Disusun oleh :
LEMBAR ASISTENSI
Nama :
Nim : 2021D1B
NO Hari/Tanggal Keterangan Paraf
DOSEN PENGAMPU
Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah ILMU UKUR
TANAH
Praktikan,
NIM : 2021D1B142
Teori Dasar
Pada Ilmu Ukur Tanah II ini kita mempelajari tentang pengukuran polygon dengan
menggunakan alat Theodolith. Pengukuran polygon ini menurut bentuknya terbagi menjadi 2
macam, yaitu :
1. Pengukuran Polygon Tertutup
Pengukuran polygon tertutup adalah suatu pengukuran polygon yang diawali
dengan titik awal PO dan pengukuran kembali ketitik awal tersebut. Sehingga titik
awal P mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai titik PO sebagai awal pengukuran dan
titik PO sebagai akhir pengukuran. Koordinat dan azimut titik awal PO dalam
pengukuran ini adalah sama dengan titik akhir PO.
Didalam mencari kesalahan pengukuran pada pengukuran dengan metode polygon
tertutup ada 2 macam yaitu :
a) Apabila pengukuran searah dengan jarum jam ( putaran positif ), maka rumus
untuk mencari drajat kesalahan pengukurannya adalah
∑α0 = ( n + 2 ) x 180º
b) Apabila pengukuran berlawanan arah jarum jam ( putaran negatif ), maka rumus
untuk mencari drajat kesalahan pengukurannya adalah
∑α0 = ( n - 2 ) x 180º
Dalam pengukuran polygon dengan menggunakan alat ukur Theodolith data lapangan
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
a) . Panjang sisi polygon / jarak ( d )
b) . Pembacaan sudut azimut (α )
c) . Pembacaan sudut jurusan / arah (α0 )
d) . Pembacaan sudut zenit / elevasi ( ß )
x = d sin α
y = d cos α
Sedangkan untuk sudut zenit / elevasi digunakan untuk dasar perhitungan jarak optis
dan beda tinggi yang dihitung bedasarkan rumus :
d’ = jarak proyeksi
d = jarak miring d’ = d cos ß
ß = besar sudut elevasi
Selain rumus tersebut diatas untuk mencari jarak miring pernah dibahas pad Ilmu Ukur
Tanah I yaitu dengan menggunakan rumus :
d = ( BA – BB ) x 100
Untuk mencari jalan pintas, dilapangan kita juga bisa mencari jarak miring dengan
menempatkan benang bawah pada rambu ukur pada angka tertentu sesuai kehendak,
kemudian membaca benang atasnya maka. Angka yang didapat dari benang atas tersebut
merupakan panjang sisi dari polygon tersebut.
Kemudian untuk mencari beda tinggi dapat dihitung menggunakan rumus:
∆t = d sin ß
Keterangan
2. Klem pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak dapat digerakkan secara
vertikal.
5. Klem pengunci lingkaran horizontal, untuk mengunci badan pesawat agar tidak dapat
7. Sekrup pengatur nivo, untuk mengatur posisi gelembung nivo berada pada titik
tengah.
10. Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara horizontal, dan dapat
11. Display dan papan tombol, untuk pembacaan skala lingkaran vertikal dan horizontal.
12. Nivo kotak, berfungsi untuk menyetel posisi sumbu I berada pada posisi vertikal.
14. Lensa verticalizing, untuk melihat dan memosisikan sumbu I berimpit dengan titik
A. Persiapan
Dalam suatu pengukuran harus disertai dengan Persipan-persiapan yang harus
dilakukan oleh mahasiswa adalah :
C. Cara Pengukuran
Langkah-langkah yang harus ditempuh mahasiswa dalam pelaksanaan pengukuran
1) Berdirikan alat ukur diantara 2 titik obyek
2) Berdirikan statip diatas titik tersebut dengan meja statip, usahakan datar dan
ketinggian di sesuaikan dengan tinggi pengukur / surveyor
3) Pasang alat ukur (Teodholith) diatas meja statip dan kunci dengan sekerup pengunci
yang berada di bawah meja statip. Usahakan benar-benar kuat dan posisi ulir tidak
miring.
4) Atur nivo dengan memutar krap (ada 3 buah) yang berada pada bagian bawah alat
ukur, arah nivo menunjukkan kedataran alat ukur. Untuk memudahkan lihat posisi
gelembung nivo, Dimana dia akan berada pada bagian yang lebih tinggi
5) Apabila gelembung nivo berada di tengah, maka alat ukur sudah benar-benar datar
6) Putar alat ukur 90° dan perhatikan arah gelembung nivo, apabila gelembung nivo
masih di tengah maka alat cukup baik dan siap mengadakan pengukuran begitu juga
sebaliknya.
7) Kendorkan sekerup pengunci arah horizontal dan vertikal
8) Arahkan terpong pada rambu ukur. Apabila kurang tepat gunakan penggerak halus
vertical atau horizontal, sehingga ujung pensil/rambu ukur tepat pada persilangan
benang diafragma
9) Jarak antara alat ukur dengan rambu ukur usahakan agar tidak terlalu jauh atau
terlalu dekat ( sekitar 180° )
10) Lakukan pembacaan BA, BT, dan BB, perhatikan kontrol bacaan ( BA + BB ) : 2 =
BT, toleransi 0.002.
A. Kesimpulan
Setelah mendapatkan data-data berdasarkan hasil kegiatan praktikum, kemudian data-
data tersebut kami gambar maka kami memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
pembacaan mistar, untuk mendapatkan hasil yang baik kita harus memperhatikan waktu
pembacaan mistar.
garis bidik didalam pesawat harus dibuat sejajar dengan arah nivo.
disebabkan oleh:
Pada prinsipnya praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini mengacu pada Pengukuran Polygon
Tertutup. Dimana pada pengukuran ini diikat oleh satu titik ikat yaitu PO. Ttik PO ini sebagai
awal dan sekaligus sebagai titik akhir dari pengukuran. Pada pengukuran ini Azimut PO dan
koordinat PO kita cari terlebih dahulu. Untuk koordinat titik PO kita bisa menggunakan
koordinat lokal atau koordinat 0.00. Hal yang sangat penting untuk kita ketahui bersama
karena dalam pengukuran polygon tertutup ini sudah diikat oleh azimut titik awal (PO) maka
azimut titik akhir pengukuran lebih atau kurang atau dengan kata lain tidak sama maka
pengukuran tersebut dikatakan tidak valid. Sehingga perlu dikoreksi, akan tetapi kalau
toleransi kesalahannya terlalu besar dari yang diizinkan maka perlu diadakan pengukuran
ulang.
B. Saran
Pada saat pelaksanaan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, kita tentunya menginginkan hasil
yang terbaik agar semua data-data yang kita peroleh dapat dipertanggung jawabkan
kebenaran sebagai data yang valid dan akurat. Untuk mendapat data-data yang valid dan
benar, kita hendaknya menggunakan Pesawat Theodolit yang benar-benar dalam kondisi
yang sempurna. Untuk itu diharapkan kepada pihak fakultas agar menyediakan alat-alat yang
dimaksud. Selain itu diharapkan juga untuk melengkapi alat-alat pendukung lainnya seperti
payung, rol meter, patok dan sebagainya sehingga pada waktu pelaksanaan pengukuran dapat
Dan mengingat kita berada dalam masa perkembangan teknologi yang begitu pesat
hendaknya insan akademis juga harus mampu dan dapat diberikan pengetahuan yang sejalan
dangan perkembangan teknologi setidaknya aktual dalam berpengetahuan. Hal ini tentunya
sejalan dengan dengan alat ukur yang digunakan juga sudah ketinggalan jaman sehingga di
dunia kerja mungkin tidak terpakai lagi. Dengan demikian Lembaga pelaksana pendidikan
harus mampu memberikan fasilitas yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga
PENUTUP
Demikian laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini kami susun sebagai salah satu tugas
wajib yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
menjadikan kita sebagai mahasiswa yang memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi kita
Laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, dan saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi tercapainya kesempurnaan
dari laporan in
Brinker, Russel C., Wolf, Paul R. Dasar-dasar Pengukuran Tanah(Surveying). alih bahasa
: Joko Walijatun. Edisi Ketujuh. Jakarta :Erlangga. 1987
Dugdale, R.H. Ilmu Ukur Tanah. alih bahasa : Nur Hasan. Jakarta :Erlangga. 1986
Irvine, William. Penyigian untuk Konstruksi. alih bahasa : Lien. 1995
Umaryono U. Purworahardjo. Pengukuran Tinggi. Jurusan Teknik Geodesi, FTSP, Institut
Teknologi Bandung. 1986
Sunggono K.H., Buku Teknik Sipil, Nova, Bandung, 1979
Karsidi, Kuliah Ilmu Ukur Tanah II, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Mataram,2018