Anda di halaman 1dari 42

ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST

UNTUK MENGIDENTIFIKASI REKAH ALAMI


PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :
MODESTUS FREIZARIO ERDY
18 420 410 1265

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2021
ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST
UNTUK MENGIDENTIFIKASI REKAH ALAMI
PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Teknik dii Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

OLEH :
MODESTUS FREIZARIO ERDY
18 420 410 1265

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST


UNTUK MENGIDENTIFIKASI REKAH ALAMI
PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”

Oleh :
Modestus Freizario Erdy
18.420.420.1265

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Skripsi Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Perminyakan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Mengetahui,

Koordinator Skripsi Kepala Jurusan

(Wirawan Widya Mandala, ST., MT) (Lia Yunita, ST.)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmatnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini
dengan judul Analisa Pressure Build Up Test Untuk Mengidentifikasi Rekah
Alami Pada Sumur “X” Lapangan “Y”.
Adapun maksud dan tujuan dari proposal skripsi ini untuk memenuhi
persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana di Jurusan Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknik, Universitas Poklamasi 45 Yogyakarta.
Pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Bambang Irjanto, MBA, selaku Rektor Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta.
2. Syamsul Ma’arif ST.M.Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta.
3. Lia Yunita, ST., selaku Kepala Jurusan Teknik perminyakan Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta.
4. Wirawan Widya Mandala, MT., selaku Dosen Koordinator Skripsi.
5. Rekan-rekan Mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan hingga
terselesaikannya proposal ini khususnya rekan – rekan mahasiswa dari
Unipa.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran serta kritikan sangat Penyusun
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak.

Yogyakarta, Juni 2021


Penyusun,
Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................1

BAB III METODE PENILITIAN .........................................................1


BAB I

ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST UNTUK


MENGIDENTIFIKASI REKAH ALAMI PADA SUMUR “X”
LAPANGAN “Y”

I. LATAR BELAKANG MASALAH


Well test merupakan pengujian terhadap lapisan yang diduga produktif
dengan cara memproduksikan lapisan tersebut untuk sementara waktu. Tujuan
utama dari well test adalah untuk menentukan kemampuan suatu formasi untuk
menghasilkan fluida formasi, atau dengan kata lain adalah menentukan
produktivitas suatu sumur. Suatu perencanaan, pengoperasian, dan analisa well
testing yang tepat dapat melengkapi informasi tentang permeabilitas formasi,
derajat kerusakan sumur bor atau stimulasinya, tekanan reservoir dan
kemungkinan batas – batas reservoir serta heterogenitas formasi. Pressure Build-
Up Test merupakan suatu teknik pengujian transient yang dilakukan dengan cara
memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu dengan laju alir yang
tetap, kemudian menutup sumur tersebut sehingga tekanan menjadi naik dan
dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan yang dicatat biasanya tekanan dasar sumur).
Reservoir rekah alami adalah reservoir yang memiliki karakterisitik sistem batuan
matriks dan rekahan yang ada di dalamnya. Matriks dan rekahan tersebut
mempunyai sifat batuan yang berbeda, sehingga reservoir rekah alami sering
disebut dengan reservoir dual porosity. Hal inilah yang membedakan reservoir
rekah alami dengan reservoir biasa pada umumnya (reservoir single porosity).
Perbedaan tersebut memberikan perbedaan pula dalam kelakuan produksi fluida
reservoirnya.

Analisis uji pressure buildup didasarkan pada prinsip superposisi dan telah
dikembangkan oleh Horner (plot semilog konvensional). Adapun anggapan yang
digunakan dalam mengembangkan metodenya, dinyatakan bahwa sistem reservoir
berbentuk tidak terbatas (infinite acting), batuan bersifat homogen dan isotropik
(konvensional), kompresibilitas fluida berharga kecil dan konstan, serta hanya ada
satu fluida yang mengalir dalam sistem reservoir. Di samping itu, pengaruh
wellbore storage diabaikan. Dengan sejumlah anggapan tersebut di atas, kasus
tersebut merupakan kasus ideal uji pressure build up. Padahal pada kenyataanya
di lapangan, data hasil pelaksanaan Uji Tekanan Bentuk jarang menghasilkan
kurva garis lurus plot Horner yang ideal, karena dipengaruhi oleh efek wellbore
storage, efek skin dan heterogenity reservoir pada reservoir rekah alami yang
diuji. Untuk dapat merepresentasikan kondisi sesungguhnya di dalam reservoir,
maka perlu dilakukan modifikasi dari kondisi ideal, sehingga dapat menjelaskan
akan adanya reservoir rekah alami.

Berdasarkan hasil Pressure Build Up test, dapat diketahui karakteristik


reservoir yang diantaranya adalah productivity index, permeabilitas reservoir,
radius pengurasan, skin factor, bentuk reservoir, bentuk sumur dan model
reservoir yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya rekah alami.

II. BATASAN MASALAH


Batasan masalah dari penulisan skripsi ini antara lain :
a. Dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan analisa PBU menggunakan
Software Simulator Saphir 3.20 dan Metode Bourdet (Pressure Derrivative)
b. Analisa ini mencakup penentuan Productivity Index (PI), Pressure Initial
(Pi), permeabilitas (k), skin factor (s), Flow Efficiency (FE), penentuan batas
reservoir, penentuan model reservoir dan penentuan harga storativity ratio
(λ) dan interporosity flow coefficient (ω).

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun dalam penulisan ini yang termasuk di dalam materi mempunyai
beberapa maksud dan tujuan, yaitu ;
4.1 Maksud
Maksud dari penulisan skripsi ini adalah menganalisa Pressure Build
Up Test untuk mengidentifikasi adanya rekah alami.
4.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui karaketeristik
reservoir dan perameter – parameter seperti Productivity Index (PI), Pressure
Initial (Pi), permeabilitas (k), skin factor (s), Flow Efficiency (FE), penentuan
batas reservoir, penentuan model reservoir dan penentuan harga storativity
ratio (λ) dan interporosity flow coefficient (ω).

IV. METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu :
1. Studi Literatur
Studi literatur difokuskan pada pencarian informasi dari buku-buku
penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data mengenai Sumur “X” dilakukan di PT. Pertamina EP
Asset 5 Papua Field, kemudian dilakukan tanya jawab langsung kepada pihak
yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.
3. Perhitungan dan Analisa
Setelah memperoleh data serta materi yang menunjang penelitian ini, maka
selanjutnya dilakukan perhitungan dan analisa dari data tersebut.
Adapun tempat penelitian mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh PT.
Pertamina EP Asset 5 Papua Field baik akan ditempatkan di kantor maupun di
lapangan. Demikian juga dengan waktu pelaksanaan mengikuti ketentuan yang di
tetapkan oleh pihak PT. Pertamina EP Asset 5 Papua Field.

V. DASAR TEORI
Well test merupakan pengujian terhadap lapisan yang diduga produktif
dengan cara memproduksikan lapisan tersebut untuk sementara waktu. Tujuan
utama dari well test adalah untuk menentukan kemampuan suatu formasi untuk
menghasilkan fluida formas. Suatu perencanaan, pengoperasian, dan analisa well
testing yang tepat dapat melengkapi informasi tentang permeabilitas formasi,
derajat kerusakan sumur bor atau stimulasinya, tekanan reservoir dan
kemungkinan batas – batas reservoir serta heterogenitas formasi. Uji sumur (well
test) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Pressure Test, dan Flow Test.

6.1 Pressure Build Up


Pressure Build Up adalah suatu teknik pengujian transien tekanan yang
paling dikenal dan banyak diilakukan. Pada dasarnya pengujian ini dilakukan
pertama-tama dengan memproduksi sumur selama suatu selang waktu tertentu
dengan laju aliran yang tetap (konstan), kemudian menutup sumur tertsebut.
Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi
waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).
Dari data tekanan yang didapat kemudian dapat ditentukan permeabilitas formasi,
daerah pengurasan saat itu dan adanya kerusakan atau perbaikan formasi. Dasar
analisa PBU ini diajukan oleh Horner (1951), yang pada dasarnya adalah memplot
tekanan terhadap suatu fungsi waktu. Prinsip yang mendasari analisa ini adalah
yang dikenal dengan prinsip superposisi (superposition principle).

Gambar 1 Karakter Pada Pressure Build Up10)

6.1.1 Prinsip Super Posisi


Teori yang mendasari secara matematis menyatakan bahwa penjumlahan
dari solusi-solusi individu suatu persamaan differential linier berorde dua adalah
juga merupakan solusi dari persamaan tersebut. Misalkan suatu kasus dimana
sebuah sumur berproduksi dengan seri laju produksi tetap untuk setiap selang
waktu seperti diperlihatkan pada Gambar 1.
Untuk menentukan tekanan lubang sumur (Pwf) pada tn sewaktu laju saat
itu qn, dapat dipakai prinsip superposisi dengan metode sebagai berikut :
q1 dianggap berproduksi selama tn
q2 dianggap berproduksi selama tn – t1
... ..... - .....
qn dianggap berproduksi selama tn – tn-1

Gambar 2 Sejarah Produksi Berdasarkan q dan Pwf


dengan Fungsi Waktu2)

6.1.2 Teori Pressure Build-Up


Setelah mengetahui prinsip superposisi diatas, maka pressure build up
akan lebih mudah dimengerti. Gambar 2 memperlihatkan suatu sejarah produksi
suatu sumur. Mula-mula sumur diproduksi dengan laju tetap (q), selama waktu

(tp), kemudian sumur ditutup selama waktu Δt .


t +Δ
Pws =Pi−162. 6
qμB
kh [ ]
log p t
Δt
...................................................(1)
Keterangan :
Pws = Tekanan Dasar Sumur, Psi
Pi = Tekanan Initial, Psi
q = Laju Alir Fluida, Bbl/D
μ = Viskositas Fluida, cp
B = Faktor Volume Formasi, RB/STB
k = Permeabilitas, mD
h = Tebal Lapisan Produktif, ft
t p + Δt
[ ] Δt = Horner Time, Hours
Persamaan (1) memperlihatkan bahwa Pws, shut-in BHP, yang dicatat

t +Δt
selama penutupan sumur, apabila diplot terhadap log Δt merupakan garis
lurus dengan kemiringan :
162 .6 qμB
m=
kh ,psi/cycle...................................................................(2)
dimana :
m = Slope/Kemiringan Psia/cycle
q = Laju Alir Fluida, Bbl/D
μ = Viskositas Fluida, cp
B = Faktor Volume Formasi, RB/STB
k = Permeabilitas, mD
h = Tebal Lapisan Produktif, ft

Contoh yang ideal dari pengujian ini dapat dilihat dari Gambar 3 Jelas
bahwa permeabilitas (k), dapat ditentukan dari slope “m”, sedangkan apabila garis
ini diekstrapolasikan ke harga “Horner Time” sama dengan satu (equivalent
dengan penutupan yang tidak terhingga lamanya), maka tekanan pada saat ini
teoritis sama dengan tekanan awal reservoir tersebut.
Sesaat sumur ditutup akan berlaku hubungan :
1688 φμ ct r
Ρwf =
Ρi+m log
[ ( k.t p
w
2

)
−0. 869 s
] .................................(3)

Pada saat waktu penutupan = Δt , berlaku hubungan :


Ρ ws=Ρi−m log [ ( t p + Δt ) / Δt ]
.....................................................(4)

Jika Persamaan (2-73) dan (2-74) dikombinasikan, maka dapat dihitung harga
skin (s), sehingga :
Ρ ws−Ρ wf 1688 φμ c t r t p + Δt
s=1 .151 ( m ) +1. 151 log ( kΔt
w
2
) +1 . 151 log
( ) tp
..........(5)

Di dalam industri perminyakan biasanya dipilih Δt = 1 jam sehingga Pws


pada Persamaan (4) menjadi P1jam. P1jam ini harus diambil pada garis lurus atau

t p +Δt
garis ekstrapolasinya. Kemudian faktor
( ) Δt dapat diabaikan sehingga :
Ρ1 jam−Ρwf
s=1 .151
[( m )−log ( φμ ck r )+3 . 23]
t
w
2
...................................(6)
dimana :
s = faktor skin
P1jam = tekanan pada waktu 1 jam, Psia
Pwf = tekanan Alir Dasar Sumur, Psia
ϕ = Porositas, fraksi
μ = Viskositas Fluida, cp
Ct = Kompressibilitas Total Batuan, 1/Psia
rw = Jari-jari Sumur, ft

Skin yang negatif menunjukkan perbaikan (stimulated), biasanya ini


terjadi setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau perekahan (hydraulic
fracturing). Apabila skin berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang
pada umumnya dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap
kedalam formasi atau endapan lumpur (mud cake) disekeliling lubang bor pada
formasi produktif yang kita amati. Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi
pada formasi produktif biasanya diterjemahkan kepada besarnya penurunan
tekanan, Ps yang ditentukan menggunakan Persamaan :
Ps = 0.87 m s......................................................................................(7)
dimana :
Ps = Kehilangan Tekanan akibat adanya Skin
m = Slope
s = Faktor Skin

Maka besarnya produktifitas formasi (PI) dan flow effisiensi (FE)


berdasarkan analisa pressure build-up ini dapat ditentukan menggunakan
persamaan :
q
PI= ¿
P −Pwf − ΔP s ..........................................................................(8)
dimana :
PI = Productivity Index, (Bbl/D)/Psia
q = Laju Alir, Bbl/D
P* = Tekanan Statik Fluida, Psia
Pwf = Tekanan Alir Fluida, Psia
∆Ps = Kehilangan Tekanan akibat adanya Skin, Psia

Dan,
¿
P −Pwf − ΔPs
FE=
[ P¿ −P wf ] x 100 %
............................................................(9)
dimana :
FE = flow efficiency, %
P* = tekanan statik fluida, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
∆Ps = kehilangan tekanan akibat adanya Skin, psi

Sedangkan untuk mengetahui besarnya radius of investigation (ri) dapat


ditentukan menggunakan Persamaan :

kt
ri=

Keterangan :
√ 948 φμ c t
,ft
..............................................................................(10)

k = permeabilitas, mD
t = waktu produksi, jam
Φ = porositas, fraksi
μ = viskositas fluida, cp
ct = kompresibilitas batuan, 1/Psia

Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini
adalah P* = Pi = Pave.
a. Pressure Build-Up yang Ideal
t p +Δt
Seperti terlihat pada Persamaan sebelumnya, plot antara Pws vs log Δt

merupakan garis lurus. Ini merupakan hal yang ideal tanpa adanya pengaruh
awal dari wellbore storage. Grafik Pressure Build-Up yang Ideal dapat
dilihat pada Gambar 4.

b. Pressure Build Up yang dipengaruhi Wellbore storage

Efek dari wellbore storage akan mendominasi data awal dari suatu
pengujian sumur, dimana lama pengaruh wellbore storage sangat tergantung
kepada ukuran maupun konfigurasi lubang bornya. Plot antara Pws vs log
t p + Δt
Δt tidak membentuk garis lurus, melainkan melengkung sesuai dengan
lamanya pengaruh wellbore storage.

6.1.3 Pressure Derivative


Pada tahun 1980 muncul suatu instrument yang beresolusi tinggi karena
lebih unggul dengan menggunakan media elektronik. Instrument ini membantu
kita untuk memperoleh tekanan yang lebih teliti dari pada instrument standart
bourdon tube yang telah digunakan sejak tahun 1930. Akhirnya, resolusi ini lebih
dikenal dengan “pressure derivative” yang akhir-akhir ini lebih digemari dari
pada analisa yang lainnya. Pada masa sekarang, derivative digunakan secara rutin
dalam menganalisa pengukuran tekanan.
Metoda pressure derivative ini muncul oleh karena pada penentuan akhir
dari efek wellbore storage dengan menggunakan metoda analisa Horner tidak
dapat memberikan harga yang tepat dan juga metoda analisa Horner tidak bisa
memberikan hasil yang akurat apabila digunakan untuk menganalisa reservoir
yang begitu kompleks. Pada metoda analisa Horner, penentuan akhir dari efek
wellbore storage ditandai dengan perubahan deviasi (pembelokan) pada kurva
tekanan atau yang biasa disebut dengan unit slope, kemudian unit slope ini
ditambahkan dengan satu setengah cycle.
Umumnya plot kurva pressure derivative terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama merupakan plot antara beda tekanan penutupan (Pws) dengan tekanan
aliran dasar sumur (Pwf) yang dinyatakan sebagai ΔP terhadap waktu penutupan
(Δt) pada kertas grafik log-log, plot kurva pertama ini berfungsi untuk mengetahui
flat curve, disamping mengetahui berakhirnya wellbore storage. Bagian kedua
merupakan plot antara slope (m) terhadap waktu penutupan (Δt) juga pada kertas
grafik log-log.
Untuk kurva ke dua secara praktis derivative dari perubahan tekanan
berdasarkan fungsi superposisi waktu. Dari persamaan PBU, dapat dinyatakan :

P = f ( ln H ) ...................................................................................(11)
Keterangan :
P = Tekanan pada saat sumur ditutup
f ( ln H ) = Anti ln Horner Time

Jika Pws dinyatakan sebagai :


qμB
Pws = Pi − 70.6 ln( H )
kh .............................................................(12)
dimana :
Pws = Tekanan Sumur pada Waktu Penutupan, Psia
Pi = Tekanan Initial, Psia
q = Laju Alir Fluida, Bbl/D
μ = Viskositas Fluida, cp
B = Faktor Volume Formasi, RB/STB
k = Permeabilitas, mD
h = Tebal Lapisan Produktif, ft
t p + Δt
[ ] Δt
= Horner Time, Hours
Persamaan diatas identik dengan persamaan garis lurus :
y = a + mx .......................................................................................(13)
Perolehan slope dari kurva kedua ini berdasarkan cara statistik least
square, yang merupakan garis minimum jumlah pangkat dua penyimpangan,
dengan syarat : untuk meminimalisir fungsi, turunan pertamanya haruslah nol, ini
menghendaki turunan pertama terhadap a (Pi) sama dengan nol dan turunan
pertama pertama terhadap slope (a) juga sama dengan nol. Slope suatu garis
berdasarkan superposisi titik sebelumnya dinyatakan :

− n ∑ (ln H i Pi ) + ∑ (Pi ) ∑ ( ln H i )
m=
( ∑ ln H i )2 − n ∑ (ln H i )2 .............................................(14)
Keterangan :
Pi : tekanan penutupan dari data ke i, psi.
Δt + t p
Hi :
( Δt ) waktu horner untuk data ke i.
m : slope kurva
a : tekanan initial, psi
n : jumlah data

6.1.4 Analisa Pressure Build Up


Saphir pertama kali dikembangkan sejak dua puluh tahun yang lalu oleh
dua insinyur yang membutuhkan alat untuk pekerjaan interpretasi mereka sendiri.
Metodologi Saphir selalu didasarkan pada Bourdet derivatif sebagai alat
diagnostik utama, pencocokan data diukur dengan model mempertimbangkan
sejarah produksi secara rinci.
Langkah kerja dari program saphir 3.20 dapat dilihat pada Gambar 7
berikut. Hasil analisis Pressure Build Up adalah valid, jika tahapan kerja analisis
dilakukan dengan benar dan semua data yang dibutuhkan adalah valid.
Software simulator saphir 3.20 memiliki tahapan – tahapan dalam
menganalisa suatu hasil PBU test, Berikut merupakan cara kerja atau tahapan
pada software simulator saphir 3.20.
6.1.4.1 Inisialisasi

Inisialisasi merupakan tahap awal dalam langkah kerja analisis dengan


software Saphir 3.20. Tahap ini terdiri dan empat bagian, yaitu : Main Options,
Information. Units dan Comments.
1. Main Options

Pada tampilan layar Main option, input data yang dilakukan adalah Jenis Uji
Sumur, Jari-jari Lubang Sumur (rw), Ketebalan Lapisan Produktif (h),
Porositas, Reference Time dan Reference Phase yang diperoleh dari
welltesting data sheet.

2. Information

Berisi keterangan tentang uji sumur yang akan dianalisis, Nama Perusahaan
yang melaksanakan, Nama Reservoir, Nama Sumur, Waktu Pelaksanaan
PBU, Jenis Pressure Gauge yang digunakan, Kedalaman Pengukuran dan
Informasi-informasi yang perlu untuk dilengkapi.
3. Units

Tampilan layar pada Gambar 10 berikut berfungsi untuk memilih satuan


yang digunakan.

Gambar 10 Layar Pemilihan Satuan 2)


4. Comments
Comment digunakan untuk memberi catatan atau note di print out hasil
interpretasi. Pada tahap inisialisai ini di-input data PVT, seperti : Faktor
Volume Formasi (Bo), Viskositas (μo) dan Kompresibilitas total (Ct).

Gambar 11 Layar Input data PVT 2)

6.1.4.2 Interprestasi

Setelah tahap inisialisasi langkah kerja selanjutnya adalah interpretasi


tahap pertama. Pada tahap ini langkah kerja yang dilakukan, yaitu :
1. Load P dan Load Q
2. Extract delta P
3. Generate model
4. Improvement
Pada Gambar 12 berikut dapat dilihat tampilan layar interpretasi,
sedangkan penjelasan lebih lengkap mengenai interpretasi tahap pertama akan
dijelaskan pada sub-sub bab berikut.
Gambar 12 Layar Interpretasi Main Screen 2)

1. Input Parameter Laju Alir (Q) dan Tekanan (P)

Data tekanan didapat dari hasil pembacaan memory gauge selama


Pressure Build Up dan disimpan dalam format Ascii, sedangkan harga laju
alir (Q) di-input-kan secara manual.

Gambar 13 Layar Pemilihan Data 2)

2. Ekstrak DeltaP

Setelah data tekanan dan laju alir di inputkan kemudian dilakukan


Ekstrak delta P. Langkah kerja yang dilakukan adalah menginputkan harga
smoothing factor (L), Jumlah Filtration dan harga dari Pwf pada saat sumur
ditutup dt =0.
Gambar 14 Layar Ekstraksi Parameter Delta P 2)

Dari Ekstrak delta P tersebut, dihasilkan Log-Log plot, History Plot


dan Semi-Log Plot. Gambar 15 merupakan contoh tampilan layar hasil
Ekstrak Delta P.

Gambar 15 Layar Hasil Ekstraks Delta P 2)

3. Pemilihan Model
Plot derivative yang dihasilkan dari Ekstrak delta P merupakan kurva
yang menggambarkan kondisi reservoir tersebut. Oleh karena itu, model yang
dipilih harus sesuai (match). Pemilihan model dilakukan dengan
mernbandingkan plot derivative data lapangan dan hasil ekstraksi, dengan
katalog Model Kurva Pressure Derivative yang tersedia. Kemudian input data
yang berhubungan dengan model tersebut, diantaranya :
a. Model sumur (well models)
- Storage and Skin
- Fracture Uniform flux
- Fracture Infinite Conductivity
- fracture finite Conductivity
- Sumur Horizontal
- Limited Entry
- Changing Weilbore Storage. dapat diterapkan untuk seluruh model.
- Rate Dependent Skin, dapat diterapkan untuk semua jenis fluida.
b. Model reservoir (reservoir models)
- Homogen
- Double Porosity Pseudosteady State
- Double Porosity Transient
- Two Layers With Cross Flow
- Radial Composite
- Linear composite
c. Model Batas Reservoir (boundary models)
- Infinite
- Circle
- One Fault
- Intersecting Faults
- Parallel Faults
- Rectangle
- Leaky Fault

Setelah semua data diinput, kemudian model yang dipilih dapat


ditampilkan. Langkah kerja selanjutnya adalah menyelaraskan model kurva
derivative dengan plot derivative data lapangan.

Gambar 16 Layar Proses Matching 2)


Bila plot data derivative dan data lapangan belum selaras dengan
model kurva derivative, maka dapat digunakan fasilitas KIWI (Kappa
Intelligent Well Test Interpretation) yang berfungsi untuk mempercepat
proses penyelarasan.

4. Improvement
Improvement dilakukan untuk memperbaiki hasil match antara derivative dan
data lapangan dengan model derivative yang kita pilih, dengan metode regresi
non-linier. Prinsip metode ini adalah memperbaiki match point dan/atau
parameter lainnya yang bertujuan untuk meminimalkan standar deviasi.

6.2 Reservoir Rekah Alami


Reservoir rekah alami adalah reservoir yang memiliki karakterisitik sistem
batuan matriks dan rekahan yang ada di dalamnya. Matriks dan rekahan tersebut
mempunyai sifat batuan yang berbeda, sehingga reservoir rekah alami sering
disebut dengan reservoir dual porosity. Hal inilah yang membedakan reservoir
rekah alami dengan reservoir biasa pada umumnya (reservoir single porosity).
Perbedaan tersebut memberikan perbedaan pula dalam kelakuan produksi fluida
reservoirnya.

6.2.1 Asal Muasal Suatu Reservoir Rekah Alami


Pada umumnya, rekahan alamiah pada batuan dapat terbentuk sebagai
akibat proses dibawah ini :
 Kelarutan
 Dolomitisasi
 Aktivitas Tektonik
Adanya air yang bersifat asam akan melarutkan limestone dan dolomite.
Sehingga menyebabkan porositas sekunder.
Proses dolomitisasi terjadi pada batuan-batuan Karbonat. Dolomitisasi
adalah perubahan dari Calcite (CaCO3) menjadi Dolomite, CaMg (CO3)2 :
2 CaCO3 + MgCl2 CaMg (CO3)2 + CaCl2
Perubahan ini menyebabkan mengkerutkan volume batuan yang ada
sehingga memperbaiki porositas. Proses dolomitisasi sempurna bias memperbaiki
porositas sebesar 13 %.
Rekahan dan sesar terbentuk pada batuan disebabkan oleh aktifitas
Tektonik. Steam dan Friedman membuat hubungan antara “Fracture Number”
(banyaknya rekahan sejajar yang terjadi pada suatu jarak yang diukur kearah tegak
lurus dengan permukaan rekahan) versus litologi batuan.
Gambar 19 memperlihatkan bahwa derajat kerekahan yang tertinggi
terjadi pada batuan Kwarsa (Quartzite) di ikuti oleh Dolomit. Derajat kerekahan
terendah ternyata terdapat pada Limestone yang bersifat lebih “alot” untuk
direkahkan dibandingkan dengan batuan lainnya yang tertera pada gambar
tersebut.
Reservoir rekah alami ini diketemukan hampir disemua litologi batuan.
Litologi yang dahulu diduga tidak akan pernah mengandung hidrokarbon ternyata
sekarang diketemukan sebagai formasi yang produktif. Contoh-contohnya adalah
sebagai berikut :
 Fractured Carbonate: Ain Zalah dan Kirkuk di Irak, Asmari di Iran,
Tamaulipas di Meksiko, Salawati di Indonesia.
 Fractured Sandstone: Spraberry di Texas, Altamond Trend di Uinta Basin-
Utah, Oriskany di Pennsylvania.
 Fractured Shale: Devonian Shales, Monterey Shale di California, Manos di
Colorado.
 Fractured Chert: Santa Maria Coastal dan San Joaquin Valley di California.
 Fractured Basement Reservoir: La Paz dan Mara di Venezuela, Orth di
Kansas, Trappfield di Barton Country.
Gambar 17 Derajat kerekahan dari batuan 1)

6.2.2 Karakteristik Reservoir Rekah Alami


Hadirnya rekahan-rekahan pada suatu batuan akan mengakibatkan
pertambahan permeabilitas yang bukan main besarnya terhadap permeabilitas
batuan semula. Baker melaporkan bahwa suatu celah rekahan yang kecil saja
mempunyai daya untuk mengalirkan yang sangat tinggi. Ia menyimpulkan bahwa
“suatu rekahan berukuran 0.01 inch (0.254 mm) ekivalen dengan suatu formasi
yang mempunyai permeabilitas 10 md, setebal 454 ft (136.5 m), atau sama juga
dengan formasi berpermeabilitas 100 md setebal 45.4 ft (13.65 m). Kemudian
apabila ukuran rekahan tadi sebesar 0.05 inch (1.27 mm), produktivitasnya sama
dengan formasi yang berpermeabilitas 1000 md setebal 568 ft (170 m).
Namun, kontribusi rekahan-rekahan ini terhadap kapasitas penyimpanan
fluida (storage capacity) sangatlah kecil. Porositas sebagai hasil rekahan ini
sangat kecil artinya dibandingkan dengan porositas primernya. Birks
mengemukakan bahwa pada umumnya apabila pada suatu batuan terdapat rekahan
berukuran 1 mm terjadi setiap 1 ft, maka pertambahan volumenya adalah 1% dan
hanya 0.1% apabila rekahan tersebut terjadi setiap 10 ft
McNaughton dan Garb menerangkan saling hubungan antara distribusi
porositas pada batuan rekah alami dan akibatnya terhadap kapasitas penyimpanan
fluida. Hubungan tersebut diperlihatkan pada Gambar 20.
Gambar 18 Distribusi porositas pada batuan rekah alami 1)

Gambar 18A memperlihatkan suatu kasus dimana matriks mempunyai


kapasitas penyimpanan yang besar sedangkan kapasitas penyimpanan rekahannya
sangat kecil. Reservoir jenis ini sering menimbulkan problema “lost circulation”
pada saat operasi pemboran dilakukan. Kontribusi rekahan ini terhadap porositas
total kira-kira hanya 10 %.
Gambar 18B menunjukkan kapasitas penyimpanan fluida pada matriks
dan rekahannya hampir sama besar. Kemudian apabila permeabilitas matriksnya
juga cukup tinggi maka reservoir semacam ini akan mempunyai baik laju aliran
maupun recovery yang tinggi. Menurut McNaughton dan Garb, kombinasi yang
ideal diatas menyebabkan kondisi dimana beberapa sumur produksi di Iran,
misalnya, mampu memproduksi melebihi 100 juta STB.
Gambar 18C memperlihatkan kasus dimana seluruh kapasitas
penyimpanan fluida ada pada rekahan-rekahannya. Reservoir jenis ini dapat
memberikan laju aliran yang tinggi pada saat-saat awalnya, tetapi dalam waktu
yang singkat laju aliran tersebut dapat menukik turun dengan tajam ketingkat
yang tidak ekonomis lagi untuk diproduksikan.

6.2.3 Parameter Reservoir Rekah alami


Studi tentang reservoir rekah alami menyangkut tentang dua parameter
penting, yaitu strorativity ratio dan interporosity flow coefficient. Storativity ratio
adalah kapasitas penyimpanan fluida baik gas dan minyak di dalam rekahan
sedangkan interporosity flow coefficient adalah ukuran kemudahan fluida
mengalir dari sistem batuan matriks menuju rekahan/fracture.
6.5.2 Interporosity Flow Coefficient
parameter yang menggambarkan kemampuan suatu fluida untuk mengalir
dari matriks ke rekahan. Warren dan Root mendefinisikan interporosity flow
coefficient, λ, dalam persamaan berikut :
km
λ=αr2
kf.........................................................................................(15)
Interporosity flow coefficient juga menunjukkan ukuran kemudahan fluida
mengalir dari matriks menuju fracture.
Untuk model reservoir rekah alami yang berbeda – beda persamaan
interporosity flow coefficient dapat di bagi menjadi empat model6 yaitu sebagi
berikut:
a. Cubic matrix blocks

60 k m
λ=
( ) r 2
lm 2 k f w ................................................................................(16)

b. Spherical matrix blocks

15 k m
λ=
( )r 2
r 2 m k f w .............................................................................(17)
c. Horizontal strata (rectangular slab) matrix blocks

12 k m
λ=
( ) r 2
h 2 f k f w ................................................................................(18)
d. Vertical cylinder matrix blocks

8 km
λ=
( ) r 2
r 2 m k f w ................................................................................(19)

6.5.3 Storativity Ratio


Storativity ratio adalah ukuran dari kapasitas penyimpanan fluida di dalam
rekahan/fracture. Warren dan Root mendefinisikan storativity ratio, ω, dalam
persamaan berikut :
φf Cf
ω=
( φ f C f ) + ( φm C m ) .........................................................................(20)

Dari persamaan diatas, dapat dianalisa bahwa semakin kecil nilai ω, maka
semakin kecil kapasitas penyimpanan fluida (minyak dan gas) dalam fracture,
namun di dalam matriks, kapasitas penyimpanan fluidanya tergolong baik.
Sebaliknya semakin besar ω maka penyimpanan fluida reservoir rekah alam
terdapat lebih banyak di dalam rekahan.
3 tipe reservoir rekah alami berdasarkan nilai storativity ratio dapat kita
kelompokan dalam tiga tipe2, yaitu:
a. Tipe A : Storage capacity pada matriks yang tinggi jika di bandingkan
dengan storage capacity pada rekahan
b. Tipe B : Storage capacity pada matriks dan rekahan hampir sama besarnya
c. Tipe C : Storage capacity lebih banyak terdapat pada rekahan.

6.2.4 Well Test Pada Reservoir Rekah Alami


Dalam mengidentifikasi rekah alami dapat dilakukan melalui pendekatan
well test yaitu dengan menganalisa respon tekanan terhadap suatu fungsi waktu.
Ada tiga parameter yang perlu diketahui dalam mengidentifikasi reservoir rekah
alami yaitu storativity ratio (ω), interporosity flow coefficient (λ), dan fracture
permeability (kf).
Untuk analisa data yang dihasilkan dari pengujian tekanan pada reservoir
rekah alami, ada tiga metode analisa pendekatan yang umum digunakan yaitu
pendekatan pseudo steady-state (Metode Warren-Root), gradient flow model
(Metode Streltsova), dan derivative pressure type (Metode Bourdet). Ketiga
metode tersebut mendasari analisanya bahwa aliran dari matriks menuju rekahan,
rekahan menuju lubang sumur dan hanya rekahan yang mengalirkan fluida ke
lubang sumur.
6.2.4.1 Metode Warren-Root (Pseudo Steady-State)
Ada suatu asumsi dasar yang dipakai oleh Warren dan Root dalam
memecahkan persoalan ini, yaitu mereka menganggap bahwa aliran dari matriks
ke fracture ada di bawah kondisi pseudo steady-state. Begitu terjadi penurunan
tekanan pada fracture (karena fluidanya mengalir ke lubang sumur), maka segera
tekanan pada setiap titik pada matriks akan turun mencapai suatu tekanan rata –
rata dengan membebaskan fluidanya ke dalam fracture. adapun persamaan
diferensial parsial yang menerangkan sistem ini adalah :
δP
Df 2 1 δP Df δP δP
+ = =( 1−ω ) Dm +ω Df
δr r D δr D δt D δt D
D2 ...........................................(21)
δP Dm
(1−ω) =λ (P Df −P Dm )
δt D .................................................................(22)
Dimana :
ω = storativity ratio
= (f Cf) / (f Cf + f Cm )............................................................(23)
λ = (αrw2 km) / kf...........................................................................(24)
α = shape factor

Apabila semakin kecil harga ω maka storativity ratio matriksnya semakin


besar artinya fluida banyak terdapat di matriks. Semakin besar harga ω (ω-1),
maka fluida banyak terdapat di rekahan. Apabila semakin kecil harga λ maka
semakin kecil harga permeabilitas matriksnya dan kemampuan fluida akan
semakin sulit, begitu sebaliknya. Persamaan (23) dan Persamaan (24) ini
mempunyai solusi untuk reservoir yang infinite acting sebagai berikut :

PDf =
1
2 [
ln t D +0 . 80909+ Ei
−λt D
(
ω(1−ω )

−λt D
ω( 1−ω) )( )] .......................(25)
4
(2 .64×10 )kt
tD=
(φf C f + φm Cm )μr
w2 ....................................................................(26)

Saat harga t kecil, maka harga Ei pada persamaan (15) dapat ditiadakan.
Dimana harga Ei kedua berharga konstan, sehingga plot antara Pws terhadap log
(tp+Δt)/Δt menghasilkan garis lurus yang mempunyai kemiringhan (slope, m).
Sedangkan parameter ω dapat dihitung dengan mengukur beda tekanan secara
vertikal dari segmen garis lurus pertama dengan segmen garis lurus terakhir (δP),
dan memasuki ke persamaan :
ω=anti log(−δP /m) ..........................................................................(27)
Dimana :
δP = jarak vertikal antara slope awal dengan slope akhir
λ = interflow porosity coefficient dihitung dengan melakukan coba –
coba dengan memasukkan harga Pws dan Δt ke persamaan (25).

Adapun langkah – langkah pengerjaan untuk melakukan analisa


menggunakan pendekatan Warren-Root (Gambar 19) ini adalah sebagai berikut :
a. Plot Horner antara Pws vs log (tp+Δt)/Δt
b. Dari plot Horner tersebut dapatkan harga – harga slope garis lurus segmen
awal atau akhir (m), jarak vertikal segmen akhir dan awal (δP).
c. Ekstrapolasikan garis lurus segmen akhir ke harga log (tp+Δt)/Δt =1
sehingga didapatkan harga P* dan PWs pada saat satu jam (Pws1jam).
d. Berdasarkan kemiringan (slope,m) tentukan permeabilitas rekahan yaitu :
162. 2 qμB
kf=
mh ................................................................................(28)
e. Tentukan besarnya skin factor (s) dengan persamaan :
Ρ∗−Ρ1 jam
s=1 .151
[( m )
−log
( tr
φμ c
k
w2 )
+3 . 23
] ...............................(29)
f. Hitung besarnya harga storativity ratio (ω)
g. Tentukan harga koefisien aliran antar porositas (λ) dimana (αrw2 km) / kf
Gambar 19 Plot Kurva PBU Metode Warren and Root 8)

6.2.4.2 Metode Streltsova (Gradient Flow Model)


Streltsova mengasumsikan bahwa laju aliran dari matriks ke rekahan
adalah sebanding dengan gradien tekanan rata – rata di dalam matriks dan aliran
dari matriks ke rekahan adalah aliran vertikal. Sehingga persamaan tekanan di
setiap titik pada matriks dapat dituliskan sebagai berikut :
δ 2 ΔP m 1 ΔPm
=
δz2 η δt .................................................................................(30)

Menurut streltsova, persamaan differensial yang menggambarkan aliran


radial yang berasal dari rekahan – rekahan adalah dikarenakan meningkatnya
aliran oleh matriks (Vm), yaitu :
δ 2 ΔP f δΔP f 1 ΔP f V m
= =
δr 2 δr η δt T ...............................................................(31)
Dimana :
T = transmissibilitas efektif reservoir rekah alami (kfht/µ), mD-ft/cp
Ht = tebal lapisan, ft
ηf = diffusivitas rekahan, 2.64x10-4 kf/(µrCf), ft2/jam
Vm = aliran matriks – rekahan pada bidang permukaan antara matriks
dan rekahan pada z=0 persatuan waktu (kmδPm/µδz), ft3/detik
Jika suatu sumur berproduksi dari reservoir rekah alami pada laju
produksi yang konstan, maka hasil plot antara Pws vs log (tp+Δt)/Δt pada kertas
semilog akan membentuk garis lurus segmen awal dengan kemiringan (slop, m),
yaitu :
162 .6 qμB
m=
kh ,psi/cycle.................................................................(32)
Langkah – langkah pengerjaan untuk melakukan analisa menggunakan
pendekatan streltsova ini adalah sebagai berikut :
a. Buat Horner plot antara Pws vs log (tp+Δt)/Δt pada kertas semilog.
b. Tentukan kemiringannya (slope, m) dari segmen awal atau lanjut dan slope
segmen transisi.
c. Tentukan titik potong antara garis lurus segmen awal dan akhir dengan garis
lurus segmen transisi, sehingga dapat ditentukan besarnya Δtx yang
merupakan waktu perpotongan antara garis lurus segmen transisi dengan
garis lurus segmen akhir.
d. Tentukan titik potong dengan garis mendatar atau dengan harga Pws yang
sama dengan garis lurus segmen awal dan garis lurus segmen akhir, yaitu :
Y1 = (tp+Δt)/Δt, titik potong dengan garis lurus segmen awal.
Y1 = (tp+Δt)/Δt, titik potong dengan garis lurus segmen awal.
e. Tentukan besarnya harga ω, yaitu :
1 Y1 Y2
= ω=
ω Y 2 , sehingga harga Y1 ...............................................(33)
f. Tentukan besarnya harga (C)m, yaitu :

(φC )m=(φC 1 ) ( ω1 −1) ....................................................................(34)


g. Tentukan besarnya permeabilitas rekahan (kf) dengan persamaan :
162. 2 qμB
kf=
mh ...............................................................................(35)
h. Tentukan harga skin faktor (s) dengan persamaan :
Ρ1 jam−Ρ ws t p +1
s=1 .151
[ m
+log
tp
−log
k
(φC )m μr w
+3 . 23
] ................(36)
i. Tentukan harga ηm yaitu dengan persamaan :
2 .64×10−4
ηm =
(φC )m μ ............................................................................(37)

j. Tentukan panjang bagian matriks (L) dengan persamaan :


Δt x η m
L=

0 .182 .....................................................................................(38)
k. Tentukan λ, dengan persamaan :
kr
w2
λ= 2
L ...........................................................................................(39)

6.2.4.3 Metode Bourdet (Pressure Derivative Type Curve)


Kebanyakan bentuk type curve adalah flow test bukan build up test,
sehingga penggunaan type curve untuk analisa pressure build up test diperlukan
perubahan penting. Bentuk yang baru dari type curve diperkenalkan oleh Bourdet
et.al., pada tahun 1983 dimana sumbu vertikal merupakan turunan pertama dari
tekanan tak berdimensi (PD) dengan pengaruh (tD/CeD), seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 20 Pressure Derivative Type Curve Bourdet 10)


Type curve dari pressure derivative dikembangkan juga untuk reservoir
dengan system double porosity, karena bentuk kurvanya memperlihatkan adanya
rekahan sehingga lebih pasti dalam menginterpretasikan data. Type curve ini
didasarkan pada persamaan model aliran liquid yang sedikit compressible pada
formasi yanbg homogen. Kondisi awal diasumsikan pada tekanan yang sama
sepanjang daerah pengurasan sumur pada kondisi outer boundary diasumsikan
inifinite acting reservoir, sedangkan kondisi inner boundary adalah laju alir tetap
dengan pengaruh wellbore storage dan pengaruh skin.
Dalam menganalisa data pressure build up menggunakan type curve
drawdown, telah dijelaskan bahwa harga (tp+Δt)/Δt = 1, hal ini berlaku untuk
sumur gas dan minyak. Apabila harga waktu produksi (t p) kecil atau Δt besar,
maka penggunaan type curve drawdown menjadi tidak berlaku. Untuk mengatasi
keterbatasan tersebut, maka agarwal merumuskan waktu yang baru sebagai
equivalen drawdown time, yaitu sebagai berikut :
tp
Δt e = Δt
t p + Δt ................................................................................(40)
Untuk persamaan derivative, maka persamaan di atas akan menjadi :
∂ Pws ∂ Pws
=Δt e =Δt e ΔP1
∂( ln Δt e ) ∂( Δt e ) .......................................................(41)
Data aktual harus diplot Δt ΔP’ vs Δte dan ΔP vs Δte pada kertas grafik log-log.

Sebagai hasil match, maka dapat ditentukan hubungan antara (Δt e, tD/CD)
dan (ΔP, PD), sehingga permeabilitas formasi dapat ditentukan dari matching
tekanan dengan persamaan :

141. 2 qμB P D
k=
h ΔP [ ] MP ......................................................................(42)
Sedangkan dari match waktu, maka koefisien wellbore storage dapat
ditentukan dengan persamaan :

0 . 0002637 Δt e
C D=
φμ c t r 2 tD
w
CD [ ] MP .............................................................(43)
Langkah – langkah pengerjaan untuk melakukan analisa menggunakan
pendekatan Bourdet ini adalah sebagai berikut :
a. Buat plot pada kertas log – log hubungan antara Δt ΔP’ (tp+Δt)/Δt vs Δt dan
plot antara ΔP vs Δt.
b. Lakukan penyesuaian atau matching terhadap kurva derivatif Bourdet untuk
plot pada langkah (a) tersebut.
c. Cata harga – harga match point yang didapat dari matching tersebut, yaitu :
ΔP, Δt, PD, tD/CD, (CD e2a)f=m, (CD e2s)f dari plot ΔP vs Δt
Λ(CD)f-m / (1-ω) dari plot Δt ΔP’(tp+Δt)/Δt vs Δt
d. Tentukan harga – harga :
(PD)MP / (ΔP)MP
(tD/CD)MP / (Δt)MP
(CD e2s)f-m / (CD e2s)f
e. Tentukan permeabilitas rekahan (kf) menggunakan persamaan :
162. 2 qμB
kf=
mh ................................................................................(44)
f. Tentukan koeffisien wellbore storage (Cs) menggunakan persamaan :
2 . 95×10−4 k f h( Δt ) MP
C s=
tD

g. Tentukan koeffisien
μ [ ]CD
Δt MP .............................................................(45)
wellbore storage dimensionless (CD)f-m dengan
persamaan :
0 .8936
( C D ) f −m= φμ c hr
t w2
........................................................................(46)
h. Tentukan besarnya skin faktor (s) dengan persamaan :

( C D e 2 s )f =m
s=0 . 5 ln
[ (C D e2 s )f ]
.....................................................................(47)
i. Tentukan besarnnya interporosity flow coefficient (λ), yaitu :
(1−ω)
λ=
(C D ) f +m .....................................................................................(48)
VI. DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
1.3.2 Tujuan
1.4 Metodologi Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN UMUM LAPANGAN
2.1 Profil Perusahaan PT Pertamina EP Asset 5 Papua field
2.2 Letak Geografis Lapangan
2.3 Geologi Lapangan
1.3.1 Tatanan Geologi
1.3.2 Stratigrafi dan Lithologi
2.4 Kondisi Reservoir
2.5 Kondisi dan Sejarah Produksi
BAB III DASAR TEORI
3.1 Karakteristik Reservoir
3.1.1 Sifat Fisik Batuan Reservoir
3.1.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir
2.1.2.1 Sifat Fisik Gas
2.1.2.2 Sifat Fisik Minyak
2.1.2.3 Sifat Fisik Air Formasi
3.1.3 Kondisi Reservoir
3.1.3.1 Tekanan
3.1.3.2 Temperatur
3.2 Produktivitas Formasi
3.2.1 Aliran Dalam Media Berpori
3.2.2 Productivity Index
3.2.3 Inflow Performance Relationship (IPR)
3.2.4 Skin Factor
3.2.5 Flow Efficiency
3.3 Uji Sumur (well test)
3.3.1.1 Pressure Build-Up (PBU)
3.3.1.1 Prinsip Super Posisi
3.3.1.2 Teori Pressure Build-Up
3.3.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kurva Tekanan
3.3.1.4 Pressure Derivative
3.3.1.2 Pressure Draw-Down Test
3.3.1.3 Analisa Pressure Build Up
3.3.3.1 Software Simulator Saphir 3.20
3.3.3.2 Metode Horner
3.4 Reservoir Rekah Alami
3.4.1 Asal Muasal Suatu Reservoir Rekah Alami
3.4.2 Karakteristik Reservoir Rekah Alami
3.4.3 Parameter Reservoir Rekah alami
3.4.3.1 Interporosity Flow Coefficient
3.4.3.2 Storativity Ratio
3.4.4 Welltest Pada Reservoir Rekah Alami
3.4.4.1 Metode Warren-Root
3.4.4.2 Metode Streltsova
3.4.4.3 Metode Bourdet
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA
4.1 Data
4.1.1 Data Reservoir
4.1.2 Data PVT
4.1.3 Data Produksi
4.1.4 Data PBU
4.2 Analisa Menggunakan Saphir 3.20
4.2.1 Input Data
4.2.2 Ekstrak Delta P
4.2.3 Pemilihan Model
4.2.4 Improve
4.2.5 Output
4.2.6 Penentuan PI dan FE
4.3 Analisa Menggunakan Metode Bourdet
4.4 Identifikasi Adanya Rekah Alami
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmed, Tarek, “Advanced Reservoir Engineering”, Gulf Publishing


Company, Houston, Texas, 2005.
2. Andeka, Indira., “Analisa Pressure Build -Up Test Dengan Menggunakan
Metode Horner Manual Dan Saphir 3.20 Untuk Identifikasi Kerusakan
Formasi Pada Sumur “KB” Lapangan “D”, Skripsi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta, 2011.
3. Brown, K. E. and Beggs, H. D., “The Technology of Artificial Lift Methods
Vol 1”, PennWell Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1977.
4. Chaudhri, A. U., “Gas Well Testing”, Gulf Publishing Company, Houston,
Texas, 2003.
5. Fahmi, Nizar, “Analisa Pressure Build-Up Pada Basement Reservoir Untuk
Mengidentifikasi Adanya Naturally Fracture Di Lapangan Armadillo”,
Skripsi Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta, 2011.
6. Guo, B. Ph.D., et. al., “Petroleum Production Engineering”, Elsevier Science
& Technology Books, 2007.
7. Hariyadi, dkk., “Pengantar Teknik Perminyakan (TM-110)”, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta, 2004.
8. Lee, J., “Well Testing”, SPE Text Book series, Dallas Houston, USA, 1982.
9. Mandala, Wirawan W., “Mekanika Reservoir”, Gallery Ilmu, Yogyakarta,
2014.
10. Rukmana, Dadang dkk., “Teknik Reservoir Teori dan Aplikasi”, Pohon
Cahaya, Yogyakarta, 2011.
11. Rumansara, P. H., “Analisis Variasi Ukuran Tubing dan Pipeline Untuk
Mendapatkan Produksi Optimal Sumur X Lapangan Y, Skripsi
Universitas Papua, 2013.
12. ............, “Teknik Reservoir”, Pertamina, 2003.
LAMPIRAN

ALAMAT INSTITUT/JURUSAN PENGAJU PROPOSAL

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

JL. PROKLAMASI NO.1 YOGYAKARTA

TELP : 0274-485517

FAX : 0274-486008

HOME PAGE : HTTP://WWW.UP45.AC.ID


BIODATA

NAMA LENGKAP. : MODESTUS FREIZARIO ERDY PINTO

TEMPAT TANGGAL LAHIR. : KUPANG-12-02-2000

AGAMA. : KATHOLIK

ALAMAT SEKARANG. : JL.


BABARSARI,CATURTUNGGAL,DEPOK,SLEMAN

TELEPHONE/HP. : +6281217432819

ALAMAT ASAL. : KUPANG-NUSA TENGGARA TIMUR

ALAMAT EMAIL. : modestusfreizario@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1.2006-2011. : ESCOLA PORTUGUESA RUI CINNATI,DILI

2.2012-2014. : SMP-ESCOLA PAROCIAL SAO PEDRO,DILI

3.2015-2017. : SMA-ANNUR DILI

Anda mungkin juga menyukai