)

17. Sekrup pendatar (3 buah) badan pesawat (pengatur gelembung udara dalam nivo)

A. Teori Dasar Untuk Alat Ukur Theodolit

Polygon merupakan suatu padanan kata polygon yang berarti poly : banyak dan

gon (gone) : titik. Dan dimaksud dalam hal ini adalah polygon yang digunakan sebagai

suatu kerangka dasar dalam pemetaan yang memiliki berapa titik dimana titik tersebut

mempunyai suatu kordinat X dan Y, untuk dapat memahami suatu sistem kordinat dan

proyeksi pada peta yang tidak terlepas dari pengukuran lapangan dan perhitungan polygon

untuk mendapati hasil yang dimaksud. Polygon bertujuan untuk penentuan posisi dan

sudut dari titik-titik koordinat yang diukur di lapangan,. Tujuan pengukuran polygon adalah:

1. Memperbanyak koordinat titik-titik dilapangan yang diperlukan untuk ketepatan

pembuatan peta.

2. Sebagai kerangka pemetaan untuk pembuatan sebuah peta.

3. Penetapan letak posisi koordinat tetap pada suatu daerah pengukuran.

4. Penetapan teknik dan bentuk pengukuran yang disesuaikan dengan medan yang

diukur.

12
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

Dalam ilmu ukur tanah dikenal berbagai jenis polygon, yaitu :

A) Polygon tertutup
Suatu polygon dikatakan tertutup apabila garis-garis polygon yang menghubungkan
titik polygon akan kembali keposisi semula dimana garis-garis polygon itu berasal. Adapun
pengertian polygon tertutup adalah kerangka dasar pengukuran yang membentuk polygon
segi banyak yang menutup yang dimaksud menutup adalah apabila mulai dari titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya akan kembali ke titik awal adalah digunakan untuk
mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut.

Gambar 2.4 Polygon Tertutup

Pada gambar di atas terlihat semua sudut teratur namun pada pengukuran
dilapangam semua sudut mempunyai besaran yang berbeda-beda.Pada prinsipnya yang
perlu diingat adalah penentuan jumlah titik polygon disesuaikan dengan kondisi
lapangan.Misalkan yang diukur lahan yang sangat luas maka membutuhkan banyak titik
polygon.Usahakan menggunakan sadikit titik polygon maka tingkat kesalahan sudut
semakin besar. Gambar diatas mempunyai segi 6 artinya apabila kita menghitung jumlah
keseluruhan sudut dalam bisa menggunakan rumus ( n – 2 ) x 180. Jumlah sudut dalam
total = ( 6 – 2 ) x 180 = 720 derajat. Hasil hitungan tersebut adalah sudut apabila polygon
tersebut benar-benar menutup.Sebenarnya pengukurandilapangan tidak bisa seperti itu.
Biasanya ada sedikit kesalahan jumlah sudut dalam karena beberapa faktor di lapangan
dan lain sebagainya.

13
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

B) Polygon terbuka
Polygon terbuka adalah kumpulan garis-garis yang menghubungkan titik polygon
dan titik kembali ke posisi semula. Ada beberapa macam polygon terbuka, yaitu :

Gambar 2.5 Polygon Terbuka


Polygon Berdasarkan Titiknya

1. Polygon terikat sempurna

Suatu polygon yang terikat sempurna dapat terjadi pada polygon tertutup atau polygon

terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui koordinat dan

jurusnya minimum dua buah titik dan tingkatnya berada diatas titik yang duhasilakan.

2. Polygon terikat tidak sempurna

Suatu polygon yang terkait tidak sempurna dapat terjadi pada polygon tertutup

ataupun polygon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat tersebut

diketahui koordinatnya atau hanya jurusannya.

3. Polygon tidak terikat / bebas

 Polygon tertutup tanpa ikatan sama sekali (Polygon Lepas)

 Polygon terbuka tanpa ikatan sama sekali (Polygon Lepas), pengukuran seperti

ini akan terjadi pada daerah-daerah yang tidak ada titik tepatnya dan sulit

melakukan pengukuran baik dengan cara astronomis maupun dengan satelit.

Polygon semacam ini dihitung dengan orientesi lokal artinya koordinat dan

azimuth awalnya dimisalkan sembarang.

14
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

C) Polygon Bercabang

Gambar 2.6 Polygon Bercabang

D) Polygon Kombinasi

Gambar 2.7 Polygon Kombinasi

Bentuk Polygon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari bentuk-bentuk polygon

yang ada.

Prinsip dasar urutan perhitungan koordinat dasar terlihat pada bab berikutnya,

yaitu mengenai rumus-rumus yang digunakan. Hanya yang diketahui adalah syarat

geometri polygon, yaitu:

Sudut yang diukur = (α akhir- α awal)+ n . 180°

d Sin α = X akhir - X awal

d Cos α = Y akhir - Y awal

15
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

Umumnya hasil pengukuran sudut tidak segera memenuhi ketiga syarat diatas. Maka akan

diperoleh:

Sudut yang diukur = (α akhir- α awal)+ n .180°+f

d Sin α = X akhir - X awal + fx

d Cos α = Y akhir - Y awal + fy

Untuk polygon lepas yaitu: a akhir = α awal

X akhir = X awal

Y akhir = Y awal

Untuk polygon tertutup: α akhir = α awal

X akhir = X awal

Y akhir = Y awal

Didalam rumus-rumus diatas f adalah kesalahan pada sudut-sudut yang diukur, fx

kesalahan proyeksi disumbu x, dan fy kesalahan pada proyeksi disumbu f dibagi rata

kedalam sudut-sudut tetapi adakalanya f tidak dapat dibagi habis dengan banyaknya

sudut. Maka koreksi sudut yang berlainan telah dibulatkan diberikan kepada sudut yang

mempunyai kaki- kaki sudut terpendek, karena pengukuran sudut dengan kaki terpendek

kurang teliti disebabkan oleh besamya bayangan titik-titik ujung kaki yang pendek

sehingga mengarahkan garis bidik ketitik tengah bayangan yang kelihatannya besar dan

kurang tepat. Kesalahan fx dan fy dibagi kepada absis x dan ordinat y titik-titik poligon

dengan perbandingan yang lurus dengan jarak.

16
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

2.2 Metodologi Pelaksanaan Waterpass

2.2.1 Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yan di gunakan dalam pelaksanaan praktikum ini yaitu :

1. Alat Waterpass

Gambar 2.8 Alat Waterpass

2). Statis berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolite maupun waterpass

Gambar 2.9 Alat Statis

3). Roll meter

Terbuat dari karet gulung atau baja tipis yang berukuran 50-100 m, yang berfungsi untuk

mengukur jarak langsung antara dua titik dan untuk mengukur tinggi pesawat.

Gambar 2.10 Roll meter

17
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

4). Unting-unting

Unting-unting atau sering disebut juga dengan bandul. adalah salah satu alat yang

biasanya dipergunakan untuk mengukur ketegakan suatu benda atau bidang. Untng-unting

berbentuk seperti prisma dengan ujunglainnya dibuatkan penempatan benang kait. Namun

dapat juga dijumpai dalam berbagai bentuk lainnya dimana salah satu ujungnya tetap

dibuat

Gambar 2.11 Unting-unting

5). Kompas

Dalam percobaan pengukuran , kompas di gunakan untuk mengukur arah utara . 00 untuk

menetukan titik pertamanya

Gambar 2.12 Kompas

18
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

6). Rambu ukur berfungsi dari rambu ukur adalah mempermudah dan membantu

mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah.

Gambar 2.13 Bak Ukur atau Rambu Ukur

7). Payung berfungsi untuk melindungi alat dari sengatan matahari agar bagian halus atau

peka pada pesawat tidak mudah russak atau berkurang ketelitianya seperti lensa

teropong, skala vertical dan horizontal.

Gambar 2.14 Payung

8). Patok

berfungsi untuk mengetahui batas –batas daerah yang akan di ukur.

9). Kalkulator dan alat tulis

Berfungsi untuk menghitung serta mencatat hasil data pengukuran yang di dapatkan.

19
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

2.2.2 Persiapan dalam pengukuran

1. Penentuan daerah pengukuran dan penempatan patok

Daerah pengukuran berada di loasi depan gedung rektorat univesitas khairun ternate.

Penempatan patok di mulai dari P1 hingga patok P-n (terakhir) yang membentuk polygon

terbuka

2. Mengatur / menyetel pesawat waterpass

a. Dirikan statik di atas titik yang dimaksud hingga kaki statik membentuk segitiga

sama sisi dan usahakan platnya mendatar dengan cara :

 Buka sekrup pengunci kaki statif, panjangkan seperlunya kemudian kunci

sekedamya.

 Injak kaki statik seperlunya hingga cukup stabil

 Atur kepala statik (pelat level) sedatar mungkin sambil memperhatikan

sekrup pengunci pesawat, kira- kira centering di atas titik yang dimaksud.

 Kencangkan sekrup pengunci kaki statik.

b. Pasang pesawat dan kunci sekedarnya sehingga masih mudah digeser- geser.

c. Pasang unting- unting sedemikian rupa hingga kira- kira 1 cm di atas titik yang

dimaksud.

d. Atur unting- unting dengan menggeser pesawat di atas plat level hingga betul-

betul centering, kemudian kencangkan pengunci pesawat.

e. Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sumbu I (sekrup A dan B) dan

ketengahkan gelembung nivo dengan mengatur sekrup A, B dan C sekaligus

hingga gelembung nivo tepat berada di tengah lingkaran nivo.

20
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

f. Putar teropong ke posisi mana saja, jika gelembung nivo berubah ubah setel

kembali sekrup penyetel hingga gelembung kembali ke tengah.

g. Lakukan berulang-ulang, hingga gelembung nivo tetap di tengah ke manapun

teropong diarahkan, maka sumbu I vertikal dan pesawat telah siap dipakai

2.2.3 Pelaksanaan

a) Pengukuran pada profil memanjang

1. Menentukan titik awal pengukuran serta titik tetap yang di gunakan dan

memberi tanda pada titik awal tersebut dengan menggunakan paku sebagai

P1.

2. Pemasangan batok di lakukan pada jarak 10 meter tiap dari P1 ke P2 hingga

seterusnya sampai patok terakhir dengan menggunakan rol meter.

3. Mendirikan tripod tepat diatas titik P1 dan meletakkan alat ukur waterpass

diatas tripod tersebut dengan menyekrup bagian bawahnya.

4. Memasang Unting-unting dan mengusahakan agar unting-unting tersebut

tepat menunjuk ke titik P1

5. Mengatur sekrup pengungkit agar gelembung nivo terletak di tengah-tengah

tabung.

6. Setelah nivo dalam keadaan seimbang,, waterpass di arahkan pada

7. Dan rambu ukur di letakkan P2.

8. Kemudian waterpass di putar ke kanan dan di arahkan ke patok P2, setelah

itu pembacaan benang horizontal yaitu batas atas, batas tengah dan batas

bawah di catat hasilnya. Setelah itu mencatat pula sudutnya

21
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

9. Setelah itu waterpass di pindahkan ke P2 , kemudian alat di arahkan kembali

ke P1 dengan menol derajatkan sudutnya. Kemudian alat di putar ke kanan

dan mengarahkan ke P3 kemudian membaca hasil benang horizontalnya.

10. Kemudian lakukan seterusnya hingga patok terakhir yaitu P5

b) Pengukuran pada profil melintang

1. Waterpass diletakam pada patok utama yaitu P1 dan diseimbangkan

kedudukan dengan memperhatikan nivo. Unting-unting diusahakan agar

berada tepat ditengah-tengah patok

2. Setelah gelembung nivo seimbang, ukur dan catat tinggi pesawat

3. bidik teropong ke titik P2, kemudian putar alhidade horisontal sehingga

indeks lingkaran tepat pada angka nol dari skala lingkaran.

4. Kemudian menentukan detail-detail yang akan ditentukan ketinggiannya

5. Pasang bak ukur pada titik a (dalam hal ini bak ukur diletakkan di atas

tanah),dan lakukan pembacaan BA,BT,BB.

6. Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan tanah sepanjang

garis

7. profil tersebut, misal titik b, c, d dan seterusnya sampai ke ujung profil yang

telah ditentukan.

8. Pengukuran di lanjutkan pada profil berikutnya P2,P3 dan seterusnya

9. Hitung dan gambar hasil pengukuran

10. Pengukuran jarak dihitung dengan menggunakan rumus :

Article II. D = (BA-BB) x 100

22
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

Ket : D = Jarak antara titik dengan titik lain

BA = Benang Atas

BB = Benang Bawah

11. Mencatat semua data yang diperoleh pada tabel tersendiri.

2.3 Metodologi Pelaksanaan Theodolit

2.3.1 Alat –alat dan bahan

Theodolit dan kelengkapannya.

Kegunaan dari alat ini adalah untuk mengukur sudut ketinggian, sudut datar, jarak

optik dll. Alat ini dibagi atas tiga bagian yaitu :

a) Benang bawah

Terdiri atas tiga sekrup penyetel yang menyangga suatu tabung dan plat yang

berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat skala lms yang dinamakan limbus.

b) Benang tengah

Terdiri atas suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung pada bagian bawah.

Sumbu ini disebut sumbu tegak atau sumbu pertama (S1). Diatas sumbu S1 diletakkan

lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari-jari yang lebih kecil dari jari-

jari plat pada bagian bawah.

c) Benang atas

Terdiri atas sumbu mendatar atau sumbu kedua diletakkan diatas sumbu kaki

penyangga sumbu kedua (S2). Pada sumbu kedua ditempatkan teropong yang

mempunyai garis bidik. Pada sumbu kedua diletakkan plat yang berbentuk lingkaran

dilengkapi dengan skala lts.

23
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

1. Alat theodolit

Gambar 2.15 Alat Theodolit

2. Statis berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit maupun waterpass

Gambar 2.16 Alat Statis

3. Roll meter

Terbuat dari karet gulung atau baja tipis yang berukuran 50-100 m, yang berfungsi untuk

mengukur jarak langsung antara dua titik dan untuk mengukur tinggi pesawat.

Gambar 2.17 Roll Meter

24
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

4. Kompas

Dalam percobaan pengukuran , kompas di gunakan untuk mengukur arah utara . 00 untuk

menetukan titik pertamanya

Gambar 2.18 Kompas

5. Rambu ukur

berfungsi dari rambu ukur adalah mempermudah dan membantu mengukur beda tinggi

antara garis bidik dengan permukaan tanah.

Gambar 2.19 Bak Ukur atau Rambu Ukur

6. Payung

berfungsi untuk melindungi alat dari sengatan matahari agar bagian halus atau peka pada

pesawat tidak mudah russak atau berkurang ketelitianya seperti lensa teropong, skala

vertical dan horizontal

25
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

7. Patok

berfungsi untuk mengetahui batas –batas daerah yang akan di ukur.

8. Kalkulator dan alat tulis

Berfungsi untuk menghitung serta mencatat hasil data pengukuran yang di dapatkan.

2.3.2 Persiapan Dalam Pengukuran

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran diantaranya :

a. Mengetahui dengan jelas cara yang dilakukan selama pengukuran

b. Dapat membidik bak ukur dan membaca benang atas, tengah dan bawah dengan

tepat dan teliti

c. Mengetahui kondisi umum dari lingkungan di sekitar tempat pengukuran.

2.3.3 pelaksanaan

a. Penentuan Daerah Pengukuran dan Penempatan Patok

Daerah pengukuran berada di lokasi depan fakultas perikanan dan ilmu kelautan

Universitas Khairun Ternate. Penempatan patok dimulai dari P1 hingga patok P5 (terakhir)

yang membentuk polygon tertutup

b. Prosedur yang perlu dilakukan dalam praktikum ini yaitu:

1. Mempersiapkan peralatan yang di butuhkan serta periksa kelengkapan

2. Memilih alat yang baik dan tempat yang aman untuk mendirikn alat ukur theodolit

(tanah tidak rapuh)

3. Mendirikan statif dengan aman sesuai dengan keadaan setempat.

4. memasang alat ukur theodolit diatas statif dan eratkan dengan skrup pengunci

hingga aman

26
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

5. Mengatur gelembung nivo kotak ketengah dengan skrup A, B, dan C

6. Dengan cara yang sama seperti halnya mengatur nivo kotak, atur nivo tabung

sedemikian rupa sehingga posisinya tepat ditengah-engah

7. Mengcheck kedudukan alat ukur theodolit, apakah tepat vertikal di atas titik

8. Jika kedudukan alat ukur tidak dapat vertikal di atas titik, membuka skrup penggail

alat ukur ke statif dan geser - geserkan theodolite tersebut secara hati - hati

sehingga posisinya tepat vertikal di atas titik.

9. Mengatur pencerahan melalui skrup pengukuran sampai mistar ukur dapat

terbacaa

10. Membidik mistar ukur, kemudian membaca benang atas, benang tengah, dan

benang bawah.

11. Mengatur posisi cermin sehingga mendapatkan intensitas cahaya yang cukup

untuk membaca sudut vertikal, dan horizontal.

12. Membaca sudut vetikal dan horizontal, dalam penentuan sudut horizontal dan

vertikal pada theodolith T1 untuk menentukan detik menggunakan skrup pengukur

detik

13. Mencatat semua hasil pembacaan alat serta mengisi tabel isian.

27
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

BAB III

ANALISIS DAN PERHITUNGAN WATERPASS

3.1 Data Lapangan

3.2 Rumus Yang Digunakan

 Perhitungan Untuk Profil Memanjang

a. Perhitungan Jarak Optis

D = ( Ba – Bb ) x 100

b. Perhitungan Beda Tinggi

h = Ta - Bt

c. Perhitungan tinggi titik utama

Pn = P (n – 1) + Kp

d. Perhitungan Kemiringan

Ø = h / L x 100%

 Perhitungan Untuk Profil Melintang

a. Perhitungan Beda Tinggi Detail

Hd = Tps – Btd

b. Perhitungan Tinggi Titik detail

Pnd = pn + hd

c. Perhitungan Kemiringan Detail

Ød = Hd/L x 100%

3.3 Perhitungan / pengolahan Data

28
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

NO TARGET TINGGI BACAAN BENANG JARAK SUDUT


PATOK ALAT ( m)
(CM) B.A B.T B.B
UTARA
P1 P2 146 0.891 0.834 0.777 11.4 320.6°
D1 1,532 1,513 1,494 3.8 50.9°
DRA1 1,552 1,538 1,524 2.8 50.3°
DRA2 1,874 1,861 1,848 2.6 50.4°
DRA3 1,866 1,853 184 2.6 50.4°
DRA4 1,552 1,541 153 2.2 50.4°
BJ1 1,537 1,532 1,527 1 50.7°
AS 1,467 1,453 1,439 2.8 240,9°
BJ2 162 1,589 1,558 6.2 250.3°
D2 2,933 287 2,807 12.6 250.3°
DRB1 282 276 270 12 250.3°
DRB2 309 3,031 297 12 250.5
DRB3 3,103 3,044 2,985 11.8 250.5°
DRB4 2,747 2,691 2,635 11.2 250.5°

P2 P3 149 0.678 O.624 0.570 10.8 180.0°


D1 1,554 1,529 1,504 5 270.3°
DRA1 166 1,644 1,628 3.2 270.3°
DRA2 2,075 2,061 2,047 2.8 270.1
DRA3 2,074 2.O61 2,048 2.6 270
DRA4 1,616 1,603 159 2.6 270
BJ1 1,524 1,521 1,518 0.6 270
AS 1,535 1,491 1,473 8.8 90.8
DRB1 2,565 2,519 2,473 9.2 90.1
DRB2 3,069 3,020 2,971 9.8 90.1
BJ2 1,755 1,727 1,699 5.6 90.2
D2 2,649 2,598 2,547 102 90.1
DRB3 288 2,834 2,788 92 90.3
DRB4 2,493 2,449 2,405 8.8 90.3

P3 149
P4 0.504 0.452 0.400 30.4 170.8
AS 1,589 1,574 1,559 3 80.7
BJ2 1,806 1,778 175 5.6 90.2
D2 2,228 2,182 2,136 9.2 90.2
DRB1 1,981 194 1,899 8.2 90.2

29
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

DRB2 2,167 2,127 2,087 8 90.2


DRB3 2,161 2,123 2,085 7.6 90.2
DRB4 1,947 1,911 1,875 7.2 90.2

P4 148
P5 0.271 0.216 0.161 15.5 180.5
BJ1 1,542 1,535 1,528 1.4 270.5
AS 1,469 1,462 1,455 1.4 90.2
BJ2 1,751 1,728 1,705 4.6 80.7
D2 2,025 1,975 1,925 10 90.1

P5 147
DRA1 1,637 1,625 1,613 2.4 270.1
DRA2 1,945 1,874 1,803 1.42 260.9
DRA3 1,804 1,794 1,784 2 260.8
DRA4 1,514 1,505 1,496 1.8 260.9
BJ1 1,514 151 1,506 0.8 200.6
AS 1,454 1,444 1,434 2 90.4
BJ2 1,715 1,694 1,673 4.2 90
D1 1,967 1,934 1,901 6.6 90.2

30
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

 Perhitungan Untuk Profil Memanjang

a. Perhitungan Jarak Optis

D= ( Ba-Bb ) x 100

P1-P2 = 0,891 - 0,777 X 100 = 11.4 m


P2-P3 = 0,678 - 0,570 X 100 = 10.8 m
P3-P4 = 0,504 - 0,400 X 100 = 10.4 m
P4-P5 = 0,271 - 0,161 X 100 = 11 m

b. Perhitungan Beda Tinggi

h = TA - Bt

1,46
P1-P2 = 0 - 0,834 = 0.626 m
1.49
P2-P3 = 0 - 0,624 = 0.866 m
1,49
P3-P4 = 0 - 0,452 = 1.038 m
1,48
P4-P5 = 0 - 0,216 = 1.264 m

c. Perhitungan Tinggi Titik Utama

Pn = P ( n-1 ) + Kp

54.11
P1-P2 = 54 + 0.114 = 4 m
54.22
P2-P3 = 54.114 + 0.108 = 2 m
54.32
P3-P4 = 54.222 + 0.104 = 6 m
54.43
P4-P5 = 54.326 + 0.110 = 6 m

h =pn-p(n-1)

31
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

P1-P2 = 54.114 - 54 = 0.114 m


P2-P3 = 54.222 - 54.114 = 0.108 m
P3-P4 = 54.326 - 54.222 = 0.104 m
P4-P5 = 54.436 - 54.326 = 0.110 m

d. Perhitungan Kemiringan

h/L x 100%

P1-P2 = 0.02 / 11.4 X 100 = 0.20 %


P2-P3 = 0.02 / 10.8 X 100 = 0.20 %
P3-P4 = -0.1 / 10.4 X 100 = -1.34 %
P4-P5 = 0.11 / 11.0 X 100 = 1.00 %

 Perhitungan Untuk Profil Melintang

a. Perhitungan Beda Tinggi Detail

Hd = Tps - Btd

P1 D1 = 1.460 - 1.513 = -0.053 m


DRA1 = 1.460 - 1.538 = -0.078 m
DRA2 = 1.460 - 1.861 = -0.401 m
DRA3 = 1.460 - 1.853 = -0.393 m
DRA4 = 1.460 - 1.541 = -0.081 m
BJ1 = 1.460 - 1.532 = -0.072 m
AS = 1.460 - 1.453 = 0.007 m
BJ2 = 1.460 - 1.589 = -0.129 m
D2 = 1.460 - 2.870 = -1.410 m
DRB1 = 1.460 - 2.760 = -1.300 m
DRB2 = 1.460 - 3.031 = -1.571 m
DRB3 = 1.460 - 3.044 = -1.584 m
DRB4 = 1.460 - 2.691 = -1.231 m

P2 D1 = 1.490 - 1.529 = -0.039 m


DRA1 = 1.490 - 1.644 = -0.154 m
DRA2 = 1.490 - 2.061 = -0.571 m
DRA3 = 1.490 - 2.061 = -0.571 m
DRA4 = 1.490 - 1.603 = -0.113 m
BJ1 = 1.490 - 1.521 = -0.031 m

32
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

AS = 1.490 - 1.491 = -0.001 m


BJ2 = 1.490 - 1.727 = -0.237 m
D2 = 1.490 - 2.598 = -1.108 m
DRB1 = 1.490 - 2.519 = -1.029 m
DRB2 = 1.490 - 3.020 = -1.530 m
DRB3 = 1.490 - 2.834 = -1.344 m
DRB4 = 1.490 - 2.449 = -0.959 m

P3 AS = 1.490 - 1.574 = -0.084 m


BJ2 = 1.490 - 1.778 = -0.288 m
DRB1 = 1.490 - 1.940 = -0.450 m
DRB2 = 1.490 - 2.127 = -0.637 m
DRB3 = 1.490 - 2.123 = -0.633 m
DRB4 = 1.490 - 1.921 = -0.431 m
D2 = 1.490 - 2.182 = -0.692 m

P4 AS = 1.480 - 1.462 = 0.018 m


BJ1 = 1.480 - 1.535 = -0.055 m
BJ2 = 1.480 - 1.728 = -0.248 m
D2 = 1.480 - 1.975 = -0.515 m

P5 AS = 1.470 - 1.444 = 0.026 m


DRA1 = 1.470 - 1.625 = -0.155 m
DRA2 = 1.470 - 1.874 = -0.404 m
DRA3 = 1.470 - 1.794 = -0.324 m
DRA4 = 1.470 - 1.505 = -0.035 m
BJ1 = 1.470 - 1.510 = -0.040 m
D2 = 1.470 - 1.934 = -0.464 m
BJ2 = 1.470 - 1.694 = -0.224 m

b. Perhitungan Tinggi Titik Detail

Pnd = Pn ± Hd

P1 D1 = 54 + 2.973 = 56.973 m
DRA1 = 54 + 2.998 = 56.998 m
DRA2 = 54 + 3.321 = 57.321 m
DRA3 = 54 + 3.313 = 57.313 m
DRA4 = 54 + 3.001 = 57.001 m
BJ1 = 54 + 2.992 = 56.992 m
AS = 54 + 2.913 = 56.913 m
BJ2 = 54 + 3.049 = 57.049 m

33
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

D2 = 54 + 4.330 = 58.330 m
DRB1 = 54 + 4.220 = 58.220 m
DRB2 = 54 + 4.491 = 58.491 m
DRB3 = 54 + 4.504 = 58.504 m
DRB4 = 54 + 4.151 = 58.151 m

P2 D1 = 54.114 + 2.989 = 57.103 m


DRA1 = 54.114 + 3.134 = 72.998 m
DRA2 = 54.114 + 3.551 = 57.665 m
DRA3 = 54.114 + 3.551 = 57.665 m
DRA4 = 54.114 + 3.093 = 57.207 m
BJ1 = 54.114 + 3.011 = 57.125 m
AS = 54.114 + 2.981 = 57.095 m
BJ2 = 54.114 + 3.217 = 57.331 m
D2 = 54.114 + 4.088 = 58.202 m
DRB1 = 54.114 + 4.009 = 58.123 m
DRB2 = 54.114 + 4.510 = 58.624 m
DRB3 = 54.114 + 4.324 = 58.438 m
DRB4 = 54.114 + 3.939 = 58.053 m

P3 AS = 54.222 + 3.034 = 57.256 m


BJ2 = 54.222 + 3.268 = 57.490 m
DRB1 = 54.222 + 3.430 = 57.652 m
DRB2 = 54.222 + 3.617 = 57.839 m
DRB3 = 54.222 + 3.613 = 57.835 m
DRB4 = 54.222 + 3.411 = 57.633 m
D2 = 54.222 + 3.672 = 57.894 m

P4 AS = 54.326 + 2.922 = 57.248 m


BJ1 = 54.326 + 3.015 = 57.341 m
BJ2 = 54.326 + 3.208 = 57.534 m
D2 = 54.326 + 3.435 = 57.761 m

P5 AS = 54.436 + 2.904 = 57.340 m


DRA1 = 54.436 + 3.095 = 57.531 m
DRA2 = 54.436 + 3.344 = 57.780 m
DRA3 = 54.436 + 3.264 = 57.700 m
DRA4 = 54.436 + 2.975 = 57.411 m
BJ1 = 54.436 + 2.980 = 57.416 m
D2 = 54.436 + 3.404 = 57.840 m
BJ2 = 54.436 + 3.164 = 57.600 m

34
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

c. Perhitungan Kemirigan Detail

θd = Hd / L x 100 %

Patok 1

-0.053
D1 = X 100 = -1.39 %
3.8
-0.078
DRA1 = X 100 = -2.79 %
2.8
-0.401
DRA2 = X 100 = -15.42 %
2.6
-0.393
DRA3 = X 100 = -15.12 %
2.6
-0.081
DRA4 = X 100 = -3.68 %
2.2
-0.072
BJ1 = X 100 = -7.20 %
1.0
-0.129
AS = X 100 = -4.61 %
2.8
-0.129
BJ2 = X 100 = -2.08 %
6.2
-1.410
D2 = X 100 = -11.19 %
12.6
-1.300
DRB1 = X 100 = -10.83 %
12.0
-1.571
DRB2 = X 100 = -13.09 %
12.0
-1.584
DRB3 = X 100 = -13.42 %
11.8
-1.231
DRB4 = X 100 = -10.99 %
11.2

Patok 2

-0.039
D1 = X 100 = -0.78 %
5.0
-0.154
DRA1 = X 100 = -4.81 %
3.2
DRA2 = -0.571 X 100 = -20.39 %

35
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

2.8
-0.571
DRA3 = X 100 = -21.96 %
2.6
-0.113
DRA4 = X 100 = -4.35 %
2.6
-0.031
BJ1 = X 100 = -5.17 %
0.6
-0.001
AS = X 100 = -0.01 %
8.8
-0.237
BJ2 = X 100 = -4.23 %
5.6
-1.108
D2 = X 100 = -10.86 %
10.2
-1.029
DRB1 = X 100 = -11.18 %
9.2
-1.530
DRB2 = X 100 = -15.61 %
9.8
-1.344
DRB3 = X 100 = -14.61 %
9.2
-0.959
DRB4 = X 100 = -10.90 %
8.8

Patok 3

-0.084
AS = X 100 = -2.80 %
3.0
-0.450
DRA1 = X 100 = -5.49 %
8.2
-0.637
DRA2 = X 100 = -7.96 %
8.0
-0.633
DRA3 = X 100 = -8.33 %
7.6
-0.431
DRA4 = X 100 = -5.99 %
7.2
-0.288
BJ2 = X 100 = -5.14 %
5.6
-0.692
D2 = X 100 = -9.61 %
7.2

36
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Jln. Pertamina kampus II kel. Gambesi ternate selatan

Patok 4

0.018
AS = X 100 = 1.29 %
1.4
-0.055
BJ1 = X 100 = -3.93 %
1.4
-0.248
BJ2 = X 100 = -5.39 %
4.6
-0.495
D2 = X 100 = -4.95 %
10.0

Patok 5

0.026
AS = X 100 = 1.30 %
2.0
-0.155
DRA1 = X 100 = -6.46 %
2.4
-0.404
DRA2 = X 100 = -28.86 %
1.4
-0.324
DRA3 = X 100 = -16.20 %
2.0
-0.035
DRA4 = X 100 = -1.94 %
1.8
-0.040
BJ1 = X 100 = -5.00 %
0.8
-0.464
D2 = X 100 = -7.03 %
6.6
-0.224
BJ2 = X 100 = -5.33 %
4.2

37

Anda mungkin juga menyukai