PENGEMBANGAN DAN
PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
PARTISIPATIF
Jakarta, 2019
KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara
NSPK untuk Pengembangan Tata Guna Air (PTGA) dapat menyelesaikan penyusunan
modul ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Calon Instruktur PTGA
memiliki pemahaman dan kemampuan untuk melakukan bimbingan dalam kegiatan
PTGA.
Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan sikap Calon Instruktur Pengembangan Tata Guna Air
(PTGA) di bidang pengelolaan irigasi, agar memiliki kompetensi dasar dalam
memahami dan mengetahui teknik dan tata melakukan bimbingan teknik dalam rangka
pengelolaan irigasi.
Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya, baik pada
isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan
berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat
khususnya bagi peserta Pelatihan untuk calon pelatih PTGA.
Jakarta, …. 2019
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Informasi Visual
Petunjuk Penggunaan Modul
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pengertian
E. Dasar Hukum
F. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARI
DAFTAR INFORMASI VISUAL
5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
D. Pengertian
1. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
4. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
5. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
6. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya
7. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan
pelengkapnya.
8. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air
tanah, mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air
tanah termasuk bangunan di dalamnya.
9. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola
oleh masyarakat desa atau pemerintah desa.
10. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan
jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
11. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi
jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal
pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan
perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
12. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi
operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah
irigasi.
13. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah serangkaian upaya pengaturan
air irigasi termasuk pembuangannya dan upaya menjaga serta
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik.
14. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan
irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun
rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan,
mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
15. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan
waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian
dan keperluan lainnya.
16. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian,
dan penggunaan air irigasi.
17. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi
dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder.
18. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu
dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
19. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier
untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
20. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran
kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi
tertentu
21. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
22. Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan fungsi jaringan
irigasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap jaringan
dan fasilitas jaringan, baik yang diakibatkan oleh ulah manusia, hewan,
maupun proses alami.
23. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
24. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi
yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk
lembaga lokal pengelola irigasi.
25. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
26. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah provinsi
lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
27. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat
daerah kabupten/kota lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
28. Pemerintah desa adalah kepala desa dan perangkat desa lainnya sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa.
29. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi
kabupaten/kota yang terkait.
30. Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air
tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
E. Dasar Hukum
1. UU No 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
2. INPRES No. 2 tahun 1984 tentang Pembinaan Perkumpelan Petani Pemakai Air
(P3A);
3. Permen PUPR No. 8/PRT/M/2015 tentang Penetapan Sempadan Jaringan
Irigasi;
5. Permen PUPR No.12 /PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Irigasi;
6. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi;
7. Permen PUPR No. 17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi;
8. Permen PUPR No. 30 /PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi.
A. Konsep Dasar
Dalam hal pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilakukan pada sistem
irigasi tersier, P3A mempunyai hak dan tanggung jawab dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi tersier.
Apabila dikemudian hari telah terbit peraturan baru yang mengatur tentang
kewenangan dalam Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi,
sebagai turunan dari UU No.17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, maka
point huruf “B” tersebut di atas harus menyesuaikan.
MATERI POKOK 2
PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF
A. Umum
D. Pengadaan tanah
Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, masyarakat adat, atau masyarakat desa
dapat berpartisipasi dalam pengadaan tanah untuk pembangunan dan/atau
peningkatan jaringan irigasi (utama) dengan cara :
E. Pelaksanaan Konstruksi
1. Pelaksanaan Swakelola
a. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan
pekerjaan swakelola, pada daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan
bersama yang ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan dan wakil
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
b. Kesepakatan bersama tersebut, paling sedikit memuat:
1) pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan; dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder
yang akan dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Kontraktual
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi pada daerah irigasinya
berdasarkan kesepakatan kerjasama penanggung jawab kegiatan dengan
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dan/atau dengan kontraktor.
b. Pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, dapat dilaksanakan masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A pada daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan
kerjasama antara wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dan wakil
kontraktor dengan diketahui oleh penanggung jawab kegiatan.
c. Kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada butir (b), paling
sedikit memuat:
1) rincian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor; dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan
sekunder yang akan dilaksanakan.
3. Bentuk kerjasama
b. Secara Kontraktual
Dalam kerja sama pada paket kontraktual bentuk kerja samanya disebut :
KSO : Kerja Sama Operasional yaitu kerja sama antara kontraktor
dengan P3A/GP3A/IP3A dan diketahui oleh pemberi pekerjaan
(PPK) untuk melaksanaan sebagaian pekerjaan kontraktor.
4. Pelaksanaan oleh masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A
a. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat melaksanakan pembangunan
dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya berdasarkan izin dari Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
b. Pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dilakukan mulai dari tahap
perencanaan, pembiayaan sampai dengan tahap pelaksanaan.
c. Izin tersebut, meliputi izin prinsip alokasi air, izin lokasi, dan persetujuan
terhadap rencana/desain jaringan irigasi primer dan sekunder yang
didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual yang dikeluarkan
oleh Menteri sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan sumber
daya air.
d. Izin dapat diberikan setelah memperhatikan kemampuan kelembagaan,
kemampuan teknis, dan kemampuan pembiayaan masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A
F. Persiapan O&P
Persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi meliputi uji pengaliran serta
penyesuaian manual operasi dan pemeliharaan yang didasarkan pada hasil
uji pengaliran, pemberdayaan P3A, dan melengkapi sarana pendukung
pengelolaan irigasi.
G. Modernisasi Irigasi
1) Dalam rangka pemenuhan tingkat layanan irigasi secara efektif, efisien, dan
berkelanjutan dapat dilakukan modernisasi irigasi.
2) Modernisasi irigasi, dilakukan dengan meningkatkan keandalan penyediaan air,
prasarana, manajemen irigasi, lembaga pengelola, dan sumber daya manusia.
3) Tahapan modernisasi irigasi dapat dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
a) Persiapan modernisasi irigasi
b) Perencanaan modernisasi irigasi
c) Pelaksanaan modernisasi irigasi
d) Operasionalisasi sistem irigasi modern
4) Untuk melaksanakan modernisasi irigasi diperlukan penilaian indeks kesiapan
modernisasi irigasi (IKMI) pada daerah irigasi didasarkan 5 (lima) indikator
yaitu
: ketersediaan air, prasarana irigasi, sistem pengelolaan, institusi
pengelola, sumber daya manusia dengan kriteria sebagai berikut:
a) Nilai > 80 : predikat memadai dan modernisasi irigasi dapat diterapkan
b) Nilai 50-79,9 : predikat cukup, modernisasi ditunda,
dilakukan penyempurnaan sistem irigasi 1-2 tahun
c) Nilai < 50 : predikat kurang, modernisasi ditunda dilakukan
penyempurnaan sistem irigasi 2-4 tahun
5) Modernisasi dilaksanakan berbasis 5 (lima) pilar modernisasi irigasi meliputi :
a) Ketersediaan air irigasi
b) Infrastruktur irigasi
c) Pengelolaan irigasi
d) Institusi irigasi, dan
e) Manusia pelaku dalam pengelolaan irigasi.
6) Untuk mengimplementasikan modernisasi irigasi perlu melakukan 45 (empat
puluh lima) langkah modernisasi irigasi sesuai tingkatan modernisasi
(awal/minimal, menengah, lanjut) namun setiap tahapan harus memenuhi
prinsip:
a) “Trilogi Modernisasi Irigasi” yaitu real time, real allocation, dan real
losses,
b) “Panca Krida Modernisasi Irigasi” yaitu baca data otomatis, kirim data
telemetry, komputerisasi perhitungan neraca air, perintah buka pintu
telemetry, operasi pintu elektromekanikal.
A. Umum
23
beserta air yang dibutuhkan kepada bupati/walikota atau gubernur
secara berjenjang melalui pengamat dan dinas.
24
C. Pemeliharaan Jaringan Irigasi
4. Dalam hal terjadi kerusakan jaringan irigasi akibat bencana atau kejadian lain
yang tidak dapat ditangani sendiri, masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A segera
menyampaikan laporan kerusakan dimaksud kepada penanggung jawab
kegiatan melalui pengamat untuk perbaikan lebih lanjut.
a. Nilai Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI) < 50% (prioritas utama), kondisi
fisik jaringan irigasi < 60% atau tingkat kerusakan > 40 %,
c. Pelaksanaan Konstruksi
F. Pelaksanaan Konstruksi
1. Pelaksanaan Swakelola
25
a. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam
pelaksanaan pekerjaan swakelola, pada daerah irigasinya berdasarkan
kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh penanggung jawab
26
kegiatan dan wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
b. Kesepakatan bersama tersebut, paling sedikit memuat:
1) pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan;
dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan
sekunder yang akan dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Kontraktual
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan
pekerjaan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi pada
daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan kerjasama penanggung
jawab kegiatan dengan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dan/atau
dengan kontraktor.
b. Pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, dapat dilaksanakan
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A pada daerah irigasinya berdasarkan
kesepakatan kerjasama antara wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A
dan wakil kontraktor dengan diketahui oleh penanggung jawab kegiatan.
c. Kesepakatan kerja sama tersebut, paling sedikit memuat:
1) rincian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor; dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam
pekerjaan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi
primer dan sekunder yang akan dilaksanakan.
3. Bentuk kerjasama
a. Secara Swakelola
Dalam paket pekerjaan swakelola terdapat 2 (dua) bentuk kerjasama :
1) SKKS : Surat Kesepakatan Kerja Sama yaitu kerja sama antara
pemberi pekerjaan (PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A namun
sebagian pengadaan oleh PPK, ini dapat disebut pekerjaan
swakelola dilaksanakan sendiri oleh PPK tetapi ada kerjasama
dengan P3A/GP3A/IP3A.
2) SPKS : Surat Perjanjian Kerja Sama yaitu kerja sama antara
pemberi pekerjaan (PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A berdasarkan
tolok ukur, volume dan harga yang telah disepakati oleh ke-dua
belah pihak, pelaksanaan tanggung jawab sepenuhnya oleh
P3A/GP3A/IP3A dengan ketentuan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A
sudah berstatus hukum dan/atau berbadan hukum.
b. Secara Kontraktual
Dalam kerja sama pada paket kontraktual bentuk kerja samanya disebut :
KSO : Kerja Sama Operasional yaitu kerja sama antara kontraktor dengan
P3A/GP3A/IP3A dan diketahui oleh pemberi pekerjaan (PPK) untuk
melaksanakan sebagaian pekerjaan kontraktor.
A. Persyaratan Partisipasi
B. Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi
dilaksanakan oleh Direktorat terkait, Balai Besar Wilayah Sungai/Balai
Wilayah Sungai, dan Dinas Provinsi serta Kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
2. Pengawasan sebagaimana tersebut di atas, meliputi kegiatan:
a. pemantauan dan evaluasi agar sesuai dengan norma, standar,
pedoman, dan manual;
b. pelaporan;
c. pemberian rekomendasi; dan
d. penertiban.
3. P3A/GP3A/IP3A dapat melaporkan segala bentuk pelanggaran terhadap
pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan
irigasi, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan oleh
petugas Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai dan Dinas
Provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi sesuai dengan kewenangannya.
PENUTUP
A. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban
yang paling benar!
1) Peraturan Menteri yang mengatur pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi partisipatif adalah :
a. Permen PU No: 30/PRT/M/2007
b. Permen PU No: 32/PRT/M/2017
c. Permen PUPR No: 30/PRT/M/2015
d. Permen PUPR No: 12/PRT/M/2015
B. Rangkuman
1. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi bertujuan untuk
mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian.
2. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya, bertanggung jawab dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder
3. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud di atas,
diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan hidup,
transparan, akuntabel, dan berkeadilan dengan mengutamakan kepentingan dan
peran serta masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
4. Partisipasi masyarakat petani, dapat disalurkan melalui perkumpulan petani
pemakai
air di wilayah kerjanya.
5. Dalam menyelenggarakan pengembangan sistem irigasi,
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi mulai dari pemikirian awal,
pengambilan keputusan, dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, dan
peningkatan jaringan irigasi.
6. Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dilaksanakan berdasarkan
prinsip:
a. sukarela dengan berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat;
b. kebutuhan, kemampuan, dan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat;
petani/P3A/GP3A/IP3A di daerah irigasi yang bersangkutan; dan
c. bukan bertujuan untuk mencari keuntungan
7. Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan sistem
irigasi, dilakukan melalui tahapan sosialisasi dan konsultasi publik, survai,
investigasi dan desain, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi, serta persiapan
dan pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan.
8. Pelaksanaan konstruksi untuk pembangunan dan/atau peningkatan jaringan
irigasi primer dan sekunder dapat dilaksanakan dengan cara swakelola atau
kontraktual
9. Dalam pelaksanaan kerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan/atau rehabilitasi jaringan
irigasi, yang bersifat swakelola dalam bentuk sebagai berikut :
1) SKKS : Surat Kesepakatan Kerja Sama yaitu kerja sama antara pemberi pekerjaan
(PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A namun sebagian pengadaan oleh PPK, ini dapat
disebut pekerjaan swakelola dilaksanakan sendiri oleh PPK tetapi ada kerjasama
dengan P3A/GP3A/IP3A.
2) SPKS : Surat Perjanjian Kerja Sama yaitu kerja sama antara pemberi pekerjaan
(PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A berdasarkan tolok ukur, volume dan harga yang
telah disepakati oleh ke-dua belah pihak, pelaksanaan tanggung jawab
sepenuhnya oleh P3A/GP3A/IP3A
10. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan uji
pengaliran dan penyesuaian manual operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
yang didasarkan pada hasil uji pengaliran, dengan cara mengamati dan
melaporkan kejadian pada jaringan irigasi, seperti, terjadinya kebocoran, longsor,
banjir dan limpasan selama uji pengaliran berlangsung kepada penanggung jawab
kegiatan
11. Partisipasi masyarakat petani dalam pembangunan, peningkatan, pemeliharaan,
dan
rehabilitasi jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder dilaksanakan
melalui kelompok petani pada setiap desa.
12. Partisipasi masyarakat petani dalam pembangunan, peningkatan, pemeliharaan,
dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan melalui:
a. P3A/GP3A/IP3A; atau
b. organisasi adat pengelolaan irigasi.
13. Masyarakat petani secara perseorangan dapat berpartisipasi dalam
pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi primer
dan jaringan irigasi sekunder terhadap hal yang tidak mempunyai dampak secara
kolektif dan bersifat sukarela.
14. P3A/GP3A/IP3A dapat melaporkan segala bentuk pelanggaran
terhadap pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan
irigasi, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan oleh petugas
Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai dan Dinas Provinsi yang
melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sesuai
dengan kewenangannya
C. Evaluasi Kegiatan Belajar :
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk
diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan
tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok
dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
a. Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan
perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran / pepelatihan;
b. Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh
peserta belajar itu sendiri (Self Evaluation);
c. Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan;
d. Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif"
atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang
terlibat;
e. Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan program pendidikan yang mencakup kekuatan
maupun kelemahan program;
f. Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan
perubahan sikap dan perilaku.
2. Modul Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatf Edisi ke-3 Desember 2005 oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kerjasama Japan International Coorperation Agency (JICA)
GLOSARI