Gas Bumi
Gas Ideal
Fasa gas pada kondisi tekanan dan temperatur rendah (kondisi standar) dapat memenuhi kaidah hukum gas
ideal. Gas ideal adalah gas yang mempunyai volume total molekul yang dapat diabaikan terhadap volume
wadah, tidak mempunyai gaya tarik menarik maupun tolak-menolak antar sesama molekul atau molekul dengan
dinding wadahnya, dan tumbukan antar molekul bersifat lenting sempurna sehingga tidak terjadi kehilangan
tenaga akibat tumbukan tersebut.
Dasar untuk menggambarkan suatu gas ideal berasal dari percobaan-percobaan yang kemudian dikenal sebagai
hukum-hukum gas, meliputi :
1. Hukum Boyle
Berbunyi pada suatu suhu, volume sejumlah gas berubah sedemikian, sehingga selalu berbanding terbalik
dengan tekanan gas. Dapat dituliskan sebagai berikut :
PV = Tetapan
2. Hukum Charles
Berbunyi pada suatu tekanan, volume sejumlah tertentu gas berubah sedemikian, sehingga selalu berbanding
lurus dengan suhu mutlaknya. Dapat dituliskan sebagai berikut :
V/T = Tetapan
Bila jumlah dan tekanan gas tetap, dan volume dialurkan terhadap suhu mutlak, akan diperoleh garis lurus.
Garis ini akan melalui titik dari sumbu, artinya pada 0 oR atau 0oK volume gas adalah 0. Dalam kehidupan
sehari-hari dikenal bahwa jika suhu mutlak ini dicapai, gas akan mengembun dan bahkan kemudian membeku.
Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu yang cukup rendah, hukum yang sederhana ini tidak berlaku lagi gas-gas
di alam. Suatu hukum yang hampir sama dengan hukum Charles ialah hukum Gay Lussac.
3. Hukum Gay Lussac
Berbunyi dalam volume yang tetap, tekanan sejumlah tertentu gas selalu berbanding lurus dengan
suhu mutlaknya.
P/T = Tetapan
Hukum Boyle dan Hukum Charles dapat digabung, volume, V, dapat dianggap sebagai fungsi dari
tekanan, P dan suhu mutlak, T
V = f (P,T)
Deferensiasi akan memberikan : dV =
Integrasi persamaan deferensial ini akan memberikan : PV = C’ T
V V
dP dT
4. Hukum Avogadro P T T P
Berbunyi pada tekanan gas suhu yang sama, dalam suhu yang sama semua gas ideal memiliki jumlah
molekul yang sama. Pernyataan setara dengan pernyataan bahwa gas ideal apa saja dalam jumlah mol
(gram molekul) yang sama, akan menempati volume yang sama apabila diukur pada tekanan dan suhu
yang sama. Ternyata dari percobaan, 1 mol gas apa saja memiliki volume sebesar 22,4 liter, pada 0 oC
dan 1 atm.
Bila Hukum Avogadro digabungkan dengan persamaan Gay Lussac, yakni dengan mengambil C’ =
nR, akan diperoleh : PV = nRT atau m
PV RT
M
atm, lt/gr-mol, oK R = 0.08206
Psia, cuft/lb-mol, oR R = 10.73
Gas Nyata
Pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi (keadaan tidak standar), fasa gas tidak sesuai
lagi dengan kaidah gas ideal sehingga disebut gas non ideal atau gas nyata. Pada kondisi inilah
umumnya perhitungan-perhitungan dilakukan. Ada beberapa cara untuk melakukan koreksi
sehingga bisa digunakan untuk gas nyata, yaitu :
1. Persamaan Van der Waals
Yang pertama kali menyelidiki kelakuan gas nyata dalah Van der Waals. Untuk n mol gas,
persamaan untuk gas nyata adalah :
n 2a
p 2 V nb nRT
V
Bila tetapan a dan b tidak diketahui, besaran ini dapat diperkirakan dari data kritik. Dapat
dibuktikan kemudian bahwa a = 3 Pc Vc2 dan b = 1/3 Vc, dengan Pc dan Vc masing-masing ialah
tekanan dan volume kritik gas tersebut.
Persamaan Van der Waals ini sering tidak sesuai untuk perhitungan teknik, karena sering
harga V harus dihitung dari P dan T yang diperoleh dari eksperimen. Persamaan ini tidak mudah
digunakan untuk campuran gas.
2. Persamaan Keadaan Berhubungan ( Compressibility Equation of State)
Hukum ini telah menampilkan faktor deviasi gas (compresibility faktor, Z) dan umum digunakan dalam
perhitungan teknik. Untuk gas nyata, hukum gas umum dapat dirubah menjadi :
PV = ZnRT
Untuk gas nyata, besarnya harga Z dapat lebih kecil atau lebih besar dari satu, bergantung pada tekanan
dan temperatur, sedangkan untuk gas ideal harga Z = 1.
Sweet Gas
Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung hidrogen sulfida (H 2S), tetapi dapat mengandung
nitrogen (N2), karbondioksida (CO2) atau kedua-duanya. Kandungan ini harus kita ketahui besarnya
prosentasenya karena akan mempengaruhi besarnya harga Z.
* = Koreksi Eilbert
Pengaruh karbondioksida (CO2) terhadap kompresibilitas :
Didefinisikan faktor kompresibilitas additif, sebagai berikut :
Za = (ZCO2) YCO2 + (1 – YCO2) (Zg) **
Ztrue = Za
keterangan :
Z CO2 = faktor kompresibilitas dari CO murni,
Y CO2 = fraksi mole CO2 di dalam campuran,
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon.
Jika di dalam campuran gas terkandung gas CO2, N2, dan H2S dalam jumlah yang cukup besar,
dipergunakan persamaan :
Za = ZCO2 (YCO2) + Zn(Yn)+ Z H2SYH2S + (1- YCO2 – Yn – YH2S).Zg
Ztrue = C.Za (Faktor C tidak diperlukan bila tidak mengandung gas N 2)
Wet gas adalah gas bumi yang mengandung hidrokarbon yang lebih berat dalam
jumlah yang cukup banyak dan mudah dipisahkan dalam bentuk cairan. Cairan yang
dihasilkan dari gas basah disebut kondensat, sedangkan gas yang diperoleh disebut gas
kondensat. Baik saat awal maupun pada akhir produksi, biasanya di dalam reservoar fluida
dalam keadaan fasa gas.
Ciri-ciri gas basah antara lain :
1. Temperatur krikondenterm diagram fasanya lebih kecil dari temperature reservoar,
2 Fluida dari separator terdiri atas 10 % mol cairan dan 90 % mol fasa gas,
3. Cairan dari separator mempunyai gravity > 50 0API dan biasanya jernih seperti air,
4. GOR produksi dapat mencapai 100 000 SCF/STB atau kurang.
Dry Gas
Dry gas adalah terutama terdiri dari metana dan sedikit mengandung etana serta
kemungkinan propane.
Adapun ciri-ciri dari gas kering antara lain :
1. Temperatur kritis dan temperatur krikondenterm fluida relatif sangat rendah,
sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur reservoarnya,
2. Sedikit sekali atau hampir dapat dikatakan tidak ada cairan yang diperoleh dari
separator produksi permukaan,
3. GOR produksi biasanya lebih dari 100 000 SCF/STB.
Viskositas Gas
Viscositas gas murni (satu komponen) tergantung pada tekanan dan temperatur, tetapi untuk gas campuran
(gas alam) viscositas akan tergantung pula pada komposisi. Umumnya, dalam perhitungan teknik reservoar
produksi dan yang dimaksud dengan viskositas di sini adalah viskositas dinamik (μ), bukan viskositas
kinematik (υ).
Cara untuk mencari harga viskositas gas dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Seacara langsung
yaitu dengan menggunakan alat ”Ball Pressure Viscosimeter” atau ”Rankie Capillary Viscosimeter”. Sacara
tidak langsung yaitu dengan menggunakan metode persamaan dan korelasi. Ada beberapa cara untuk
menghitung viskositas gas alam, antara lain : gi yi Mi 0.5
1. Untuk menghitung viskositas pada tekanan atmosfer menggunakan persamaan : g
keterangan :
yi Mi 0.5
2. Untuk menghitung viskositas gas alam pada temperatur dan tekanan sembarang dapat menggunakan :
dengan :
(9.4 0.02 M) T 1.5 986
K X 3.5 0.01 M y 2.4 - 0.2X
209 19 M T T
g ga f (M, T )
dengan : (lihat grafik 2)
g ga
ga g
f ( Pr , Tr ) (lihat grafik 3)
ga
Grafik 1
()
Grafik 2
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 3
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Densitas Gas
Densitas didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume dan dalam hal ini massa dapat diganti oleh berat gas
(m). Sesuai dengan persamaan gas ideal, maka rumus densitas untuk gas ideal komponen tunggal adalah :
keterangan :
m = berat gas, lb, m PM
g
V = volume gas, cuft,
V RT
M = berat molekul gas, lb/lb mole,
P = tekanan reservoar, psia,
T = temperatur, °R,
R = konstanta gas = 10.73 psi cuft/lb mole °R.
Sedangkan untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
keterangan :
z = faktor kompresibilitas
PM agas,
g
Ma = berat molekul tampak.
zRT
Specific Gravity
Spesific gravity gas didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas gas dengan densitas udara pada
kondisi temperatur dan tekanan yang sama. Untuk komponen tunggal persamaannya ditulis sebagai berikut :
g
g atau
MgP
Mg Mg
udara g RT
M udara P
M udara
29
RT
Sedangkan untuk gas campuran, Mg diganti dengan Ma (berat molekul tampak campuran gas), yaitu :
Ma Ma
g
M udara 29
Dari uraian di atas, spesific gravity gas tidak dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur yang ada pada
sisitem tersebut, tetapi hanya dipengaruhi oleh berat molekul tampak dari campuran gas tersebut. Jadi harga
spesific gravity stabil/tetap.
1 y N 2 yCO2 y H 2 S keterangan :
γghc= grafity gas mengandung impurities.
y N2 = mol fraksi N2 dalam gas.
y H 2S = mol fraksi H2S dalam gas.
y CO2 = mol fraksi CO2 dalam gas.
Faktor Volume Formasi Gas
Satu cuft gas di dalam reservoar bila dibawa ke permukaan volumenya tidak akan tetap 1 cuft,
melainkan bertambah besar karena pemuaian. Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari
sejumlah gas pada kondisi reservoar dengan kondisi P & T standar, dapat dituliskan sebagai berikut :
Z r nRTr Z rTr
Volume Gas pada Kondisi Reservoar Vres Pr Pr
Bg
Volume Gas Dipermukaan Vsc Z sc nRTsc 1* 5200 R
keterangan :
Psc 14.7 psia B
g = faktor volume formasi gas, cuft/scf,
Vres = volume gas pada kondisi reservoar, cuft,
Vsec = volume gas pada kondisi standard, scf,
Psc = tekanan pada kondisi standard, psi ( 14.7 psi),
Pr = tekanan pada kondisi reservoar, psi,
Tsc = temperatur pada kondisi standard, 0R (5200R),
Tr = temperatur pada kondisi reservoar, 0R,
Zsc = faktor kompresibilitas gas pada kondisi standard (= 1),
Zr = faktor kompresibilitas gas pada kondisi reservoar.
Dari persamaan di atas, maka didapat persamaan faktor volume formasi gas yaitu :
Kompresibilitas gas isothermal adalah perubahan volume per unit volum akibat perubahan
tekanan pada temperatur yang konstan, dapat ditulis sebagai berikut :
1 V
C psia -1 atau C 1 V P nRT 1 (gas ideal)
v P T V P nRT P2 P
(gas nyata)
P nRT Z 1 1 Z
C 2
P Z
ZnRT P P P Z P
Jika diketahui harga T, P, Tc, dan Pc, maka penyelesaian harga kompresibilitas sebagai berikut :
T P
1. Cari harga dan
Tr Pr
2. Dari
Tc harga Tr dan
PcPr, cari harga CrTr dari Grafik 1 atau Grafik 2 (tergantung harga Tr).
3. Cari harga
CrTr
Cr 4. Cari harga kompresibilitas dengan rumus :
Tr Cr
C
Pc
Grafik 1
Variasi Harga CrTr untuk Beberapa Harga Tr dan Pr
1.05 Tr 1.4;0.2 Pr 15.0
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 2
Variasi Harga CrTr untuk Beberapa Harga Tr dan Pr
1.4 Tr 3.0;0.2 Pr 15.0
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Faktor Deviasi Gas
Dari persamaan gas nyataPV ( ZnRT ), diketahui bahwa Z adalah faktor deviasi gas
(compressibility factor). Untuk gas ideal harga Z adalah 1 (satu) tetapi untuk gas nyata harga Z bisa lebih
besar maupun lebih kecil dari 1 (satu) tergantung tekanan dan temperatur.
Untuk mencari faktor kompresibilitas dari campuran gas nyata digunakan konsep Pseudo Reduced
Pressure (Ppr) dan Pseudo Reduced Temperature (Tpr). Persamaannya sebagai berikut :
T P
Tpr dan Ppr
Tpc Ppc
keterangan :
Ppc = Pseudo critical Pressure, psia,
Pci = Tekanan kritis komponen ke i, psia, (lihat tabel I),
Tpc = Pseudo critical temperatur, 0R,
Tci = Temperatur kritis komponen ke i, 0R, (lihat tabel I),
yi = Fraksi mol komponen ke i.
Selain dengan cara penentuan berdasarkan harga tekanan dan temperatur kritis gas murni (komponen)
penyusunnya, Ppc dan Tpc suatu campuran gas dapat juga ditentukan dengan menggunakan Grafik 1, apabila
telah diketahui specific gravity gas. Grafik 1, memenuhi persamaan Standing sebagai berikut :
Tpc = 168 + 325 (γg) - 12,5 (γg)2 *
Ppc = 677 + 15 (γg) - 37,5 (γg)2 *
dengan γg adalah specific gravity gas atau campuran gas.
Setelah harga dari pseudo reduced temperature (Tpr) dan pseudo reduced pressure (Ppr) diperoleh, maka
faktor kompresibilitas dapat dicari dari Grafik 2. Harga Z dapat dicari dengan cara menarik garis lurus dari
harga Ppr yang memotong harga Tpr. Titik perpotongan antara Ppr dan Tpr kemudian ditarik ke kiri untuk
mendapatkan harga Z.
Pada suatu proses dinamis dalam suatu sistem termodinamika, berlangsung perpindahan energi
dari dan ke dalam sistem serta perubahan energi di dalam sistem. Energi yang terbawa bersama fluida
meliputi :
1. Energi dalam (internal energi) U; energi yang dimiliki oleh fluida tanpa ketergantungan pada lokasi
dan gerakan,
2. Energi kinetis mv 2 ; energi yang berkaitan dengan gerakan yang dinyatakan terhadap suatu titik
tertentu, 2 gc
Kesetimbangan energi dimana pompa digunakan dalam sistem untuk mengalirkan gas diberikan
oleh persamaan berikut ini :
mV 2 mgz
U PV q W
2 gc gc
Retrogade Condensate Gas Reservoir
Adakalanya temperatur reservoar terletak diantara titik kritis dengan cricondenterm dari
fluida reservoar. Sekitar 25 % mol fluida produksi tetap sebagai cairan di permukaan. Cairan
yang diproduksikan dari campuran hidrokarbon ini disebut “gas kondensat”.
Pada titik 1, reservoar hanya terdiri dari satu fasa dan dengan turunnya tekanan reservoar
selama produksi berlangsung, terjadi kondensasi retrograde dalam reservoar. Pada titik 2 (titik
embun) cairan mulai terbentuk dan dengan turunnya tekanan dari titik 2 ke titik 3, jumlah cairan
dalam reservoar bertambah. Pada titik 3 ini merupakan titik dimana jumlah maksimum cairan
yang bisa terjadi. Penurunan selanjutnya menyebabkan cairan menguap.
Ciri-ciri untuk reservoar gas kondensat retrograd :
1. Temperatur reservoar lebih besar dari Tc, tetapi lebih kecil dari T krikondenterm fluida
hidrkarbon,
2. Fluida dari separator terdiri atas 25% mol cairan dan 75% mol gas,
3. Cairan dari separator mempunyai 60o API dan berwarna terang atau jernih seperti air,
4. GOR produksi dapat mencapai 70.000 SCF/STB.
Water Drive Reservoir
Untuk jenis reservoar water drive ini, energi pendesakan yang mendorong fluida hidrokarbon
mengalir berasal dari air yang berada dalam batuan reservoar dan terperangkap bersama-sama. Suatu
reservoar yang mempunyai permeabilitas tinggi, apabila mengadakan kontak dengan aquifer yang luas,
umumnya akan mempunyai tenaga pendorong yang aktif. Derajat penggantian produksi reservoar oleh air
akan menentukan effisiensi pendorong airnya. Dalam sistem water drive yang sempurna, setiap fluida yang
diproduksikan dapat digantikan secara cepat oleh air.
Ciri-ciri water drive reservoar adalah :
1. Formasi gas langsung berhubungan dengan aquifer yang besar, yang merupaka tenaga pendorongnya.
2. Air merembes masuk kedalam reservoar setelah tekanan reservoar turun akibat diproduksikan, tetapi
tidak menggantikan semua volume gas pada pori batuan.
3. Tekanan reservoar turun dengan lambat.
Gambar 1 menunjukkan ada tiga macam tipe water drive, yaitu : weak (lemah), moderate (sedang),
dan strong (kuat). Berbeda dengan reservoar minyak, recovery factor reservoar gas untuk water drive lebih
kecil dari pada depletion drive. Semakin kuat tenaga water drive suatu reservoar, maka semakin besar
jumlah gas sisa pada pori batuan, akibatnya recovery factornya akan semakin kecil. Untuk water drive
yang sangat lemah dapat menghasilkan ultimate recovery yang sedikit lebih besar dari depletion drive
reservoar.
Gambar 1
Natural Gas Recovery
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Metode Volumetris
Secara umum cadangan gas di tempat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
atau
43560 Vb (1 Swc ) 1 1
G G 43560 Vb φ (1 Sw)
Bgi Bgi Bga
keterangan :
G = Cadangan gas mula-mula ditempat, scf,
Vb = Bulk volume reservoar, acre-ft,
Ф = Porositas batuan reservoar,
Swc = Saturasi air conate,
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/scf,
Bga = Faktor volume formasi gas pada tekanan abonden, cuft/scf,
43560 = Konversi dari acre-ft ke cuft.
Diperlukan peta isopach yang digunakan untuk menentukan volume total batuannya.
Metode Trapezoidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah lebih
besar dari 0,5 atau A A maka :
n n 1
0.5 h
An Vb ( An An 1 )
2
Metode Pyramidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah lebih
A A
0.5 n 1
maka : Vb h A A A xA
n
kecil atau sama dengan 0,5 atau A n
n n 1 n n 1
3
keterangan :
Vb = Volume bulk batuan, acree-ft,
An = Luas yang dibatasi oleh isopach di bawahnya, acre,
An+1 = Luas yang dibatasi oleh isopach di atasnya, acre,
h = Interval antar garis isopach, ft.
Perhitungan Recovery Factor (RF) :
G ( Bg Bgi) We WpBw
Persamaan umum untuk reservoar gas : Gp
Bg
G ( Bg Bgi )
Untuk depletion drive, persamaannya berubah menjadi : Gp
Bg
Untuk reservoar Water Drive, yaitu adanya water influx dan produksi air, maka persamaannya
berubah menjadi :
GpBg WpBw
C
QD P G ; y *ax b
Bg Bgi Bg Bgi
keterangan :
We = CΣQD∆P.
C = Konstanta water influx
Sebuah grafik GpBg +WpBw/Bg-Bgi vs ΣQD∆P/Bg-Bgi menghasilkan garis lurus dengan slope
menyatakan besarnya C, dan dapat diketahui besarnya IGIP dengan ekstrapolasi garis sehingga memotong
sumbu y (lihat Gambar 2).
Gambar 3
Plot P/Z terhadap Gp dengan Efek Water Influx
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Uji Deliverabilitas
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik
(Pr2-Pwf2) vs Qsc. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi deliverability sumur gas juga sama dengan
faktor yang mempengaruhi inflow performance relationship (IPR), yaitu :
Faktor teknis terdiri dari :
Tekanan statik
Tekanan reservoar akan menurun jika diproduksikan untuk jangka waktu tertentu, sehingga dengan demikian
kemampuan produksi suatu sumur juga akan berubah.
Water coning
Yaitu ikut terproduksinya air yang semakin lama semakin tinggi. Hal ini karena rate yang terlalu besar atau kesalahan
perforasi yang terlalu dekat dengan batas gas-air (GWC) dan biasanya dijumpai pada reservoar di bawah
pengaruh air yang kuat. Dengan demikian gas yang terproduksi semakin lama akan semakin kecil, sedangkan
produksi air akan semakin tinggi sehingga deliverability sumur gas tersebut akan terpengaruh dan mengakibatkan
sumur mati.
Skin effek
Kerusakan formasi dimana permeabilitasnya semakin mengecil dan mengakibatkan aliran dari formasi ke lubang bor
akan terhambat. Pengurangan harga permeabilitas tersebut biasanya terjadi di sekitar lubang bor yang diakibatkan
oleh adanya kontaminasi filtrat lumpur pada formasi di daerah zona invasi. Perubahan aliran yang disebabkan
oleh pengurangan permeabilitas tersebut akan mengurangi dari kemampuan sumur untuk berproduksi.
Jenis aliran
Pada tes sumur gas dan analisanya, biasanya dianggap alirannya adalah laminar, yaitu untuk harga n = 1. Untuk aliran
yang turbulen, dimana harga n tidak sama dengan satu, persamaan yang digunakan akan berbeda, sehingga
deliverabilitynya juga akan berubah.
Jenis reservoar
Untuk tekanan reservoar yang berada di bawah depletion drive, tekanannya akan cepat turun sejalan dengan waktu
produksi dan hal ini dapat diamati setelah selang waktu produksi tertentu. Untuk reservoar water drive, perubahan
tekanan reservoar dipengaruhi oleh air yang aktif, sehingga perubahan dari tekanan reservoar tidak akan turun
dengan cepat.
Faktor nonteknis, yaitu :
Rate produksi dan tekanan produksi
Besarnya laju aliran berhubungan dengan tekanan aliran yang terdapat di dalam lubang bor yang berupa
drawdown terhadap tekanan reservoar (Pr). Dengan berubahnya tekanan alir dasar sumur (Pwf), maka laju
aliran yang dihasilkan juga akan berubah, semakin kecil tekanan alir dasar sumur, maka laju aliran akan
semakin besar. Dengan demikian, apabila besarnya tekanan aliran dapat diatur laju aliran juga akan bisa
ditentukan, sehingga deliverability sumur gas juga akan berpengaruh terhadap perubahan dari ke dua
parameter tersebut.
Pada masa awal tes penentuan dari deliverabilitas ini, sudah dikenal persamaan empiris yang selaras dengan
hasil pengamatan. Persamaan ini menyatakan hubungan antara Q sc terhadap P2 pada kondisi aliran yang
stabil.
Qsc = C (PR2 - Pwf2)n
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi terhadap aliran. Harga n diperoleh dari
sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (P2). Untuk aliran yang laminer akan memberikan harga n
sama dengan 1, dan bila faktor inersia- turbulensi berperan dalam aliran maka n < 1 (dibatasi sampai harga
paling kecil sama dengan 0,5).
q sc stabil berdasarkan titik
Harga C dapat dilihat/dicari kh perpotongan grafik dan satuannya dapat dinyatakan dalam :
MMSCF / day
C
Pr
2
Pwf2 n r
1422.T . g .z g ln e 0.75 s
rw
( psi 2 ) n
Harga C ini tergantung dari sifat fisik batuan dan fluida yaitu, k dan .. Permeabilitas adalah saturasi liquid di
dalam reservoar, sebagai penurunan tekanan dari depletion. Gas yang tertinggal akan mengembang untuk
menjaga Sg konstan. Kecuali condensat retrograt atau hadirnya water influx. Untuk gas kering, perubahan k
terhadap waktu tidak terlalu berpengaruh. Jika berada pada permeabilitas tinggi, maka harga C juga akan
tinggi begitu juga sebaliknya, tergantung dari klasifikasi permeabilitasnya. Harga dan z tergantung dari
perubahan harga tekanan reservoar. Satuan ukuran lainnya digunakan dalam analisa “deliverabilitas”
adalah “absolut open flow” (AOF).
Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga “flow after flow test”, metode ini pertama
kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui kemampuan sumur
berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda-beda.
Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini dimulai dengan jalan menutup sumur, untuk
menentukan harga PR. Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar Qsc sehingga aliran
mencapai stabil, sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
tidak didahului dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses “back pressure test” diperlihatkan pada Gambar 1.
Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. Untuk keperluan ini diambil
tekanan alir di dasar sumur, Pwf, pada akhir dari periode suatu laju produksi.
2 2
Lama waktu Cpencapaian
re kondisi
C re stabil dipengaruhi
1 oleh permeabilitas batuan. Waktu
t s 948 kestabilan ini dapat diperkirakan
1000 C berdasarkan waktu mulai berlakunya aliran
untuk mencapai k k PR PR
semi mantap, maka harga waktu mencapai kondisi stabil, ts, adalah :
dengan
Gambar 1
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Back Pressure Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Isochronal Test
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila dilangsungkan pada reservoar
dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoar dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu
yang cukup lama untuk mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang
belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak dari kelemahan back-pressure test, maka Cullender mengembangkan isochronal test guna
memperoleh harga deliverability pada sumur dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang
lama untuk mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes berdasarkan anggapan,
bahwa jari-jari daerah penyerapan yang efektif (efektive drainage radius), rd, adalah fungsi dari tD dan
tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang
sama, akan memberikan grafik log P2 vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n yang sama, seperti
pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai stabil, P R, yang diteruskan
dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju produksi tertentu selama jangka waktu t, tanpa
menanti kondisi stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai tekanan
mencapai stabil, PR. Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang waktu yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai P = PR, bukannya selang waktu yang sama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai keadaan stabil, tetapi hal ini
tidak mutlak.
Gambar 2
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Modified Isochronal Test
Metode ini merupakan pengembangan dari metode isochronal, perbedaannya terletak pada penutupan
sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil. Pada reservoar yang ketat, penggunaan tes isochronal belum
tentu menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk (1959)
telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil tes isochronal. Perbedaan
metode ini dengan metode lain terletak pada persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai
stabil. Selain dari itu, selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama seperti pada metode isochronal, kecuali untuk
harga PR diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan
sumur.
Gambar 3
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Modified Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Metode Analisis Data Hasil Uji Deliverability
Analisa data hasil uji deliverability gas digunakan untuk menentukan indikator produktivitas sumur gas,
yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP). Untuk keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang
digunakan, yaitu :
1. Metode Rawlins-Schellhardt,
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo
ψ Pressure atau LIT
Metode Analisis Rawlins-Schellhardt
(Metode Konvensional)
Pierce dan Rawlins (1929) merupakan orang pertama yang mengemukakan suatu metode uji sumur
gas untuk mengetahui kemungkinan sumur gas berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back
pressure), sehingga dikenal pula sebagai uji back pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt
mengembangkan suatu persamaan empiris yang menggambarkan hubungan antara laju alir dan tekanan
pada sumur gas. Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk pendekatan tekanan
kuadrat (square pressure), seperti berikut ini :
keterangan : Qsc C P r 2 Pwf 2
n
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan pada sumur gas untuk
mendapatkan kinerja sumur pada masa sekarang. Metode ini digunakan untuk menentukan koefisien
laminar A dan koefisien turbulensi B. Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk :
12 2
1422 μ g ZTq sc 0.472 re 3.161 x 10 βZTγ g q sc 1 1
2
Pr Pwf
2
ln S
kh rw h2 rw re
keterangan :
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
μg = Viskositas gas, cp.
γg = Specific gravity gas, fraksi.
Z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
h = Ketebalan formasi produktif, ft.
2.33x1010
k 1.201 β = Koefisien kecepatan aliran, ft -1 =
q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
S = Faktor skin, dimensionless.
Persamaan di atas bila di bagi dengan Qsc dapat ditulis sebagai berikut :
2 2
Pr Pwf ΔP 2
A Bq sc ΔP 2 Aq sc Bq sc
2
atau
q sc q sc
Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan Qsc pada harga Pwf sebesar 0 psi.
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas, tetapi pada metode ini
dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena untuk mendapatkan harga stabil dari
koefisien laminar A diperlukan sekurang-kurangnya dua uji aliran yang stabil.
2
Bila diplot antara ΔP q sc vs Q sc pada kertas grafik kartesian akan memberikan suatu garis lurus
dengan slope B yang menunjukkan derajat aliran turbulen di dalam sumur dan intercept A yang didapat
sebagai perpotongan garis berdasarkan dengan q sc = 0.
Gambar 1 P 2
Penentuan A dan B Berdasarkan Plot qsc vs qsc
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Metode Analisis LIT
2. Pendekatan
ΔP P Tekanan
2
P A Kuadrat
2
q B q (P )
2 2
r wf 2 sc 2 sc
Bagian pertama ruas kanan (A.qsc) menunjukkan hubungan penurunan tekanan dalam bentuk
tekanan, tekanan kuadrat, atau pseudo-pressure yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (B.q sc2) merupakan hubungan penurunan
tekanan yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Anggapan-anggapan dalam analisa LIT, bahwa A dipengaruhi oleh waktu, tetapi tidak
dipengaruhi oleh laju aliran dan tingkatan tekanan tertentu, sedangkan harga B bukan merupakan
fungsi dari waktu aliran, sehingga tidak dikoreksi terhadap keadaan reservoar heterogen dan
gradient tekanan besar.
Dari persamaan di atas, plot antara (∆Ψ-Bqsc2) vs qsc pada kertas grafik log-log akan memberikan
garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverability yang stabil, dimana harga A dan B dapat dicari dari
persamaan berikut ini :
Δψ q q q Δψ
2
N Δψ q sc Δψ q sc
A
sc sc sc
B
Nq q q
2 dan N q sc q sc q sc
2
sc sc sc
Harga laju produksi gas (Qsc) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :
q sc
2
A 3 A 3 4 B 3 ψ r ψ wf 0.5
2 B3
dan harga AOF apabila Pwf = 0, dan harga AOFP apabila Pwf = 14.7 psia.
AOF
a a 2 4b R 0.5
2b
AOFP
a a 4b R 14.7 0.5
2b
Aliran Fluida di Dalam Pipa Vertikal
Metode ini mengembangkan suatu perhitungan tekanan alir berdasarkan konsep kehilangan
tekanan dalam tubing menggunakan persamaan kesetimbangan energi aliran gas, dengan anggapan-
anggapan bahwa :
1. Aliran bersifat steady state,
2. Tidak ada kerja dari luar yang dilakukan terhadap sistem,
3. Temperatur sepanjang sumur konstan sebesar temperatur rata-ratanya,
4. Faktor deviasi konstan pada temperatur dan tekanan rata-ratanya,
4. Perubahan energi kinetik diabaikan,
5. Faktor gesekan konstan, dan
6. Satu fasa gas.
Persamaan untuk memperkirakan tekanan alir dasar sumur dengan anggapan bahwa
temperatur rata-rata di tubing serta harga Z yang dievaluasi pada kondisi tekanan dan
temperatur rata-rata, maka akan diperoleh :
25 g q 2 T Z f MD EXP S 1
p wf p tf EXP S
2 2
Sd 5
keterangan :
P= Tekanan, psia,
S = 0,0375(TVD)/ TZ,
MD = Measured depth (kedalaman terukur), ft,
TVD = True vertical depth (kedalaman sebenarnya), ft,
Tavg = Temperatur, oR,
q = Laju alir gas, MMscfd,
d = Diameter tubing, inch,
f = Faktor friksi dari persamaan Jain atau Colebrook.
Harga Z dievaluasi pada =(ptf + pwf)/2. Dengan membagi sumur menjadi
beberapa bagian mendapatkan hasil yang lebih akurat. Konvergensi sering kali
lebih cepat didapat jika iterasi dilakukan berdasarkan harga faktor devisiai gas,
Z, dibandingkan dengan berdasarkan tekanan. Prosedur untuk metode ini
adalah :
1. Memperkirakan Z* (sebagai harga mula-mula dapat digunakan angka = 0,9)
2. Menentukan tekanan yang tak diketahui menggunakan persamaan di atas
dengan Z = Z*
3. Menentukan tekanan rata-rata, Pavg=(ptf + pwf)/2
4. Menentukan Z pada Pavg dan Tavg
5. Membandingkan Z dan Z*. Jika (Z – Z*)/Z < e, dimana e adalah bilangan
yang kecil sebagai toleransi, maka perhitungan yang dilakukan adalah benar.
Jika tidak maka gunakan Z* = Z dan ulangi langkah 2 dan seterusnya.
Metode Cullender dan Smith
Persamaan yang dikembangkan oleh Cullender dan Smith tetap menggunakan anggapan-anggapan
pada persamaan kesetimbangan energi aliran gas dalam tubing, tetapi berbeda pada anggapan bahwa
temperatur dan faktor devoasi gas yang digunakan dalam persamaan memperhitungkan perubahan temperatur
terhadap kedalaman dan perubahan faktor deviasi gas terhadap tekanan dan temperatur.
Persamaan sederhana dari Cullender dan Smith dapat ditulis dalam bentuk yang pendek dengan
misalnya membagi sumur menjadi dua bagian H/2, yaitu :
Bagian atas :
Bagian bawah :
18.75 g MD pmf ptf I mf I tf
dengan :
18.75 g MD p wf p mf I wf I mf
p
I TZ
2
p TVD
0.001 F2
TZ MD
0.667 fqsc2
F
d5
0.01875 g H 0.01875 g H
pms pts pws pms
I ms I ts I ms I ws
p ws pts 1 2.5 x10 5 H
Prosedur perhitungan :
1. Tentukan temperatur untuk setiap kedalaman tertentu (h),
2. Tentukan Its = TZ/p,
3. Memperkirakan harga p*ms dengan persamaan di atas dimana untuk H/2,
4. Tentukan Ims = Z/p*ms,
5. Tentukan pms dengan persamaan di atas,
6. Membandingkan pms dan pms*. Jika (pms – pms*)/pms < e, dimana e adalah bilangan
yang kecil sebagai toleransi, maka perhitungan yang dilakukan adalah benar. Jika
tidak maka gunakan pms* = pms dan ulangi langkah 2 dan seterusnya,
7. Penentuan untuk segmen kedua juga sama, untuk p ws dihitung dengan persamaan di
atas.
Aliran Fluida di Dalam Pipa
Horizontal
Persamaan umum yang digunakan untuk pipa horisontal dengan diameter yang
tetap adalah sebagai berikut :
25 γ g q 2 T Z f L
P 1 P2
2 2
d5
Pada kondisi standar 14.7 psia 0.5
dan 60 oF, persamaan di atas dapat dikembangkan
menjadi : CTb p12 p 2 2
q
2.5
d
pb g f T Z L
dimana harga C tergantung dari kombinasi satuan yang digunakan, seperti yang terdapat di
Tabel 1 bawah ini :
Tabel 1
Harga C untuk Kombinasi Satuan
(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”)
P T d L q C
psia o
R in mi scfd 77.54
psia o
R in ft scfd 5634
psia o
R in ft MMscfd 5.634x10-3
kpa K
o
m m m3/d 1.149x106
Metode Perhitungan Kehilangan Tekanan
Aliran Gas dalam Pipa Horisontal
Korelasi untuk memperkirakan gradien tekanan aliran gas dalam pipa horisontal telah
dikembangkan oleh :
1. Weymouth,
2. Panhandle A dan B,
3. Clinendist,
4. Ferguson,
5. Ford, Bacon, dan Davis, dan
6. Beggs and Brill (aliran dua fasa).
Persamaan Weymouth untuk Aliran Gas
pada Pipa Horisontal
Anggapan yang diambil untuk penurunan persamaannya adalah sebagai berikut:
1. Perubahan energi kinetik diabaikan, atau = 0,
2. Aliran pada kondisi mantap (steady-state) dan isothermal,
3. Aliran pada posisi horisontal,
4. Tidak ada panas yang hilang atau masuk kedalam sistem, dan
5. Tidak ada kerja yang dilakukan oleh dan terhadap gas selama aliran.
0,032
f
Persamaan Weymouth
D1 / 3 untuk laju alir gas dalam pipa horinzontal apabila L dalam mile
dan D dalam inch adalah sebagai berikut :
0,5
Tb P1 P2 ( D)
2 2 5.333
q g 18.062
Pb gTLZ
Harga faktor deviasi gas, Z, dihitung pada tekanan dan temperatur rata-rata. Dalam hal ini tekanan
rata-rata dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
2 p13 p23
pm 2 2
3 p1 p2
Metode Weymouth umumnya digunakan untuk merencanakan pipa dengan inside diameter lebih
kecil dari 12 inch. Desain pipa dengan metode ini umumnya memberikan harga yang konservatif aman.
Persamaan Weymouth untuk Aliran Gas
pada Pipa Non-Horisontal
Pb g TLe dasar
f e = Bilangan
Z natural log (= 2.718)
s =
0.0375 g h
TZ outlet dikurang dengan elevasi inlet, h out let – hin let, (harga h akan positif apabila outlet lebih tinggi
h = elevasi
daripada inlet).
Le = panjang effective yang dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Untuk pipa yang mempunyai satu harga kemiringan, maka panjang ekivalen dihitung dengan
persamaan berikut :
L inlet
Apabila pipa salur gas antara dua
e 1 s
dan outletLmengikuti profile permukaan tanah yang
e
s
berbukit, maka panjang ekivalen ditentukan berdasarkan segmen-segmen pipa, yang masing-
masing mempunyai perbedaan ketinggian tertentu, dengan menggunakan persamaan berikut :
Le
e s1
L nilaie s , es , s ,….,1 Ldihitung
1 s1 1
s2
2 3
e
1)
s1 s 2
s3
(e menggunakan
dengan persamaan di atas.
L ............
1 2 3
s1 s2 s3
Gambar 1
Diagram Aliran Non Horisontal
(Anas. P.S. Ir. M.T,; “Kaitan Antara Penyebaran Titik Serap,
Konstruksi Sumur dan Surface Facilities Di Lapangan Gas”)
Metode Panhadle A
Panhandle menggunakan persamaan dasar yang sama seperti Weymouth, hanya saja faktor
gesekan dinyatakan sebagai fungsi dari bilangan Reynold, yaitu :
0.085
f 0.147
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa adalah
sebagai berikut :
1, 07881 0.4604
2 0.5394 1
Tb P P
2
q g 435.87
1 2
D 2,6182
Pb TLZ g
Apabila dikalikan dengan harga E, maka pada persamaan Panhandle A, umumnya harga E
diambil 0,92.
Persamaan ini dimaksudkan untuk merefleksikan aliran gas melalui smooth pipe, bila ditambah
dengan faktor efisiensi E (< 0,9) persamaan ini sesuai untuk perkiraan persamaan aliran turbulen
sebagian. Persamaan ini menjadi sedikit kurang akurat dengan naiknya laju alir.
Metode Panhadle B
Panhandle juga mengembangkan persamaan aliran gas, khusus untuk pipa transmisi jarak jauh,
dengan menganggap faktor gesekan menuruti hubungan sebagai berikut :
0.015
f 0.0392
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa adalah sebagai
berikut : 0.51
1, 02
Tb P2 P 2
q g 737 10,961 2 .D
2 , 53
Pb g TLZ
Metode Clinendist
Metode ini mengetengahkan suatu persamaan aliran yang memperhitungkan efek kompresibilitas
(Z). Dalam hal ini, faktor kompresibilitas mempunyai harga yang berbeda untuk Pseudo Reduced
Pressure (Pr) yang berlainan. Persamaan Clinendist dapat dituliskan sebagai berikut :
1/ 2
Z bTb Pc D 5
Pr Pr , 2
Pr Pr
Q 397
Pb g TL f Z dPr Z
dPr
0 0
Metode Ferguson
Dalam metode ini adanya faktor ketinggian diperhitungkan dalam persamaan aliran gas
dalam pipa. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
0,5
Tb P1 e 5 P2 D 5
2 2
Q 3,22
Pb g Ta Z a Le f
dengan :
s = (0,0375.G.X) / (TaZa)
X = Beda ketinggian, ft.
Metode Ford, Bacon, dan Davis
Metode ini hanya dipakai untuk kondisi khusus saja, dimana persamaan aliran gas berlaku untuk
diameter pipa 6-24 inchi, serta untuk pipa yang berdiameter 30 inchi. Adapun persamaan aliran gas di dalam
pipa horisontal dari metode Ford, Bacon, dan Davis dapat ditulis sebagai berikut :
0 , 541
2
2 , 625 P1 P2
2
Q 840 E M N D
L keterangan :
Q = Aliran gas pada kondisi standar Tb dan Pb, cuft/h.
E = Efisiensi aliran (= 0,94).
M = (14,35 Tb)/(520 Pb).
N = Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam.
P1 = Tekanan awal (input), psia.
P2 = Tekanan akhir (output), psia.
D = Diameter dalam pipa, inchi.
Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam (N) dapat dicari dengan persamaan berikut :
0 , 46 0 , 08 0 , 54
0,6 7,0 520
NB 0 , 54
B T
keterangan :
B = 1/Z.
G = Spesifik grafity gas (untuk udara = 1).
μ = Viscositas, cp.
T = Temperature aliran, 0R.
Field Handling of
Natural Gas
Gathering System,
Compressor, Gas
Processing
Gathering System
P1 P2
DA= 4 in
L mi
DB= 6 in DA= 4 in
L L A
B
RANGKAIAN PIPA SERI
Weymouth Formula
0.5
Tb P1 P2 D 3
2 2 16
Qh 18.062
Pb g TLZ
0.5 16
D 3 16
KD 3
Qh K L 2
L Qh
Equivalent Length
16 16
LA DA
' 3 DA 3
LA LB
'
'
LB DB DB
RANGKAIAN PIPA SERI
Equivalent Length
16
' DA 3
LAeq LA LA LAeq LA LB
DB
• % Change in Flow
Rate 1 0.5
1
0.5
LAeq L
Qh 0.5
1
L
RANGKAIAN PIPA PARALEL (LOOPED)
DA = 4 QA
in
P1 P2 QT
DB= 6 in QB
Flow Capacity
0.5
Qh K D K D 3
16 8
3
Ratio Flow Capacity
8
Qt Q QB Q D 3
A 1 B 1 A
QA QA QA DB
Looped Pipe Line
Dalam banyak kasus, hanya bagian pipa yang sudah ada akan
diparalelkan atau “Looped” dengan maksud untuk meningkatkan
kapasitas aliran.
Disain Kompresor :
- Kapasitas Kompresor (Compressor Capacity)
- Kebutuhan Tenaga (Power Requirements)
TIPE-TIPE KOMPRESOR
d 2 LSEv
q
4
Dimana volumetric eficiency diperoleh melalui persamaan:
Z 1r 1 / k
Ev 1 A C 1
Z2
Keterangan:
q = Kapasitas aliran, scfd.
d = Diameter piston, in.
L = Panjang stroke/langkah, in
S = Kecepatan kompresor, rpm.
Ev = Volumetric efficiency
A = Faktor kemungkinan bocor , gesekan, dll., biasanya antara
0.03
dan 0.06
C = Clearance, bervariasi dari 0.04 sampai 0.16.
Z1 = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi pengisapan
(Suction)
Z2 = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi keluaran (discharge)
r = Perbandingan kompresi, P2/P1.
P1 = Tekanan pengisapan (Suction Pressure), Psi.
P2 = Tekanan keluaran (Discharge Pressure), Psi.
KEBUTUHAN TENAGA (POWER REQUIREMENT)
Kebutuhan tenaga dari berbagai jenis kompresor adalah kebutuhan utama untuk
pemilihan dan disain dari komponen-komponen kompresor.
INJECTION GAS
WELL OUTFLOW
RELATIONSHIP
(VLP) or (TPC)
SANDFACE WELL
RESERVOIR PRESSURE
PRESSURE BHFP INFLOW (IPR)
Pressure Losses in Well System
P4 = (Pwh - Psep)
Gas
Sales line
Pwh Psep Liquid
Stock tank
Pwf Pwfs Pr Pe
pr pres pwf
Outflow
p p p
Prosedur tf tb wf
Berdasarkan anggapan pwf, tentukan qsc
menggunakan persamaan inflow performance
Plot antara pwf dan qsc
Berdasarkan anggapan qsc dan pwh, hitung pwf untuk
setiap qsc anggapan
Tekanan kepala sumur konstan
Prosedur
Plot antara pwf dan qsc pada grafik yang
sama dari hasil langkah sebelumnya.
Perpotongan antara kedua kurva memberikan
kapasitas aliran dan pwf untuk ukuran tubing
yang digunakan
Pwf Pwfs Pr Pe
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
Tubing Curve
3500
Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
System Graph
3500
Inflow (Reservoir) Curve
Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
1957.1 psi
2000
1500
1000
500
2111 STB/D
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
INFLOW AND OUTFLOW
PERFORMANCE
Effect of Skin on IPR
Inflow
Pressure at Node
(IPR)
Outflow
SKIN
10 5 0 -1 -3
qo 1/ ln re +S
Flowrate rw
Note : Log effect
Effect of Pressure Depletion on
Reservoir with no pressure support
IPR
Decreasing reservoir pressure
Pressure at Node
Inflow
Outflow
Flowrate
Effect of Tubing Size on Outflow
Inflow
(IPR)
Pressure at Node
Outflow
2 3/8”
2 7/8” 3 1/2”
4 1/2”
Flowrate (stb/d)
Pwh berubah
Jika jarak separator jauh, ukuran flowline ke
separator akan mempengaruhi kapasitas
aliran produksi
Jika pengaruh flowline diperhitungkan, maka
sistem dibagi dua subsistem di kepala sumur
Inflow:
pr pres ptb ptf
Outflow:
psep ptf ptf
Prosedur
Berdasarkan harga qsc tentukan harga pwf
dengan IPR
Dengan persamaan penurunan tekanan di
tubing, tentukan ptf untuk setiap qsc dan
pwf yang ditentukan langkah sebelumnya
Plot ptf dan qsc
Menggunakan tekanan separator yang
konstan, dan persamaan aliran di pipa,
tentukan ptf untuk beberapa asumsi qsc
Plot ptf dan qsc pada grafik yang sama
dengan grafik pada langkan di wellbore.
Perpotongan kedua kurva adalah
memberikan harga qsc dan ptf pada kedua
sistem
Contoh
Pengaruh tekanan separator
Pengaruh p separator ditentukan dengan
cara membagi sistem di separator
Separator
Kombinasi reservoir+tubing+pipa
P separator dihitung:
1952 0
1800 1768
1400 4695
1000 6642
600 7875
200 8477
0 8551
Memplot Pwf terhadap qsc
Mengasumsikan beberapa harga laju alir dan tentukan Pwf
dengan menggunakan persamaan penurunan tekanan antara tubing
dan tekanan kepala sumur untuk setiap laju alir.
25 g q 2 T Z f MD EXP S 1
pwf ptf EXP S
2 2
Sd 5
Hal ini dilakukan untuk setiap ukuran tubing. Hasil yang didapat
adalah sebagai berikut :
Outflow
Pwf, psia
qsc,
MMscfd d = 1.995 inch d = 2.441 inch
1 1300 1290
2 1370 1300
3 1500 1370
4 1620 1400
5 1800 1580
Memplot Pwf terhadap qsc, untuk kedua ukuran
tubing pada grafik sebelumnya.
Perpotongan antara inflow curve dengan outflow
curve (tubing performance curve) tersebut memberikan
harga kapasitas aliran dan Pwf untuk setiap ukuran
tubing yang digunakan.
Kesimpulan :
Outflow
Penyelesaian :
1. Asumsi harga qsc (1,2,3 dan 4 MMscfd), tentukan Pwf menggunakan
satu persamaan inflow performance, yaitu :
qsc = C (Pr2 – Pwf2)n = 0.0295 (19522 – Pwf2)0.83
kemudian buat tabulasi hasil perhitungan ini.
2. Metode Tekanan dan Temperatur Rata-rata digunakan untuk
menentukan Ptf, untuk setiap qsc dan Pwf , yaitu :
d5
atau a2 a3 a4
T P1 2 P2 2 1
q g a1 E b . D a5
Pb TLZ g
Hasilnya :
qsc, Mscfd pwf ptf psep
1000 1877 1500 1490
2000 1774 1362 1320
3000 1653 1158 1042
4000 1512 840 504
4. Plot antara Psep terhadap qsc dan tentukan harga kapasitas alir pada
berbagai harga dari Psep.
Kesimpulan :
Penyelesaian :
1. Tekanan di separator atau kompresor untuk berbagai harga laju alir
sudah dihitung dan diplot pada soal sebelumnya di atas.
2. Dimulai dari tekanan yang dibutuhkan konsumen, tentukan tekanan
yang keluar dari kompresor, Pdis, untuk berbagai harga laju alir,
menggunakan persamaan berikut :
25 g q 2T Z fL
p1 p 2
2 2
d5
Hasilnya sebagai berikut :
Untuk mengetahui apakah diameter header yang dipilih cukup aman terhadap pengoperasiannya, dapat
dicek dengan persamaan :
P.D
t keterangan :
2S
t = Tebal pipa yang diijinkan, in.
P = Tekanan kerja pada header, psi.
D = Diameter luar header, in.
S = Tegangan pipa, tergantung dari beban pipa.
D. Valve
Valve berfungsi untuk membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa serta berfungsi untuk mengatur
jumlah atau besarnya aliran dengan jalan memutar handweal.
Berdasarkan cara penyambungan valve dengan pipa atau peralatan lainnya, maka jenis valve dibedakan
menjadi tiga yaitu : screwed (ulir), flanged, dan butt-wellding (las).
V g .Ta
0,5
Cv keterangan :
1360 ( .P2 ) 0.5
V = Laju aliran gas pada 14,7 psi dan 60 oF, cuft/jam.
P = Pressure drop pada kondisi aliran maksimum, psi.
P2 = Outlet pressure pada kondisi aliran maksimum, psi.
γg = Spesific grafity gas (udara = 1).
Ta = Temperatur absolut aliran, oR.
Stasiun Kompresor
Stasiun kompresor merupakan salah satu bagian dari unit transportasi pada lapangan
gas, yang berfungsi untuk menambah tekanan alir dari gas yang melewati flowline.
Kompresor diperlukan untuk menaikkan tekanan alir dalam pipa, terutama dalam pipa
distribusi/transmisi yang berjarak panjang, dimana kehilangan tekanan sangat besar.
Disamping itu, kompressor juga diperlukan pada gathering station yang kadang tidak
mampu memenuhi laju produksi yang diinginkan ke dalam pipa transmisi, dan juga pada
storage field.
Kompresor merupakan vacuum pump, yang setiap tipenya berdasarkan kapsitas dan
besarnya kerja yang dapat dilakukan. Berdasarkan cara kerja dan peraalatannya, ada 3 tipe
dasar kompresor, yaitu :
1. Positive Displacement Type Compressor, terdiri dari reciprocating compressor dan
rotary lobe compressor (sliding-vane, liquid piston, straight-lobe, dan helical-lobe).
2. Dynamic Type Compressor, terdiri dari centrifugal compressor, axial compressor, dan
mixed flow compressor.
3. Ejector Compressor.
Positive Displacement Type Compressor
A. Reciprocating Compressor
Merupakan kompresor dengan mekanisme menekanan dan
memindahkan elemen oleh piston yang bergerak di dalam silinder,
seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.
Reciprocating compressor mempunyai 2 tipe yang didasarkan
pada kecepatan gerak pistonnya, yaitu high speed reciprocating (900
– 1.200 rpm) dan low speed reciprocating (200 – 600 rpm).
Gambar 1
Gerakan Piston Reciprocating Compressor
(Ken, Arnold, P.E.;“Surface Production Operation”)
B. Rotary Compressor
Kompresi pada kompresor ini didasarkan pada transfer energi dari perputaran baling-baling ke gas.
Pertukaran ini terjadi karena perubahan momentum dan tekanan pada gas. Momentum ini dirubah menjadi
tekanan yang menekan gas ke baling-baling lainnya.
A. Centrifugal Compressor
Merupakan jenis kompresor yang meggunakan impeller berbentuk baling-baling yang dipasang
sejajar dengan rotornya.Energi transfernya tergantung dari kecepatan perputaran impelernya. Gas yang
masuk diantara impeller terlempar ke depan dan masuk ke impeller lainnya, sehingga setiap impeler akan
mengalami beberapa pelemparan atau tenaga dorong. Kecepatan gas yang keluar dari kompresor
tergantung pada kecepatan putar impeler dan banyaknya sudu pada impeler.
B. Axial Compressor
Axial compressor merupakan kompresor yang meggunakan sudu yang sejajar sepanjang rotornya.
Kecepatan gas diperoleh dari gerakan sudu rotor yang menyelubungi rotornya. Tiap stage terdiri dari dua
baris sudu, satu baris berputar dan baris lainnya tetap. Sudu rotor memberikan kecepatan dan tekanan
kepada gas saat rotor dijalankan, kecepatan tersebut diubah ke dalam tekanan di dalam sudu yang diam.
C. Mixed Flow
Merupakan kompresor yang bentuk impelernya merupakan kombinasi dari beberapa karakteristik
dari centrifugal compressor dan axial compressor.
Gambar 5
Centrifugal Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Gambar 6
Axial Compressor
(Ken, Arnold, P.E.;“Surface Production Operation”)
Ejector Compressor
Ejector compressor menggunakan saluran panjang yang berdiameter
kecil. Gas yang masuk ke nosel ditekan melewati saluran yang berdiameter
kecil, sehingga kecepatan gas tersebut naik. Tingginya kecepatan keluaran
gas tersebut di dalam diffuser dirubah menjadi tekanan yang sangat tinggi.
Gambar 7
Diagram Ejector Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Fasilitas Gas Procesing
A. Separator
Agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik, separator umumnya terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut :
1. Inlet Separation Element
Peralatan di depan lubang inlet yang dapat berupa deflector plate atau centrifugal device dimana
pemisahan untuk pertama kali terjadi. Deflector plate dapat berbentuk suatu plate atau piringan. Fluida
yang masuk ke separator menumbuk deflector, sehingga cairan jatuh ke dasar vessel dan gas mengalir di
sekeliling deflector. Pada centrifugal device, fluida yang masuk dialirkan memutari dinding silinder kecil,
sehingga terjadi gaya centrifugal yang besarnya dapat mencapai 500 kali gaya gravitasi. Untuk separator
spherical atau vertikal, dinding silinder dapat merupakan dinding vesselnya sendiri. Gaya centrifugal
menyebabkan cairan bersama-sama jatuh ke dalam settling section di dasar vessel.
2. Settling Section
Berfungsi untuk menghilangkan turbulensi aliran fluida dan mengendapkan padatan yang ikut dalam
cairan di dasar vessel berdasarkan gaya gravitasi. Settling section berupa ruang yang cukup luas untuk
mengendapkan cairan, sering diperlengkapi dengan peralatan pembantu seperti quieting plate atau buffles
yang disebut dengan scrubbing. Separator dengan centrifugal device dan settling section yang cukup luas
umumnya menghasilkan cairan di stock tank yang lebih stabil daripada separator dengan scrubbing.
3. Mist Extractor/Eliminator
Dipasang di lubang outlet yang berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel cairan yang tidak dapat
dipisahkan oleh gravitasi. Partikel-partikel cairan yang kecil hampir tidak mempunyai perbedaaan
gravitasi dengan gas, partikel-partikel ini akan terkumpul di mist extractor sampai ia cukup besar untuk
jatuh ke settling section. Mist extractor umumnya dibuat dari susunan kawat stainless steel membentuk
jaringan.
4. Peralatan Control dan Safety
Umumnya terdiri atas : level control, pressure control, liquid dump valve, gas back pressure, valve, safety
relief valve, pressure gauge, gauge glass, instrument gas regulator, dan pipa-pipa atau tubing.
Jenis Separator
Proses LTS sangat efektif untuk condensate recovery pada sumur-sumur bertekanan tinggi untuk
wet non-associated gas well stream. LTS dipasang di dekat wellhead dan juga di gas plant sebagai :
- Pemisah hidrokarbon dan air dari wet gas well stream.
- Mengerjakan dehidrasi aliran produksi gas.
- Memperoleh kondensat lebih banyak dibandingkan separator konvensional.
Hasil dari LTS adalah dry gas (mengurangi kadar uap air pada aliran dry gas),
kondensat yang lebih banyak, dan air bebas Dry gas dapat langsung dialirkan ke sistem gas
sale atau diproses lebih lanjut, sedangkan kondensat yang banyak perlu distabilkan agar
mengurangi evaporation loss di storage tank.
Macam-macam LTS :
1. Instalasi LTS tanpa inhibitor hidrat,
2. Instalasi LTS dengan menggunakan inhibitor hidrat, dan
3. Instalasi LTS dengan bantuan external refrigerator.
B. Sweetening
Beberapa proses yang digunakan untuk memisahkan gas asam adalah Alkanolamine Sweetening,
Glycol/Amine Process, Sulfinol Process, dan Iron-sponge Sweetening.
I. Alkanolamine Sweetening
Amine terdiri dari komposisi nitrogen-hydrokarbon (N-HC) yang secara kimia akan bereaksi dengan gas-
gas asam (acid gases) untuk membentuk ikatan garam komplek. Amine dikategorikan dalam tiga golongan,
yaitu : primary, secondary, dan tertiary, tergantung dari komposisi atom N dan senyawa HC dalam satu
ikatan tersebut.
1. Primary Amine
Primary amine mempunyai 2 atom H dan satu senyawa HC yang terikat pada atom N. Amine jenis ini
merupakan tipe yang paling reaktif, karena mempunyai 2 atom hydrogen yang labil (mudah membentuk
ikatan). Monoethanol Amine (MEA) dan Diglycol Amine (DGA) termasuk dalam tipe primary amine ini.
2. Secondary Amine
Jenis ini hanya mempunyai 1 atom H yang labil dan 2 senyawa HC yang terikat pada atom N. Jenis ini
kurang reaktif dibandingkan primary amine, karena hanya mempunyai 1 atom H yang labil. Diethanol
Amine (DEA) dan Diisopropanol Amine (DIPA) termasuk dalam tipe secondary amine ini.
3. Tertiary Amine
Jenis ini mempunyai 3 senyawa HC yang terikat pada atom N. Tipe ini paling tidak reaktif, karena tidak
memiliki satupun atom H yang labil. Methyldiethanol Amine (MDEA) dan Triethanol Amine (TEA)
termasuk tipe tertiary amine ini.
Proses alkanolamine memisahkan H 2S sekaligus CO2, umumnya MEA lebih disukai dibanding
DEA atau TEA, ini disebabkan karena MEA lebih reaktif, lebih stabil, dan dengan cepat dapat dibersihkan dari
kontaminan dengan cara destilasi semi kontinyu.
Reaksi yang terjadi antara H2S dan MEA adalah :
Absorbsi : MEA + H2S → MEA Hydrosulfide + heat
MEA + H2 + CO2 → MEA Carbonate + heat
Alkanolamine sweetening digunakan secara luas untuk gas dengan kandungan H 2S relatif tinggi. Proses yang
dilakukan dengan menggunakan amine ini dapat kita lihat pada diagram Amine Treating System (Gambar 1). Gas
hidrokarbon yang mengandung asam (acid gas) dialirkan melalui bagian bawah dari tabung contactor menuju
bagian atas tabung contactor. Larutan amine dialirkan pada bagian atas tabung contactor menuju bagian bawah
tabung. Pertemuan kedua fluida tersebut akan menimbulkan reaksi kimia yang akan menghilangkan gas yang
bersifat asam. Gas yang bersih hasil dari reaksi tersebut (sweet gas) akan keluar meninggalkan contactor melalui
bagian atas. Sedangkan amine yang banyak mengandung gas asam (rich amine) akan dialirkan melalui bagian
bawah dari contactor. Proses selanjutnya adalah pemurnian amine, setelah terjadi reaksi dengan gas asam. Amine
yang banyak mengandung gas asam (rich amine) akan didaur ulang di dalam stripper, dengan menggunakan
tekanan yang rendah dan ditambahkan pemanasan dari reiboler. Gas asam akan terbebaskan melalui reflux
condenser. Amine panas yang sudah murni akan keluar melalui bagian bawah tabung dan dialirkan menuju Heat
Exhanger untuk menurunkan temperatur rich amine (banyak mengandung gas asam) yang berasal dari contactor.
II. Glycol / Amine Process
Digunakan untuk gas alam yang tidak memerlukan penurunan dew point. Process
glycol/amine menggunakan larutan yang mempunyai komposisi 10 - 30 % berat MEA, 45 -
85 % berat glycol, dan 5 - 25 % berat air. Kelemahan proses ini adalah menaikkan
kehilangan pengisapan MEA karena temperatur regenerasi yang tinggi, untuk memperoleh
MEA kembali harus digunakan vacum destilasi dan adanya problem korosi (Gambar 1).
Untuk suatu proyek LNG Plant, biaya yang paling besar adalah pada
fasilitas tangki penampung. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam
membuat rancang bangun dan konsrtuksi dari fasilitas tangki LNG berupa faktor
keamanan (safety), modal yang ditanam, biaya perawatan, dan pemindahan panas
(heat transfer) dari LNG tersebut. Model-model fasilitas penampungan LNG yang
terletak di permukaan adalah sebagai berikut :
1. Prestressed Concrete Tank
Adalah tangki yang umumnya digunakan untuk menyimpan liquid dan telah
berhasil digunakan untuk menyimpan LNG.
Prestressed concrete tank digunakan untuk menyimpan LNG dalam jumlah
yang sangat besar, terletak di atas atau di bawah tanah (type soil), dan diisolasi
sesuai dengan boil of rate. Prestressed concrete lebih digunakan secara luas dalam
industri LNG.
I. Mined Carvens
Mined carvens (lubang penambangan) yang berbentuk vertical biasanya terdapat
dalam limestone, granit, chalk, shale, dan dolomite. Tipe ini telah berhasil dipakai untuk
menyimpan LNG beberapa tahun ini. Dari kajian secara teoritis, laboratorium, dan rancang
bangun, menunjukkan bahwa mined carvens ini layak digunakan sebagai tempat
penyimpanan LNG. Biaya penggalian sangat diutamakan untuk carvens storage tentang
pemilihan sifat fisik batuannya.
Dalam tipe ini, shaft vertical sesuai dengan kedalaman. Lubang dengan
permukaan dihubungkan dengan pipa. Bagian dalam dari pipa dipakai untuk
mengalirkan LNG , sedangkan anulusnya dipakai untuk melengkapi peralatan
keluar dan masuknya gas dari lubang untuk mempertahankan kesetimbangan
tekanan lubang. Shaft vertical dipakai untuk membuat lubang yang diisi oleh air,
selanjutnya lubang dipertahankan pada tekanan ekivalen sampai hidrostatik water
head sekaligus menyeimbangkan tekanan separasi lubang dari shaft vertical.
Mined carvens merupakan metode yang penting untuk dikembangkan, tetapi
saat ini masih dianggap kurang komersil, karena beberapa kerugiannya, missal :
Biaya operasi sangt tinggi jika disbanding metode lain.
Panas yang diperoleh dari tangki LNG besar.
Karena pengaruh kondisi geologi pada beberapa tempat, tidak memungkinkan
untuk membangun storage LNG jenis ini.
II. Frozen Holes