Yayan Sofyan
16416226201076
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 16416226201076
Yayan Sofyan
Telah diujikan pada hari Senin tanggal 20 April 2021 dan dinyatakan LULUS
dengan susunan Tim Penguji sebagai berikut:
Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi
iii
LEMBAR PERNYATAAN
<tandatangan>
Yayan Sofyan
Iv
KATA PENGANTAR
Semoga Tugas Akhir/Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat, baik sebagai sumber
informasi maupun sumber inspirasi, bagi para pembaca.
Karawang, <Tanggal>
Penulis,
<Nama Mahasiswa>
v
RINGKASAN
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................
2.1. Teori 1
2.2. Teori 2
2.3. Teori 3
2.n Tabel Penelitian Terkait..............................................................................
METODE PENELITIAN........................................................................................
3.1. Bahan Penelitian
3.2. Peralatan Penelitian
3.3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian......................................................
3.4. Prosedur Percobaan
3.5. Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
SURAT KETERANGAN KERJA PRAKTIK DARI
PERUSAHAAN
KARTU KONSULTASI KERJA PRAKTIK
KARTU KEGIATAN KERJA PRAKTIK
DOKUMENTASI KERJA PRAKTIK
RIWAYAT PENULIS..............................................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu diadakan perencanaan dan
pengawasan terhadap bahan baku itu baik mengenai jumlanya dan kualitasnya.
Untuk memperoleh jumlah dan kualitas yang tepat dari persediaan bahan baku
serta tersedia dalam waktu yang diperlukan dengan biaya yang minimum
perusahaan perlu melakukan pengendalian persediaan. Jadi dalam rangka
mencapai tujuan tersebut perlu diadakan perencanaan mengenai persediaan bahan
baku yang sesuai dengan kebutuhan untuk proses produksi dan kapan diadakan
pesanan serta berapa besarnya pesanan yang sesuai ditinjau dari sudut biaya yang
diperlukan akan tercapai keuntungan yang optimal.
Kerja Praktik (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib pada program
studi, yang berupa kegiatan praktek kerja untuk mendapat gambaran nyata
sekaligus penerapan dari ilmu yang telah diperoleh selama diperkuliahan. Dalam
pelaksanaan Kerja Praktik, mahasiswa melakukan pekerjaan yang diberikan oleh
pembimbing dari perusahaan, melakukan analisis sistem diperusahaan,
mengidentifikasi masalah yang ada diperusahaan, menganalisis kesesuaian
praktek lapangan dengan teori. Kerja Praktik disesuaikan dengan Kurikulum Teknik
Industri. Oleh karena itu, pemilihan tempat Kerja Praktik di PT Megayaku Kemasan
Perdana yang bergerak dalam bidang industri manufaktur sangat sesuai dengan
bidang keilmuan mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Buana
Perjuangan Karawang.
PT Megayaku Kemasan Perdana merupakan salah satu perusahaan industri
manufaktur yang bergerak dalam bidang produksi kemasan/jeriken untuk
kebutuhan industri Chemical yang berlokasi di Kawasan Industri Kujang
Cikampek (KIKC), Jalan Ahmad Yani no. 39, Kalihurip, Cikampek, Kabupaten
Karawang, Indonesia. Produk-produk yang dihasilkan ada beberapa jenis ukuran
jeriken diantaranyan 20 liter, 25 liter, dan 30 liter dan dengan bobot bervariasi
mulai dari 1 kg, 1,3 kg, 1,5 kg, dimana pangsa pasarnya didalam negri dan luar
negri. Bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi jeriken yaitu HDPE
Titanvene, PP Cosmoplene, LDPE Cosmothene, dan pewarna. Dengan komposisi
bahan baku yang digunakan dalam produksi jeriken adalah 75% HDPE Titanvene,
25% LDPE Cosmothene, dan 0,6% pewarna (Master Bath) (Perusahaan, 2019).
Sebagian besar bahan baku tersebut diperoleh dari dalam negri. Untuk
memperoleh pangsa pasar
2
yang baik, perusahaan dituntut untuk memiliki sistem pengendalian persediaan
yang baik, efektif dan efisien.
Dengan besarnya kapasitas produksi yang ada, perusahaan mengalami
kendala yang cukup sulit dalam penanganan persediaan bahan baku. Kondisi yang
terjadi di lapangan adalah perusahaan menetapkan jumlah persediaan yang cukup
besar untuk menghindari kekurangan bahan baku dan lead time yang tidak pasti.
Perusahaan melakukan kebijakan tersebut agar tidak terjadi lost sale, mesin dapat
terus beroperasi, dan karyawan tidak menganggur. Namun dampaknya yang
terjadi adalah penumpukan bahan baku atau over capacity, sehingga tidak sesuai
dengan jumlah produksi yang dibutuhkan dan menambah biaya penyimpanan
bahan baku. Berdasarkan uraian diatas, penulis akan melakukan analisa terhadap
kendala persediaan bahan baku yang terjadi pada perusahaan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya Kerja Praktik ini, yaitu untuk mengetahui
terjadinya penumpukan bahan baku yang mana hal tersebut disebabkan oleh
belum adanya perhitungan persediaan bahan baku yang sesuai dengan kondisi
perusahaan dan mencari solusi atas permasalahan tersebut.
1.3 Manfaat
Manfaat Kerja Praktik adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Perusahaan
2. Manfaat Bagi Akademisi
3. Manfaat Bagi Program Studi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
proses lebih lanjut. Proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada
sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem rumah tangga.
Persediaan bagi perusahaan sangatlah penting, dimana persediaan mampu
menghubungkan satu operasi ke operasi selanjutnya yang berurutan dalam
pembuatan suatu produk untuk kemudian disampaikan ke konsumen. Persediaan
dapat dioptimalkan dengan mengadakan perencanaan produksi yang lebih baik,
serta manajemen persediaan yang optimal, untuk itu maka dibutuhkan adanya
pengendalian persediaan guna mencapai tujuan tersebut (Khairani, 2013).
14
1. Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok
(supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan
dihasilkan oleh perusahaan.
2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah
atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah
lanjutan agar menjadi produk jadi.
3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses,
siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke
lokasi- lokasi pemasaran.
4. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan
untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk
akhir yang dihasilkan perusahaan.
PROSES
PRODUKSI
16
c. Waktu ancang-ancang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena
berbagai faktor yang tak dapat dikendalikan sepenuhnya.
d. Ketidakpastian ini akan diredam oleh jenis persediaan yang disebut
persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman ini digunakan
jika permintaan melebihi peramalan produksi lebih rendah dari rencana atau
waktu ancang-ancang (lead time) lebih panjang dari yang diperkirakan
sebelumnya.
3. Keinginan melakukan spekulasi (speculative motive) yang bertujuan
mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga barang dimasa mendatang.
Menurut Khairani (2013) berdasarkan fungsinya, persediaan dibagi menjadi
atas 4 (empat) jenis yaitu:
1. Persediaan berdasarkan batch/lot produksi (batch Stock atau Lot Size
Inventory), yaitu persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah
yang dibutuhkan. Sehingga dalam hal ini pembelian atau pembuatan dilakukan
untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dilakukan dalam
jumlah yang kecil. Keuntungan yang diperoleh antara lain:
a. Adanya potongan harga pada harga pembelian.
b. Adanya efisiensi produksi akibat operasi atau proses produksi yang lebih
lama.
c. Adanya penghematan pada biaya angkutan.
2. Persediaan guna mengatasi fluktuasi permintaan (fluctuation stock), yaitu
persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen
yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan
untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan
menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi
permintaan tidak dapat diramalkan. Apabila terdapat fluktuasi permintaan yang
sangat besar, maka persediaan ini dibutuhkan guna menjaga kemungkinan naik
turunnya permintaan konsumen.
3. Persediaan guna mengantisipasi keadaan (anticipation stock), yaitu persediaan
yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,
hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan
17
akibat permintaan yang meningkat sehingga tidak mengganggu kegiatan proses
produksi.
18
2.2.3 Bentuk Sistem Persediaan
Menurut Khairani (2013) dalam melakukan persediaan harus diketahui
bagaimana sistem persediaan yang seharusnya digunakan perusahaan. Sistem
persediaan digolongkan pada 2 (dua) sistem, yaitu:
1. Sistem Sederhana
Sistem persediaan yang dilihat berdasarkan masukan (input) dan keluaran
(output) produksi sesuai gambar 3.2. berikut:
Permintaan
(Demend)
Masukan Keluaran
PERSEDIAAN
(Input) (Output)
19
Pada sistem persediaan berjenjang menggambarkan sistem persediaan yang saling
berkaitan dengan beberapa fasilitas yang mempengaruhi sistem produksi
perusahaan. Fasilitas yang dimaksud contohnya adalah gudang, mulai dari
persediaan bahan baku di gudang pusat, kemudian disalurkan ke gudang wilayah
dan terakhir ke gudang perusahaan seperti yang terlihat pada gambar 3.3.
Trun Out
Perusahaan
Repaired
Komponen
Gudang
Pembelian
20
1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian (purchasing cost) yaitu biaya yang digunakan untuk
membeli barang. Jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang tersebut akan
sangat berpengaruh pada biaya pembelian. Dalam hal ini biaya pembelian lebih
bersifat variabel karena tergantung pada jumlah barang yang dipesan.Sehingga
biasa disebut unit variable cost atau purchasing cost. Biaya pembelian merupakan
faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran atau
jumlah pembelian. Situasi ini diistilahkan dengan quantity discount dimana harga
barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli dalam jumlah besar.
Dalam banyak teori persediaan seringkali komponen biaya pembelian ini tidak
dimasukkan kedalam biaya persediaan karena diasumsikan komponen biaya
pembelian untuk suatu periode tertentu (misalnya satu tahun) dianggap konstan
dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang beberapa
banyaknya barang yang harus dipesan.
2. Biaya Pengadaan Barang
Biaya pengadaan barang (procurement cost) yaitu biaya pengadaan
kebutuhan akan barang yang dibedakan atas 2 (dua) jenis biaya sesuai dengan asal
barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang dibutuhkan
didapatkan dari pihak luar dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang yang
dibutuhkan diperoleh dengan cara membuat sendiri.
Berikut dijelaskan kedua jenis biaya (Khairani, 2013) yaitu:
1. Biaya pemesanan (ordering cost), merupakan seluruh pengeluaran yang timbul
untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk
menentukan supplier, pembuatan pesanan, pengiriman pesanan, biaya
pengangkutan, biaya penerimaan dan sebagainya. Biaya ini diasumsikan
konstan setiap kali pesan.
2. Biaya pembuatan (setup cost), merupakan keseluruhan pengeluaran yang
timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam
perusahaan yang meliputi biaya penyusunan peralatan produksi, menyetel
mesin, penyusunan barang di gudang dan sebagainya. Karena kedua biaya
tersebut mempunyai peranan yang sama yaitu sebagai pengadaan maka di
dalam
21
sistem persediaan biaya tersebut sering disebut dengan biaya pengadaan
(procurent cost).
3. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost), yaitu semua pengeluaran
yang timbul akibat penyimpanan barang. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-
biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila, kuantitas barang yang
dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya
yang termasuk sebagai biaya penyimpanan (Khairani, 2013) antara lain:
a. Biaya modal, yaitu biaya yang timbul karena adanya penumpukan barang di
gudang yang berarti penumpukan modal kerja, dimana modal perusahaan
mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Biaya ini
sering diukur sebagai presentasi nilai persediaan untuk periode waktu
tertentu.
b. Biaya kerusakan dan penyusutan, yaitu biaya yang ditimbulkan akibat
adanya kerusakan atau penyusutan barang karena beratnya atau jumlahnya
berkurang sehingga akan mengakibatkan adanya biaya tambahan dalam
sistem persediaan. Biaya kerusakan atau penyusutan biasanya diukur dari
pengalaman sesuai dengan presentasenya.
c. Biaya gudang, yaitu biaya yang ditimbulkan akibat adanya persediaan
barang digudang. Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan
sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka
biaya gudang merupakan biaya sewa, sedangkan bila perusahaan
mempunyai gudang sendiri, maka biaya gudang merupakan biaya
penyusutan maupun biaya perawatan barang.
d. Biaya administrasi dan pemindahan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
administrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemasaran,
penerimaan barang, penyimpanan dan biaya untuk memindahkan barang
termasuk di dalamnya adalah upah buruh dan biaya pengendalian peralatan.
e. Biaya administrasi, yaitu biaya yang ditimbulkan untuk menjamin kondisi
barang. Barang yang disimpan seringkali diasuransikan oleh perusahaan
untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Besarnya
22
biaya asuransi ini tergantung dari jenis barang yang diasuransikan dan
perjanjiannya dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya kadaluarsa (obsolence), yaitu biaya yang ditimbulkan akibat
kerusakan/penurunan nilai barang. Perubahan teknologi dan model seperti
barang-barang elektronik sangat cepat berkembang dan dapat
mempengaruhi penurunan nilai jual barang tersebut.
4. Biaya Kekurangan Persediaan (shortage cost) yaitu biaya yang timbul apabila
ada permintaan terhadap barang yang kebetulan tidak tersedia di gudang (stock
out). Untuk barang-barang tertentu, pelanggan dapat diminta menunda
pembeliannya atau dengan kata lain pelanggan diminta untuk menunggu.
Dalam hal ini shortage cost yang timbul adalah biaya ekstra untuk membuat
lagi barang yang dipesan. Dalam hal ini proses produksi akan terganggu dan
akan menimbulkan kerugian karena perusahaan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan atau akan kehilangan pelanggan karena konsumen
akan beralih pada pesaing. Menurut Khairani (2013) biaya-biaya yang
termasuk dalam biaya kekurangan persediaan diantaranya adalah:
a. Biaya kehilangan penjualan, dimana ketika perusahaan tidak mampu
memenuhi suatu pesanan, maka ada nilai penjualan yanghilang bagi
perusahaan.
b. Biaya kehilangan konsumen, pelanggan yang merasa kebutuhannya tidak
dapat dipenuhi perusahaan maka akan beralih keperusahaan lain yang
mampu memenuhi kebutuhan mereka.
c. Biaya pemesanan khusus, agar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan
akan suatu item atau part produk, perusahaan melakukan pemesanan khusus
agar item atau part produk yang diinginkan tersebut diterima tepat waktu
sehingga dalam hal ini dibutuhkan pemesanan khusus tentunya dengan
adanya penambahan biaya dan harga item atau part produk yang dibeli.
d. Biaya akibat terganggunya proses produksi, jika kekurangan persediaan
maka akan mengakibatkan gangguan pada proses produksi. Gangguan
tersebut membutuhkan beberapa biaya terkait diantaranya biaya tenaga
kerja, biaya bahan baku, dan biaya perawatan mesin. Biaya kekurangan
persediaan dapat timbul akibat beberapa persoalan, yaitu dapat diketahui
dari adanya kuantitas
23
yang tidak dapat dipenuhi dalam produksi, adanya waktu pemenuhan
gudang akibat kekosongan gudang, dan yang terakhir adalah adanya biaya
pengaduan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari
pengadaan normal (Khairani, 2013).
5. Biaya sistemik, yaitu biaya yang meliputi biaya perancangan dan perencanaan
sistem persediaan serta ongkos-ongkos untuk mengadakan peralatan serta
melatih tenaga kerja yang digunakan untuk mengoperasikan sistem. Biaya
sistematik ini dapat dianggap sebagai biaya investasi bagi pengadaan suatu
sistem pengadaan (Khairani, 2013).
24
pelanggan pada setiap perusahaan. Sebagian perusahaan mengukur pelayanannya
dengan tingkat persediaan barangnya dimana permintaan pelanggan dapat
dipenuhi sebelum waktu yang disepakati. Perusaahaan lain dengan memenuhi
pesanan pelanggan meskipun tidak sekaligus misalnya ketika ada pelanggan yang
memesan komputer, printer, aksesoris dan software dalam sekali order sedangkan
saat itu agen hanya memiliki beberapa diantaranya, maka ia akan memenuhi
pesanan yang kosong setelah mendapatkannya dari agen/distributor.
3. Status pesanan tidak akurat
Ketika pelanggan memesan suatu produk ke pemasok, mereka berharap bisa
mendapatkan informasi kapan pesanan tersebut bisa dipenuhi dan bagaimana
perkembangan pesanan mereka dari waktu ke waktu terutama untuk barang yang
memiliki nilai tinggi. Namun sering terjadi supplier tidak mampu memberikan
informasi akurat yang mengakibatkan perasaan ketidakpastian tinggi dan
mendorong pelanggan untuk menyimpan cadangan persediaan yang lebih banyak.
4. Sistem informasi tidak handal
Perusahaan tidak akan bisa memberikan informasi status pesanan jika sistem
informasi antar bagian didalam perusahaan maupun sistem yang bisa
menghubungkan perusahaan dengan pelanggan tidak handal. Sering kali tiap
bagian tidak memiliki informasi yang sama karena belum saling terintegrasi
sehingga terkadang jumlah persediaan di gudang dengan catatan penjualan
berbeda.
5. Mengabaikan dampak ketidakpastian
Banyak sumber ketidakpastian dalam rantai pasok, beberapa diantaranya
yaitu lead time supplier dan performansi pengiriman, kualitas bahan baku, waktu
proses produksi (termasuk downtimes mesin dan reworks), waktu transit dan
jumlah permintaan. Untuk mengurangi dampak ketidakpastian, manajer rantai
pasok harus memahami sumbernya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan.
Namun, sering kali mereka tidak memiliki dokumen dan catatan mengenai hal
tersebut sehingga yang terjadi persediaan sebuah barang berlebihan sedangkan
barang yang lain mengalami kekurangan atau salah memperhitungkan lead time
yang dibutuhkan untuk perpindahan material di sepanjang jaringan supply chain.
25
6. Kebijakan persediaaan terlalu sederhana
Memahami dan mencatat sumber ketidakpastian adalah hal pertama yang
harus dilakukan sebelum membuat sebuah kebijakan. Banyak model persediaan
yang menggunakan berbagai asumsi dan tidak bisa diterapkan di lapangan.
Perusahaan sering menyamaratakan kebijakan persediaan untuk semua item yang
memiliki karakteristik berbeda-beda. Ada yang lead time tinggi namun
permintaan relatif stabil, ada yang kebutuhannya sangat fluktuatif namun bisa
diprediksi. Kebijakan safety stock, reorder point, dan kebijakan lainnya harus
disesuaikan dengan itemnya.
7. Diskriminasi terhadap pelanggan internal
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang sudah terintegrasi dengan
perusahaan lain, mengirim produknya langsung ke perusahaan tersebut karena
mendapat keuntungan lebih dibandingkan menjualnya langsung. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa pelayanan yang diberikan kepada pelanggan yang membeli
langsung ke mereka tidak sebaik ke pelanggan yang membeli melalui mitra
perusaahaan. Ketika pelanggan yang membeli langsung, maka perusahaan akan
menundanya dan menyebabkan backorder.
8. Koordinasi yang buruk
Pelanggan yang ingin memesan berbagai macam produk dari beberapa
pemasok yang berbeda dalam satu kali pemesanan, maka perusahaan akan
melakukan kordinasi untuk memenuhi pesanan tersebut. Produk yang dipesan
akan dikirim secepat mungkin ke pelanggan ketika tiba. Koordinasi yang baik
antar pemasok sangat penting dan memberikan target waktu. Namun, target waktu
yang dibuat tanpa pertimbangan pada akhirnya tidak berguna dan sering
terlupakan. Akibat dari buruknya kordinasi menyebabkan keterlambatan,
pelayanan yang buruk, meningkatnya persediaan, dan pada akhirnya
menyebabkan kerugian.
9. Analisis metode pengiriman yang tidak lengkap
Mengganti moda transportasi dapat memberikan efek yang signifikan pada
biaya investasi dan performansi pelayanan. Meskipun memilih moda transportasi
berdasarkan pertimbangan ekonomis, transportasi juga merupakan faktor yang
penting. Memilih moda transportasi harus disesuaikan dengan jenis dan nilai
barang yang diangkut. Ketika perusahaan mencari solusi untuk meminimalkan
26
lead time
27
pengiriman yang panjang, transportasi udara biasanya tidak masuk sebagai
pertimbangan, padahal ini tidak selalu benar. Perusaahan yang melakukan analisis
transportasi ternyata bisa meminimalkan biaya pengiriman dari transportasi laut
ke udara. Untuk produk yang relatif kecil volumenya dan membutuhkan
kecepatan respon yang tinggi, ongkos transportasi yang mahal bisa dibayar
dengan penghematan dari berkurangnya tumpukan persediaan.
10. Biaya-biaya persediaan yang tidak sesuai
Analisis biaya-biaya dan investasi dalam persediaan menjadi hal sangat
penting dalam pengambilan keputusan. Banyak variasi biaya yang berbeda-beda
bahkan dalam perusahaan yang sama. Hal ini terjadi karena tidak ada standar yang
jelas untuk menentukan mana yang paling berpengaruh dalam peningkatan biaya.
Sebagian besar perusahaan hanya memasukkan biaya modal, pergudangan dan
penyimpanan. Padahal, komponen biaya persediaan termasuk biaya kerusakan
bagi produk yang memiliki siklus hidup pendek sehingga semakin lama disimpan
akan semakin menurunkan nilainya dan biaya akibat pemrosesan kembali untuk
produk yang mengalami kerusakan atau cacat dan bisa diolah kembali.
11. Hambatan dalam organisasi
Beberapa eselon dalam rantai pasok memiliki iklim dan budaya organisasi
yang berbeda-beda, dimana setiap organisasi memiliki ukuran performansi dan
evaluasi reponsibilitas masing-masing. Hambatan organisasi mungkin bisa
mengganggu kordinasi pengawasan persediaan, termasuk perbedaan dalam objek
dan metrik performansi, ketidaksetujuan pada penanggung jawab persediaan, dan
ketidakinginan untuk berkomitmen saling membantu. Sebagian besar yang
memiliki struktur organisasi tidak terpusat dan beberapa diantaranya sering
mengalami hambatan dalam pengawasan persediaan.
12. Proses desain produk tanpa kordinasi dengan jaringan supply chain
Desain produk baru terjadi dengan cepat dan ketepatan produksi serta
perakitan adalah hal yang kritis untuk efektivitas biaya dan kualitas, namun
implikasinya bagi persediaan dalam rantai pasok sering tidak dipahami dengan
baik. Hal itu mengakibatkan persediaan meningkatkan biaya distribusi dan
penyimpanan. Sama halnya dengan memperkenalkan produk tanpa dukungan
perencanaan rantai pasok yang jelas menyebabkan masalah ketidaktersedianya
28
produk dan panjangnya waktu lead time yang akan berakibat pada kesuksesan
suatu produk.
29
1. Jadwal induk produksi sebagai landasan untuk menyusun rencana dan jadwal
pengadaan. Jadwal produksi ini lazim disebut Master Production Scheduling
(MPS).
2. Status persediaan yang akan menjadi landasan penentuan jumlah unit yang
harus dipesan, lazim disebut Inventory Record.
3. Struktur produk yang akan menjadi landasan untuk menghitung jumlah unit
bahan yang dibutuhkan untuk setiap jenis bahan yang dibutuhkan, lazim
disebut dengan Bill of Material (BOM).
4. Waktu tenggang antara pemesanan dan penerimaan pesanan yang dimaksud,
lazim disebut dengan lead time.
Menutur Herjanto (2008) dalam Abubakar (2017) menyebutkan bahwa
sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut.
1. Meminimalkan persediaan; sistem MRP menentukan berapa banyak dan kapan
suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi.
Dengan menggunakan metode ini, pengadaan (pembelian) komponen yang
diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang
diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman; MRP
mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari
segi jumlah dan waktunya dengan memeperhatikan waktu tenggang produksi
maupun pengadaan (pembeliaan) komponen, sehingga memperkecil resiko
tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya
rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis; dengan MRP jadwal produksi diharapkan dapat
dipenuhi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Menurut Heizer dan Render (2015) dalam Abubakar (2017) Banyak
perusahaan yang telah memanfaatkan sistem MRP untuk mengendalikan
persediaan, karena MRP dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mendapatkan respon yang lebih baik bagi pesanan pelanggan sebagai hasil dari
jadwal yang terus-menerus diperbaiki. Penerapan MRP membutuhkan jadwal
induk produksi, fasilitas produksi, pelaksanaan jadwal, dan pengiriman barang
30
yang tepat waktu, akurat dan disiplin. Perusahaan yang mampu menerapkannya
akan memiliki keunggulan bersaing dan mampu menguasai pasar.
2. Respon yang lebih cepat terhadap perubahan pasar. Perubahan pasar yang
cepat dan dinamis turut mempengaruhi permintaan dan selera pelanggan,
karena itu perusahaan sangat dituntut untuk mampu memenuhi dan menjawab
perubahan tersebut.
3. Mampu memanfaatkan fasilitas dan tenaga kerja secara lebih optimal. Jadwal
pengadaan bahan baku yang teratur dengan berpedoman pada jadwal induk
akan mampu memberdayakan mesin dan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
sehingga tidak menimbulkan pemborosan. Melalui penerapan pengendalian
persediaan, perusahaan memang mendapatkan banyak manfaat. Namun
manfaat yang paling bisa dirasakan langsung bagi perusahaan adalah
berkurangnya tingkat persediaan, dan oleh karena itu berdampak pada
berkurangnya biaya persediaan yang harus dikeluarkan.
4. Mendapatkan respon yang lebih baik terhadap pesanan pelanggan dan pasar,
sehingga mampu memenangkan pesanan dan pangsa pasar. Pemanfaatan
fasilitas dan pekerja yang lebih baik akan menghasilkan produktivitas dan
pengembalian investasi yang lebih tinggi. Sedangkan persediaan yang lebih
sedikit dapat membebaskan modal dan ruang untuk digunakan pada
kepentingan yang lain. Manfaat ini merupakan hasil dari sebuah keputusan
strategis untuk menggunakan sistem penjadwalan persediaan yang terikat.
31
Jadwal Catatan
Daftar
Induk Persediaa
Material
Produ n
ksi
Perencanaan Kebutuhan
Material
Input:
1. Data Permintaan Total
Process: Output:
2. Status Inventory
Penjadwalan Produksi Jadwal Produksi Induk
3. Rencana Produksi
Induk (MPS) (MPS)
4. Data Perancangan
5. Informasi dari RCCP
FeedBack
32
1. Data Permintaan Total, merupakan salah satu sumber data bagi proses
penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan
penjualan (sales forecast) dan pesanan-pesanan (orders).
2. Status Pesediaan, berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok
yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-
pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and
purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara
akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak
yang harus dipesan.
3. Rencana Produksi, memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus
menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, persediaan, dan
sumber- sumber daya lain dalam rencana produksi itu.
4. Data Perencanaan, berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing yang
harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu
tunggu (lead time) dari masing-masing item tersedia dalam file induk dari item
(Item Master File)
5. Informasi dari Rough Cut Capacity Planning (RCCP), berupa kebutuhan
kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi
MPS.
33
2.3.4 Item Master File (Catatan Persediaan)
Heizer dan Render (2015) dalam Abubakar (2017) menyebutkan bahwa agar
sebuah MRP dapat bekerja dengan baik dibutuhkan suatu manajemen persediaan
yang baik. Jika perusahaan belum mencapai setidaknya 99 persen ketelitian
catatan, maka perencanaan kebutuhan material tidak akan bekerja dengan baik.
Herjanto (2008) dalam Abubakar (2017) menyatakan Sistem MRP harus
memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to date untuk setiap
komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang akurat tentang
ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi
maupun yang sedang direncanakan. Data itu mencakup nomor identifikasi, jumlah
barang yang terdapat di gudang, jumlah yang dialokasikan, tingkat persediaan
minimum (safety stock level), komponen yang sedang dipesan dan waktu
kedatangan, serta waktu tenggang (procurement lead time) bagi setiap komponen.
34
jenis material (bahan, parts, komponen, atau subkomponen) secara berkala
35
melalui stock opname. Sediaan yang ada menjadi pengurang terhadap
kebutuhan total yang diturunkan dari target produksi. Informasi atas
penerimaan sediaan, sediaan yang sedang dalam pesanan, sediaan yang telah
dipakai, dan sisa yang masih ada di gudang, harus dicatat dalam buku
persediaan (inventory record). Informasi inventory record ini menjadi landasan
untuk menentukan volume pesanan.
3. Perusahaan menetapkan jumlah unit yang dibutuhkan dari setiap jenis material
yang akan diproses guna memenuhi target produksi yang sudah didefinisikan.
Untuk menentukan jumlah unit dari setiap jenis material yang diperlukan,
perusahaan harus menyusun struktur dari bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu unit produk. Struktur bahan dari setiap unit produk ini
disebut dengan Bill of Material (BOM). Kebutuhan total dapat diketahui
dengan mengalihkan target keluaran dalam MPS dengan unit yang diperlukan
menurut BOM.
Orlicky (1975) dalam Rasto (1996) dan Adihartati (1997) dalam Aulia
(2010) juga menyebutkan bahwa logika proses dalam sistem MRP terdiri dari
empat langkah sebagai berikut.
1. Eksplosi
Eksplosi adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk komponen pada
tingkat yang lebih bawah. Dasar untuk menentukan kebutuhan material ini
dalam tiap tahap, langsung atau tidak langsung, diturunkan dari jadwal induk
produksi dan tergantung pada posisinya dalam struktur produk.
2. Netting
Netting merupakan proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan
bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan
keadaan persediaan, baik persediaan yang ada (on hand inventory) maupun
yang direncanakan akan diterima dalam suatu periode tertentu. Dalam
perhitungan kebutuhan bersih dapat dilakukan perbaikan dengan
menambahkan faktor-faktor lain, seperti memasukkan faktor sediaan
pengaman atau faktor kerusakan konponen. Persediaan pengaman hanya
digunakan untuk permintaan produk akhir yang independen.
36
3. Lotting
Proses ini merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah
pemesanan yang optimum berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan
bersih.
4. Offsetting
Langkah offsetting bertujuan untuk menentukan waktu yang tepat bagi
perencanaan pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih. Rencana
pemesanan diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan awal bersih yang
diinginkan dengan besarnya waktu tunggu (lead time).
Keseluruhan proses MRP dapat digambarkan dalam format tampilan MRP
seperti di bawah ini, termasuk penjelasan untuk tiap-tiap komponennya. (Gaspersz
(2005) dalam Abubakar (2017).
Tabel 3.1 Tampilan Horizon MRP
Lead Time:
Periode (Minggu)
On Hand :
Lot Size : P1 P2 P3 P4
Gross Requirment
Schedule Receipt
Project On Hand 0
Net Requirment
Planned Order Receipts
Planned Order Realease
37
Horizon merupakan banyaknya waktu ke depan yang tercakup dalam
perencanaan.
4. Gross Requirement merupakan total dari semua kebutuhan, termasuk
kebutuhan yang diantisipasi untuk setiap periode waktu.
5. Projected On-Hand merupakan projected available balance (PAB), dan tidak
termasuk planned order.
6. Planned Order Receipts merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali yang
telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna
memenuhi kebutuhan kebutuhan bersih.
7. Planned Order Release merupakan kuantitas planned order yang ditempatkan
atau dikeluarkan dalam periode tertentu agar item tersebut tersedia pada saat
dibutuhkan.
38
1. Peramalan jangka panjang, yaitu mencakup waktu lebih besar dari 18 bulan.
Misalnya, peramalan yang berkaitan dengan penanaman modal, perencanaan
fasilitas, dan perencanaan untuk kegiatan litbang.
2. Peramalan jangka menengah, yaitu mencakup waktu antara 3 sampai 18 bulan.
Misalnya peramalan untuk perencanaan penjualan, perencanaan produksi, dan
perencanaan tenaga kerja tidak tetap.
3. Peramalan jangka pendek, yaitu untuk jangka waktu kurang dari 3 bulan.
Misalnya, peramalan dalam hubungannya dengan penjadwalan kerja atau
penugasan karyawan.
Peramalan jangka panjang banyak menggunakan pendekatan kualitatif
sedangkan peramalan jangka menengah dan pendek biasanya menggunakan
pendekatan kuantitatif (Abubakar, 2017).
A. Metode Peramalan Kualitatif (Judgement Method)
Peramalan kualitatif pada umumnya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh
intuisi, emosi, pendidikan, dan pengalaman seseorang Rusdiana (2014).
Peramalan kuantitatif (Sofyan Assauri, 1984) dalam Rusdiana ( 2014), hanya
dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi berikut:
1. Adanya informasi tentang keadaan yang lain.
2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.
3. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang
akan datang.
Menurut Rusdiana (2014) ada beberapa metode peramalan yang
digolongkan sebagai model kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Metode Delphi
Dalam metode ini, sekelompok pakar mengisi kuesioner. Variabel moderator
menyimpulkan hasilnya dan memformulasikan menjadi suatu kuesioner baru
yang diisi kembali oleh kelompok tersebut, demikian seterusnya.
2. Dugaan Manajemen (Management Estimate) atau Panel Consensus
Metode ini cocok dalam situasi yang sangat sensitif terhadap intuisi dari
sekelompok kecil orang yang mampu memberikan opini kritis dan relevan.
3. Riset Pasar (Market Research)
39
Riset pasar (market research) merupakan sebuah metode peramalan
berdasarkan hasil survei pasar yang dilakukan oleh tenaga pemasaran produk
atau yang mewakilinya. Metode ini akan berfungsi untuk menjaring informasi
dari pelanggan potensial (konsumen), berkaitan dengan rencana pembelian
mereka pada masa mendatang.
4. Metode Kelompok Terstruktur (Structured Group Methods)
Metode kelompok terstruktur (structured group methods) sama seperti metode
Delphi dan metode lainnya.
5. Analogi Historis (Historical Analogy)
Pada dasarnya analogi historis (historical analogy) merupakan teknik
peramalan berdasarkan pola data masa lalu dari produkproduk yang dapat
disamakan secara analogi.
B. Metode Peramalan Kuantitatif
Metode peramalan kuantitatif terbagi dalam dua kelompok utama, yaitu
metode data time series dan metode kausal. Data tersebut tentunya sangat
diperlukan dalam penelitian, maupun pengambilan keputusan. (Winarno, 2007)
dalam Simanjuntak (2014)
1. Data Time Series (Runtun Waktu)
Data runtun waktu atau data Time series adalah data yang menggambarkan
suatu objek dari waktu ke waktu atau periode secara historis dan terjadi berurutan.
Interval waktu perekaman dapat amat singkat (beberapa bagian dari satu detik
saja) dan dapat cukup panjang (harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan bahkan
puluhan tahun), tergantung dari macamnya data yang direkam.
Metode peramalan dalam Time Series adalah sebagai berikut:
a. Moving Average
Moving Average adalah metode yang menggunakan permintaan untuk urutan
periode yang tetap. Formula Moving Average adalah sebagai berikut:
40
∑𝑛 𝐷𝑖
𝑀𝐴𝑛 = 𝑖=1
𝑛
Dimana:
𝐷𝑖 = demand atau permintaan pada periode ke-i
𝑛 = jumlah periode dalam moving average
41
b. Weight Moving Average
Pada Weighted Moving Average, diberikan bobot terhadap data yang lebih baru.
Formula Weight Moving Average adalah sebagai berikut:
∑𝑛 𝑊𝑖𝐷𝑖
𝑊𝑀𝐴𝑛 = 𝑖=1
𝑛
Dimana :
𝑊𝑖 = bobot pada periode ke-i, antara 0-100 persen
𝛴𝑊𝑖 = 1
𝐷𝑖 = demand atau permintaan pada periode ke-i
𝑛 = jumlah periode dalam moving average
c. Exponential smoothing
Exponential smoothing merupakan metode rata-rata yang memberikan data
terbaru dengan bobot yang lebih kuat. Formula Exponential Smoothing adalah
sebagai berikut:
𝐹𝑡+1 = 𝑎𝐷𝑡 + (1 − 𝑎)𝐹𝑡
Dimana:
𝐹𝑡+1 = Peramalan periode berikutnya
𝐷𝑡 = Demandi atau permintaan aktual saat ini
𝐹𝑡 = Peramalan periode saat ini yang telah ditentukan sebelumnya
𝑎 = Faktor pembobotan yang diacu sebagai konstantan pemulusan
α adalah bobot antara 0 dan 1 , merefleksikan bobot yang diberikan pada data
permintaan yang lebih baru.
d. Adjusted Exponential Smoothing
Merupakan peramalan exponential smoothing dengan adjustmen untuk trend.
Sehingga formula peramalannya adalah:
𝐴𝐹𝑡+1 = 𝐹𝑡+1 + 𝑇𝑡+1
Dimana T adalah faktor trend pemulusan eksponensial.
𝐹𝑡+1 = 𝛽𝐹𝑡+1 − 𝐹𝑡 + (1 − 𝛽)𝑇𝑡
Dimana:
𝑇𝑡 = faktor trend periode terakhir
𝛽 = konstanta pemulusan untuk trend
e. Linear Trand Line
Merupakan model regresi linear yang menghubungkan demand dengan waktu.
Ketika demand menunjukkan trend, maka least square regression line atau
linear trend line dapat digunakan untuk meramalkan demand.
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑎 = 𝑦̅+ 𝑏𝑥̅
∑ 𝑥𝑦 − 𝑛𝑥̅̅𝑦̅
𝑏=
∑ 𝑥2 − 𝑛𝑥̅2
Dimana:
𝑎 = intercept (pada periode 0)
𝑏 = slope (kemiringan garis)
𝑥 = periode waktu
𝑦 = peramalan permintaan pada periode x
𝑥̅ = rata-rata nilai x
𝑦̅ = rata-rata nilai y
f. Season Adjusment
Pola musiman (seasonal) merupakan pengulangan peningkatan atau penurunan
demand. Ada beberapa metode yang merefleksikan pola musiman pada
peramalan time series, di sini akan dibahas metode termudah yaitu seasonal
factor. Seasonal factor adalah nilai numerik yang dikalikan dengan peramalan
normal untuk mendapatkan peramalan yang disesuaikan dengan musiman
𝐷𝑖
𝑆𝑖 =
∑𝐷
Hasil Seasonal Faktor antara 0-1.
2. Metode Kausal
Metode kausal mengasumsikan faktor yang diperkirakan menunjukkan
adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas
(independen). Contoh, jumlah pendapatan berhubungan dengan faktor jumlah
penjualan, harga jual, dan tingkat promosi. (Ramdhan, 2017)
Tujuan penelitian kausal komparatif dimaksudkan untuk menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara pengamatan terhadap akibat
yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data
tertentu. Hal ini berbeda dengan metode eksperimental yang mengumpulkan
datanya pada
waktu kini dalam kondisi yang dikontrol (Suryabrata, 2006 dalam Ramdhan 2017).
Dengan demikian, metode kausal dalam konteks ini diperlukan untuk:
1) menemukan bentuk hubungan antara variabel-variabel,
2) meramalkan nilai dari variabel tidak bebas (dependen),
3) meramalkan permintaan.
Selain itu, metode ini dapat dipergunakan juga untuk kondisi lain, yaitu
variable penyebab terjadinya item yang akan diramalkan sudah diketahui. Dengan
adanya hubungan tersebut, diharapkan output dapat diketahui jika input juga
diketahui.
Abubakar, 2017)
2𝐶𝑜. 𝐷
𝑄𝑜𝑝𝑡 = √
𝐶𝑐
Dimana:
𝑄opt = ukuran lot yang akan dipesan,
𝐷 = kebutuhan pertahun,
Co = biaya pemesanan pemesanan per order, dan
Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun
3. Teknik Period Order Quantity (POQ)
Teknik POQ sering disebut juga sebagai metode Uniform Order Sycle,
merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak
sama dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model EOQ
untuk mendapatkan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan kedalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode
waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan. (Heizer dan Render, 2015
dalam Abubakar, 2017)
Perhitungan metode POQ menggunakan rumus sebagai berikut:
2. 𝐶𝑜
𝑃𝑂𝑄 = 𝑄 = √
𝐷. 𝐶𝑐
Dimana
𝑄 = ukuran lot yang akan dipesan,
𝐷 = kebutuhan pertahun,
Co = biaya pemesanan pemesanan per order, dan
Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun
METODOLOGI
3.1 Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Megayaku Kemasan Perdana merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang industri manufaktur, yang menjadi salah satu pemasok
kemasan plastik untuk seluruh wilayah Indonesia. PT. Megayaku Kemasan
Perdana didirikan pada tahun 1988, tujuan utama didirikanya perusahaan ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan kemasan kimia dilingkungan PT. Pupuk
Kujang. Pada awal berdirinya perusahaan terdapat dua pemegang saham yaitu:
1. Dana Pensiuan PT. Pupuk Kujang, dan
2. PT. Megantara Jakarta
Kemudian pada tahun 2006, PT. Megayaku Kemasan Perdana diambil alih
oleh PT. Interchen Plasagro Jaya, dengan mempertahanakan nama perusahaan
(PT. Megayaku Kemasan Perdana). Setelah perusahaan diambil alih oleh PT.
Interchen Plasagro Jaya, pangsa pasar PT. Megayaku Kemasan Perdana menjadi
bertambah, yang awalnya hanya memenuhi kebutuhan kemasan di PT. Pupuk
Kujang, PT. Megayaku Kemasan Perdana dapat memenuhi kebutuhan kemasan di
seluruh wilayah Indonesia.
5
Tabel 3.1 Logo Perusahaan
Senjata Kujang, merupakan senjata tradisional
masyarakat Jawa Barat. Yang mana megandung arti
lokasi perusahaan yaitu di Cikampek, Kabupaten
Karawang, Jawa barat.
Padi dan Kapas, memiliki makna Kesejahteraan
untuk perusahaan.
Dua tangan, memiliki arti bahwa perusahaan terdapat dua
pemegang saham yaitu PT Megantara Indonesia dan Yayasan
dana pensiun kujang.
6
diantaranyan tipe 1 kg, 1,3 kg, 1,5 kg, dengan ukuran 20 liter, 25 liter, dan 30
liter. Secara umum produk tersebut terbuat dari bahan yang sama yaitu HDPE
Titanvene, PP Cosmoplene, LDPE Cosmothene, dan pewarna (Master Bath),
hanya saja memiliki berat dan volume yang berbeda. Komposisi bahan baku yang
digunakan antara lain 75% HDPE Titanvene, 25% LDPE Cosmothene, dan 0,6%
pewarna (Master Bath), yang mana komposisi bahan baku tersebut berlaku untuk
semua tipe jeriken baik untuk tipe 1 kg, 1,3 kg, dan 1,5 kg. Adapun produk yang
dihasilkan oleh PT Megayaku Kemasan Perdana adalah sebagai berikut:
7
Tabel 3.3 Customer dan Suppllier
8
PENCAMPURAN MATERIAL PROSES MELTING
VIRGIN
AOCUMUL
GRIFER R MASTER EXTRUDE OTO
PROSES BLOW / PROSES PARSION & DIE
E
PROD
PRODUK BATH
BLOW/COO /RMOL
INJECT PIN R&
UKS LING D DIE HEA
I TIME D
N
CONVEYOR
GUDANG PRODUK
DAUR ULANG
JADI
9
1. Proses Pencampuran Material, Pada proses ini merupakan proses awal yang
mana bahan baku utama yaitu, biji material di campur dengan pewarna, yang
mana untuk material sendiri terdiri dari biji plastik baru, dan hasil crusher atau
daur ulang dari produk cacat.
2. Proses Melting, proses melting merupakan proses dimana material dingin,
kemudin dipanaskan sampai dengan titik lelehnya.
3. Proses Inject, pada proses ini biji plastik yang telah mencair kemudian
ditembakan melalui injector yang kemudian masuk kedalam cetakan/molding.
4. Proses Blow, setelah biji plastik masuk kedalam cetakan kemudian diberikan
tekanan angin agar terdapat rongga/ruang yang kemudian mengikuti bentuk
mold itu sendiri, setelah itu kemudian produk dibersihkan dari sisa-sisa
material yang menempel pada rongga cetakan.
Untuk proses pembuatan tutup jeriken memiliki sedikit perbedaan pada
penggunaan mesin, material dan prosesnya, yang mana pada proses ini tidak
adanya proses blow sehingga produk yang dihasilkan memiliki karateristik padat.
Berikut flow process pembuatan tutup jeriken:
PENCAMPURAN
MATERIAL PROSES MELTING PROSES INJECT PROSES
PENGEPRESAN
PROSES FINISHING
CONVEY
OR
AF AL & FINISH
FLASH GOOD
GUDANG PRODUK
DAUR ULANG
JADI
KOMISARIS
DIREKTUR UTAMA
OPERATION MNG/
MARKETING
46
3.3.4 Uraian Pelaksanaan Kerja Praktik
Dalam pelaksanaan Kerja Praktik, penulis difokuskan untuk melakukan
Kerja Praktik dibagian Production and Store. Selanjutnya penulis mencoba untuk
mendapatkan informasi mengenai perusahaan, baik itu sejarah, visi, misi, struktur
organisasi dan proses produksi. Dalam hal ini penulis menanyakan informasi ke
beberapa pihak yang terkait dalam data sejarah perusahaan.
Tabel 3.3 Uraian Kegiatan Kerja Praktik
18
No. Waktu Uraian Kegiatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
4.1 Sistem yang berjalan
Menggambarkan alur proses kerja yang berjalan pada tempat kerja praktik.
Alur digambarkan dalam bentuk flowchart dan penjelasannya.
20
Gambar 4.1 Persediaan bahan baku
material Sumber: Perusahaan, 2019
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan mengalami
kesulitan dalam menentukan jumlah persediaan bahan baku material. Dengan
kondisi seperti ini perusahaan dapat mengalami kerugian yang besar, mengingat
persediaan menyerap 40% yang diinvestasikan oleh perusahaan (La, 2008).
Persediaan dapat dioptimalkan dengan mengadakan perencanaan produksi yang
lebih baik, serta manajemen persediaan yang optimal, untuk itu maka dibutuhkan
adanya pengendalian persediaan guna mencapai tujuan tersebut (Khairani, 2013).
Bila masalah tersebut terus menerus dibiarkan dapat merugikan perusahaan,
kerugiaan tersebut timbul akibat biaya yag muncul yaitu biaya penyimpanan, dan
biaya kerusakan material. Untuk menghindari hal tersebut penulis melakukan
perhitungan jumlah persediaan dengan menggunkan metode Material Requirment
Planning (MRP). Material Requirment Planning adalah suatu teknik pengendalian
persediaan dan perencanaan produksi dengan sistem komputerisasi untuk
menyusun rencana pesanan pembelian dan pesanan pengerjaan material,
komponen, dan perakitan (Russel dan Taylor, 2000) dalam Aulia (2010).
21
waktunya. Sedangkan pola permintaan bersifat tidak konstan. Perusahaan selalu
berusaha menyelesaikan pesanan yang diperoleh secara tepat waktu.
Pengelolaan bahan baku dilakukan langsung oleh departemen production
and store, pemesanan bahan baku dilakukan bila pesanan datang dari customer,
dengan perhitungan sederhana. Dalam menentukan persediaan bahan baku
perusahaan melakukan perhitungan, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑑𝑒𝑟 × 1,5 𝑘𝑔
Sumber: Perusahaan, 2019
Adapun flow process penyediaan bahan baku material pada perusahaan
adalah sebagai berikut:
Cus
tom
er
Lisan
Production and
Store
Lisan Report
Su
ppli
Purchasing er
Formulir
Pembelian
Material
22
4.4.2 Data Penjualan
Data permintaan produk merupakan salah satu intput utama dalam
perhitungan persediaan mengunakan metode Material Requirment Planning
(MRP). Dalam hal ini penulis menggunakan data permintaan produk jeriken
periode April 2018 sampai dengan Maret 2019. Adapun data permintaan produk
jeriken, adalah sebagai berikut:
Tabel 11.4 Permintaan Produk Periode April 2018 - Maret 2019
23
4.4.3 Peramalan Permintaan (Forecasting)
Akurasi metode peramalan produk dibuat dengan menggunakan metode dan
alat bantu software POM-QM yang kemudian menunjukkan metode yang paling
tepat dengan akurasi yang paling baik. Peramalan yang dilakukan akan
menggunakan seluruh data periode yang tersedia yaitu April 2018 hingga Maret
2019. Melihat dari pola permintaan produk pada tabel 4.4 teknik permalan yang
paling sesuai adalah teknik peramalan yang digunakan yaitu Exponential
Smooting, pemilihan metode ini karena pola data permintaan yang lebih baru itu
signifikan dan unpredictable, data yang lebih baru itu signifikan dan
unpredictable. Parameter kesalahan yang akan menjadi patokan pemilihan teknik
terbaik adalah MAD atau Mean Absolute Deviation karena memiliki nilai
kesalahan yang paling kecil dibandingkan parameter-parameter kesalahan lainnya
yaitu MAPE dan MSE.
Berikut merupakan hasil perhitungan pengolahan data permintaan produk
jeriken setelah dilakukan peramalan:
24
1. Ramalan Penjualan Produk Jeriken K20.1
Tabel 4.5 Ramalan Penjualan Jeriken K20.1 periode April 2018- Maret 2019
Peramalan Akurasi Peramalan
Periode
K.20.1 MAD MSE MAPE
April 12480 - - -
Peramalan Permintaan
126 Jeriken K20.1
00
125 Dema
Permintaan
00
123 nd
Forec
00 ast
122
124
00 123456
00 7 8 9 10 11
12
Periode
25
2. Ramalan Penjualan Produk Jeriken K20.2
Tabel 4.12 Ramalan Penjualan Jeriken K20.2 periode April 2018- Maret 2019
Peramalan Akurasi Peramalan
Periode
K.20.2 MAD MSE MAPE
April 3380 - - -
Ramalan Permintaan
36 Jeriken K20.2
00
35 Dema
Permintaan
00 nd
32 Forec
34
00 1 2 3 4 5 6 7 8 ast
00 9 10 11 12
P
33 e
00 r
i
o
d
e
Gambar 4.4 Grafik Permintaan produk Jeriken K20.2
Sumber: Pengolahan Data, 2019
26
3. Ramalan Penjualan Produk Jeriken K25.1
Tabel 4.7 Ramalan Penjualan Jeriken K25.1 periode April 2018- Maret 2019
Akurasi Peramalan
Periode
K.25.1 MAD MSE MAPE
April 1480 - - -
Ramalan Permintaan
16 Jeriken K25.1
00
15 Dema
Permintaan
50 nd
14 Forec
15
00 1 2 3 4 5 6 7 8 ast
00 9 10 11 12
Periode
14
50
27
4. Ramalan Penjualan Produk Jeriken K25.1
Tabel 4.8 Ramalan Penjualan Jeriken K30.1 periode April 2018- Maret 2019
Akurasi Peramalan
Periode
K.30.1 MAD MSE MAPE
April 20890 - - -
21200
21000
D
e
m
a
n
d
20800
MA 56 PZ PE Yellow 246,28
MP 56 AZ PE Black 183,27
29
1. Bill Of Material Produk Jeriken K20.1
JERI
Level 0 TUTUP KEN JERI
PP JERIKEN PE HDPE LDPE
KEN PE PEONY
COSMOPL BLAC TIANVENE COSMOT BLUE
ENE K HENE
Level 1
Level 2
30
2. Bill Of Material Produk Jeriken K25.1
JERI
Level 0 TUTUP KEN JERI
PP JERIKEN PE HDPE LDPE
KEN PE
COSMOPL BLAC TIANVENE COSMOT WHIT
ENE K HENE E
Level 1
Level 2
59
3. Bill Of Material Produk Jeriken K25.1
JERI
Level 0 TUTUP KEN JERI
PP JERIKEN PE HDPE LDPE
KEN PE PEONY
COSMOPL BLAC TIANVENE COSMOT BLUE
ENE K HENE
Level 1
Level 2
60
4. Bill Of Material Produk Jeriken K25.1
JERI
Level 0 TUTUP KEN JERI
PP JERIKENPE HDPE LDPE
KEN PE PEONY
COSMOPL YELLO TIANVENE COSMOT BLUE
ENE W HENE
Level 1
Level 2
62
Tabel 4.14 Master Production Schedule
a. HDPE Titanvene 37918 37918 38052 38385 38487 38507 38393 38347 38323 38251 38093 37977
b. LDPE Cosmothene 12602 12602 12647 12757 12790 12797 12759 12744 12736 12712 12660 12622
c. PP Cosmoplene 955,75 955,75 959,35 967,47 969,69 970,14 967,03 965,61 964,92 962,98 958,8 955,96
d. PE Peony Blue 19625 19625 19668 19858 19939 19955 19920 19927 19921 19898 19838 19776
e. PE Peony Blue 97,68 97,68 98,736 100,53 101,95 102,23 101,23 99,974 100,25 99,778 98,628 96,814
f. PE Yellow 20,89 20,89 20,938 21,148 21,238 21,256 21,219 21,228 21,222 21,196 21,135 21,067
g. PE White 223,08 223,08 228,36 233,11 231,42 231,08 228,9 226,36 224,79 221,84 221,25 221,13
h. PE Black 17,34 17,34 17,436 17,551 17,55 17,55 17,462 17,396 17,375 17,323 17,217 17,171
a. HDPE Titanvene 37918 37918 38052 38385 38487 38507 38393 38347 38323 38251 38093 37977
b. LDPE Cosmothene 12602 12602 12647 12757 12790 12797 12759 12744 12736 12712 12660 12622
c. PP Cosmoplene 955,75 955,75 959,35 967,47 969,69 970,14 967,03 965,61 964,92 962,98 958,8 955,96
63
Tabel 4.15 Master Production Schedule (Lanjutan)
d. PE Peony Blue 19625 19625 19668 19858 19939 19955 19920 19927 19921 19898 19838 19776
e. PE Peony Blue 97,68 97,68 98,736 100,53 101,95 102,23 101,23 99,974 100,25 99,778 98,628 96,814
f. PE Yellow 20,89 20,89 20,938 21,148 21,238 21,256 21,219 21,228 21,222 21,196 21,135 21,067
g. PE White 223,08 223,08 228,36 233,11 231,42 231,08 228,9 226,36 224,79 221,84 221,25 221,13
h. PE Black 17,34 17,34 17,436 17,551 17,55 17,55 17,462 17,396 17,375 17,323 17,217 17,171
a. HDPE Titanvene 37918 37918 38052 38385 38487 38507 38393 38347 38323 38251 38093 37977
b. LDPE Cosmothene 12602 12602 12647 12757 12790 12797 12759 12744 12736 12712 12660 12622
c. PP Cosmoplene 955,75 955,75 959,35 967,47 969,69 970,14 967,03 965,61 964,92 962,98 958,8 955,96
d. PE Peony Blue 19625 19625 19668 19858 19939 19955 19920 19927 19921 19898 19838 19776
e. PE Peony Blue 97,68 97,68 98,736 100,53 101,95 102,23 101,23 99,974 100,25 99,778 98,628 96,814
f. PE Yellow 20,89 20,89 20,938 21,148 21,238 21,256 21,219 21,228 21,222 21,196 21,135 21,067
g. PE White 223,08 223,08 228,36 233,11 231,42 231,08 228,9 226,36 224,79 221,84 221,25 221,13
64
Tabel 4.16 Master Production Schedule (Lanjutan)
h. PE Black 17,3 17,3 17,4 17,6 17,6 17,6 17,5 17,4 17,4 17,3 17,2 17,2
a. HDPE Titanvene 1723,5 1723,5 1729,6 1744,8 1749,4 1750,3 1745,1 1743 1741,9 1738,7 1731,5 1726,2
b. LDPE Cosmothene 572,8 572,8 574,8 579,9 581,4 581,7 580,0 579,3 578,9 577,8 575,5 573,7
c. PP Cosmoplene 43,4 43,4 43,6 44,0 44,1 44,1 44,0 43,9 43,9 43,8 43,6 43,5
d. PE Peony Blue 892,0 892,0 894,0 902,6 906,3 907,0 905,4 905,8 905,5 904,5 901,7 898,9
e. PE Peony Blue 4,4 4,4 4,5 4,6 4,6 4,6 4,6 4,5 4,6 4,5 4,5 4,4
f. PE Yellow 0,95 0,95 0,95 0,96 0,97 0,97 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96
g. PE White 10,1 10,1 10,4 10,6 10,5 10,5 10,4 10,3 10,2 10,1 10,1 10,1
h. PE Black 0,79 0,79 0,79 0,80 0,80 0,80 0,79 0,79 0,79 0,79 0,78 0,78
65
Tabel 4.17 Master Production Schedule (Lanjutan)
c. PP Cosmoplene 739 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. PE Yellow 246 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
g. PE White 2146 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
h. PE Black 183 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a. HDPE Titanvene 39822,3 37917,8 38052,2 38385,0 38487,0 38507,4 38392,7 38346,9 38322,8 38250,8 38093,0 37976,8
b. LDPE Cosmothene 19903,8 12602,3 12646,7 12756,9 12790,4 12797,1 12759,2 12744,4 12736,3 12712,5 12660,3 12622,3
c. PP Cosmoplene 1694,5 955,8 959,4 967,5 969,7 970,1 967,0 965,6 964,9 963,0 958,8 956,0
d. PE Peony Blue 21935,4 19624,7 19667,9 19857,6 19938,7 19954,9 19919,5 19926,9 19921,1 19898,4 19838,2 19775,7
e. PE Peony Blue 293,8 97,7 98,7 100,5 101,9 102,2 101,2 100,0 100,3 99,8 98,6 96,8
66
Tabel 4.18 Master Production Schedule (Lanjutan)
f. PE Yellow 267,2 20,9 20,9 21,1 21,2 21,3 21,2 21,2 21,2 21,2 21,1 21,1
g. PE White 2368,6 223,1 228,4 233,1 231,4 231,1 228,9 226,4 224,8 221,8 221,2 221,1
h. PE Black 200,6 17,3 17,4 17,6 17,6 17,6 17,5 17,4 17,4 17,3 17,2 17,2
c. PP Cosmoplene 739 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
f. PE Yellow 246 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
g. PE White 2146 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
h. PE Black 183 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
67
4.4.7 Biaya Pemesanan dan Penyimpanan
Secara umum, total biaya pengendalian persediaan pada perusahaan terdiri
dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Biaya pemesanan adalah merupakan ongkos yang dikeluarkan untuk
pemesanan bahan baku untuk satu kali pemesanan. Biaya untuk pemesanan
bahan baku diperusahaan tergantung jumlah unit yang dipesan. Perkiraan biaya
setiap kali melakukan pemesanan bahan baku adalah:
a. Biaya Telpon
Dalam melakukan pemesanan bahan baku yang berada di dalam negeri,
perusahaan melakukan telpon untuk sekali pemesanan dengan
mengalokasikan biaya sebesar Rp. 20.000,- untuk sekali pemesanan.
b. Biaya Faxmile
Untuk keperluan pemesanan menggunakan faxmile dalam negeri,
perusahaan mengacu kepada data tarif perzona jarak kilometer yang
dibebankan oleh provider yang digunakan perusahaan dalam hal ini
perusahaan menghabiskan biaya sebesar Rp. 20.000,- untuk sekali
pemesanan.
c. Biaya Internet
Untuk biaya internet, dalam hal ini untuk mengirimkan jenis bahan baku
yang dipesan perusahaan menggunakan provider Smartfren dalam koneksi
jaringan internetnya dengan mengalokasikan biaya sebesar Rp. 2.500,-
d. Biaya Bongkar
Biaya Bongkar merupakan upah untuk tenaga bongkar ketika bahan baku
tiba diperusahaan dalam hal ini perusahaan tidak menggunakan alat
pendukung melainkan tenaga manusia maka perusahaan mengalokasikan
biaya sebesar Rp. 525.000,-
Jadi total ongkos untuk satu kali pemesanan yaitu Rp. 567.500,-. Berikut
merupakan tabel rincian biaya pemesanan bahan baku material:
68
Tabel 4.19 Rincian Biaya Pemesanan Bahan Baku Material
1 Biaya Telepon Rp 20.000
Biaya Pemesanan
No. Jenis Biaya
2 Biaya Fax (Rp/Pemesanan)
Rp 20.000
Total Rp 567.500
69
Tabel 4. 20 Daftat Harga Bahan Baku Material
Kode Lead
Nama Material Harga (kg)
Material Time
70
4.4.8 Material Requirment Planning (MRP)
Dalam penetuan perhitungan Material Requirment Planning penulis
menggunakan bantuan Software POM-QM untuk menentukan teknik lot sizing
yang paling tepat untuk kondisi perusahaan sehingga didapat biaya seminimal
mungkin. Adapun teknik lot sizing yang digunkan adalah lot for lot, economic
order quantity, dan periodik order quantity.
1. Lot Sizing dengan Teknik Lot For Lot
Ukuran lot yang ditentukan dalam teknik lot for lot adalah sebesar
kebutuhan bersih atau dengan kata lain memproduksi unit tepat sebesar berapa
yang dibutuhkan. Hasil penyusunan MRP dengan teknik lot for lot menunjukkan
bahwa terjadi sembilan (9) kali pemesanan untuk HDPE Titanvene, lima (5) kali
pemesanan untuk LDPE Cosmothen, lima (5) kali pemesanan untuk PP
Cosmoplene, sepuluh (10) kali pemesanan untuk PE Peony Blue A, Sepuluh (10)
kali pemesanan untuk PE Peony Blue B, satu (1) kali pemesanan untuk PE
Yellow, tiga (3) kali pemesanan untuk PE White, dan dua (2) kali pemesanan
untuk PE Black. Dengan total biaya Rp. 28.113.757,-.
2. Lot Sizing dengan Teknik Economic Order Quantity
Ukuran lot yang ditentukan dalam teknik Economic Order Quantity
merupakan teknik statistik yang menggunakan rata-rata (seperti permintaan rata-
rata untuk satu tahun). Hasil penyusunan MRP dengan teknik lot for lot
menunjukkan bahwa terjadi sembilan (9) kali pemesanan untuk HDPE Titanvene,
lima (5) kali pemesanan untuk LDPE Cosmothen, tiga (3) kali pemesanan untuk
PP Cosmoplene, sepuluh (10) kali pemesanan untuk PE Peony Blue A, tiga (3)
kali pemesanan untuk PE Peony Blue B, satu (1) kali pemesanan untuk PE
Yellow, atu
(1) kali pemesanan untuk PE White, dan atu (1) kali pemesanan untuk PE Black.
Dengan total biaya Rp. 56.044.400,-.
3. Lot Sizing dengan Teknik Periodik Order Quantity
Teknik Periodik Order Quantity disebut juga Uniform Order Sycle, merupakan
pengembangan dari metode EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak sama
dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model EOQ
untuk mendapatkan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan
71
kedalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode waktu yang
dicakup dalam setiap kali pemesanan
Hasil penyusunan MRP dengan teknik Periodik Order Quantity
menunjukkan bahwa terjadi sembilan (9) kali pemesanan untuk HDPE Titanvene,
lima (5) kali pemesanan untuk LDPE Cosmothen, dua (2) kali pemesanan untuk
PP Cosmoplene, sepuluh (10) kali pemesanan untuk PE Peony Blue A, dua (2)
kali pemesanan untuk PE Peony Blue B, satu (1) kali pemesanan untuk PE
Yellow, atu
(1) kali pemesanan untuk PE White, dan atu (1) kali pemesanan untuk PE Black.
Dengan total biaya Rp. 44.607.564,-.
72
Tebel 4.22 Hasil Perhitungan Loz Sizing menggunakan Software POM-QM
Frekuensi
Biaya Penyimpanan Biaya Setup Total Biaya
Kode Pemesanan
Nama Material
Material
L4L EOQ POQ L4L EOQ POQ L4L EOQ POQ L4L EOQ POQ
HD 5401 GA HDPE Titanvene 9 9 9 Rp - Rp10.059.638 Rp 2.417.445 Rp 5.107.500 Rp 5.107.500 Rp 5.107.500 Rp 5.107.500 Rp 15.167.138 Rp 7.524.945
F410 LDPE Cosmothene 5 5 5 Rp - Rp 3.111.911 Rp 7.010.878 Rp 2.837.500 Rp 2.837.500 Rp 2.837.500 Rp 2.837.500 Rp 5.949.411 Rp 9.848.378
AV 161 PP Cosmoplene 5 3 2 Rp - Rp 943.061 Rp 1.325.393 Rp 2.837.500 Rp 1.702.500 Rp 1.135.000 Rp 2.837.500 Rp 2.645.561 Rp 2.460.393
JB 3101 M PE Peony Blue 10 10 10 Rp - Rp18.717.936 Rp12.386.950 Rp 5.675.000 Rp 5.675.000 Rp 5.675.000 Rp 5.675.000 Rp 24.392.936 Rp 18.061.950
JB 1544 M PE Peony Blue 10 3 2 Rp 53.010 Rp 1.277.824 Rp 1.127.476 Rp 5.675.000 Rp 1.702.500 Rp 1.135.000 Rp 5.728.010 Rp 2.980.324 Rp 2.262.476
MA 56 PZ PE Yellow 1 1 1 Rp 294.623 Rp 366.208 Rp 297.679 Rp 567.500 Rp 567.500 Rp 567.500 Rp 862.123 Rp 933.708 Rp 865.179
L 8160 PE White 3 1 1 Rp 2.033.517 Rp 2.519.864 Rp 2.246.429 Rp 1.702.500 Rp 567.500 Rp 567.500 Rp 3.736.017 Rp 3.087.364 Rp 2.813.929
MP 56 AZ PE Black 2 1 1 Rp 195.107 Rp 320.459 Rp 202.814 Rp 1.135.000 Rp 567.500 Rp 567.500 Rp 1.330.107 Rp 887.959 Rp 770.314
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama Kerja Praktik,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Produk kemasan yang dihasilkan perusahaan bervariasi diantaranya Jeriken
K20.1 dengan berat 1,1 kg, K20.2 dengan berat 1.1 kg, K25.1 dengan berat 1,2,
dan K30.1 dengan berat 1,5 kg. Adapun proses pembuatan jeriken dimulai dari
proses pencmpuran bahan baku bjih material, proses Injection Molding, proses
pembersihan Flas, proses pemeriksaan, dan proses pengepakan.
2. Pada proses persediaan bahan baku, perusahaan menggunakan perhitungan
yang sangat sederhana yaitu dengan menghitung jumlah permintaan dikalikan
dengan berat jeriken yang paling besar, sehingga diperoleh persediaan
kebutuhan bahan baku untuk periode tersebut. Dengan proses pemesanan,
perusahaan belum menggunakan sistem yang ideal, departemen Production
and store hanya menggunakan lisan kepada purchasing untuk pemesanan
bahan baku.
3. Untuk menangani masalah pada persediaan perusahaan, penulis melakukan
perhitungan dengan menggunakan metode Material Requirment Planning,
dengan metode peramalan (forcasting) Exponential Smoothing dan
menggunakan beberapa teknik lot Sizing diantaranya lot for lor, Econimic
Order Quantity, dan Periodic Order Quantity. Hasil perhitungan menunjukkan
teknik lot sizing dengan L4L dengan jumlah pemesanan 45 kali dan total biaya
Rp. 28.113.757.-, EOQ dengan jumlah pemesanan 33 kali dan total biaya Rp.
56.044.400.-, POQ dengan jumlah pemesanan 31 kali dan total biaya Rp. 44.
607.564.-. Dari hasil perhitungan teknik lot sizing yang paling tepat untuk
adalah l4l dengan total biaya paling rendah.
74
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai bahan pertimbangan
perusahaan, yaitu:
1. Perusahaan membuat pencatatan data yang lebih baik lagi, karena dengan data
yang baik akan mempermudah pihak perusahaaan dalam menganalisa keadaan
atau kondisi perusahaan.
2. Perusahaan membuat peramalan tidak hanya berpatokan pada metode yang
sebelumnya tetapi lebih kepada pendekatan ilmiah, karena hasil yang diperoleh
akan lebih tepat dan akurat seperti yang sudah dilakukan oleh peneliti.
3. Perusahaan mempertimbangkan dalam hal menerapkan metode MRP yang
dapat membuat perencanaan secara tepat juga mengoptimalkan biaya yang
akan dikeluarkan, sehingga akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar
bagi perusahaan.
75
DAFTAR PUSTAKA
76
LAMPIRAN
77
Lampiran 2 Kegiatan Kerja Praktik
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup
RIWAYAT PENULIS
88
Lampiran 4 Tabel Matriks MRP Dengan Teknik Lot For Lot
Lead Low Item
Lot Size: L4L P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
Time Level Iden.
89
Gross Requirment 38230 38230 38374 38699 38788 38806 38681 38624 38597 38519 38352 38238
Schedule Receipt 38230 38230 38374 38699 38788 38806 38681 38624 38597 38519 38352 38238
Jeriken
Project On 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hand
- 0 38230 38230 38374 38699 38788 38806 38681 38624 38597 38519 38352 38238
Net Requirment
Receipt
Project On 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hand
- 1 38230 38230 38374 38699 38788 38806 38681 38624 38597 38519 38352 38238
Net Requirment
Project On 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hand
- 1 38230 38230 38374 38699 38788 38806 38681 38624 38597 38519 38352 38238
Net Requirment
90
Tabel Matriks MRP Dengan Teknik Lot For Lot (lanjutan)
Lead Low Item
Lot Size: L4L P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
Time Level Iden.
Gross Requirment 37917,8 37917,8 38052,2 38385 38487 38507,4 38392,7 38346,9 38322,8 38250,8 38093,0 37976,8
Schedule Receipt 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Project On 1905 -36012,8 -73930,6 -111983 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hand
Titanvene
3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Net Requirment
HDPE
Planned Order Receipts
0 0 0 150367,8 38487,0 38507,4 38392,7 38346,9 38322,8 38250,8 38093,0 37976,8
Planned Order
150367,8 38487,0 38507,4 38392,7 38346,9 38322,8 38250,8 38093,0 37976,8 0 0 0
Realease Gross
12602,3 12602,3 12646,7 12756,9 12790,4 12797,1 12759,2 12744,4 12736,3 12712,5 12660,3 12622,3
Requirment Schedule
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Receipt
Cosmothene
Net Requirment
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Receipt
Project On 739 -216,8 -1172,5 -2131,9 -3099,3 -4069,0 -5039,2 -6006,2 0 0 0 0 0
Hand
7 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Net Requirment
PE Peony Blue
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Project On 2311 -17313,7 -36938,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hand
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Net Requirment
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Receipt
Project On 196 98,3 0,6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hand
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Net Requirment
Project On 246 225,1 204,2 183,3 162,1 140,9 119,6 98,4 77,2 56,0 34,8 13,6 0,0
Hand
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Net Requirment
PE White
Project On 2146 1922,9 1699,8 1471,4 1238,3 1006,9 775,8 546,9 320,5 95,7 0 0 0
Hand
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Net Requirment
Project On 183 165,7 148,4 131 113,4 95,8 78,2 60,7 43,3 25,9 8,6 0 0
Hand
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Net Requirment
Kondisi Bahan Baku Material Bijih Plastik yang berada diluar Gudang
93