Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


FAKULTAS TEKNIK

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 1


PROGRAM STUDI REKAYASA SIPIL
Alamat: Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 1 Telp. 640728 Pagesangan Mataram 83117

LEMBAR ASISTENSI

Nama :
Nim : 2021D1B
NO Hari/Tanggal Keterangan Paraf

Mataram, 1 JULI 2022

DOSEN PENGAMPU

Ir. Isfanari ST.,MT


NIDN.0830086701

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 2


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah ILMU UKUR
TANAH

Mataram, 1 JULI 2022

Praktikan,

NIM : 2021D1B142

Asisten Dosen, Dosen Pengampu

Ahmad Faisal Ir. Isfanari,ST., MT


NIM. 2019D1D002 NIDN.0830086701

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan pada dimensi areal yang akan diukur, maka pengukuran tanah dapat
dibedakan menjadi dua macam :
1. Geodesi (Geodetic Survey)
2. Ukur Tanah Dasar (Plane Survey)
Geodesi adalah pengukuran yang mempertimbangkan kelengkungan permukaan
bumi. Sedangkan pada pengukuran tanah dasar kelengkungan poermukaan bumi tidak
dipertimbangkan.
Pada dasarnya bola bumi berbentuk elips, sehingga pengukuran pada permukaan bumi
seharusnya memperhitungkan kelengkungan tersebut. Pada areal yang tidak terlalu luas,
lengkung permukaan bumi tidak terlalu besar sehingga dapat dianggap sebagai bidang datar.
Hal ini dapat mempermudah perhitungan dan pembacaan dilapangan.
Sebagai gambaran tentang permukan tanah, maka dibuatlah peta. Peta adalah
gambaran permukaan bumi pada bidang datar sehingga dapat diketahui letak suatu daerah
pada permukaan bumi.
Secara fisis permukaan bumi bukan merupakan bidang datar bahkan merupakan
bidang yang tidak teratur. Karena gambar disajikan dalam bidang datar, maka satu-satunya
cara adalah memindahkan kedalam bidang datar dengan cara yang telah dirumuskan.
Peta ini sangat besar sekali peranannya dalam segi perancangan atau pelaksanaan
suatu struktur. Misalnya jaringan irigasi, bendungan, jalan raya, dan pekerjaan sipil lainnya.
Dalam pekerjaan teknik sipil pengukuran menjadi hal yang paling pokok untuk
dilaksanakan. Dalam pengukuran tanah diperlukan juru ukur yang cermat guna memperoleh
data yang tepat dan benar. Karena kesalahan pada pengukuran akan menyebabkan kesalahan
dalam perancangan suatu konstruksi. Dengan demikian juru ukur harus teliti dalam setiap
pengukuran.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 4


1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah :
1. Memahami dan mengetahui tentang sistem pengukuran tanah.
2. Mengaplikasikan beberapa teori dalam bentuk yang konkret.
3. Mengenal lebih dekat beberapa alat ukur dalam pengukuran tanah ( Theodolit ).

1.3 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Ilmu Ukur Tanah II (IUT II) dilaksanakan di kawasan kampus
Muhammadiyah Mataram. Pengambilan data lapangan ini dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan yaitu pada hari Minggu tanggal 11 November 2018.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 5


BAB II
LANDASAN TEORI

Teori Dasar
Pada Ilmu Ukur Tanah II ini kita mempelajari tentang pengukuran polygon dengan
menggunakan alat Theodolith. Pengukuran polygon ini menurut bentuknya terbagi menjadi 2
macam, yaitu :
1. Pengukuran Polygon Tertutup
Pengukuran polygon tertutup adalah suatu pengukuran polygon yang diawali
dengan titik awal PO dan pengukuran kembali ketitik awal tersebut. Sehingga titik
awal P mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai titik PO sebagai awal pengukuran dan
titik PO sebagai akhir pengukuran. Koordinat dan azimut titik awal PO dalam
pengukuran ini adalah sama dengan titik akhir PO.
Didalam mencari kesalahan pengukuran pada pengukuran dengan metode polygon
tertutup ada 2 macam yaitu :
a) Apabila pengukuran searah dengan jarum jam ( putaran positif ), maka rumus
untuk mencari drajat kesalahan pengukurannya adalah

∑α0 = ( n + 2 ) x 180º

b) Apabila pengukuran berlawanan arah jarum jam ( putaran negatif ), maka rumus
untuk mencari drajat kesalahan pengukurannya adalah

∑α0 = ( n - 2 ) x 180º

∑α0 = Jumlah sudut jurusan


n = Jumlah titik polygon
2 = Harga konstan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 6


2. Pengukuran Polygon Terbuka
Pengukuran polygon terbuka adalah suatu pengukuran polygon yang diawali
dengan dengan titik awal PO dan berakhir pada titik akhir Pn. Sehingga koordinat dan
azimut titik awal PO tidak sama dengan titik akhir Pn.
Pengukuran ini biasanya digunakan untuk pengukuran–pengukuran perencanaan
bagunan sipil yang sipil yang sifatnya memanjang atau terbuka, misalnya : Rencana
jalan raya, jalan kereta api, jaringan- jaringan pengairan tersier dan sebagainya.
Menurut sifatnya Pengukuran polygon dibagi menjadi tiga macam sifat, yaitu :
1. Pengukuran Polygon Bebas
Pengukuran polygon bebas adalah suatu pengukuran polygon yang dalam
pelaksanaan pengukuranya tidak terikat oleh sesuatu syarat, sehingga data lapangan
yang didapatkan langsung dipetakan/digambarkan dengan tidak melalui perhitungan
sehingga kesalahan pengukuran yang terjadi tidak diketahui dan pengukuran polygon
bebas tidak bisa digunakan untuk dasar perencanaan karena dianggap terlalu kasar.
2. Pengukuran Polygon Terikat
Pengukuran Polygon Terikat adalah suatu pengukuran polygon yang harus
memenuhi 2 syarat yaitu :
a) . Koordinat pada titik ikat diketahui
b) . Azimut titik ikat diketahui
3. Pengukuran Polygon Terikat Sempurna
Pengukuran polygon terikat sempurna adalah suatu pengukuran polygon yang
harus memenuhi 3 syarat yaitu :
a) . Koordinat pada titik ikat diketahui
b) . Azimut titik ikat diketahui
c) . Azimut akhir diketahui

Dalam pengukuran polygon dengan menggunakan alat ukur Theodolith data lapangan
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a) . Panjang sisi polygon / jarak ( d )
b) . Pembacaan sudut azimut (α )
c) . Pembacaan sudut jurusan / arah (α0 )
d) . Pembacaan sudut zenit / elevasi ( ß )

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 7


Pembacaan sudut azimut dipergunakan sebagai dasar perhitungan axis dan ordinat yang
dihitung berdasarkan rumus :

x = d sin α
y = d cos α

Sedangkan untuk sudut zenit / elevasi digunakan untuk dasar perhitungan jarak optis
dan beda tinggi yang dihitung bedasarkan rumus :
d’ = jarak proyeksi
d = jarak miring d’ = d cos ß
ß = besar sudut elevasi
Selain rumus tersebut diatas untuk mencari jarak miring pernah dibahas pad Ilmu Ukur
Tanah I yaitu dengan menggunakan rumus :

d = ( BA – BB ) x 100

Untuk mencari jalan pintas, dilapangan kita juga bisa mencari jarak miring dengan
menempatkan benang bawah pada rambu ukur pada angka tertentu sesuai kehendak,
kemudian membaca benang atasnya maka. Angka yang didapat dari benang atas tersebut
merupakan panjang sisi dari polygon tersebut.
Kemudian untuk mencari beda tinggi dapat dihitung menggunakan rumus:

∆t = d sin ß

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 8


BAB III
PELAKSANAAN DAN HASIL PENGUKURAN

3.1. Pekenalan Alat Ukur :


Sebelum melakukan pengukuran tentunya kita harus mengetahui nama-
nama elemen alat ukur yang akan dipakai dalam pengukuran. Sehingga dapat
menngetahui fungsi dan bagaimana menggunakan alat ukur tersebut. Adapun
nama-nama bagian di ulas spesifik pada gambar berikut.

Gambar 3.2. Alat Theodolit

Keterangan

1. Pengarah kasar, berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu membantu

mengarahkan teropong ke target secara kasar.

2. Klem pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak dapat digerakkan secara

vertikal.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 9


3. Penggerak halus vertikal, untuk menggerakkan teropong secara vertikal ke arah

rambu ukur (objek) secara halus.

4. Tempat baterai, berjumlah 4 buah dengan jenis baterai A2.

5. Klem pengunci lingkaran horizontal, untuk mengunci badan pesawat agar tidak dapat

diputar secara horizontal.

6. Penggerak halus lingkaran horizontal, untuk menggerakkan teropong horizontal ke

arah rambu ukur (objek) secara halus.

7. Sekrup pengatur nivo, untuk mengatur posisi gelembung nivo berada pada titik

tengah.

8. Handle, untuk pegangan tangan pada alat.

9. Pengatur fokus lensa okuler, untuk fokus lensa okuler ke objek.

10. Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara horizontal, dan dapat

diatur dengan 3 sekrup penyama rata.

11. Display dan papan tombol, untuk pembacaan skala lingkaran vertikal dan horizontal.

12. Nivo kotak, berfungsi untuk menyetel posisi sumbu I berada pada posisi vertikal.

13. Plat dasar, untuk bertumpunya pesawat theodolite.

14. Lensa verticalizing, untuk melihat dan memosisikan sumbu I berimpit dengan titik

berdiri pesawat atau titik tertentu di bumi.


15. Klem pengatur fokus benang, untuk memperjelas benang pada lensa (benang atas,

benang tengah, benang bawah).

3.2 Penyetelan Theodolit


3.2.1. Penyetelan Theodolit
a. Langkah langkah Penyetelan Alat Theodolit
1) Pasang statif secara kokoh, kepala statif diperkirakan mendatar.
2) Alat ukur theodolit dipasang di atas statif dan satukan statif dengan alat
theodolit dengan memutar baut instrumen yang berada ditengah kepala statif
dari bawah.
3) Atur nivo kotak (masukkan gelembung nivo ketengah) dengan memutar
sekerup penyetel A, B, C

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 10


4) Atur nivo tabung dengan cara letakkan nivo tabung pada posisi sekerup
penyetel AB dan geser gelembung nivo ketengah dengan memutar sekerup
penyetel AB tersebut secara serentak baik memutar ke arah dalam maupun
ke arah luar. Selanjutnya putar nivo tabung kearah sekerup penyetel BC dan
CA dan dicek kembali kearah sekerup penyetel AB, BC, CA, sampai alat
diputar kearah manapun gelembung nivo tetap ditengah dan penyetelan alat
selesai.

b. Langkah langkah Pengukuran Dengan Theodolit


Pengukuran theodolit pada praktikum ini kita berpatokan kepada sudut
horizontalnya nol (H = 0) adalah arah Utara.
1) Setelah alat disetel seperti langkah 1-4 di patok P0, nolkan menit dan detik
sudut dengan memutar sekerup micrometer dan nolkan juga sudut
horizontalnya dengan memutar ring lingkaran horizontal, kemudian dikunci
dengan memutar klem Sb I. Jika belum tepat nol ( kurang sedikit ) di nolkan
dengan memutar sekerup halus Sb II.
2) Arahkan alat ke utara dengan memperhatikan kompas yang ada pada alat dan
kunci dengan klem repetisi dan dirikan mistar ukur di patok P1.
3) Kondorkan klem Sb I dan arahkan alat kesasaran yaitu P1 dan kunci dengan
memutar klem Sb I.
4) Baca mistar ukur yaitu BA, BT dan BB. Jika mistar ukur dilihat kurang jelas
(masih kabur) putar ring penyetel sentral (ring focus) untuk memperjelasnya
dan setelah jelas lakukan pembacaan BA, BT dan BB.
5) Baca sudut vertical dan horizintalnya dengan meletakkan garis derajat
diantara dua garis pembacaan dengan memutar sekerup micrometer,
kemudian baca sudut (derajat, menit, detik).
6) Ukur tinggi alat dari atas tanah dan pengukuran di patok P1 selesai.
7) Untuk pengukuran di patok P2 sampai P10 lakukan langkah-langkah seperti
di atas.

A. Persiapan
Dalam suatu pengukuran harus disertai dengan Persipan-persiapan yang harus
dilakukan oleh mahasiswa adalah :

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 11


1) Pengecekan Kondisi Alat
2) Pengecekan Rambu-rambu ukur
3) Penyipan Patok – patok
4) Penyiapan perlengkapan lapangan seperti : Kompas biasa, Pensil, Stiep/penghapus,
Pulpen, Papan sandang, Kertas / Blangko ukur untuk mencatat data-data, Kalkulator
dan lain-lain yang di perlukan dalam pengukuran
5) Penentuan lokasi dan pemasangan patok pada tempat tempat yang telah di tentukan

B. Cara Pengecekan Alat Ukur


Langkah-langkah pengecekan alat dalam pelaksanaan pengukuran
1) Tentukan posisi awal pengukuran dan beri tanda dengan patok - patok
2) Dirikan statip diatas titik tersebut dengan meja statip uasahakan datar dan ketinggian
disesuikan dengan pengukur/surveyor
3) Pasang alat ukur diatas meja statip dan kunci dengan skrup pengunci yang berada di
bawah meja statip. Usahakan benar-benar kuat dan posisi ulir tidak miring
4) Atur arah nivo dengan memutar krap (ada 3 buah) yang ada pada bagian bawah alat
ukur untuk mengatur kedataran alat dengan tanah
5) Apabila gelembung nivo berada di tenagah-tengah berarti alat sudah dalam posisi
datar
6) Putar alat ukur 180° dan perhatikan gelembung nivo. Apabila gelembung masih
berada di tengah-tengah, berarti alat ukur tersebut masih cukup baik.
7) Kendorkan skrup pengunci arah horizontal maupun vertical
8) Control alat dengan membidik benda yang diam atau tancap kan pinsil, atau batang
kayu kecil dengan jarak sekitar 30 m atau lebih.
9) Arah kanteropong pada obyek tersebut apabila kurang tepat gunakan alat penggerak
halus vertical atau horizontal sehingga ujung pensil tepat berada pada persilangan
benang diafragma
10) Apabila kurang jelas perjelas dengan focus atau dengan telescope eyepiece
11) Setelah posisi tepat buka dan tunggu sehingga putaran kompas diam
12) Apabila kurang jelas, putar ujung rading microscope sehingga jelas dan apabila
mengguakan kaca mata boleh dibuka atau tidak.
13) putar microscopemeter dan himpitkan 3 benang pada kotak bawah bacaan sudut
horizontal (HZ)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 12


14) setelah benang atau garis tersebut berhimpit, maka lakukan pembacaan baik sudut
horizontal maupun vertical dan catat hasilnya
15) putar teropong pada keadaan luar biasa ( putar 180° arah horizontal dan 360° arah
vertical ) dan lakukan pembacaan
16) hitung perbedaan bacaan 1 (biasa ) dan 2 ( luar biasa ) baik sudut horizontal maupun
vertical hal tersebut guna mengetahui kesalahan indek dan kesalahan klomasi
17) perbedaan bacaan sudut horizontal antara biasa sebesar 180° dan perbedaan sudut
vertical sebesar 360° atau nol. Apabila terdapat selisih lebih dari 1 dari kedua bacaan
tersebut berarti alat ukur kondisinya kurung bagus

C. Cara Pengukuran
Langkah-langkah yang harus ditempuh mahasiswa dalam pelaksanaan pengukuran
1) Berdirikan alat ukur diantara 2 titik obyek
2) Berdirikan statip diatas titik tersebut dengan meja statip, usahakan datar dan
ketinggian di sesuaikan dengan tinggi pengukur / surveyor
3) Pasang alat ukur (Teodholith) diatas meja statip dan kunci dengan sekerup pengunci
yang berada di bawah meja statip. Usahakan benar-benar kuat dan posisi ulir tidak
miring.
4) Atur nivo dengan memutar krap (ada 3 buah) yang berada pada bagian bawah alat
ukur, arah nivo menunjukkan kedataran alat ukur. Untuk memudahkan lihat posisi
gelembung nivo, Dimana dia akan berada pada bagian yang lebih tinggi
5) Apabila gelembung nivo berada di tengah, maka alat ukur sudah benar-benar datar
6) Putar alat ukur 90° dan perhatikan arah gelembung nivo, apabila gelembung nivo
masih di tengah maka alat cukup baik dan siap mengadakan pengukuran begitu juga
sebaliknya.
7) Kendorkan sekerup pengunci arah horizontal dan vertikal
8) Arahkan terpong pada rambu ukur. Apabila kurang tepat gunakan penggerak halus
vertical atau horizontal, sehingga ujung pensil/rambu ukur tepat pada persilangan
benang diafragma
9) Jarak antara alat ukur dengan rambu ukur usahakan agar tidak terlalu jauh atau
terlalu dekat ( sekitar 180° )
10) Lakukan pembacaan BA, BT, dan BB, perhatikan kontrol bacaan ( BA + BB ) : 2 =
BT, toleransi 0.002.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 13


11) Buka klem kompas dan tunggu hingga putaran kompas diam dan putaran
micrometer, serta himpitkan 3 buah benang pada kotak dibawah bacaan sudut
horizontal (HZ)
12) Lakukan pembacaan sudut horizontal maupun vertikal
13) Catat hasil pembacaan tersebut pada belagko ukur serta serta dengan sketnya (rambu
belakang ) untuk pengukuran cara sorong (misalnya : rekonstruksi batas) pindahkan
alat ukur ketempat rambu ukur dan pindahkan rambu ukur ke target. Atau titik
berikutnya. untuk pengukuran cara meloncat (sprin section) rambu ukur diam dan
alat ukur berpindah ke titik-titik berkutnya. Dalam buku ukur terdapat kolom
azimuth muka dan belakang. Azimuth muka diisi bila arah teropong searah dengan
jalan trayek ukuran. Apabila arah teropong membidik rambu yang berlawanan
dengan arah trayek ukuran maka tulisan pada azimuth belakang
14) Arahkan atau putar teropong kerambu ukur berikutnya (bacaan Muka) dan lakukan
seterusya sampai titik taryek terakhir.

D. Hal-Hal Yang Harus di Hindari Dalam Pengukuran


Beberapa hal yang harus dihindari dalam pengukuran
1) Hindari teropong kearah sinar matahari karena pada saat kita meneropong sinar
matahai akan masuk dan menyebabkan mata rusak
2) Pada saat terik (panas) lindungi alat ukur dengan payung
3) Pada saat pembacaan sudut hindarkan atau jauhkan alat ukur dengan benda metal
karena akan mempengaruhi arah kompas
4) Pada saat memutar alat teropong kunci penggerak halus di buka, apabila putaran
teropong terasa berat. Berarti kunci teropong belum terbuka dengan baik, apabila
dipaksa maka penggerak halus baik vertical maupun horizontal akan rusak
5) Lindungi alat ukur dari air
6) Apabila melakukan pengukuran dipantai (dekat laut) hindarkan dari air laut dan upa
air laut yang terbawa angin karena akan merusak kompas
7) Setelah selesai menggunakan alat ukur, apabila ada bagian yang lembab bersihkan
dengan kain lap kering. Letakkan alat ukur ditempat yang tidak terlalu panas supaya
lensa teropong tidak lembab (mengembun).
8) Sebelum alat ukur dipindahkan putar kerap sehingga alat ukur ke bawah
9) Bila selsai melakukan pengukuran segera masukan alat ketempartnya seperti semula.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 14


E. Hasil Pengukuran
Setelah pengukuran selesai dilaksanakan, maka akan dilanjutkan dengan perhitungan
untuk mendapatkan koordinat ; yang terdiri dari Absis (X) dan Ordinat (Y) yang kemudian di
tabelkan dan selanjutnya digambarkan. Adapun hasil pengukuran yang kami lakukan adalah
sebagai berikut :

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 15


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah mendapatkan data-data berdasarkan hasil kegiatan praktikum, kemudian data-

data tersebut kami gambar maka kami memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pegukuran kita harus teliti dan cermat. Dalam

pembacaan mistar, untuk mendapatkan hasil yang baik kita harus memperhatikan waktu

pembacaan mistar.

2. Beda tinggi antara buah titik adalah merupakan jarak kedua

bidang nivo yang melalui titik tersebut.

3. Syarat yang harus diperhatikan dalam pengukuran adalah

garis bidik didalam pesawat harus dibuat sejajar dengan arah nivo.

4. Pada pengukuran ini terdapat kesalahan-kesalahan yang

disebabkan oleh:

a. Keadaan mistar yang tidak tegak.

b. Jauh dekatnya pembidikan.

c. Melengkungnya bumi dan jalannya sinar.

d. Kesalahan pengukur sendiri.

Pada prinsipnya praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini mengacu pada Pengukuran Polygon

Tertutup. Dimana pada pengukuran ini diikat oleh satu titik ikat yaitu PO. Ttik PO ini sebagai

awal dan sekaligus sebagai titik akhir dari pengukuran. Pada pengukuran ini Azimut PO dan

koordinat PO kita cari terlebih dahulu. Untuk koordinat titik PO kita bisa menggunakan

koordinat lokal atau koordinat 0.00. Hal yang sangat penting untuk kita ketahui bersama

karena dalam pengukuran polygon tertutup ini sudah diikat oleh azimut titik awal (PO) maka

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 16


azimut titik terakhir dari pengukuran harus sama dengan titik awal tersebut. Kalau seandainya

azimut titik akhir pengukuran lebih atau kurang atau dengan kata lain tidak sama maka

pengukuran tersebut dikatakan tidak valid. Sehingga perlu dikoreksi, akan tetapi kalau

toleransi kesalahannya terlalu besar dari yang diizinkan maka perlu diadakan pengukuran

ulang.

B. Saran

Pada saat pelaksanaan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, kita tentunya menginginkan hasil

yang terbaik agar semua data-data yang kita peroleh dapat dipertanggung jawabkan

kebenaran sebagai data yang valid dan akurat. Untuk mendapat data-data yang valid dan

benar, kita hendaknya menggunakan Pesawat Theodolit yang benar-benar dalam kondisi

yang sempurna. Untuk itu diharapkan kepada pihak fakultas agar menyediakan alat-alat yang

dimaksud. Selain itu diharapkan juga untuk melengkapi alat-alat pendukung lainnya seperti

payung, rol meter, patok dan sebagainya sehingga pada waktu pelaksanaan pengukuran dapat

berjalan dengan lancar.

Dan mengingat kita berada dalam masa perkembangan teknologi yang begitu pesat

hendaknya insan akademis juga harus mampu dan dapat diberikan pengetahuan yang sejalan

dangan perkembangan teknologi setidaknya aktual dalam berpengetahuan. Hal ini tentunya

sejalan dengan dengan alat ukur yang digunakan juga sudah ketinggalan jaman sehingga di

dunia kerja mungkin tidak terpakai lagi. Dengan demikian Lembaga pelaksana pendidikan

harus mampu memberikan fasilitas yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga

mahasiswa yang menempuh perkuliahan didalamnya mampu berkontribusi untuk masyarakat

dengan baik, Singkatnyya berikan fasilitas yang layak untuk Praktikum.

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 17


BAB V

PENUTUP

Demikian laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini kami susun sebagai salah satu tugas

wajib yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Mataram. Semoga dengan adanya praktikum ini dapat

menjadikan kita sebagai mahasiswa yang memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi kita

dan masyarakat tentunya.

Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, dan saya sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi tercapainya kesempurnaan

dari laporan in

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 18


DAFTAR PUSTAKA

Brinker, Russel C., Wolf, Paul R. Dasar-dasar Pengukuran Tanah(Surveying). alih bahasa
: Joko Walijatun. Edisi Ketujuh. Jakarta :Erlangga. 1987
Dugdale, R.H. Ilmu Ukur Tanah. alih bahasa : Nur Hasan. Jakarta :Erlangga. 1986
Irvine, William. Penyigian untuk Konstruksi. alih bahasa : Lien. 1995
Umaryono U. Purworahardjo. Pengukuran Tinggi. Jurusan Teknik Geodesi, FTSP, Institut
Teknologi Bandung. 1986
Sunggono K.H., Buku Teknik Sipil, Nova, Bandung, 1979
Karsidi, Kuliah Ilmu Ukur Tanah II, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Mataram,2018

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 19


DOKUMENTASI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 20


LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 21
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 22
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH I 23

Anda mungkin juga menyukai