Anda di halaman 1dari 49

MODUL

PENGEMBANGAN DAN
PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
PARTISIPATIF

Bimbingan Teknik Pengembangan Tata Guna Air


Dalam Rangka Pelatihan Teknis Instruktur PTGA

Jakarta, 2019
KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara
NSPK untuk Pengembangan Tata Guna Air (PTGA) dapat menyelesaikan penyusunan
modul ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Calon Instruktur PTGA
memiliki pemahaman dan kemampuan untuk melakukan bimbingan dalam kegiatan
PTGA.

Berbeda dengan Direktorat yang menangani pembangunan, peningkatan dan


rehabilitasi jaringan irigasi, peran Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan lebih
berperan dalam penyiapan perangkat lunak / NSPK dan pembinaan
penyelenggaraan Operasi dan Pemeliharaan. Dalam memfasilitasi pembangunan
infrastruktur publik dimaksud dilakukan melalui dua hal, pembentukan iklim yang
kondusif bagi investasi, dan penyiapan kapasitas dan kompetensi berbagai komponen
dalam industri konstruksi untuk melaksanakan pembangunan tersebut. Hal tersebut
telah kita ketahui semua bahwa tuntutan publik atas layanan infrastruktur meningkat
lebih cepat dibanding kemampuan pemerintah menyediakan dana, sehingga untuk
infrastruktur publik perlu dibiayai melalui investasi swasta dengan pengaturan yang
memadai, dimana motivasi swasta berinvestasi sangat dipengaruhi oleh iklim
berinvestasi yang kondusif baik dukungan keamanan investasi dan pengembaliannya.

Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan sikap Calon Instruktur Pengembangan Tata Guna Air
(PTGA) di bidang pengelolaan irigasi, agar memiliki kompetensi dasar dalam
memahami dan mengetahui teknik dan tata melakukan bimbingan teknik dalam rangka
pengelolaan irigasi.

Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya, baik pada
isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan
berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat
khususnya bagi peserta Pelatihan untuk calon pelatih PTGA.

Jakarta, …. 2019

Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan


Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Informasi Visual
Petunjuk Penggunaan Modul
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pengertian
E. Dasar Hukum
F. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Materi Pokok 1 : Prinsip Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi


A. Konsep Dasar
B. Wewenang Menteri dalam PPSI Utama
C. Hak dan Tanggung jawab PPSI Tersier

Materi Pokok 2 : Pengembangan Sistem Irigasi Partisipatif


A. Umum
B. Sosialisasi dan Konsultasi Publik
C. Survai, Investigasi, dan Desain
D. Pengadaan Tanah
E. Pelaksanaan Konstruksi
F. Persiapan Operasi dan Pemeliharaan
G. Modernisasi Irigasi

Materi Pokok 3 : Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif


A. Umum
B. Operasi Jaringan Irigasi
C. Pemeliharaan Jaringan Irigasi
D. Pengamanan Jaringan Irigasi
E. Rehabilitasi Jaringan Irigasi
F. Persiapan Operasi dan Pemeliharaan

Materi Pokok 4 : Persyaratan dan Tata Laksana Partisipasi


A. Persyaratan Partisipasi
B. Tata Laksana Partisipasi

Materi Pokok 5 : Pemantauan, Evaluasi dan Pengawasan


A. Pemantauan dan Evaluasi
B. Pengawasan
PENUTUP
A. Latihan
B. Rangkuman
C. Evaluasi Kegiatan Belajar
D. Umpan Balik
E. Tindak Lanjut
F. Kunci Jawaban Soal

DAFTAR PUSTAKA
GLOSARI
DAFTAR INFORMASI VISUAL

5
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Petunjuk Bagi Peserta


Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif, maka langkah-langkah
yang perlu dilaksanakan antara lain:
1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada
masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta
dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam
setiap kegiatan belajar.
3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut ini:
a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku.
b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.
4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan
belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

B. Petunjuk Bagi Instruktur


Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
1. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
2. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
3. Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan peserta mengenai proses belajar peserta.
4. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.

6
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas dan


tanggung jawab melaksanakan sebagian tugas umum Pemerintahan dan tugas
pembangunan dibidang ke-PUPR-an yang meliputi bidang Sumber Daya Manusia,
Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya, Pengembangan Wilayah, Perumahan
Rakyat, Penelitian dan Pengembangan bidang PUPR dan Bina Konstruksi. Dalam
pembangunan infrastruktur bidang PUPR tersebut telah banyak dibangun berbagai
macam sarana prasarana fisik diseluruh wilayah Indonesia yang tujuan untuk
mendukung sektor-sektor pembangunan lainnya agar dapat berkembang, sehingga
perekonomian masyarakat akan meningkat dengan pesat yang pada akhirnya
kesejahteraan rakyat akan segera tercapai. Untuk dapat membentuk sosok
Pegawai Negeri Sipil/Petugas OP yang handal khususnya dalam penyelenggaraan
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi, perlu dibuat modul-modul sebagai
materi pembinaan, pelatihan /bimbingan teknis sebagai upaya untuk peningkatan:

a. Sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan


masyarakat, bangsa, Negara dan tanah air;
b. Kompetensi teknik, manajerial, dan atau kepemimpinannya;
c. Efisiensi, efektifitas dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan
semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja
organisasinya.

Modul pelatihan ini menguraikan tentang tata cara pelaksanaan kegiatan


Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi

B. Deskripsi Singkat

Dalam proses pembelajaran pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi


terdiri dari 3 (tiga) materi pokok, yaitu pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi, pengembangan sistem irigasi partisipatif, pengelolaan sistem irigasi
partisipatif, persyaratan dan tata laksana partisipasi, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan. Metode yang dipakai dalam pembelajaran ini ialah ceramah dan
diskusi.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi termasuk partisipasi
masyarakat petani dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta dapat :
a. Memahami dan menjelaskan konsep dasar pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi.
b. Memahami dan menjelaskan tata cara pelaksanaan pengembangan
sistem irigasi partisipatif.
c. Memahami dan menjelaskan tata cara pelaksanaan pengelolaan sistem
irigasi
partisipatif.
d. Memahami persyaratan dan tata laksana partisipasi.
e. Memahami tata cara pemantauan, evaluasi dan pengawasan

D. Pengertian
1. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
4. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
5. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
6. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya
7. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan
pelengkapnya.
8. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air
tanah, mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air
tanah termasuk bangunan di dalamnya.
9. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola
oleh masyarakat desa atau pemerintah desa.
10. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan
jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
11. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi
jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal
pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan
perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
12. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi
operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah
irigasi.
13. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah serangkaian upaya pengaturan
air irigasi termasuk pembuangannya dan upaya menjaga serta
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik.
14. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan
irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun
rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan,
mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.
15. Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang
dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan
waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian
dan keperluan lainnya.
16. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian, pemberian,
dan penggunaan air irigasi.
17. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi air di bangunan bagi
dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder.
18. Pemberian air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu
dari jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
19. Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier
untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan.
20. Pembuangan air irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran
kelebihan air yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi
tertentu
21. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.
22. Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan fungsi jaringan
irigasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap jaringan
dan fasilitas jaringan, baik yang diakibatkan oleh ulah manusia, hewan,
maupun proses alami.
23. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
24. Perkumpulan petani pemakai air adalah kelembagaan pengelolaan irigasi
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi
yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk
lembaga lokal pengelola irigasi.
25. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
26. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah provinsi
lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
27. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat
daerah kabupten/kota lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
28. Pemerintah desa adalah kepala desa dan perangkat desa lainnya sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa.
29. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi
kabupaten/kota yang terkait.
30. Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi
antara wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air
tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.

E. Dasar Hukum
1. UU No 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
2. INPRES No. 2 tahun 1984 tentang Pembinaan Perkumpelan Petani Pemakai Air
(P3A);
3. Permen PUPR No. 8/PRT/M/2015 tentang Penetapan Sempadan Jaringan
Irigasi;
5. Permen PUPR No.12 /PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Irigasi;
6. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi;
7. Permen PUPR No. 17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi;
8. Permen PUPR No. 30 /PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi.

F. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


1. Konsep Dasar Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi
1.1. Konsep Dasar
1.2. Pembagian Kewenangan dalam PPSI Utama
1.3. Hak dan Tanggung jawab PPSI Tersier Konsep dasar
2. Pengembangan Sistem Irigasi Partisipatif
2.1 Umum
2.2 Sosialisai dan Konsultasi Publik
2.3 Survai, Investigasi, dan Desain
2.4 Pengadaan Tanah
2.5 Pelaksanaan Konstruksi
2.6 Persiapan Operasi dan Pemeliharaan
2.7 Modernisasi Irigasi
3. Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif
3.1. Umum
3.2. Operasi Jaringan Irigasi
3.3. Pemeliharaan Jaringan Irigasi
3.4. Pengamanan Jaringan Irigasi
3.5. Rehabilitasi Jaringan Irigasi
3.6. Persiapan Operasi dan Pemelihaaan

4. Persyaratan dan Tata Laksaana Partisipasi


4.1. Persayaratan Partisipasi
4.2. Tata Laksana Partisipasi

5. Pemantauan, Evaluasi dan Pengawasan


5.1. Pemantauan dan Evaluasi
5.2. Pengawasan
MATERI POKOK 1
PRINSIP PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

A. Konsep Dasar

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi bertujuan untuk mewujudkan


kemanfaatan air dalam bidang pertanian.

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah


Pusat, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya, bertanggung jawab dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud di atas,


diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan hidup,
transparan, akuntabel, dan berkeadilan dengan mengutamakan kepentingan dan
peran serta masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.

Partisipasi masyarakat petani, dapat disalurkan melalui perkumpulan petani pemakai


air di wilayah kerjanya.

Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A sebagaimana dimaksud di atas,


dilaksanakan untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab, serta
meningkatkan kemampuan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam rangka
mewujudkan efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan sistem irigasi

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan


pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara air hujan,
air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.

Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi, dilaksanakan dengan prinsip satu


sistem irigasi satu kesatuan pengembangan dan pengelolaan, dengan
memperhatikan kepentingan pemakai air irigasi dan pengguna jaringan irigasi di
bagian hulu, tengah, dan hilir secara selaras
B. Pembagian Kewenangan dalam Pengembangan dan Pengelolaan Sistem
Irigasi Utama berdasarkan Permen PUPR No.14/PRT/M/2015 adalah sebagai
berikut :

1. Pembagian Kewenangan dalam PPSI

a. Pemerintah (Pusat) : pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer


dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya >3.000 ha, dan daerah
irigasi lintas negara, lintas provinsi dan strategis nasional.

b. Daerah Provinsi : pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer


dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha-3.000 ha, dan
daerah irigasi lintas daerah kabupaten/kota.

c. Daerah Kab/Kota : pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer


dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya kurang dari 1.000 ha dalam
1 (satu) daerah kabupaten/kota.

2. Wewenang dan Tanggung Jawab Menteri

Dalam menyelenggarakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi


primer dan sekunder, Menteri mempunyai wewenang dan tanggung jawab
dalam:
a. menyusun pokok-pokok kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi;
b. memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi;
c. menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi;
d. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi
yang luasnya lebih dari 3000 ha, atau pada daerah irigasi lintas provinsi,
daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional;
e. memberikan bantuan teknis dalam pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
f. memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan
dan
pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawab masyarakat
petani atas permintaannya berdasarkan prinsip kemandirian;
g. memberikan izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau
pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi
primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi
lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional; dan
h. melakukan penyuluhan dan penyebarluasan teknologi bidang irigasi hasil
penelitian dan pengembangan kepada masyarakat petani.

3. Kewenangan untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota


dilaksanakan secara mutatis mutandis

C. Hak dan Tanggung Jawab PPSI pada Sistem Irigasi Tersier

Dalam hal pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilakukan pada sistem
irigasi tersier, P3A mempunyai hak dan tanggung jawab dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi tersier.

Hak dan tanggung jawab masyarakat petani dalam pengembangan dan


pengelolaan sistem irigasi meliputi:

a. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi


tersier;

b. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan dan


pengelolaan sistem irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya; dan

c. memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau


pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier
berdasarkan pendekatan partisipatif.

Apabila dikemudian hari telah terbit peraturan baru yang mengatur tentang
kewenangan dalam Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi,
sebagai turunan dari UU No.17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, maka
point huruf “B” tersebut di atas harus menyesuaikan.
MATERI POKOK 2
PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF

A. Umum

Pengembangan sistem irigasi meliputi kegiatan pembangunan jaringan irigasi baru


dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.

Dalam menyelenggarakan pengembangan sistem irigasi, masyarakat


petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi mulai dari pemikirian awal,
pengambilan keputusan, dan kegiatan konstruksi serta OP dalam kegiatan
pelaksanaan pembangunan, dan peningkatan jaringan irigasi.

Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan sistem


irigasi, dilakukan melalui tahapan sosialisasi dan konsultasi publik, survai,
investigasi dan desain, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi, serta persiapan
dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan.

Partisipasi sebagaimana dimaksud di atas, diwujudkan dalam bentuk sumbangan


pemikiran awal, gagasan, waktu, tenaga, material, dan dana.

Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dilaksanakan berdasarkan


prinsip:

1. sukarela dengan berdasarkan hasil musyawarah dan


mufakat;
2. kebutuhan, kemampuan, dan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A di daerah irigasi yang bersangkutan; dan
3. bukan bertujuan untuk mencari keuntungan

B. Sosialisasi dan Konsultasi Publik

Sosialisasi dan konsultasi publik dilakukan sebelum melaksanakan


pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi.

1. Sosialisasi merupakan penjelasan mengenai rencana pembangunan dan/atau


peningkatan jaringan irigasi, maka Pemerintah (Pusat), pemerintah
daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai
kewenangannya, menyampaikan penjelasan minimal meliputi materi :
(1) latar belakang,
(2) maksud dan tujuan,
(3) manfaat, serta
(4) tahap pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi.

2. Konsultasi publik merupakan forum terbuka masyarakat petani/


P3A/GP3A/IP3A guna menyampaikan usulan, saran, persetujuan atau
penolakan terhadap rencana pembangunan dan/atau peningkatan jaringan
irigasi.

3. Usulan, saran, persetujuan atau penolakan dari masyarakat


petani/P3A/GP3A/IP3A, disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam
bentuk catatan rapat yang ditandatangani oleh wakil Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota dan
wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A sebagai dasar pelaksanaan tahap
berikutnya.

4. Dalam hal masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A menolak terhadap rencana


tersebut, maka pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi
ditangguhkan.

C. Survei, Investigasi, dan Desain

Sebelum melaksanakan desain pembangunan dan/atau peningkatan jaringan


irigasi primer dan sekunder, penanggung jawab kegiatan melaksanakan survai
penelusuran lapangan baik sendiri maupun bekerja sama dengan masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai kondisi di
lapangan.

1. Berdasarkan hasil survai penelusuran lapangan, penanggung jawab kegiatan


melaksanakan pembuatan desain partisipatif jaringan irigasi baik sendiri maupun
bekerja sama dengan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
2. Hasil pembuatan desain, disosialisasikan kepada masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A, baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat langsung
dalam proses pembuatan desain jaringan irigasi.
3. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat menyampaikan informasi, saran, dan
masukan, baik secara lisan maupun tertulis kepada penanggung jawab kegiatan
terhadap hasil pembuatan desain.
4. Informasi, saran, dan masukan dari masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A,
dituangkan dalam bentuk catatan rapat yang ditandatangani oleh
penanggung
jawab kegiatan dan wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
5. Informasi, saran, dan masukan, wajib menjadi pertimbangan dalam upaya
penyempurnaan desain jaringan irigasi.
6. Hasil penyempurnaan desain, dituangkan dalam bentuk catatan rapat yang
ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan dan wakil masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A

Secara umum masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat terlibat/berperan


serta/berpartisipasi dalam proses pelaksanaan SID ini antara lain :
a. Penelusuran jaringan irigasi
b. Sosialisai/diskusi / pembahasan terhadapa luas layanan/peta daerah
irigasi c. Diskusi /pembahasan draft sistem planning (pemaduan desain)
d. Diskusi /pembahasan draft desain
e. Diskusi /pembahasan draft manual operasi dan pemeliharaan

D. Pengadaan tanah
Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, masyarakat adat, atau masyarakat desa
dapat berpartisipasi dalam pengadaan tanah untuk pembangunan dan/atau
peningkatan jaringan irigasi (utama) dengan cara :

1) memberikan informasi mengenai status,


2) hak, dan
3) sejarah kepemilikan tanah, atau
4) dengan menyumbangkan secara sukarela sebagian tanah miliknya untuk
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi.
Sedangkan pengadaan tanah untuk pembangunan dan/atau peningkatan jaringan
irigasi (tersier) merupan hak dan tanggung jawab masyarakat petani/P3A

E. Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi untuk pembangunan dan/atau peningkatan jaringan


irigasi primer dan sekunder dapat dilaksanakan dengan cara swakelola atau
kontraktual.

1. Pelaksanaan Swakelola
a. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan
pekerjaan swakelola, pada daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan
bersama yang ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan dan wakil
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
b. Kesepakatan bersama tersebut, paling sedikit memuat:
1) pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan; dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder
yang akan dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Kontraktual
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi pada daerah irigasinya
berdasarkan kesepakatan kerjasama penanggung jawab kegiatan dengan
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dan/atau dengan kontraktor.
b. Pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, dapat dilaksanakan masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A pada daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan
kerjasama antara wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dan wakil
kontraktor dengan diketahui oleh penanggung jawab kegiatan.
c. Kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada butir (b), paling
sedikit memuat:
1) rincian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor; dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan
sekunder yang akan dilaksanakan.
3. Bentuk kerjasama

Dalam pelaksanaan kerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan


dan/atau peningkatan jaringan irigasi, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Secara Swakelola
Dalam paket pekerjaan swakelola terdapat 2 (dua) bentuk kerjasama :
1) SKKS : Surat Kesepakatan Kerja Sama yaitu kerja sama antara
pemberi pekerjaan (PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A namun sebagian
pengadaan bahan/peralatan oleh PPK, ini dapat disebut pekerjaan
swakelola dilaksanakan sendiri oleh PPK tetapi dalam proses
pelaksanaannya kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A.
2) SPKS : Surat Perjanjian Kerja Sama yaitu kerja sama antara pemberi
pekerjaan (PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A berdasarkan tolok ukur,
volume dan harga yang telah disepakati oleh ke-dua belah pihak,
pelaksanaan tanggung jawab sepenuhnya oleh P3A/GP3A/IP3A

b. Secara Kontraktual
Dalam kerja sama pada paket kontraktual bentuk kerja samanya disebut :
KSO : Kerja Sama Operasional yaitu kerja sama antara kontraktor
dengan P3A/GP3A/IP3A dan diketahui oleh pemberi pekerjaan
(PPK) untuk melaksanaan sebagaian pekerjaan kontraktor.
4. Pelaksanaan oleh masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A
a. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat melaksanakan pembangunan
dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya berdasarkan izin dari Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
b. Pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dilakukan mulai dari tahap
perencanaan, pembiayaan sampai dengan tahap pelaksanaan.
c. Izin tersebut, meliputi izin prinsip alokasi air, izin lokasi, dan persetujuan
terhadap rencana/desain jaringan irigasi primer dan sekunder yang
didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual yang dikeluarkan
oleh Menteri sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan sumber
daya air.
d. Izin dapat diberikan setelah memperhatikan kemampuan kelembagaan,
kemampuan teknis, dan kemampuan pembiayaan masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A

F. Persiapan O&P

Persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi meliputi uji pengaliran serta
penyesuaian manual operasi dan pemeliharaan yang didasarkan pada hasil
uji pengaliran, pemberdayaan P3A, dan melengkapi sarana pendukung
pengelolaan irigasi.

Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan uji


pengaliran dan penyesuaian manual operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
yang didasarkan pada hasil uji pengaliran, dengan cara mengamati dan
melaporkan kejadian pada jaringan irigasi, seperti, terjadinya kebocoran,
longsor,
banjir dan limpasan selama uji pengaliran berlangsung kepada penanggung
jawab kegiatan.
Masa persiapan operasi dan pemeliharaan pasca pembangunan dan/atau
peningkatan jaringan irigasi selama 2 (dua) tahun
Persiapan O&P merupakan masa transisi dan bagian dari siklus pembangunan
dan/atau peningkatan jaringan irigasi, serta merupakan tanggungjawab unit kerja
yang melaksanakan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi

G. Modernisasi Irigasi
1) Dalam rangka pemenuhan tingkat layanan irigasi secara efektif, efisien, dan
berkelanjutan dapat dilakukan modernisasi irigasi.
2) Modernisasi irigasi, dilakukan dengan meningkatkan keandalan penyediaan air,
prasarana, manajemen irigasi, lembaga pengelola, dan sumber daya manusia.
3) Tahapan modernisasi irigasi dapat dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
a) Persiapan modernisasi irigasi
b) Perencanaan modernisasi irigasi
c) Pelaksanaan modernisasi irigasi
d) Operasionalisasi sistem irigasi modern
4) Untuk melaksanakan modernisasi irigasi diperlukan penilaian indeks kesiapan
modernisasi irigasi (IKMI) pada daerah irigasi didasarkan 5 (lima) indikator
yaitu
: ketersediaan air, prasarana irigasi, sistem pengelolaan, institusi
pengelola, sumber daya manusia dengan kriteria sebagai berikut:
a) Nilai > 80 : predikat memadai dan modernisasi irigasi dapat diterapkan
b) Nilai 50-79,9 : predikat cukup, modernisasi ditunda,
dilakukan penyempurnaan sistem irigasi 1-2 tahun
c) Nilai < 50 : predikat kurang, modernisasi ditunda dilakukan
penyempurnaan sistem irigasi 2-4 tahun
5) Modernisasi dilaksanakan berbasis 5 (lima) pilar modernisasi irigasi meliputi :
a) Ketersediaan air irigasi
b) Infrastruktur irigasi
c) Pengelolaan irigasi
d) Institusi irigasi, dan
e) Manusia pelaku dalam pengelolaan irigasi.
6) Untuk mengimplementasikan modernisasi irigasi perlu melakukan 45 (empat
puluh lima) langkah modernisasi irigasi sesuai tingkatan modernisasi
(awal/minimal, menengah, lanjut) namun setiap tahapan harus memenuhi
prinsip:
a) “Trilogi Modernisasi Irigasi” yaitu real time, real allocation, dan real
losses,
b) “Panca Krida Modernisasi Irigasi” yaitu baca data otomatis, kirim data
telemetry, komputerisasi perhitungan neraca air, perintah buka pintu
telemetry, operasi pintu elektromekanikal.

7) Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam


pelaksanaan Modernisasi Irigasi dengan cara sebagaimana tersebut untuk
pengembangan dan/atau peningkatan jaringan irigasi.
MATERI POKOK 3
PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF

A. Umum

Pengelolaan sistem irigasi meliputi kegiatan operasi, pemeliharaan, dan


rehabilitasi jaringan irigasi.

Dalam menyelenggarakan pengelolaan sistem irigasi, masyarakat


petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan dan konstruksi rehabilitasi pada jaringan irigasi primer dan
sekunder.
Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dilaksanakan berdasarkan
prinsip:

a. sukarela dengan berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat;

b. kebutuhan, kemampuan, dan kondisi ekonomi, sosial, dan


budaya masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A di daerah irigasi yang
bersangkutan; dan

c. bukan bertujuan untuk mencari keuntungan

B. Operasi Jaringan Irigasi

1. Partisipasi masyarakat petani melalui P3A/GP3A/IP3A dalam pelaksanaan


kegiatan operasi jaringan irigasi dilakukan dalam:
a. pengajuan usulan rencana tata tanam;
b. pengajuan kebutuhan air;
c. pemberian masukan mengenai pengubahan rencana tata tanam,
pengubahan pola tanam, pengubahan jadwal tanam, dan pengubahan
jadwal pemberian/pembagian air dalam hal terjadi perubahan ketersediaan
air pada sumber air; dan
d. seluruh proses kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan
huruf c secara aktif.
2 Pelaksanaan kegiatan operasi jaringan irigasi, dilakukan oleh P3A/GP3A/IP3A
pada daerah irigasi di wilayahnya mengajukan usulan rencana tata tanam

23
beserta air yang dibutuhkan kepada bupati/walikota atau gubernur
secara berjenjang melalui pengamat dan dinas.

24
C. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

1. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A di daerah irigasi yang bersangkutan dapat


berpartisipasi dalam kegiatan penelusuran jaringan irigasi, penyusunan
kebutuhan biaya, dan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi
primer dan sekunder.

2. Partisipasi dalam penelusuran jaringan irigasi, meliputi penyampaian usulan


prioritas pekerjaan dan cara pelaksanaan pekerjaan.

3. Dalam penyusunan kebutuhan biaya Pemeliharaan, masyarakat petani/P3A


/GP3A/IP3A dapat memberikan usulan kontribusi berupa material atau dana
untuk membantu pembiayaan pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan cara
swakelola.

4. Dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi, P3A/GP3A/IP3A


dapat berpartisipasi dengan cara kegiatan pemeliharaan jaringan
irigasi.

5. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi, ditetapkan


waktu dan bagian jaringan irigasi yang harus dikeringkan setelah melakukan
konsultasi dengan wakil P3A/GP3A/IP3A dalam komisi irigasi.

6. Wakil P3A/GP3A/IP3A dapat memberikan masukan dan/atau usulan atas


rencana waktu pengeringan yang telah ditetapkan, sesuai dengan kondisi
tanaman di lapangan.

7. Ketetapan waktu dan bagian jaringan irigasi yang akan dikeringkan,


disampaikan kepada perwakilan P3A/GP3A/IP3A selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum pengeringan dilaksanakan.

D. Pengamanan Jaringan Irigasi

1. Dalam rangka menjaga kelangsungan fungsi jaringan irigasi, dilakukan


pengamanan jaringan irigasi.

2. Masyarakat petani /P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam kegiatan


pengamanan jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder pada daerah
irigasi dalam wilayahnya.
3. Masyarakat petani /P3A/GP3A/IP3A baik secara perseorangan maupun
berkelompok dapat melakukan pekerjaan perbaikan darurat dan
melaporkan
pekerjaan yang telah dilaksanakan kepada penanggung jawab kegiatan
pemeliharaan.

4. Dalam hal terjadi kerusakan jaringan irigasi akibat bencana atau kejadian lain
yang tidak dapat ditangani sendiri, masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A segera
menyampaikan laporan kerusakan dimaksud kepada penanggung jawab
kegiatan melalui pengamat untuk perbaikan lebih lanjut.

E. Rehabilitasi Jaringan Irigasi

1. Rehabilitasi jaringan irigasi dilakukan melalui tahapan sosialisasi dan


konsultasi publik, penilaian indeks kinerja sistem irigasi, survai, investigasi dan
desain, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi, serta persiapan operasi dan
pemeliharaan.

2. Rehabilitasi jaringan irigasi sebagaimana tersebut di atas, dilaksanakan


berdasarkan urutan prioritas kebutuhan perbaikan irigasi yang ditetapkan
setelah memperhatikan pertimbangan komisi irigasi.

3. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam rehabilitasi


jaringan.

4. Tahapan pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi sebagai berikut :

a. Nilai Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI) < 50% (prioritas utama), kondisi
fisik jaringan irigasi < 60% atau tingkat kerusakan > 40 %,

b. Pelaksanaan Survai, Investigasi, dan Desain (SID) dengan cara


sebagaimana dimaksud pada Materi Pokok II huruf C

c. Pelaksanaan Konstruksi

F. Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi untuk pemeliharaan dan/atau rehabilitasi jaringan


irigasi primer dan sekunder dapat dilaksanakan dengan cara swakelola atau
kontraktual
.

1. Pelaksanaan Swakelola

25
a. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam
pelaksanaan pekerjaan swakelola, pada daerah irigasinya berdasarkan
kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh penanggung jawab

26
kegiatan dan wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
b. Kesepakatan bersama tersebut, paling sedikit memuat:
1) pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan;
dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pekerjaan
pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan
sekunder yang akan dilaksanakan.
2. Pelaksanaan Kontraktual
a. Dalam pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, masyarakat
petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan
pekerjaan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi pada
daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan kerjasama penanggung
jawab kegiatan dengan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dan/atau
dengan kontraktor.
b. Pelaksanaan pekerjaan secara kontraktual, dapat dilaksanakan
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A pada daerah irigasinya berdasarkan
kesepakatan kerjasama antara wakil masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A
dan wakil kontraktor dengan diketahui oleh penanggung jawab kegiatan.
c. Kesepakatan kerja sama tersebut, paling sedikit memuat:
1) rincian pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor; dan
2) bentuk partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam
pekerjaan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi
primer dan sekunder yang akan dilaksanakan.
3. Bentuk kerjasama

Dalam pelaksanaan kerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan


pemeliharaan dan/atau rehabilitasi jaringan irigasi, dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

a. Secara Swakelola
Dalam paket pekerjaan swakelola terdapat 2 (dua) bentuk kerjasama :
1) SKKS : Surat Kesepakatan Kerja Sama yaitu kerja sama antara
pemberi pekerjaan (PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A namun
sebagian pengadaan oleh PPK, ini dapat disebut pekerjaan
swakelola dilaksanakan sendiri oleh PPK tetapi ada kerjasama
dengan P3A/GP3A/IP3A.
2) SPKS : Surat Perjanjian Kerja Sama yaitu kerja sama antara
pemberi pekerjaan (PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A berdasarkan
tolok ukur, volume dan harga yang telah disepakati oleh ke-dua
belah pihak, pelaksanaan tanggung jawab sepenuhnya oleh
P3A/GP3A/IP3A dengan ketentuan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A
sudah berstatus hukum dan/atau berbadan hukum.
b. Secara Kontraktual
Dalam kerja sama pada paket kontraktual bentuk kerja samanya disebut :
KSO : Kerja Sama Operasional yaitu kerja sama antara kontraktor dengan
P3A/GP3A/IP3A dan diketahui oleh pemberi pekerjaan (PPK) untuk
melaksanakan sebagaian pekerjaan kontraktor.

G. Persiapan Operasi dan Pemeliharaan


Persiapan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi meliputi uji pengaliran
serta penyesuaian manual operasi dan pemeliharaan yang didasarkan pada
hasil uji pengaliran, pemberdayaan P3A, dan kelengkapan sarana pendukung
pengelolaan irigasi
1. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam
pelaksanaan uji pengaliran dan penyesuaian manual operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi yang didasarkan pada hasil uji pengaliran,
dengan cara mengamati dan melaporkan kejadian pada jaringan irigasi,
seperti, terjadinya kebocoran, longsor, banjir dan limpasan selama uji
pengaliran berlangsung kepada penanggung jawab kegiatan.
2. Masa persiapan operasi dan pemeliharaan pasca rehabilitasi jaringan
irigasi paling lama 2 (dua) tahun.
3. Persiapan O&P merupakan masa transisi dan bagian dari siklus
rehabilitasi jaringan irigasi, serta merupakan tanggungjawab unit kerja
yang melaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi
MATERI POKOK IV
PERSYARATAN DAN TATA LAKSANA PARTISIPASI

A. Persyaratan Partisipasi

1. Partisipasi masyarakat petani dalam pembangunan, peningkatan,


pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan jaringan
irigasi sekunder dilaksanakan melalui kelompok petani pada setiap
desa.
2. Partisipasi masyarakat petani dalam pembangunan, peningkatan,
pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan
sekunder dilaksanakan melalui:
a. P3A/GP3A/IP3A; atau
b. organisasi adat pengelola irigasi.
3. Masyarakat petani secara perseorangan dapat berpartisipasi dalam
pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi
primer dan jaringan irigasi sekunder terhadap hal yang tidak mempunyai
dampak secara kolektif dan bersifat sukarela.
4. Hal yang tidak mempunyai dampak secara kolektif dan bersifat sukarela
sebagaimana dimaksud pada butir (3), dapat berupa kontribusi material, dana
untuk membantu pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, dan/atau rehabilitasi
jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder.
5. Masyarakat petani dapat berpartisipasi dalam kegiatan pemeliharaan
dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder
melalui P3A/GP3A/IP3A di wilayah kerja masing-masing.
6. Dalam hal P3A/GP3A/IP3A belum terbentuk, masyarakat petani harus
membentuk P3A/GP3A/IP3A secara demokratis, transparan, dan
berkeadilan pada tiap daerah irigasi untuk dapat berpartisipasi dalam
kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan jaringan
irigasi sekunder.
7. Partisipasi P3A/GP3A/IP3A, dapat dilakukan setelah P3A
melaksanakan tanggung jawabnya dalam pengelolaan jaringan irigasi
tersier.
B. Tata Laksana Partisipasi

Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam kegiatan pengembangan


dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder
dilaksanakan dengan tata laksana sebagai berikut:

1. Pemberian informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat


petani/P3A/GP3A/IP3A sebelum melaksanakan setiap tahapan dalam
kegiatan pembangunan, peningkatan, rehabilitasi jaringan irigasi, atau
pemeliharaan;
2. P3A/GP3A/IP3A mengirimkan usulan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder.
3. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima
usulan
proposal dari P3A/GP3A/IP3A, penanggung jawab kegiatan membentuk
dan menugaskan tim teknis untuk melakukan penilaian terhadap kinerja
P3A/GP3A/IP3A;
4. Penilaian kinerja P3A/GP3A/IP3A mencakup aspek:
a. struktur organisasi P3A/GP3A/IP3A;
b. kuantitas dan kualitas sumber daya manusia; dan
c. pelaksanaan terhadap segala kewajiban dan tanggung jawabnya;
5. Berdasarkan penilaian terhadap aspek tersebut di atas, Balai Besar
Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai atau Dinas Provinsi yang
melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi menyusun kesepakatan bersama partisipasi dengan
P3A/GP3A/IP3A;
6. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai atau Kepala
Dinas Provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi atau pejabat yang ditunjuk, menandatangani
kesepakatan bersama partisipasi dengan P3A/GP3A/IP3A; dan
7. Berdasarkan kesepakatan bersama tersebut, Kepala Balai Besar Wilayah
Sungai/Balai Wilayah Sungai atau Kepala Dinas Provinsi yang
melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi atau pejabat yang ditunjuk menandatangani kesepakatan / perjanjian
kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A
MATERI POKOK V
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN
PENGAWASAN

A. Pemantauan dan Evaluasi


1. Kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan dalam penerapan
prinsip pengembangan dan pengelolaan pada jaringan irigasi primer dan
sekunder.

2. Kegiatan pemantauan dan evaluasi, dilaksanakan oleh Direktorat terkait,


Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai, dan Dinas Provinsi yang
melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

3. Kegiatan pemantauan dan evaluasi sebagaimana, dilaksanakan dengan


ketentuan:
a. pemantauan dilaksanakan secara terus-menerus dan
berkesinambungan; dan
b. evaluasi dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.

4. Hasil kegiatan pemantauan dan evaluasi, digunakan sebagai acuan dalam


melaksanakan perbaikan pada penyelenggaraan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi pada periode selanjutnya.

B. Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi
dilaksanakan oleh Direktorat terkait, Balai Besar Wilayah Sungai/Balai
Wilayah Sungai, dan Dinas Provinsi serta Kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
2. Pengawasan sebagaimana tersebut di atas, meliputi kegiatan:
a. pemantauan dan evaluasi agar sesuai dengan norma, standar,
pedoman, dan manual;
b. pelaporan;
c. pemberian rekomendasi; dan
d. penertiban.
3. P3A/GP3A/IP3A dapat melaporkan segala bentuk pelanggaran terhadap
pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan
irigasi, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan oleh
petugas Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai dan Dinas
Provinsi yang melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi sesuai dengan kewenangannya.
PENUTUP

A. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban
yang paling benar!
1) Peraturan Menteri yang mengatur pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi partisipatif adalah :
a. Permen PU No: 30/PRT/M/2007
b. Permen PU No: 32/PRT/M/2017
c. Permen PUPR No: 30/PRT/M/2015
d. Permen PUPR No: 12/PRT/M/2015

2) Kewenangan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan


sekunder pada daerah irigasi yang luasnya < 1000 ha lintas kabupaten
adalah :
a. Pemerintah daerah kabupaten/kota
b. Pemerintah daerah provinsi
c. Pemerintah Pusat
d. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota

3) P3A/GP3A/IP3A pada prinsipnya dapat berpartisipasi dalam


pelaksanaan :..
a. Pemeliharaan jaringan irigasi
b. Rehabilitasi jaringan irigasi
c. Pengembangan sistem irigasi
d. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi

4) Partisipasi P3A/GP3A/IP3A diwujudkan dalam bentuk, antara lain


sebagimana tersebut dibawah ini, kecuali :
a. Gagasan
b. Waktu dan tenaga
c. Meminta paket pekerjaan
d. Material dan dana

5) Prinsip dasar partisipasi P3A/GP3A/IP3A adalah seperti tersebut di


bawah ini, kecuali :
a. sukarela dengan berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat;
b. sesuai kebutuhan, kemampuan, dan kondisi ekonomi, sosial, dan
budaya masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A di daerah irigasi yang
bersangkutan;
c. bukan bertujuan untuk mencari keuntungan
d. sebagai pembelajaran menuju P3A/GP3A/IP3A professional

6) Pada tahapan pelaksanaan survai, investigasi, dan desain (SID)


P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam proses sebagai berikut,
kecuali .....
a. Penelusuran jaringan irigasi
b. Penentuan paket pekerjaan
c. Diskusi/pembahasan draft sistem planning
d. Diskusi/pembahasan draft desain dan manual OP

7) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan


tanggung jawab :
a. P3A
b. P3A/GP3A/IP3A
c. GP3A
d. Pemerintah Desa

8) Kerja sama untuk pelaksanaan konstruksi antara P3A/GP3A/IP3A dengan


penanggung jawab kegiatan (PPK) tetapi hanya terkait tenaga kerjanya
saja sedangkan pengadaan material oleh PPK, kerja sama seperti ini
disebut :
a. SPKS
b. SKKS
c. Sub kontrak
d. KSO

9) Dalam tahap uji pengaliran pada masa persiapan operasi dan


pemeliharaan P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dengan cara
melaporkan seperti tersebut di bawah ini, kecuali :.................
a. Terjadinya kebocoran
b. Adanya longsor
c. Terjadi limpasan
d. Adanya pencurian pintu air

10) Setelah menerima usulan/profosal kerja sama oleh P3A/GP3A/IP3A,


penanggung jawab kegiatan membentuk tim teknis untuk melakukan
penilaian kinerja P3A/GP3A/IP3A yang bersangkutan antara lain seperti
tersebut di bawah ini, kecuali : ..........
a. Besarnya saldo keuangannya
b. Status kelembagaan dan struktur organisasi P3A/GP3A/IP3A
c. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
d. Pelaksanaan terhadap segala kewajiban dan tanggung jawabnya

B. Rangkuman
1. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi bertujuan untuk
mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian.
2. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya, bertanggung jawab dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder
3. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud di atas,
diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan hidup,
transparan, akuntabel, dan berkeadilan dengan mengutamakan kepentingan dan
peran serta masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.
4. Partisipasi masyarakat petani, dapat disalurkan melalui perkumpulan petani
pemakai
air di wilayah kerjanya.
5. Dalam menyelenggarakan pengembangan sistem irigasi,
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi mulai dari pemikirian awal,
pengambilan keputusan, dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, dan
peningkatan jaringan irigasi.
6. Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dilaksanakan berdasarkan
prinsip:
a. sukarela dengan berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat;
b. kebutuhan, kemampuan, dan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat;
petani/P3A/GP3A/IP3A di daerah irigasi yang bersangkutan; dan
c. bukan bertujuan untuk mencari keuntungan
7. Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan sistem
irigasi, dilakukan melalui tahapan sosialisasi dan konsultasi publik, survai,
investigasi dan desain, pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi, serta persiapan
dan pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan.
8. Pelaksanaan konstruksi untuk pembangunan dan/atau peningkatan jaringan
irigasi primer dan sekunder dapat dilaksanakan dengan cara swakelola atau
kontraktual
9. Dalam pelaksanaan kerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan/atau rehabilitasi jaringan
irigasi, yang bersifat swakelola dalam bentuk sebagai berikut :
1) SKKS : Surat Kesepakatan Kerja Sama yaitu kerja sama antara pemberi pekerjaan
(PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A namun sebagian pengadaan oleh PPK, ini dapat
disebut pekerjaan swakelola dilaksanakan sendiri oleh PPK tetapi ada kerjasama
dengan P3A/GP3A/IP3A.
2) SPKS : Surat Perjanjian Kerja Sama yaitu kerja sama antara pemberi pekerjaan
(PPK) dengan P3A/GP3A/IP3A berdasarkan tolok ukur, volume dan harga yang
telah disepakati oleh ke-dua belah pihak, pelaksanaan tanggung jawab
sepenuhnya oleh P3A/GP3A/IP3A
10. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan uji
pengaliran dan penyesuaian manual operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
yang didasarkan pada hasil uji pengaliran, dengan cara mengamati dan
melaporkan kejadian pada jaringan irigasi, seperti, terjadinya kebocoran, longsor,
banjir dan limpasan selama uji pengaliran berlangsung kepada penanggung jawab
kegiatan
11. Partisipasi masyarakat petani dalam pembangunan, peningkatan, pemeliharaan,
dan
rehabilitasi jaringan irigasi primer dan jaringan irigasi sekunder dilaksanakan
melalui kelompok petani pada setiap desa.
12. Partisipasi masyarakat petani dalam pembangunan, peningkatan, pemeliharaan,
dan rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan melalui:

a. P3A/GP3A/IP3A; atau
b. organisasi adat pengelolaan irigasi.
13. Masyarakat petani secara perseorangan dapat berpartisipasi dalam
pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi primer
dan jaringan irigasi sekunder terhadap hal yang tidak mempunyai dampak secara
kolektif dan bersifat sukarela.
14. P3A/GP3A/IP3A dapat melaporkan segala bentuk pelanggaran
terhadap pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan
irigasi, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan oleh petugas
Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai dan Dinas Provinsi yang
melaksanakan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sesuai
dengan kewenangannya
C. Evaluasi Kegiatan Belajar :
Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk
diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan
tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok
dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
a. Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan
perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran / pepelatihan;
b. Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh
peserta belajar itu sendiri (Self Evaluation);
c. Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan;
d. Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif"
atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang
terlibat;
e. Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan program pendidikan yang mencakup kekuatan
maupun kelemahan program;
f. Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan
perubahan sikap dan perilaku.

Evaluasi terhadap pemahaman materi sebagai berikut :


1. Jika peserta dapat menjawab > 80% maka pemahaman
terhadap
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif sangat baik.
2. Jika peserta dapat menjawab 60-79% maka pemahaman
terhadap
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif baik.
3. Jika peserta dapat menjawab 40-59% maka pemahaman
terhadap
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif cukup.
4. Jika peserta dapat menjawab < 40% maka pemahaman
terhadap
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif kurang.
D. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah peserta mengikuti pelatihan mengenai Pengembangan
dan
Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif dan hasil evaluasi belajar, maka
instruktur dan peserta dapat menilai seberapa jauh keberhasilan pelatihan
yang diberikan.
sebagai bahan tindak lanjut adalah memperdalam materi tersebut dengan
mengacu pada dasar hukum, pedoman serta daftar pustaka. Disamping itu
anda perlu mempraktekkan metode-metode tersebut selama proses
pembelajaran maupun pasca pembelajaran, karena ilmu tanpa
dipraktekkan/diamalkan tidak ada artinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No: 5 Tahun 2009 tentang


Pedoman Penulisan Modul Pendidikan dan Pelatihan

2. Modul Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatf Edisi ke-3 Desember 2005 oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kerjasama Japan International Coorperation Agency (JICA)
GLOSARI

P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air

GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air

IP3A : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air

SID : Survai, Investigasi, dan Desain

RAB : Rencana Anggaran Beaya

SKKS : Surat Kesepakatan Kerja Sama

SPKS : Surat Perjanjian Kerja Sama

KSO : Kerja Sama Operasional

Anda mungkin juga menyukai