Anda di halaman 1dari 125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH STRATEGI KOPING TERHADAP RESILIENSI

PADA REMAJA KORBAN CYBERBULLYING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Maria Estu Tantri

139114112

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

1 Korintus 2:9

“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga

dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua yang disediakan Allah

untuk mereka yang mengasihi Dia.”

1 Samuel 3:18b

“Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandangNya baik.”

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menunjukkan kesetiaanNya

Keluarga yang menjadi motivasi saya untuk terus berjuang

Keluarga Sion Jogja yang selalu mendukung dalam doa dan usaha

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH STRATEGI KOPING TERHADAP RESILIENSI PADA


KORBAN CYBERBULLYING

Maria Estu Tantri

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh strategi koping terhadap resiliensi pada
korban cyberbullying. Subjek penelitian sebanyak 215 siswa yang terdiri dari siswa SMP dan SMA
berusia 13-17 tahun. Hipotesis penelitiannya adalah strategi koping berpengaruh terhadap
resiliensi remaja korban cyberbullying. Alat pengumpul data yang dipakai adalah skala adaptasi
RCOPE dan skala problem focused coping serta resiliensi yang dibuat sendiri oleh peneliti. Hasil
penelitian menggunakan analisis regresi berganda menyimpulkan bahwa strategi koping
berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi pada remaja korban cyberbullying (F= 77,103
R2= 44,5%). Problem focused coping berpengaruh signifikan positif (sig.= 0,00 < 0,05) terhadap
resiliensi korban cyberbullying. Religious coping tidak berpengaruh secara signifikan (sig.= 0,98 >
0,05) terhadap resiliensi korban cyberbullying.

Kata kunci: strategi koping, resiliensi, cyberbullying.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE EFFECT OF COPING STRATEGIES TOWARDS


RESILIENCE OF CYBERBULLYING VICTIM

Maria Estu Tantri

ABSTRACT

This study aims to know the effect of coping strategies towards resilience of cyberbullying
victim. There are 215 students from Junior High School and Senior High School as the subject of
the research. They ages from 13 to 17 years old. The hypothesis of this study is coping strategies
have a significant effect towards resilience of cyberbullying victim. The data obtained using
adapted RCOPE scale and self made for the resilience and problem focused coping scale. The
result of the research trough double regression analysis concludes that coping strategies
significantly affects resilience of cyberbullying victim (F= 77,103 R 2= 44,5%). Furthermore
problem focused coping affects significantly (sig.= 0,00 < 0,05) resilience of cyberbullying victim
while religious coping do not significantly affects resilience of cyberbullying (sig.= 0,98 > 0,05).

Keywords: coping strategies, resilience, cyberbullying.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Terimakasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai dan

memberikan kejutan tak terduga kepada penulis selama pengerjaan skripsi.

Proses yang sungguh hebat ini tentu saja tidak dapat saya jalani tanpa bantuan

setiap orang yang berdiri di skitar saya. Saya berterimakasih sebesar besarnya

karena telah menjadi bagian dari proses yang sungguh hebat ini. Saya khususnya

berterimakasih pada :

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., selaku dekan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku wakil dekan Fakultas Psikologi sekaligus

dosen pembimbing skripsi. Terimakasih telah menjadi pembimbing yang

menemani proses pendewasaan penulis selama pengerjaan skripsi.

3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, Ph. D. selaku Kepala Program Studi

Psikologi Sanata Dharma.

4. Prof. A. Supratiknya dan bapak TM. Raditya Hernawa, M. Si. Sebagai dosen

pembimbing akademik yang sudah mendukung dan membantu penulis

selama mengerjakan skripsi ini.

5. Penulis berterimakasih pula kepada segenap dosen Universitas Sanata

Dharma, setiap kehadiran anda membantu penulis mengembangkan karakter

yang penulis butuhkan untuk terus melanjutkan studi.

6. Penulis berterimakasih kepada keluarga yang telah mendukung selama proses

yang tidak mudah. Terimakasih kepada Elisabeth Kanthi Swasti sebagai

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepala keluarga yang luar biasa dan Marta Anindita sebagai adik yang pekerja

keras. Kedua orang sosok yang menginspirasi penulis untuk tidak menyerah.

7. Penulis berterimakasih kepada segenap keluarga rohani, khususnya kakak

rohani, mbak Tiara yang tidak berhenti menyemangati penulis untuk

menyelesaikan proses ini. Kak Iza yang memberikan nasihat dengan sabar

bagi penulis. Juga kepada setiap anak rohani: Rosa, Brigitta, Bella yang terus

menguatkan penulis untuk terus berjuang, dan tetap mengandalkan Tuhan.

8. Penulis berterimakasih kepada segenap keluarga Sion Jogja yang mendoakan

dan mendukung tanpa henti. Mengajarkan penulis untuk beriman besar dan

semakin kuat dalam melewati tantangan.

9. Penulis berterimakasih kepada Kak Rainy Handayani S. Pd., kak Djihad

Bouaoune, dan mas Daniel Ari Purwanto S.Pd. yang telah membantu penulis

dalam translasi bahasa pada skala adaptasi yang dipakai dalam penelitian.

10. Penulis berterimakasih kepada teman-teman se-ibu bimbingan yang menjadi

teman curhat sekaligus teman mengerjakan skripsi bersama, Peni, Devina,

Koleta, Wira, Dewinta, Iqma, Hans, terimakasih dan terus semangat untuk

berjuang.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan penulis

selanjutnya. Terimakasih dan Tuhan memberkati

Yogyakarta, 19 Juli 2018 Penulis,

Maria Estu Tantri

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING....................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................ iii

HALAMAN MOTTO........................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................................ vi

ABSTRAK.............................................................................................................................. vii

ABSTRACT.............................................................................................................................viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................................ ix

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... x

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian....................................................................................................... 9

D. Manfaat penelitian.................................................................................................... 9

1. Manfaat Teoritis................................................................................................. 9

2. Manfaat Praktis................................................................................................... 9

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 10

A. Pengantar.................................................................................................................... 10

B. Resiliensi.................................................................................................................... 11

1. Pengertian Resiliensi....................................................................................... 11

2. Sumber Individu yang Resilien.................................................................... 12

3. Faktor yang mempengaruhi Resiliensi....................................................... 14

4. Aspek-aspek Resiliensi................................................................................... 15

C. Strategi Koping......................................................................................................... 18

1. Pengertian strategi koping.............................................................................. 18

2. Jenis-jenis strategi koping.............................................................................. 18

a. Problem Focus Coping............................................................................ 19

b. Religious Coping..................................................................................... . 21

D. Remaja Korban Cyberbullying............................................................................ 26

1. Remaja................................................................................................................ 26

a. Perkembangan Kognitif Remaja..........................................................27

b. Perkembangan Sosial Emosi Remaja 27

c. Pengaruh Teman Sebaya...................................................................... . 28

d. Popularitas Remaja.................................................................................. 29

e. Perkembangan Spiritual dan Religi Remaja.....................................30

2. Korban Cyberbullying................................................................................. . 32

a. Definisi korban cyberbullying.............................................................. 32

b. Bentuk tindakan cyberbullying.............................................................33

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Pengaruh Strategi Koping Terhadap Resiliensi Korban .

Cyberbullying................................................................................. . . 37

F. Hipotesis penelitian...................................................................... ... . 40

G. Kerangka Berpikir..................................... ...................................... . 41

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. . 42

A. Jenis Penelitian.................................................................................... .. . 42

B. Variabel Penelitian........................................................................... ..... . 42

1. Variabel bebas............................................................................. .... . 42

2. Variabel tergantung....................................................................... .. . 42

C. Definisi Operasional.............................................................................. . 42

1. Resiliensi...................................................................................... ... . 42

2. Strategi Koping............................................................................. .. . 43

D. Subjek Penelitian................................................................................... . 44

E. Metode Pengumpulan Data................................................................. .. . 45

F. Alat Pengambilan Data....................................................................... .. . 46

1. Skala resiliensi.............................................................................. .. . 46

2. Skala strategi koping................................................................. ...... . 49

a. Skala Problem Focused Coping................................................. . 49

b. Skala Religious Coping...................................................... ....... . 51

G. Validitas Pengukuran.......................................................................... .. . 52

H. Reliabilitas Pengukuran...................................................................... .. . 52

I. Metode Pengolahan Data...................................................................... . 60

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................63

A. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................ . 63

B. Deskripsi Penelitian.............................................................................................. . 63

1. Deskripsi Subjek Penelitian........................................................................... 63

2. Deskripsi Data Penelitian............................................................................... 67

C. Analisis Data Penelitian......................................................................................... 69

1. Uji Asumsi..........................................................................................................69

a......Uji normalitas .. . 69

b......Uji linearitas .. . 70

c....Uji multikolinearitas . 70

d.....Uji heterokedastisitas . . 71

2. Uji Hipotesis.................................................................................................... . 71

3. Pembahasan...................................................................................................... . 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 78

A. Kesimpulan................................................................................................................ 78

B. Saran............................................................................................................................ 78

1. Kepada peneliti selanjutnya........................................................................ . 78

2. Kepada orangtua korban............................................................................... . 79

3. Kepada korban................................................................................................ . 79

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 80

LAMPIRAN........................................................................................................................... 85

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penskoran skala likert skala Resiliensi.........................................................47

Tabel 3.2 Blueprint skala resiliensi.................................................................................. 48

Tabel 3.3 Blueprint skala Problem Focused Coping...................................................50

Tabel 3.4 Item pada skala Religious Coping..................................................................51

Tabel 3.5 Seleksi skala resiliensi.......................................................................................54

Tabel 3.6 Skala Resiliensi.....................................................................................................55

Tabel 3.7 Seleksi aitem Problem Focused Coping.......................................................56

Tabel 3.8 Skala Problem Focused Coping......................................................................57

Tabel 3.9 Kategori reliabilitas Croncbach’s alfa...........................................................58

Tabel 3.10 Croncbach’s alfa skala Resiliensi.................................................................59

Tabel 3.11 Croncbach’s alfa skala Problem focused coping.....................................59

Tabel 3. 12 Croncbach’s alfa Positive Religious Coping...................................................60

Tabel 3.13 Croncbach’s alfa Negative Religious Coping....................................................60

Tabel 4.1 Jumlah Subjek berdasarkan media elektronik yang digunakan............ 64

Tabel 4.2 Jumlah Subjek berdasarkan jenis perilaku Cyberbullying......................65

Tabel 4.3 Deskripsi berdasarkan jenis kelamin subjek................................................66

Tabel 4.4 Deskripsi data usia subjek.................................................................................66

Tabel 4.5 Deskripsi data penelitian...................................................................................67

Tabel 4.6 Jumlah subjek yang melakukan religious coping......................................68

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.7 Deskripsi jumlah data yang akan digunakan...............................................69

Tabel 4.8 Hasil uji normalitas residu................................................................................69

Tabel 4.9 Uji linearitas..........................................................................................................70

Tabel 4.10 Uji multikolinearitas.........................................................................................71

Tabel 4.11 Uji heterokedastisitas...................................................................................... 71

Tabel 4.12 Hasil uji signifikansi regresi......................................................................... 72

Tabel 4.13 Hasil Uji F pada analisis regresi...................................................................72

Tabel 4.14 Hasil analisis regresi untuk setiap variabel prediktor.............................73

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: UJI ASUMSI.............................................................................................86

LAMPIRAN 3: UJI HIPOTESIS REGRESI GANDA...............................................91

LAMPIRAN 4: SURAT IJIN PELAKSANAAN PENELITIAN.............................92

LAMPIRAN 5: SKALA PENELITIAN..........................................................................94

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku perundungan (bullying) dapat menyebabkan perasaan tidak aman,

kecemasan, depresi, berkurangnya harga diri, terisolasi, membolos,

mengurangi prestasi akademik, dan bahkan dalam beberapa kasus, perilaku

perundungan ini dapat menjadi faktor penyumbang kecenderungan seseorang

untuk bunuh diri (Campbell et al., dalam Papartrairanou, Levine, & West

2014). Dampak dari perundungan melalui media elektronik bahkan

dimungkinkan akan lebih berbahaya daripada dampak dari perilaku

perundungan yang tradisional. Para peneliti melakukan analisis terhadap

4.500 remaja, dan anak-anak yang mengalami perundungan melalui media

elektronik, mereka memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dari kelompok

lain yang hanya dipukuli atau diejek (cyberbullying lebih menyakitkan dari

pukulan, n.d.).

Perundungan melalui media elektronik biasa disebut dengan

cyberbullying. Cyberbullying adalah perilaku negatif atau menyakitkan yang

dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan sarana yaitu alat

komunikasi elektronik yang melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan

dengan orang lain (Smith et, al., dalam Fenclau 2016). Peningkatan

penggunaan teknologi akan menciptakan risiko bagi remaja di masa ini

sehingga mengalami cyberbullying (Cross, Piggen, Douglas dan Vonkaenel-

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Flatt, dalam Papartrairanou et al. 2014). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

perilaku cyberbullying tentu akan memberikan pengaruh mental yang kurang

baik bagi remaja. Padahal remaja mengalami transisi sosial yang cukup

penting dengan lingkungan dan sosialnya di masa ini (Santrock, 2011)

Beberapa korban remaja yang mengalami cyberbullying adalah

Muhhammad Ali Syarief (Aliando Syarief), yang akhirnya sempat depresi

selama 2 hingga 3 bulan lamanya (Curhat Aliando karena pernah dibully

haters, n.d.), Amanda Todd yang akhirnya memilih untuk mengakhiri

hidupnya karena cyberbullying yang ia terima (Amanda Todd curhat di

Youtube sebelum bunuh diri n.d.), hingga Asa Firda Inayah (Afi), yang juga

menerima komentar-komentar yang tidak pantas di Instagram dan juga

Facebook. Banyak hujatan yang ia terima, sehingga Afi tidak dapat

mengatasinya (Lelah dicemooh Afi Nihaya minta remaja lain tak seperti

dirinya, n.d.). Afi sempat mengaku bahwa peristiwa ini sangat mengganggu

psikologisnya. "Bullying menjadi momen berat yang saya lalui dengan

banyak cara. Dari mulai mencari teman yang supportive, membaca buku-

buku atau artikel yang bisa menguatkan mental, hingga berupaya menghindari

sumber bully," katanya dalam sebuah wawancara. Akan tetapi nyatanya, Afi

masih merasa kesulitan untuk bangkit dari peristiwa cyberbullying yang ia

alami (Afi Nihaya Faradisa bullying bentuk apapun tak sehat, n.d.).

Fenomena cyberbullying nampaknya tidak terlalu dipandang serius,

padahal sebenarnya fenomena ini menyimpan banyak permasalahan yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak mudah diketahui oleh pihak orang tua maupun pihak berwajib. Hal ini

disebabkan karena banyak remaja di Indonesia yang mengalami

cyberbullying, tetapi korban enggan untuk melaporkannya kepada pihak yang

berwajib (Hidayati, 2012; Utami 2013). Hal ini membuat pemerintah

kesulitan untuk mendapatkan data konkret mengenai korban cyberbullying di

Indonesia. Menurut Juvonen (dalam Akbar & Utari 2015) para remaja tidak

mau memberitahu orang tua mengenai perilaku cyberbullying tersebut,

alasannya adalah agar orangtua tidak membatasi aktivitas online mereka.

Melihat dampak dari cyberbullying, korban tentu memerlukan kapasitas

adaptasi yang cukup kuat untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya.

Pada kasus sebelumnya menunjukkan bahwa korban belum mampu

mengatasi tantangan yang ia hadapi. Kemampuan untuk dapat bangkit

kembali dari perilaku yang pernah diterimanya disebut dengan kemampuan

resiliensi (Tugade & Fredrik, dalam Uyun, 2012). Menurut Grotberg (1995)

resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan

meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau

kesengsaraan dalam hidup. Resiliensi adalah kapasitas seseorang untuk

bangkit dari keterpurukan dan kembali bangkit untuk melanjutkan

kehidupannya (Wagnild, 2010). Kemampuan resiliensi ini penting untuk

menghadapi kesulitan atau masalah yang sering terjadi.

Keberadaan resiliensi akan mengubah sebuah permasalahan menjadi

tantangan, kegagalan menjadi sebuah kesuksesan, ketidakberdayaan menjadi

kekuatan (Widuri, 2012). Farihayati (dalam Masna, 2013) menyebutkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahwa dengan menjadi resilien orang akan mampu bertahan di bawah

tekanan atau kesedihan, dan tidak menunjukkan suasana hati yang negatif

terus-menerus. Oleh sebab itu para korban cyberbullying perlu melakukan

resiliensi untuk dapat mengatasi tantangan-tantangan yang mereka hadapi.

Menurut Carol Ryff (dalam Baumgardner & Choters, 2009), sumber

seseorang untuk dapat resilien adalah penerimaan diri, pengembangan diri,

tujuan hidup, penguasaan lingkungan, kemandirian, dan adanya hubungan

yang baik dengan orang lain. Selain itu Baumgardner & Choters (2009), juga

mengungkapkan faktor protektif individu untuk dapat mencapai resiliensinya

yang terbagi dalam 3 bentuk, yaitu faktor protektif pada anak, keluarga, dan

pada komunitas.

Berdasarkan penelitian Khotimah (2015) mengenai resiliensi pada korban

cyberbullying, korban cyberbullying yang ia wawancarai menerima 5 dari 8

bentuk tindakan cyberbullying, yaitu flaming (amarah), harashment

(pelecehan), gossip (gosip), outing dan trickery (mempermalukan dan

menipu), serta cyberstalking (menguntit). Korban disebutkan memiliki

resiliensi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena korban mendapatkan

dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti keluarga dan teman-teman. Akan

tetapi, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jumlah subjek

1 orang saja, sehingga hasilnya tidak cukup kuat untuk menggambarkan

bagaimana resiliensi seorang korban cyberbullying.

Menurut penelitian Papartrairanou et al., (2014), mengembangkan

resiliensi pada korban cyberbullying dapat dilakukan secara efektif. Faktor


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

personal, biologis, locus of control, harga diri yang tinggi, dan adanya

perasaan berharga akan tujuan hidupnya dapat meningkatkan resiliensi

seseorang ketika menghadapi kesulitan secara online. Hubungan dengan

keluarga dan teman dekat juga dapat membantu remaja untuk menjadi

resilien.

Vandininck d’Haenens, & Roe (dalam Papartrairanou et al., 2014)

mengatakan bahwa resiliensi online bukanlah kegiatan yang pasif, namun

resiliensi online dapat menunjukkan kemampuan seseorang dalam

memecahkan masalah. Menurut penelitian terdahulu dijelaskan bahwa faktor

yang dianggap mampu mengatasi pengalaman negatif yang dialami korban

cyberbullying adalah dengan cara melakukan pengakuan kepada orang

dewasa (Livingstone, Hadden, Gorzig, & Olafsson, dalam Papartrairanou et

al., 2014), menceritakan pengalaman kepada orang lain (Kochenderfer-Ladd

& Skinner, dalam Papartrairanou et al., 2014), kemampuan untuk

mengoperasikan hal-hal digital (Vandonick, d’ Haenens, & Segers, dalam

Papartrairanou et al., 2014), memiliki orang tua yang mampu memberikan

fasilitas lingkungan yang baik bagi media online anak (Livingstone &

Helsper, dalam Papartrairanou et al., 2014); dan memiliki rekan-rekan yang

mendukung (Nycyk, dalam Papartrairanou et al., 2014).

Taylor (dalam Pratiwi & Hirmaningsih 2016) juga menemukan bahwa

koping merupakan salah satu cara resiliensi untuk melawan stres. Stenhald

dan Dolbler (dalam Pratiwi & Hirmaningsih 2016) menemukan hasil

penelitian bahwa semakin tinggi kemampuan koping maka semakin tinggi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tingkat resiliensinya. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah kemampuan

koping maka semakin rendah juga resiliensinya.

Strategi koping adalah bentuk usaha atau pikiran untuk mengatasi situasi

yang penuh dengan tekanan (Lazarus & Folkman 1984). Dengan kata lain,

strategi koping adalah bentuk perilaku yang dilakukan seseorang untuk

mengatur tuntutan dari dalam dan luar yang timbul karena hubungan individu

dengan lingkungan yang dianggap menganggu batas-batas yang dimiliki.

Billing & Moos (dalam Bastian, 2012) menyatakan bahwa strategi koping

yang efektif dapat meningkatkan perasaan mampu serta mengurangi tingkat

stres dan kecemasan. Akan tetapi, pemilihan strategi koping yang buruk

berkaitan dengan tindakan bunuh diri (Kaslow et al., dalam Bastian 2012).

Lazarus dan Folkman membedakan strategi koping menjadi dua macam,

yaitu strategi problem focus coping (PFC) dan strategi emotional focus

coping (EFC). Meskipun demikian, berdasarkan penelitian mengenai strategi

koping secara umum ditemukan bahwa PFC akan berhubungan dengan

penyesuaian yang lebih baik daripada EFC (Aldwin, dalam Nurhayati 2012).

Selain itu, Suis & Fletcher (dalam Wulansari, 2015) menyatakan bahwa PFC

akan lebih efektif dibandingkan dengan EFC dalam menyelesaikan masalah

dengan hasil yang lebih berjangka panjang.

Bentuk strategi koping yang akan digunakan dalam penelitian ini salah

satunya adalah PFC. Seseorang berusaha mengatasi stresor dengan

mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. PFC

biasanya membuat individu langsung mengambil tindakan untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memecahkan masalah atau mencari informasi yang berguna untuk membantu

menyelesaikan masalah (Lazarus & Folkman 1984). Melalui kasus yang

sudah diceritakan sebelumnya, bahwa korban sempat mencari cara untuk

bangkit dari tekanan yang ia hadapi dengan bentuk PFC, namun cara tersebut

kurang mampu membuat mereka resilien. Sehingga perlu dikaji kembali

mengenai pengaruh strategi koping terhadap resiliensi.

Pargament juga menemukan strategi koping dengan istilah yang baru,

yaitu Religius Coping (RC). Sejumlah penelitian mengenai strategi RC

mendapati bahwa koping jenis ini adalah koping yang paling sering

digunakan untuk mengatasi sejumlah kondisi dan peristiwa negatif, salah

satunya adalah dalam kondisi yang penuh dengan tekanan (Pargament, 1997).

RC adalah suatu cara individu menggunakan keyakinannya dalam mengelola

stres dan masalah-masalah dalam kehidupan (Wong Mc Donald & Gorsuch,

dalam Utami 2012). Analisis dari World Values Survey terhadap remaja yang

berusia 18-24 tahun menunjukkan bahwa orang yang beranjak dewasa di

negara berkembang lebih religius dibandingkan dengan remaja di negara

maju (Lippman & Keith, dalam Santrock, 2012). Perpustakaan Nasional

memasukkan negara Indonesia sebagai salah satu contoh negara yang

berkembang (Contoh Negara Berkembang dan penjelasannya n.d.). Sehingga

dapat diasumsikan bahwa remaja yang ada di Indonesia akan lebih religius

saat mengatasi tekanan.

Menurut Dahlan (dalam Primaldi, 2008) menemukan bahwa ada hubungan

antara RC dengan PFC dan EFC. Kemudian Primaldhi (2008) justru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

menemukan bahwa ada hubungan antara RC dengan PFC, namun tidak

ditemukan adanya hubungan antara RC dengan EFC. Informasi ini

diperkirakan dapat mendukung kedudukan RC sebagai bagian dari PFC dan

EFC (Primaldhi, 2008).

Strategi koping yang diterapkan para individu dalam menghadapi stres yang

ditimbulkan akibat cyberbullying tentunya dapat berbeda satu sama lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Machackova, et al. (dalam Putra dan Ariana,

2016), menyebutkan bahwa remaja mempunyai strategi koping tertentu yang

dapat mengakibatkan dua hal, antara lain memperlambat emosi negatif dan atau

memberhentikan agresi dunia maya yang mereka terima. Berdasarkan penelitian

sebelumnya mengenai ketiga bentuk strategi koping tersebut ditemukan bahwa

gender seseorang tidaklah berpengaruh dalam memilih ketiga jenis strategi

coping tersebut. Presepsi seseorang dalam menyelesaikan masalah akan lebih

berpengaruh dalam pemilihan strategi copingnya (Lestarianita & Fakhrurozi,

2007). Berdasarkan paparan yang sudah diberikan di atas, peneliti beranggapan

bahwa penggunaan strategi koping yang berbeda saat menghadapi perilaku

cyberbullying tentu akan memengaruhi kemampuan resiliensi korban. Oleh

sebab itu, peneliti ingin membuktikan bahwa strategi coping berpengaruh

terhadap kemampuan resiliensi korban cyberbullying.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah Problem Focused Coping berpengaruh terhadap resiliensi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada remaja korban cyberbullying?

2. Apakah Religious Coping berpengaruh terhadap resiliensi pada remaja

korban cyberbullying?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah Problem

Focused Coping dan Religious Coping berpengaruh terhadap resiliensi pada

korban cyberbullying.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, berikut ini adalah manfaat dari

penelitian yang dilaksanakan, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Memberikan sumbangan kepada ilmu psikologi mengenai pengaruh

strategi problem focused coping dan religious coping terhadap resiliensi.

b. Manfaat Praktis

Memberikan masukan kepada masyarakat yang menjadi korban

cyberbullying untuk melakukan strategi koping yang tepat agar dapat

menjadi resilien.

.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengantar

Penelitian ini akan diawali dengan penjelasan terkait resiliensi.

Pembahasan akan dimulai dari pengertian resiliensi dari beberapa penelit,

sumber individu yang resilien, faktor yang memengaruhi individu resilien

serta beberapa aspek resiliensi menurut Wagnild & Young.

Setelah itu, dilajutkan dengan penjabaran mengenai strategi koping.

Strategi koping yang digunakan adalah strategi koping milik Lazarus &

Folkman serta Pargamen. Teori Lazarus & Folkman yang digunakan adalah

teori yang membahas mengenai PFC, sedangkan teori Pargamen yang

digunakan dalam penelitian adalah mengenai RC. Pada setiap strategi koping

akan dijelaskan juga mengenai bagaimana setiap bentuk strategi koping

berperan dalam mengurangi tekanan individu yang mengalami stres.

Dijelaskan juga mengenai aspek pada setiap bentuk strategi koping yang akan

digunakan dalam penelitian beserta dengan penelitian yang mendukung

bentuk strategi koping.

Setelah itu, peneliti membahas lebih dalam mengenai remaja dan korban

cyberbullying beserta dengan kriteria yang digunakan dalam penelitian.

Remaja sendiri akan dibahas lebih dalam mengenai perkembangan kognitif,

pengaruh teman sebaya, popularitas remaja, perkembangan spiritualitasnya.

Bentuk perilaku cyberbullying yang dilakukan serta kriteria korban juga akan

dibahas setelahnya. Selanjutnya, peneliti akan membuat skema mengenai

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

pengaruh strategi koping terhadap resiliensi pada korban cyberbullying untuk

memperjelas tujuan penelitian ini dilakukan Pembahasan dalam bab ini akan

diakhiri dengan hipotesis yang ingin diuji dalam penelitian.

B. Resiliensi

1. Pengertian Resiliensi

Resiliensi adalah kapasitas seseorang untuk mengatasi, dan

meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau

kesengsaraan dalam hidup (Grotberg, 1995). Seorang yang resilien, akan

memandang sebuah tantangan sebagai emosi positif dan menemukan arti

dari pengalaman yang ia lewati (Ong et al.; Tugade & Fredrickson, dalam

Serafino & Smith, 2011)

Ann Masten (dalam Snyder, Lopez, & Pedrotti, 2011) menyatakan

bahwa resiliensi tampak seperti sebuah perilaku adaptasi positif ketika

berada dalam tekanan yang berisiko. Selain itu, Ryff & Singer (dalam

Baumgardner & Crothers 2009) mendefinisikan resiliensi sebagai

pemeliharaan, pemulihan atau perbaikan kesehatan mental atau fisik

berdasarkan tantangannya.

Menurut Wagnild & Young (dalam Pinheiro et al., 2015), resiliensi

adalah kemampuan atau kapasitas untuk bangkit dari kejatuhan dan

kembali melanjutkan kehidupan dengan baik. Orang yang resilien mampu

menghadapi tekanan dalam dirinya, meskipun mereka sedang dalam

keadaan tertekan.

Berdasarkan definisi resiliensi dari beberapa peneliti di atas,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

peneliti mengambil kesimpulan bahwa resiliensi adalah kapasitas

seseorang untuk bangkit dalam menghadapi tekanan atau keterpurukan

dalam hidup sehingga dapat melanjutkan kehidupan dengan baik.

2. Sumber Individu yang Resilien

Sumber resiliensi menjadi pembentuk respons seseorang untuk dapat

resilien. Carol Ryff (dalam Baumgardner & Choters, 2009) menyebutkan

beberapa pendukung dari wellbeing yang dapat menjadi prediktor bagi

seseorang untuk dapat resilien. Berikut ini dimensi wellbeing yang

menjadi sumber individu untuk dapat resiliensi :

a. Penerimaan diri (Self- Acceptance)

Penerimaan diri ini dimaksudkan bagaimana individu dapat menjadi

diri sendiri. Seseorang yang mampu bersikap baik pada diri sendiri dan

orang lain, serta menerima diri apa adanya, baik kelemahan maupun

kekuatannya berarti memiliki penerimaan diri yang baik.

b. Pengembangan diri (Personal Growth)

Pengembangan diri menunjukkan bagaimana perasaan individu saat

belajar mengembangkan diri dengan pengalaman dan tantangan yang

ia hadapi. Pengembangan diri menunjukkan adanya kemauan individu

untuk mau mempelajari hal-hal yang baru.

c. Tujuan hidup (Purpose in Life)

Menyadari bahwa individu memiliki tujuan hidup dan arahan dalam

kehidupannya. Hidup individu memiliki arti dan harapan seperti

kepuasan dari pekerjaan, keyakinan agama, pengabdian pada sesuatu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

atau orang lain. Ketika memiliki tujuan hidup, maka kehidupan

individu akan memiliki makna.

d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)

Memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkungan yang individu

hadapi. Kemampuan ini menjadikan individu membuat dirinya nyaman

terhadap lingkungan. Misalnya seperti mampu memanajemen karier,

finansial keluarga dan kehidupan rumah, kesehatan, dll.

e. Kemandirian (Autonomy)

Seorang yang mandiri akan memiliki arah dan inisiatif, serta memiliki

kebebasan. Individu memiliki standar yang ia buat sendiri untuk

mencapai tujuan yang dimilikinya serta mengatur tekanan negatif yang

ia terima. Individu memiliki nilai-nilai pribadi yang ia yakini sebagai

prinsip hidup.

f. Hubungan yang baik dengan orang lain (Positive Relations with

Others)

Individu yang berhubungan yang baik dengan orang lain akan

memiliki kehangatan relasi, kepuasan serta kepercayaan dari orang lain

sehingga ia mampu berempati dan dekat. Hubungan ini lebih

memprioritaskan kualitas relasi individu dibandingkan dengan

kuantitasnya. Memiliki banyak teman, pernikahan yang bahagia, relasi

yang saling mendukung antar rekan kerja, dan lain-lain.

Individu yang mengalami tekanan perlu menerima diri apa adanya, dan

menerima setiap kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Sehingga,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

individu dapat mengembangkan dirinya secara positif dan memahami

tujuan hidupnya. Kemampuan yang baik dari individu dalam

memanajemen kehidupannya menjadikan ia mendiri. Selain itu, dukungan

dari orang di sekitarnya juga menjadi sumber yang penting untuk

membantu individu menghadapi stres yang ia alami.

3. Faktor yang Memengaruhi Resiliensi Individu

Respons individu saat menghadapi tekanan tentu akan berbeda-beda,

ada individu yang lebih kuat, ada juga yang menghadapi tekanan dengan

daya bangkit yang lemah.

Faktor protektif muncul sebagai faktor yang akan menentukan respons

seseorang untuk dapat menjadi resilien. Faktor protektif dapat ditemukan

dalam kemampuan, kepribadian dan strategi koping individu. Faktor

protektif (pelindung) seseorang untuk dapat resiliensi menurut

Baumgardner & Crothers (2009):

1) Faktor protektif pada anak

Faktor protektif yang terdapat pada anak, antara lain:

kecerdasan dan kemampuan memecahkan masalah, tempramen yang

easy going dan kepribadian yang mampu mengadaptasikan diri,

gambar diri yang baik, kemampuan untuk regulasi dan mengontrol

emosi, individu yang dihargai oleh orang lain dan budayanya, serta

adanya kesukaan pada humor.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2) Faktor protektif pada keluarga

Berikut ini adalah faktor protektif yang terdapat dalam keluarga,

yaitu adanya kedekatan relasi dengan orang tua atau caregiver,

kehangatan dan dukungan keluarga, emosi positif dari keluarga dan

minimalnya konflik, struktur dan organisir lingkungan, orangtua yang

memperhatikan pendidikan anak, dukungan finansial.

3) Faktor protektif pada komunitas

Faktor protektif yang berasal dari komunitas, yaitu tempat belajar

yang baik, tergabung dalam organisasi sosial, komunitas yang peduli

dan berpengaruh terhadap semangat individu, area yang aman, kondisi

yang mudah dijangkau saat terjadi situasi darurat.

Saat mengalami masalah, individu yang memiliki sedikit faktor

protektif akan memiliki respons yang kurang baik, meskipun hanya

mengalami stresor yang kecil. Sebaliknya, jika individu memiliki hampir

semua faktor protektif yang telah disebutkan di atas, maka ia akan mudah

menjadi resilien.

4. Aspek-aspek Individu Resilien

Wagnild dan Young (dalam Pinheiro et al., 2015) membuat laporan

naratif tentang seorang yang berhasil dalam menghadapi tekanan dalam

hidupnya. Melalui laporan tersebut, peneliti menemukan 5 buah ciri yang

muncul sebagai bentuk dari individu yang resilien (Oladipo & Idemudia,

2015). Berikut ini adalah aspek dari individu resilien menurut Wagnild &

Young (dalam Pinheiro et al., 2015).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

1) Hidup yang penuh makna (Meaningfulness)

Individu menyadari bahwa hidupnya berarti dan memiliki tujuan.

Kesadaran tersebut akan menjadi pendorong bagi individu agar

mampu melawan kesulitan yang akan menghalangi individu dalam

kehidupan. Karakter ini merupakan aspek yang paling penting

dibandingkan dengan aspek lainnya, karena merupakan fondasi dari

empat aspek lainnya. Tanpa adanya tujuan hidup, maka individu tidak

memiliki arah dan tidak memiliki usaha untuk mencapai sesuatu.

2) Ketekunan (Perseverance)

Tekad untuk terus berlangsung menghadapi kesulitan,

keputusasaan dan kekecewaan dalam hidup disebut sebagai

ketekunan. Ketika terjadi kegagalan dan penolakan terus-menerus

dapat berpotensi membentuk penghalang individu untuk mencapai

tujuannya. Individu yang resilien dapat mencapai tujuan hidupnya dan

menyelesaikan kegiatan yang sudah mereka mulai apapun

rintangannya. Melalui ketekunan, individu akan menghadapi proses

yang baik. Ketekunan individu dapat ditingkatkan dengan cara

membuat suatu jadwal rutin, mulai merancang tujuan individu dan

mencari cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut

3) Kemandirian (Self-Reliance)

Menyadari potensi dan kelemahan diri sendiri serta memiliki

keyakinan akan diri sendiri. Kemandirian ini diperoleh melalui

pengalaman dan praktek yang berkelanjutan, yang kemudian akan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

menimbulkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pribadi.

Kemandirian memandang pada kesukseskan dan kegagalan yang

pernah terjadi dalam diri individu. Kesuksesan dan kegagalan tersebut

yang akan dikelola dan menjadikanya sebagai media pembelajaran

untuk menciptakan bentuk-bentuk penyelesaian masalah yang

dihadapi.

4) Ketenangan (Equanimity)

Ketenangan di sini artinya ada keseimbangan sudut pandang

individu dalam memandang pengalaman yang terjadi dalam hidupnya.

Seorang yang resilien akan memahami setiap kejadian dalam dirinya

dan memandang ke dalam dua sudut pandang. Ketika terjadi kejadian

yang buruk, maka akan muncul pemikiran bahwa tidak semua

kejadian dibentuk sebagai hal yang buruk dan tidak semua kejadian

diciptakan sebagai suatu hal baik. Seorang yang resilien akan

memandang setiap kejadian yang sangat buruk sekalipun akan tetap

memiliki sisi positif. Melalui pembahasan ini diketahui konsep

optimisme yang menjadi salah satu ciri seorang yang resilien. Seorang

yang resilien dalam hal ini pada akhirnya dapat menertawakan dirinya

sendiri untuk menunjukkan bahwa dirinya resilien.

5) Kesendirian Eksistensial (Existential Aloneness)

Seorang pribadi yang resilien akan menyadari bahwa ia belajar

untuk mencintai dirinya sendiri sebagai individu yang unik. Individu

belajar untuk mengenal dirinya sendiri. Individu menyadari bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

dirinya berbeda dari orang lain dan memiliki kontribusi yang cukup

berpengaruh bagi masyarakat. Seorang yang resilien menurut aspek

ini akan menyadari potensi yang ia miliki.

Setiap individu yang tinggi dalam aspek-aspek yang disebutkan di

atas, tentu akan mampu menjadi individu yang resilien. Setiap aspek

memiliki peran dalam cara resiliensi seseorang. Individu yang resilien,

memiliki respons yang baik terkait aspek-aspek yang sudah disebutkan di

atas.

C. Strategi Koping
1. Pengertian Strategi Koping

Menurut Lazarus & Folkman (1984), koping adalah perubahan

kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengelola tekanan eksternal

dan atau internal berlebihan yang dialami oleh seseorang. Perilaku koping

adalah saat di mana seseorang mengelola perbedaan presepsi antara

tekanan dan sumber daya yang dinilai dalam situasi yang penuh tekanan

(Serafino & Smith, 2011). Koping termasuk dalam transaksi dengan

lingkungan yang berkelanjutan. Proses yang dinamis melibatkan penilaian

dan penilaian ulang yang disesuaikan dengan perubahan individu dan

lingkungan (Lazarus & Folkman 1984).

2. Jenis-jenis Strategi Koping

Lazarus & Folkman menemukan bahwa strategi koping terdiri dari

Problem Focused Coping (PFC) yang berhubungan dengan perubahan

individu dan lingkungan serta Emotional Focused Coping (EFC) yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

berhubungan dengan regulasi emosi seseorang dalam mengatasi stres. PFC

merupakan bentuk koping yang lebih baik jika dibandingkan dengan EFC,

hal ini disebabkan karena PFC memberikan pengaruh positif yang lebih

berjangka panjang dibandingkan EFC. Oleh sebab itu, peneliti hanya akan

menggunakan PFC sebagai salah satu bentuk strategi koping yang

digunakan.

Berikut ini adalah jenis-jenis strategi koping yang digunakan dalam

penelitian, yaitu problem focused coping (PFC) yang dikemukakan oleh

Lazarus & Folkman (1984), serta religious coping (RC) yang diungkapkan

oleh Pargament (1997).

a. Problem focused coping (PFC)

Saat seseorang mengalami stres, kemudian ia mengambil tindakan

aktif untuk mengatasi stress tersebut disebut dengan strategi PFC.

Stretagi koping ini melibatkan usaha dalam mengurangi stres

menggunakan sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Bentuk PFC,

misalnya adalah membuat rencana perbaikan, membuat sebuah agenda

untuk merancang kesibukan sehari-hari, belajar lebih giat untuk

mendapatkan nilai tambahan dalam mencapai karier, melakukan

konseling saat gagal menjalin relasi dengan orang lain. (Odgen, 2007)

PFC ini biasanya akan mendefinisikan sebuah masalah, kemudian

menggeneralisasikan solusi alternatif yang bisa dilakukan, mengukur

solusi alternatif berdasarkan untung ruginya, memilih solusi yang

paling tepat, kemudian bertindak melakukan sesuatu (Lazarus &


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Folkman, 1984).

Aspek PFC menurut Carver, Scheier, & Weintraub (1989), yaitu:

a. Koping aktif (Active coping) : suatu tindakan untuk mngatasi

penyebab stres dengan cara langsung. Melakukan tindakan aktif

dan meningkatkan usaha untuk mengatasinya.

b. Perencanaan (Planning) : suatu tindakan dalam mengurangi stres

dengan cara membuat strategi perencanaan untuk menangani

permasalahan yang dihadapi. Menentukan langkah selanjutnya

yang akan diambil untuk mengurangi tekanan.

c. Pembatasan tindakan untuk bersaing (Suppression of competing

activities) : Usaha mengurangi stresor dengan cara mengurangi

perhatian pada aktivitas lain yang menyebabkan stres. Berusaha

fokus pada satu kegiatan dan menghindari aktivitas yang

menyebabkan distraksi.

d. Kesabaran (Restrain coping ): usaha dalam bentuk menahan diri

dan mencari kesempatan yang tepat untuk melakukan suatu

tindakan, tidak dengan gegabah. Akan tetapi tindakan restraint

coping termasuk tindakan yang pasif, karena tidak melakukan

suatu tindakan sebelum ada kesempatan yang muncul.

e. Dukungan sosial (Seeking social support for instrumental

reason): usaha individu dengan cara mencari dukungan sosial

dalam bentuk nasihat, atau informasi yang diperlukan untuk

menyelesaikan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Aspek di atas menjelaskan bahwa perilaku seperti menghindari

stresor secara langsung, tidak melakukan interaksi terhadap sesuatu

yang menyebabkan stres, merencanakan sesuatu untuk menghindari

stres, serta mencari nasihat dari orang lain merupakan bentuk dari

tindakan PFC.

b. Religius Coping

Selain Lazarus & Folkman (1984), peneliti lain juga

mengemukakan bahwa spiritualitas dan agama juga ikut berperan

dalam menghadapi suatu krisis. Hal ini disebabkan karena agama

dapat mengarahkan seseorang kepada esensi hidupnya. Selain itu,

keyakinan religius dapat menjadi potensi yang kuat dalam melakukan

koping. Pargament (dalam Baumgardner & Choters, 2009)

menemukan keyakinan religius sebagai bentuk koping seseorang

dalam menghadapi masalah. Beliau menyatakan bahwa koping

religius dapat dimunculkan berdasarkan komitmen seseorang dalam

religiusitasnya. Saat agama memberikan pengaruh yang signifikan

bagi individu, maka agama menjadi bentuk koping yang cukup

penting. (Baumgardner & Choters, 2009).

Pargament et al. (dalam Baumgardner & Choters, 2009),

mengemukakan bahwa kebebasan, koherensi internal dan skala untuk

mengukur koping religius pada masing-masing gaya telah tervalidasi

dengan sampel orang-orang dewasa dari gereja presbiterian dan gereja

Luther. Berikut ini adalah tiga bentuk koping religius menurut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Pargament (dalam Baumgardner & Choters, 2009).:

a. Gaya Mengarahkan diri

Pada bentuk ini, individu lebih mengandalkan dirinya sendiri

daripada Tuhan untuk mengatasi masalahnya. Individu

meningkatkan kegiatannya di gereja, namun ia memiliki tingkat

religiusitas yang rendah. Bentuk mengarahkan diri ini berkaitan

dengan peningkatan kontrol personal, harga diri, dan pencarian

identitas religius seseorang.

b. Gaya Menunda

Pada bentuk ini, individu mencari jalan keluar dari

permasalahannya dengan cara menyerahkan permasalahan kepada

Tuhan. Gaya ini lebih menunjukkan tingkat keyakinan religius

yang lebih dalam dan berorientasi pada religius eksternal. Bentuk

ini lebih berkaitan dengan kompetensi diri, harga diri, dan

keefektifan penyelesaian masalah yang rendah.

c. Gaya Kolaboratif

Pada bentuk ini, individu dan Tuhan bekerja sama sebagai partner

yang aktif dalam proses menyelesaikan masalah. Bentuk

kolaboratif berkaitan dengan keyakinan religius intrinsik yang

kuat serta adanya komitmen terhadap keyakinan religius dengan

tindakannya. Terkait cara penyelesaian masalah menurut

pandangan ini, didapati ada korelasi positif dengan kontrol

personal, kompetensi dan harga diri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Pargament (dalam Pargament, Koenig, & Perez 2000) juga

mengemukakan beberapa fungsi dari religius coping, yaitu:

a. Untuk mencari makna saat menghadapi suatu tekanan

b. Kedekatan dengan orang lain berupa dukungan sosial dari orang

yang seiman atau pemimpin ibadah.

c. Kenyamanan dalam Spiritualitas mencari kenyamanan bagi

individu dalam menghadapi kehidupan yang sulit.

d. Jalan keluar dari tekanan melalui pencarian terhadap kontrol diri.

e. Perubahan hidup sebagai hasil dari melakukan koping religius.

Pargament et al., (dalam Baumgradner dan Choters, 2009)

menyatakan bahwa koping religius perlu dikelompokkan berdasarkan

keberhasilan hasilnya, yaitu koping religius positif dan negatif.

Koping religius positif menunjukkan ada relasi yang aman dengan

Tuhan dan meyakini bahwa individu dapat menemukan makna

kehidupan pribadi dan orang lain dengan lebih mendalam. Sedangkan

koping religius negatif menunjukkan rendahnya rasa aman pada relasi

dengan Tuhan dan memandang ketidakpastian serta ancaman dari

lingkungan.

Pargament (dalam Utami, 2012) mengelompokkan aspek-aspek

dari koping religious positif dan negatif. Berikut ini yang termasuk

dalam aspek koping religius positif :

a. Penilaian agama yang baik (Benevolent religious reappraisal):

menggambarkan kembali stressor melalui agama secara baik dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

menguntungkan.

b. Koping religius kolaborasi (Collaborative religious coping):

individu dan Tuhan bekerja sama sebagai partner yang aktif dalam

proses menyelesaikan masalah.

c. Mencari dukungan spiritual (Seeking spiritual support): mencari

kenyamanan dan keamanan melalui cinta dan kepedulian dari

Tuhan.

d. Penyucian religius (Religious purification): mencari penyucian

spiritual melalui tindakan religius.

e. Hubungan spiritual (Spiritual connection): mencari rasa aman dan

mencari keterhubungan dengan kekuatan Tuhan.

f. Dukungan dari saudara seiman (Seeking support from clergy or

members): mencari kenyamanan dan keamanan melalui cinta dan

kasih sayang saudara seiman dan pemimpin agama.

g. Pertolongan religius (Religious helping): usaha untuk

meningkatkan dukungan spiritual dan kenyamanan dengan orang

lain.

h. Memaafkan (Religious forgiving): mencari pertolongan religious

dengan mengeluarkan setiap kemarahan, rasa sakit dan ketakutan

yang berkaitan dengan sakit hati.

Sedangkan berikut ini adalah aspek dari koping religius negatif:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

a. Hukuman dari Tuhan (Punishing God reappraisal): memandang

kejadian yang menekan sebagai hukuman dari Tuhan atau dari

dosa-dosa yang telah dilakukan oleh individu.

b. Perbuatan iblis (Demonic reappraisal): menggambarkan kembali

tekanan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh kekuatan

jahat/setan.

c. Kekuatan Tuhan (Reappraisal of God's powers): menggambarkan

kekuatan Allah untuk memengaruhi tekanan.

d. Pengaturan diri (Self-directing religius coping): mencari kontrol

melalui inisiatif individu daripada mencari bantuan kepada Tuhan.

e. Ketidakpuasan spiritual (Spiritual discontent) : ekspresi

kecemasan dan ketidakpuasan terhadap Tuhan.

f. Ketidakpuasan interpersonal (Interpersonal religious discontent):

ekspresi kecemasan dan ketidakpuasan terhadap tokoh agama

ataupun saudara seiman.

Dengan demikian, koping religius positif dan negatif memiliki

perannya masing-masing dalam mengurangi stres. Koping religius

positif akan bereaksi dengan cara mencari Tuhan sebagai harapan

untuk mengurangi tekanan yang individu alami, serta mengharapkan

adanya kerjasama dengan Tuhan yang ditunjukkan dengan adanya

cinta kasih dari Tuhan. Sementara itu, koping religius negatif akan

ditunjukkan dari perilaku yang menganggap bahwa keyakinan kepada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Tuhan tidaklah berperan besar untuk mengurangi stres yang dialami

individu karena adanya keraguan terhadap kekuatan Tuhan, merasa

cemas dan terancam merupakan respons dari koping religius negatif .

D. Remaja Korban Cyberbullying


1. Remaja

Masa remaja adalah masa transisi, maksudnya adalah masa yang

menjadi penghubung antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa

remaja diisi dengan berbagai macam perkembangan biologis, lingkungan

dan sosial. Remaja masa kini akan dihadapkan pada pilihan gaya hidup

yang ditawarkan melalui media. Terdapat banyak remaja yang tidak

mendapatkan kesempatan dan dukungan yang memadai dalam proses

menjadi orang dewasa yang kompeten (McLoyd et al., dalam Santrock,

2011). Berdasarkan penelitian di Amerika, rentang usia remaja diawali

antara 11-13 tahun dan berakhir di antara usia 17-22 tahun. Sedangkan

rentang usia remaja di Indonesia menurut BKKBN (Depkes RI 2016) usia

10 hingga 24 tahun yang belum menikah. Masa remaja awal adalah saat

sekolah menengah pertama hingga usia 15 tahun. Di masa remaja awal

termasuk di dalamnya perubahan pubertas yang dialami oleh remaja.

Sementara itu, masa remaja akhir diawali setelah usia 15 tahun. Minat

pada remaja akhir terkait karier, berpacaran, serta eksplorasi identitas.

Penelitian ini akan berfokus pada remaja yang berusia 13 hingga 17 tahun

karena pada usia tersebut, remaja mengalami transisi dan terjadi interaksi

sosial yang cukup penting dengan lingkungannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

a. Perkembangan Kognitif Remaja

Pada masa ini juga, kesadaran diri remaja mulai meningkat. Hal

ini disebut sebagai egosentrisme remaja (Elkind dalam Santrock,

2012). Menurut Elkind (dalam Santrock, 2012), egosentrisme remaja

mengandung dua komponen, yaitu imaginary audience dan personal

fable. Imaginary audience adalah keyakinan remaja bahwa orang lain

tertarik pada dirinya seperti ketertarikan remaja pada diri sendiri.

Sementara itu, personal fable adalah bagian diri remaja yang

menyadari bahwa dirinya adalah individu yang unik.

Masa remaja merupakan masa di mana mereka perlu terlibat

dalam mengambil keputusan. Berdasarkan penelitian Keating (dalam

Santrock, 2012), dikatakan bahwa remaja yang lebih tua akan

memiliki kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja

yang lebih muda. Remaja yang terhitung masih labil, akan lebih

mudah tersulut emosinya. Keputusan bijaksana akan didapatkan

remaja saat ia ada dalam kondisi tenang (Paus, 2009; Steinberg 2008,

dalam Santrock, 2012). Dalam mengambil keputusan, remaja

menggunakan model proses ganda, yaitu pengambilan keputusan

remaja yang dipengaruhi oleh dua analitis dan pengalaman remaja

yang saling bersaing (Klacyznski, 2001; Reyna & Farley, 2006, dalam

Santrock, 2012).

b. Perkembangan Sosial Emosi Remaja

Remaja melakukan evaluasi terhadap diri mereka dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

mengukur tingkat penghargaan dirinya. Laki-laki dan perempuan

memiliki harga diri yang tinggi saat masih kanak-kanak, namun ketika

beranjak remaja, harga diri mereka cenderung menurun (Robins et al.,

2002 dalam Santrock, 2012). Penurunan harga diri anak perempuan

ternyata lebih besar dibandingkan penurunan harga diri anak laki-laki.

Salah satu penyebab penurunan harga diri pada remaja perempuan

adalah karena pada masa pubertas, remaja perempuan cenderung

memiliki citra diri yang negatif. Selain itu, minat remaja pada relasi

sosial cenderung lebih besar, tetapi masyarakat tidak dapat

mengapresiasi minat tersebut. (Impett et al., dalam Santrock, 2012).

Penghargaan diri seorang remaja dapat mengindikasikan presepsi

tentang bagaimana ciri dari remaja tersebut, namun presepsi tidak

akurat. Penghargaan diri yang tinggi akan menunjukkan presepsi nilai

seseorang sebagai manusia, serta menunjukkan pencapaian prestasi

seseorang, namun juga dapat mengindikasikan kesombongan. Di sisi

lain, penghargaan diri yang rendah justru akan mengindikasikan

presepsi yang negatif dalam diri seseorang, rasa rendah diri dan

ketidaknyamanan.

c. Pengaruh Teman Sebaya

Teman sebaya adalah anak atau remaja dengan usia yang sama

atau memiliki tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2003). Peran

teman sebaya menjadi penting dalam perkembangan remaja, karena

berfungsi sebagai penyedia informasi di luar keluarga. Melalui teman


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

sebaya, remaja dapat belajar mengenal bagaimana dirinya sendiri dan

orang lain. Pada kenyataannya memang remaja akan lebih banyak

menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dibandingkan dengan

orangtua mereka (Condy, Simon, & Bronffenbrenner, dalam Santrock,

2003). Hubungan remaja dengan teman sebaya dapat berdampak

positif maupun negatif. Menurut Jean Piaget (1932) dan Harry Stack

Sullivan (1953, dalam Santrock, 2003), melalui interaksi dengan

teman sebaya, remaja dapat belajar tentang pola hubungan timbal

balik dan setara.

Hubungan teman sebaya yang harmonis menimbulkan kesehatan

mental yang lebih positif di usia pertengahan remaja (Hightower,

dalam Santrock, 2003). Sementara itu, hubungan dengan teman

sebaya yang kurang baik dalam bentuk isolasi sosial akan berdampak

pada kenakalan remaja hingga depresi remaja (Kupersmidt, Cole,

Simons, Conger & Wu, dalam Santrock, 2003). Penolakan yang

remaja terima dari teman sebaya akan menyebabkan rasa kesepian dan

persaingan antar individu. Selain itu, juga dapat berdampak pada

tindakan kriminal remaja.

d. Popularitas Remaja

Remaja yang populer akan memberikan dukungan dan mampu

menjadi seorang pendengar yang baik, dapat berkomunikasi dan

terbuka dengan orang lain, antusias memberi perhatian kepada orang

lain, dan percaya diri (Hartup, dalam Santrock, 2003). Fisik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

menarik serta perbedaan budaya akan memengaruhi popularitas

remaja.

Berikut ini terdapat dua tipe remaja yang sering mengalami

penerimaan yang kurang dari teman sebayanya (Caldwell et al., dalam

Santrock, 2003). Anak yang diabaikan, yaitu anak yang menerima

sedikit perhatian dari teman sebaya. Teman dekatnya hanya sedikit

dan tidak begitu disukai. Selain itu, anak yang ditolak adalah anak

yang tidak disukai oleh teman sebaya. Remaja ini lebih agresif

dibandingkan anak yang terabaikan. Anak yang ditolak biasanya akan

bermasalah pada penyesuaian diri.

e. Perkembangan Spiritual dan Religi Remaja

Sebuah penelitian kepada remaja mengenai religiusitas,

menemukan bahwa terjadi banyak perubahan pada remaja di usia 14-

18 tahun, dan meningkat saat usia 20 tahun. Penelitian ini mengukur

keyakinan dengan cara melihat frekuensi berdoa, ketertarikan

membahas tentang agama, melakukan tindakan moral berdasarkan

ajaran agama, dan pentingnya agama sehari-hari (Koenig, McGue &

Iacono, dalam Santrock, 2012). Melalui hasil ini, semakin

memperkuat alasan peneliti mengenai pengambilan subjek yang

berusia remaja 13 hingga 17 tahun, bahwa terjadi peningkatan

ketertarikan pada aspek religiusitas remaja.

Penelitian lain menunjukkan bahwa, remaja perempuan lebih

religius daripada laki-laki (King & Roeser, dalam Santrock, 2012).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Smith & Denton (dalam Santrock, 2012), juga menambahkan

penelitiannya bahwa remaja perempuan sering mendatangi tempat

ibadah, merasa bahwa agama membentuk kehidupan sehari-hari

mereka, dan lebih sering berpartisipasi dalam kelompok keagamaan,

sering berdoa, dan merasa lebih dekat kepada Tuhan.

Respons egosentrisme seorang korban cyberbullying tentu akan

mempengaruhi bagaimana cara ia mengambil sebuah keputusan saat

terjadi pengalaman cyberbullying yang melibatkan persaingan pada

remaja. Respons tersebut akan mempengaruhi juga sosial emosi remaja.

Ketika remaja korban cyberbullying mulai mengukur harga diri mereka

berdasarkan apa yang orang lain katakan, maka remaja akan mulai

menyeleksi identitas mereka. Perilaku cyberbullying dikhawatirkan

memberikan dampak yang kurang baik bagi penilaian remaja terhadap

dirinya sendiri. Kehadiran teman sebaya menjadi penting dalam proses

perkembangan remaja. Korban cyberbullying akan membutuhkan orang

lain untuk membantunya melawan cyberbullying yang ia terima.

Popularitas remaja juga akan mempengaruhi pemilihan individu yang akan

dijadikan korban cyberbullying. Hubungan sosial remaja yang kurang

baik, akan menimbulkan persaingan remaja, salah satunya adalah perilaku

cyberbullying. Bagian yang jarang diperhatikan adalah mengenai pengaruh

religiusitas remaja pada kesehatan mentalnya. Ketertarikan remaja pada

religiusitas tentu akan mempengaruhi cara individu mengambil keputusan

dalam meresponi perilaku cyberbullying yang ia terima. Remaja


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

seharusnya cenderung mulai mengambil keputusan berdasarkan nilai

religiusitas yang ia yakini.

2. Korban Cyberbullying

a. Definisi Korban Cyberbullying

Cyberbullying adalah bullying yang dilakukan melalui email,

pesan instan (SMS), halaman web, blog, ruang chat atau diskusi grup,

pesan atau gambar digital yang dikirimkan melalui telepon selular,

online gaming, dan informasi teknologi komunikasi (Health

Resourches, & Services Administration, 2006; Patchin & Hinduja,

2006; Shariff & Gouin 2005; Willard, 2006, dalam Kowalski, Limber,

& Agatston, 2012).

Smith et al. (dalam Kowalski et al., 2012) menyatakan bahwa

cyberbullying sebagai agresi yang sengaja dilakukan oleh grup atau

perorangan menggunakan kontak form elektronik, berulang dan terus-

menerus menyerang korban yang tidak mampu mempertahankan

dirinya. Ini berarti korban cyberbullying adalah orang yang menjadi

menderita akibat mengalami perilaku bullying yang berasal dari media

elektronik yang dilakukan oleh kelompok atau perorangan secara

berulang.

Penelitian mengatakan bahwa sekitar satu dari tiga remaja lebih

membuka diri secara online dibandingkan secara langsung. Selain itu,

remaja laki-laki lebih nyaman membuka dirinya secara online

dibandingkan dengan remaja perempuan (Schouten, Valkenburg, &


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Peter, dalam Santrock, 2012). Vandininck d’Haenens, dan Roe (dalam

Papartrairanou, 2014) mengatakan bahwa resiliensi online dapat

menunjukkan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah.

Menurut penelitian terdahulu dijelaskan bahwa faktor yang dianggap

mampu mengatasi pengalaman negatif yang dialami korban

cyberbullying adalah dengan cara melakukan pengakuan kepada orang

dewasa, menceritakan pengalaman kepada orang lain, kemampuan

untuk mengoperasikan hal-hal digital, memiliki orang tua yang

mampu memberikan fasilitas lingkungan yang baik bagi media online

anak, dan memiliki rekan-rekan yang mendukung (Papartrairanou,

2014). Lingkungan sosial remaja di internet berupa chat room, e-mail,

pesan instan, blog, situs web seperti Facebook, Twitter, Myspace,

Instagram, Path, dan lain-lain yang biasa remaja akses. Cyberbullying

yang valid adalah bila pelaku dan korban berusia dibawah 18 tahun

dan secara hukum belum dianggap dewasa (Utami, 2013). Sehingga

penelitian ini mengambil remaja khususnya remaja di usia 13 hingga

17 tahun sebagai subjek yang pernah mengalami perilaku

cyberbullying.

b. Bentuk Tindakan Cyberbullying

Berikut ini bentuk-bentuk dari tindakan cyberbullying menurut

Kowalski, et al. (2012):

1. Amarah (Flaming)

Berupa pertukaran informasi melalui media elektronik dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

suatu pesan yang melibatkan dua atau lebih orang. Bentuk

cyberbullying ini berupa pesan-pesan yang menyinggung dan

mengejek. Bentuk ini biasanya terjadi pada chat room personal

atau grup diskusi.

2. Pelecehan (Harassment)

Black laws Dictionary mendefinisikan harassment sebagai

kata-kata,tingkah laku atau tindakan yang secara spesifik

ditujukkan kepada satu orang, mengganggu, memperingati yang

menyebabkan tekanan kepada orang lain berupa ancaman yang

berulang. Biasanya harassment akan berupa tindakan dalam pesan

personal kepada korban. Perbedaan bentuk ini dengan bentuk

flaming adalah bahwa korban yang dituju dalam harassment

hanya satu orang saja dan searah, sementara flaming dapat

mengenai semua yang terlibat dalam sebuah percakapan dan

biasanya dengan durasi waktu yang relatif lebih singkat untuk

flaming.

3. Pencemaran (Denigration)

Merupakan penyebaran informasi berbahaya dan tidak benar

mengenai seseorang kepada orang lain. Pelaku menyebarkan

informasi yang tidak benar dalam bentuk celaan dan hinaan

terhadap korban yang dituju. Informasi yang disebarkan dapat

berupa foto editan dari seseorang atau bisa juga rekaman yang

diposting dalam website atau sosial media.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

4. Peniruan (Impersonation)

Berpura-pura menjadi orang lain dengan membajak password dan

akunnya, kemudian mempost hal-hal yang dapat membuat orang

lain itu dianggap kurang baik oleh teman-temannya. Pelaku juga

bisa memanfaatkan akun korban untuk membuat korban ada

dalam bahaya. Misalnya pelaku memposting komentar yang

kurang baik ke postingan orang lain menggunakan akun korban.

5. Mempermalukan dan menipu (Outing and Trickery)

Perilaku cyberbullying dalam bentuk mengirim atau mengepos

hal-hal sensitif dan memalukan. Pelaku mengepos hal-hal yang

sebenarnya tidak ingin korban bagikan. Pelaku melakukan trik

kepada korban untuk mengungkapkan informasi pribadinya

kemudian membagikan informasi tersebut kepada orang lain.

6. Menguntit (Cyberstalking)

Perilaku cyberbullying dalam bentuk gangguan yang

membahayakan dengan intensitas yang cukup tinggi. Perilaku ini

memanfaatkan media sosial dengan cara menguntit atau mengejar

korban melalui komunikasi yang mengancam. Menurut Black’s

Law Dictionary perilaku yang mengancam, melecehkan, atau

mengganggu orang lain menggunakan banyak pesan email,

melalui internet, dll, dengan membuat target ketakutan akan

perilaku atau kejadian buruk yang mungkin akan menimpanya

atau menimpa anggota keluarganya (Kowalski, et al., 2012).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

7. Pengasingan (Exclusion/Ostracism)

Perilaku ini biasanya terjadi di dalam sebuah grup online.

Seseorang diasingkan atau dikucilkan oleh anggota grup online.

Selain itu, korban juga dapat dikeluarkan dari grup online atau

melindungi grup online dengan password yang rahasia. Perilaku

ini dapat memengaruhi korban secara emosional karena adanya

tindakan dikucilkan tersebut.

8. Perekaman video kekerasan (Video recording of assault/ happy

slapping)

Ketika pelaku merekam atau memfoto tindakan kekerasan yang

dilakukan terhadap korban, kemudian mempostingnya di media

sosial. Hal ini dilakukan agar video dapat dilihat oleh banyak

orang.

9. Mempublikasi video porno (Sexting)

Perilaku ini terjadi saat pelaku memposting foto atau video orang

yang telanjang atau setengah telanjang ke media sosial.

Sementara itu, berikut ini adalah alat-alat komunikasi yang

biasa menjadi tempat pelaku melakukan cyberbullying, antara

lain: Pesan Instan, e-mail, SMS (Short Message Service), media

sosial, chat room, blog, websites, game online.

Jika seseorang mengalami salah satu dari sembilan tindakan

cyberbullying di atas, maka peneliti akan mengategorikan individu

sebagai korban cyberbullying.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

E. Pengaruh Strategi Koping Terhadap Resiliensi Korban Cyberbullying


Ketika seorang remaja menjadi korban cyberbullying, maka ia akan

berpotensi untuk mengalami stres. Keadaan ini membuat remaja mengalami

tekanan secara psikologis seperti depresi, hingga bunuh diri. Korban

cyberbullying dapat bebas dari tekanan yang ia terima dengan cara menjadi

resilien. Strategi coping memiliki peran penting dalam mengembangkan

resiliensi seseorang. Issacson (dalam Tajiah, 2017) mengatakan bahwa strategi

koping yang paling tepat dapat menjadi cara seseorang untuk mengalami

resiliensi yang lebih baik.

Problem focused coping melakukan penyelesaian masalah secara langsung

dengan melakukan tindakan yang mengurangi tekanan (Lazarus & Folkman,

1984). Problem focused coping dapat berjalan efektif ketika individu

menghadapi kondisi yang dapat dirubah dengan cara bertindak secara aktif.

Saat korban cyberbullying mengalami stres, strategi ini akan

menggeneralisasikan solusi alternatif yang bisa dilakukan, mengukur solusi

alternatif berdasarkan untung ruginya, memilih solusi yang paling tepat,

kemudian bertindak melakukan sesuatu, maka terjadilah koping. Korban

cyberbullying melakukan koping ini dengan mengurangi perhatiannya pada

sosial media, tempat berlangsungnya tindakan cyberbullying. Dengan

demikian korban cukup bisa mengurangi tekanannya terhadap tindakan

cyberbullying yang ia terima sehingga korban menjadi resilien. Korban juga

dapat menjadi resilien dengan cara mencari nasihat dari orang lain sebagai

upaya untuk mengurangi tekanan ketika menjadi korban cyberbullying. Akan

tetapi ada kemungkinan bahwa korban cyberbullying tidak mau menceritakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

kesulitannya kepada orang lain karena adanya ketakutan tersendiri. Misalnya

kepada orang tua, korban enggan menceritakan perilaku cyberbullying karena

tidak mau aktivitas onlinenya dibatasi. Remaja mungkin enggan menceritakan

masalahnya kepada teman karena korban cyberbullying biasanya merupakan

anak yang tidak begitu disukai. Korban cyberbullying yang melakukan

problem focused coping bisa saja tidak resilien atau memiliki kemampuan

resiliensi yang rendah karena strategi ini tidak bisa mengatasi dampak

psikologis yang mungkin terjadi akibat perilaku cyberbullying yang ia terima.

Sementara itu strategi koping yang lain adalah religious coping. Religious

coping dapat berperan dalam kesejahteraan seseorang, mengurangi distress,

dan menyumbang kesehatan mental yang lebih baik. Aspek dari Religious

coping terbagi menjadi dua bagian, yaitu koping religius positif dan koping

religius negatif. Koping religius positif akan membantu korban cyberbullying

untuk resilien dengan cara menemukan makna dalam kehidupannya.

Sedangkan koping religius negatif akan cenderung memperberat tekanan yang

dialami korban dalam bentuk kecemasan dan ancaman. Peneliti hanya akan

menggunakan respons korban yang menggunakan koping religius positif saja,

karena dirasa koping tersebut lebih berkontribusi pada resiliensi korban

cyberbullying.

Religious coping mencoba membantu korban cyberbullying untuk

menggambarkan peristiwa cyberbullying sebagai peristiwa positif yang dapat

terjadi pada korban. Selain itu, melalui religious coping, korban dibantu untuk

bekerjasama dengan Tuhan menyelesaikan tekanan yang ia alami dengan cara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

berdoa. Berdoa dapat membuat korban memiliki rasa dekat dengan Tuhan dan

merasakan cinta kasih Tuhan. Korban mencari dukungan dari Tuhan dan

mendapatkan kekuatan dari pencariannya tersebut. Melalui dukungan itu,

korban dapat menjadi resilien karena adanya rasa cinta kasih dari Tuhan yang

ia peroleh. Sehingga korban dapat merasakan kebermaknaan hidup untuk

mendorongnya keluar dari tekanan cyberbullying yang ia terima dan menjadi

resilien.

Terlebih lagi perkembangan remaja dalam religiusitas menunjukkan bahwa

ada peningkatan ketertarikan remaja pada hal-hal yang berkaitan dengan

agama. Sering munculnya harga diri yang rendah pada remaja akan

menimbulkan tekanan tersendiri bagi mereka. Apabila kurang adanya apresiasi

dari masyarakat dalam mendukung remaja yang menjadi korban cyberbullying

tentu memberikan dampak negatif bagi perkembangan remaja. Sehingga

remaja cenderung mencari penghargaan dirinya melalui cinta kasih dari

Tuhan, dukungan dari saudara-saudara seiman, serta adanya keyakinan bahwa

sosok Tuhan menganggap diri remaja sebagai seorang yang berharga. Di masa

remaja, korban cyberbullying tentu akan mengukur keberhargaan dirinya,

keberhargaan diri remaja cenderung menurun di usia ini. Hal ini mendukung

religious coping sebagai cara yang juga berpengaruh bagi korban

cyberbullying yang ada di kalangan remaja untuk mengurangi tekanan yang

mereka alami dan menjadi resilien. Remaja membutuhkan sosok yang menjadi

kekuatan mereka di samping orang tua atau teman dekat mereka. Sosok Tuhan

menjadi penting bagi remaja yang sedang mengalami tekanan khususnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

karena tindakan cyberbullying. Mencari penghargaan dan pertolongan dari

Tuhan akan membantu remaja untuk keluar dari tekanan yang ia alami dan

menjadi lebih resilien. Febricator & Handal (dalam Utami, 2012) menyatakan

bahwa seseorang yang memiliki hubungan dengan Tuhan tidak akan terlalu

terpengaruh oleh stress kehidupannya. Sehingga dalam menghadapi perilaku

cyberbullying, korban memiliki peluang resiliensi yang lebih tinggi karena

merasakan kebermaknaan hidup yang ia dapatkan dari keyakinannya kepada

Tuhan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa baik strategi PFC

maupun RC akan berpengaruh terhadap resiliensi korban cyberbullying.

Problem focused coping digunakan pada tekanan atau problem yang dapat

diubah atau dikontrol. Sementara itu religious coping digunakan kepada

problem yang sulit dikontrol secara langsung.

F. Hipotesis Penelitian
1. Problem Focused Coping berpengaruh terhadap resiliensi korban

cyberbullying.

2. Religious Coping berpengaruh terhadap resiliensi korban cyberbullying.


coping,
3. Seeking spiritual
support,
G. Kerangka Berpikir 4. Religious
purification,
Religious coping positif: 5. Spiritual
REMAJA KORBAN connection,
1. Benevolent religious CYBERBULLYING
6. Seeking support from
MENGALAMI STRES
reappraisal,
clergy or members,
2. Collaborative religious
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Religious helping, 41
8. Religious forgiving

RESILIENSI

1. Active coping
2. Planning
3. Suppression of
Competing
Activities
4. Restrain
Coping
5. Seeking
Social
Support for
instrumental
reason.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian uji regresi

berganda. Uji regresi berganda adalah uji pengaruh antara dua buah variabel

independen terhadap satu variabel dependen Siregar (2014). Pada penelitian

ini, peneliti ingin menggunakan satu variabel dependen, yaitu resiliensi dengan

dua populasi sampel yang menggunakan dua jenis strategi koping, yaitu

strategi religious coping dan Problem focused coping.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi koping yang

digunakan.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah resiliensi korban

cyberbullying.

C. Definisi Operasional

1. Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas untuk bangkit dari

kejatuhan kemudian mampu untuk melanjutkan kehidupannya. Instrumen

dalam penelitian ini adalah skala resiliensi yang terdiri dari 5 aspek yang

dikemukakan oleh Wagnild & Young (2010), yaitu hidup yang bermakna

(meaningfulness), ketekunan (perseverance), kemandirian (self-reliance),

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

ketenangan (equanimity), kesendirian eksistensial (existential aloneness).

Alat ukur yang akan digunakan adalah alat ukur yang menggunakan lima

buah aspek yang sudah dijelaskan di atas. Skor yang tinggi pada alat ukur

ini akan menunjukkan bahwa individu memiliki resiliensi yang tinggi,

sedangkan skor rendah pada alat ukur ini akan menunjukkan bahwa individu

memiliki resiliensi yang rendah.

2. Strategi Koping

Strategi koping adalah perubahan kognitif dan perilaku yang bertujuan

untuk mengelola tekanan eksternal dan atau internal berlebihan yang

dialami oleh seseorang. Strategi koping yang diteliti ada dua macam, yaitu

Problem focused coping dan Religious Coping.

Aspek pada strategi Problem focused coping adalah koping aktif (active

coping), perencanaan planning, pembatasan tindakan untuk bersaing

(suppression of competing activities), kesabaran (restrain coping), dukungan

sosial (seeking social support for instrumental reason). Alat ukur yang akan

digunakan adalah alat ukur yang menggunakan lima buah aspek yang sudah

dijelaskan di atas. Skor yang tinggi pada alat ukur ini akan menunjukkan

bahwa individu menggunakan Problem focused coping sebagai strategi

kopingnya, sedangkan skor rendah pada alat ukur ini akan menunjukkan

bahwa individu tidak cenderung menggunakan Problem focused coping

sebagai strategi kopingnya.

Selain itu, aspek dalam religious coping terbagi menjadi dua yaitu aspek

religious coping positif dan negatif. Aspek dari religious coping positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

adalah penilaian agama yang baik (benevolent religious reappraisal),

kolaborasi koping religius (collaborative religious coping), mencari

dukungan spiritual (seeking spiritual support), penyucian religius (religious

purification), koneksi hubungan spiritual (spiritual connection), dukungan

dari saudara seiman (seeking support from clergy or members),pertolongan

religius (religious helping), memaafkan (religious forgiving). Sementara itu

aspek religious coping negatif adalah hukuman dari Tuhan (punishing God

reappraisal), perbuatan iblis (demonic reappraisal), kekuatan Tuhan

(reappraisal of God's powers), pengaturan diri (self-directing religius

coping), ketidakpuasan spiritual (spiritual discontent), ketidakpuasan

interpersonal (interpersonal religious discontent). Alat ukur yang dipakai

adalah Brief RCOPE yang dikembangkan oleh Pargament (2011)

berdasarkan aspek-aspek yang sudah dijelaskan di atas. Alat ukur terdiri atas

14 soal yang terdiri dari 7 soal aspek religius positif dan 7 soal aspek

religius negatif. Hasil akhir dari alat ukur ini akan menunjukkan skor dari 7

aspek religius positif dan 7 aspek religius negatif.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini tergolong remaja awal hingga remaja akhir,

berusia 10 – 24 tahun. Peneliti membatasi populasi hanya pada pelajar SMP,

SMA, pada usia 13-17 tahun yang pernah menjadi korban cyberbullying.

Peneliti memilih kedua jenjang pendidikan tersebut, karena usia remaja yang

lebih tua akan memiliki kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

remaja yang lebih muda (Keating dalam Santrock 2012). Di usia remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

pertengahan, individu akan lebih matang dibandingkan dengan perkembangan

remaja sebelumnya.

Selain itu, subjek juga dibatasi hanya kepada remaja Kristiani (Kristen dan

Katholik) karena skala RCOPE sebelumnya juga ditujukan pada subjek yang

beribadah di gereja saja. Subjek yang digunakan juga adalah korban

cyberbullying, atau yang pernah mengalami tidakan cyberbullying sebelumnya.

Tindakan cyberbullying yang pernah dialami individu berupa amarah

(flaming), pelecehan (harassment), pencemaran (denigration), peniruan

(impersonation), mempermalukan dan menipu (outing and trickery), menguntit

(cyberstalking), pengasingan (exclusion/ostracism), perekaman video kekerasa

(happy slapping), dan, seks (sexting).

Setelah menentukan populasi, peneliti perlu menentukan pemilihan sampel

yang akan diteliti. Peneliti memilih nonprobability sampling, yaitu anggota

sampel dipilih berdasarkan kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya

(Supratiknya, 2015). Peneliti memilih teknik sampling insidental, yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

insidental bertemu dengan peneliti dan kebetulan orang yang ditemui cocok

untuk dijadikan sumber data (Sugiyono, 2012).

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses yang penting, melalui data yang telah

terkumpul, peneliti dapat memecahkan masalah dan menguji hipotesis. Peneliti

mengumpulkan data menggunakan skala psikologis. Skala psikologis adalah

sekumpulan item yang digunakan untuk mengungkap suatu atribut psikologis


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

tertentu (Supratiknya, 2015). Ada berbagai macam jenis skala, peneliti

menggunakan skala jenis likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk

mengukur sikap pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang suatu fenomena (Sugiyono, 2012). Pada skala jenis likert, akan

disajikan sejumlah pernyataan yang setiap butirnya perlu dinilai oleh subjek.

Subjek akan menilai pernyataan berdasarkan kesesuaian subjek dengan

pernyataan yang disajikan. Skala likert terdiri dari dua jenis pernyataan, yaitu

pernyataan favorabel dan unfavorabel. Subjek akan menilai masing-masing

pernyataan dengan menggunakan pilihan jawaban “sangat sesuai”, “sesuai”,

“netral”, “tidak sesuai”, “sangat tidak sesuai” (Siregar, 2013; Supratiknya,

2015).

F. Alat Pengambilan Data

Peneliti menggunakan tiga buah skala untuk mengukur dua variabel yang

berbeda. Skala pertama adalah skala resiliensi yang disusun berdasarkan lima

buah aspek menurut Wagnild & Young (2010). Skala ke-dua adalah skala untuk

mengukur kecenderungan subjek menggunakan Problem focused coping dalam

menyelesaikan masalahnya. Skala ini disusun berdasarkan lima aspek yang

dikemukakan oleh Carver et al. (1989). Selanjutnya untuk skala yang ke-tiga

adalah skala Brief RCOPE yang akan mengukur kecenderungan seseorang

melakukan religious coping. Skala ini diadaptasi dari Pargament (2011) yang

terdiri dari 14 buah pernyataan.

1. Skala Resiliensi

Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang akan menunjukkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

tingkat resiliensi individu. Skala resiliensi peneliti susun berdasarkan 5

buah aspek yang dikemukakan oleh Wagnild and Young (2010). Lima

aspek tersebut adalah hidup yang bermakna (meaningfulness), ketekunan

(perseverance), kemandirian (self-reliance), ketenangan (equanimity),

kesendirian eksistensial (existential aloneness). Kemudian peneliti

menemukan indikator pada setiap aspek dan melakukan eksplikasi

konstruk.

Skala resiliensi tersebut menggunakan desain likert, maka variabel

akan diukur menggunakan indikator dari setiap variabel. Pada desain ini,

jawaban yang akan dihasilkan berupa gradiasi respons dari yang sangat

positif ke jawaban yang paling negatif. Bentuk jawaban yang disediakan

ada 5, yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Netral” (N), “Tidak

Sesuai” (TS), “Sangat Tidak Sesuai” (STS). Pernyataan akan diisi dengan

pernyataan favorabel dan unfavorabel.

Tabel 3.1. Penskoran skala likert skala Resiliensi

Skor
Pilihan Jawaban
Favorabel Unfavorabel

“Sangat Sesuai” 5 1

“Sesuai” 4 2

“Netral” 3 3

“Tidak Sesuai” 2 4

“Sangat Tidak
1 5
Sesuai”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Sebaran item skala Resiliensi disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.2. Blueprint skala Resiliensi

Bobot Jumlah
No Aspek Indikator (%) aitem

Menyadari bahwa ia
berarti
Hidup yang penuh
Menyadari bahwa ia 10
1 makna 20
memiliki tujuan.
(Meaningfulness)
Berusaha mencapai
sesuatu.
Tekad untuk terus
menghadapi kesulitan.
Tekad untuk terus 10
Ketekunan
2 (Perseverance) menghadapi keputusasaan. 20
Tekad untuk terus
menghadapi kekecewaan
dalam hidup.
Memiliki keyakinan diri.

3. Kemandirian (Self- Menyadari potensi dan 20 10


Reliance) kelemahan pribadi.

Ada keseimbangan dalam


memandang pengalaman.
Ketenangan
4 20
(Equanimity) Ada harmoni dalam 10
memandang kejadian
dalam hidupnya.
Kesadaran diri bahwa ia
unik.
Kesendirian Mau mencintai dan
eksistensial
5 mengenal diri sendiri 20 10
(existential
aloneness). Memiliki kontribusi yang
bisa diberikan kepada
masyarakat.
Total 100 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

1. Skala Strategi Koping

Pada variabel Strategi koping, terdapat dua jenis strategi koping

yang akan diteliti, yaitu Problem focused coping dan Religious Coping.

a. Skala Problem focused coping

Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang akan

menunjukkan kecenderungan individu untuk menggunakan Problem

focused coping untuk penyelesaian masalah. Skala ini peneliti susun

berdasarkan 5 buah aspek yang dikemukakan oleh Carver et al.,

(1989). Lima aspek tersebut adalah Active coping, Planning,

Suppression of Competing Activities, Restrain Coping, Seeking

Social Support for instrumental reason. Kemudian peneliti

menemukan indikator pada setiap aspek dan melakukan eksplikasi

konstruk.

Skala problem focused coping ini menggunakan desain skala

likert. Pada desain ini, jawaban yang akan dihasilkan berupa gradiasi

respons dari yang sangat positif ke jawaban yang paling negatif.

Bentuk jawaban yang disediakan ada 5, yaitu “Sangat Sesuai” (SS),

“Sesuai” (S), “Netral” (N), “Tidak Sesuai” (TS), “Sangat Tidak

Sesuai” (STS). Pernyataan akan diisi dengan pernyataan favorabel

dan unfavorabel. Sebaran item skala Problem focused coping

disajikan dalam tabel berikut ini:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Tabel 3.3. Blueprint skala Problem Focused Coping

Bobot Jumlah
Aspek Indikator (%) aitem
Active coping, Melakukan tindakan dengan cara
langsung.

Melakukan tindakan aktif untuk


mengatasi stres. 20 8

Meningkatkan usaha untuk


mengatasi stres.
Planning,
Membuat strategi perencanaan
untuk menangani masalah.
20 8
Menentukan langkah selanjutnya
yang akan diambil untuk
mengurangi stres.
Suppression of
Mengurangi perhatian pada aktivitas
Competing
lain.
Activities,
Fokus pada masalah yang dihadapi 20 8

Menghindari aktivitas yang


menyebabkan distraksi.
Restrain
Menahan diri untuk bertindak
Coping,
Mencari kesempatan yang tepat
untuk bertindak. 20 8

Melakukan suatu tindakan tidak


dengan gegabah.
Seeking Social Mencari dukungan sosial dalam
Support for bentuk nasihat.
instrumenta
l 20 8
reason. Mencari informasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah.
Total 100 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

b. Skala Religious Coping (RCOPE Scale)

Skala RCOPE ini mengadaptasi skala yang sudah dikembangkan

oleh Pargament (2011). Skala ini terdiri dari 14 buah pernyataan yang

terbagi menjadi dua bagian aspek. 7 buah pernyataan terkait aspek positif

dan 7 buah pernyataan terkait aspek negatif. Berikut aspek religious

coping positif adalah benevolent religious reappraisal, collaborative

religious coping, seeking spiritual support, Religious purification,

spiritual connection, seeking support from clergy or members, religious

helping, religious forgiving. Sementara itu aspek religious coping negatif

adalah punishing God reappraisal, demonic reappraisal, reappraisal of

God's powers, self-directing religius coping, spiritual discontent,

interpersonal religious discontent.

Skala RCOPE memberikan 4 pilihan jawaban, yaitu “Tidak pernah”,

“Jarang”, “Kadang-kadang”, “Selalu”. Berikut ini Tabel penyebaran aspek

religious coping positif, dan aspek religious coping negative

Tabel 3.4 Aitem pada Skala Religious Coping

Aspek Item Jumlah

Religious Coping 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 7

Positive

Religious Coping 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 7

Negative
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

G. Validitas Pengukuran

Validitas dipandang sebagai kualitas atau ciri yang melekat pada tes atau

instrumen. Maksudnya adalah sejauh mana penafsiran hasil suatu tes

sebagaimana yang dimaksudkan oleh tes yang bersangkutan sungguh-sungguh

dapat dipertanggungjawabkan (Supratiknya, 2014). Menurut Supratiknya

(2014), estimasi validitas tes dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu validitas

terkait isi tes, validitas tekait kriteria tes dan validitas terkait kontruk tes.

Penelitian ini menggunakan validitas isi yang mengukur kesesuaian isi tes

dengan atribut yang akan diukur. Pemeriksaan validitas isi baiknya dengan

meminta penilaian kepada ahli konseptual teoritis yang melibatkan dosen

pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah. Dalam penelitian ini, peneliti

meminta penilaian kepada dosen pembimbing dan dua orang dosen pengampu

mata kuliah lain yang peneliti kenal.

H. Reliabilitas Pengukuran

Setelah kumpulan item dituangkan menjadi sebuah skala, peneliti

melakukan uji coba skala untuk mengetahui seberapa baik item secara

kuantitatif (Periantalo, 2015). Uji coba dilakukan pada tanggal 19 November

2017, dengan menyebarkan skala pada remaja korban cyberbullying yang

berusia 13-17 tahun secara insidental. Setelah uji coba dilakukan, tahap

selanjutnya adalah analisis reliabilitas dan daya diskriminasi item,

menggunakan program SPSS.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

1. Daya Diskriminasi

Daya diskriminasi item akan menunjukkan seberapa cermat dan

konsisten sebuah tes dalam mengukur testi pada atribut yang akan diukur

(Supratiknya, 2014). Model yang digunakan untuk melihat daya

diskriminasi item adalah model korelasi item dengan skor total. Menurut

Azwar (2014), batasan bagi daya diskriminasi aitem yang digunakan adalah

. Semua aitem yang koefisien korelasinya mencapai 0,30, daya

bedanya dianggap memuaskan. Akan tetapi, jika jumlah aitem yang lolos

belum mencukupi jumlah yang ditetapkan, maka dapat dipertimbangkan

untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0,25 supaya jumlah aitem yang

ditetapkan dapat tercapai.

a. Seleksi item

Setelah dilakukan analisis daya diskriminasi item, skala

resiliensi memiliki koefisien korelasi yang bekisar antara 0,018-

0,655. Peneliti menggunakan standar item total 0,25.

a. Skala Resiliensi

Peneliti menemukan 9 item yang memiliki koefisien korelasi

<0,25, sehingga item-item tersebut digugurkan karena tidak sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, peneliti juga

menggugurkan 11 item lain untuk menyeimbangkan prosentase

jumlah item di setiap aspek. Berikut ini blueprint skala item

resiliensi yang sudah digugurkan. Item yang digugurkan dengan

sengaja diberi tanda (**), sedangkan item yang gugur diberi tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

(*).

Tabel 3.5 Seleksi skala Resiliensi

Item
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

hidup yang 6, 13**, 10, 30, 45,

bermakna 15**, 18, 46**, 32* 6

(meaningfulness), 43

ketekunan 5**, 11, 2*, 19*, 25,

(perseverance), 17, 23, 29, 42, 6

31*

kemandirian (self- 1*, 8, 9, 14, 20**,


6
reliance), 12**, 40 21*, 26, 44

ketenangan 3, 22*, 16, 34, 36**,

(equanimity), 39*, 41, 47, 50** 6

49

kesendirian 7, 27*, 4**, 24,

eksistensial 28**, 33, 37**, 38, 48


6
(existential 35

aloneness).

Total item setelah


30
digugurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Berikut adalah skala resiliensi setelah beberapa item

digugurkan dan disusun dalam nomor yang baru:

Tabel 3.6 Skala Resiliensi

Item
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

hidup yang 2, 11, 25 6, 17, 27

bermakna 6

(meaningfulness),

ketekunan 7, 10, 12 14, 16, 24


6
(perseverance),

kemandirian (self- 4, 5, 22 8, 15, 26


6
reliance),

ketenangan 1, 23, 30 9, 19, 28


6
(equanimity),

kesendirian 3, 18, 20 13, 21, 29

eksistensial
6
(existential

aloneness).

Total item setelah


30
digugurkan

b. Skala Problem focused coping

Peneliti menemukan 12 item yang memiliki koefisien korelasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

<0,25, sehingga item-item tersebut digugurkan karena tidak sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Selain itu, peneliti juga

menggugurkan 3 item lain untuk menyeimbangkan prosentase

jumlah item di setiap aspek. Berikut ini skala item resiliensi yang

sudah digugurkan. Item yang digugurkan dengan sengaja diberi

tanda (**), sedangkan item yang gugur diberi tanda (*).

Tabel 3.7 Seleksi aitem Problem Focused Coping

Item Jumlah
Aspek
Favorable Unfavorable

Active coping, 1, 17, 21, 10*, 15**,


6
23. 37, 38.

Planning, 6, 18, 29, 3, 14*, 19,


6
34 25*

Suppression of 2, 9, 16*, 7*, 28*, 39,


3
Competing Activities, 30* 40*

Restrain Coping, 5, 22, 24, 12*, 13,


4
36* 20*, 33*

Seeking Social Support 4, 8, 26, 11, 31, 32,

for instrumental 27** 35**


6
reason.

Jumlah total setelah


25
digugurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Berikut adalah skala resiliensi setelah beberapa item

digugurkan dan disusun dalam nomor yang baru:

Tabel 3.8 Skala Problem Focused Coping

Item
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

Active coping, 1, 11, 14, 23, 24. 6

16

Planning, 6, 12, 19, 3, 13 6

22

Suppression of 2, 8 25 3

Competing Activities,

Restrain Coping, 5, 15, 17 10 4

Seeking Social Support 4, 7, 18 9, 20, 21


6
for instrumental

reason.

Total setelah gugur 25


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

2. Reliabilitas

Reliabilitas menjadi salah satu syarat untuk sualu alat tes dikatakan

baik. Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika pengetesannya

dilakukan berulang-ulang terhadap suatu populasi individu atau kelompok

(AERA, APA, dan NCME, dalam Supratiknya, 2014). Penelti mengukur

reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien croncbach alfa.

Reliabilitas Cronbach alpha merupakan pengujian reliabilitas

menggunakan rumus alpha cronbach yang digunakan untuk

mengestimasikan konsistensi internal item-item yang diskor secara

dikotomis, maupun item-item yang diskor dengan skala yang lebih luas

(Crocker dan Algina dalam Supratiknya 2016). Jika nilai Alpha Cronbach

dari suatu alat ukur semakin mendekati angka 1, maka dapat diasumsikan

konsistensi alat ukur semakin baik. Dalam Periantalo (2015) ada beberapa

kategori hasil reliabilitas Cronbach Alpha tes yaitu :

Tabel 3.9 Kategori reliabilitas Croncbach’s alfa

Alpha Cronbach Reliabilitas

> 0,90 sangat bagus

0,8 - 0,89 bagus

0,70 - 0,79 cukup bagus

06 - 0,7 kurang bagus

< 0,6 Tidak bagus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

a. Skala Resiliensi

Setelah dilakukan uji coba kepada 55 remaja, nilai croncbach’s alfa

yang diperoleh adalah 0,91 Nilai koefisien croncbach’s alfa

menunjukkan bahwa alat tes memiliki reliabilitas yang sangat bagus.

Tabel 3.10 Croncbach’s alfa skala Resiliensi

Cronbach's Alpha N of item

,919 50

b. Skala Problem focused coping

Setelah dilakukan uji coba kepada 55 remaja, nilai croncbach’s alfa

yang diperoleh adalah 0,91. Nilai koefisien croncbach’s alfa

menunjukkan bahwa alat tes memiliki reliabilitas yang sangat bagus.

Tabel 3.11 Croncbach’s alfa skala Problem focused coping

Cronbach's Alpha N of Items

,915 25

c. Skala RCOPE

Skala religious coping (RCOPE) diadaptasi dari skala milik

Pargament (1997). Nilai Croncbach’s alfa berdasarkan analisis

Pargament, Smith, Koenig, dan Perez (1998a) menunjukkan nilai 0.90

pada skala religius positif dan 0,87 pada skala religius negatif.

Sedangkan nilai croncbach’s alfa setelah skala diuji cobakan kepada 55

remaja, diperoleh hasil 0,78 pada skala koping religius positif dan 0,76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

pada skala koping religius negatif. Ini berarti kedua buah skala religius

coping memiliki reliabilitas yang cukup bagus.

Tabel 3.12 Croncbach’s alfa Positive Religious Coping

Cronbach's Alpha N of Items

,785 7

Tabel 3.13 Croncbach’s alfa NegativeReligious Coping

Cronbach's Alpha N of Items

,763 7

I. Metode Pengolahan

Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas Regresi

Uji Normalitas adalah uji yang harus dilakukan sebelum

melakukan uji statistik yang lebih lanjut. Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah populasi data yang diperoleh terdistribusi normal

atau tidak. Hal ini perlu dilakukan karena uji statistik lebih lanjut,

mengasumsikan persebaran data yang normal. Sebuah data dikatakan

normal bila p > 0,05 (Kasmadi & Sunariah 2013). Uji normalitas yang

akan digunakan adalah hasil uji normalitas sebaran residunya (Pedhazur,

dalam Santoso, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji

normalitas Kolmogorov Smirnov.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel

bebas dan variabel terikat memiliki hubungan yang linier atau tidak

(Kasmadi dan Sunariah, 2013). Uji linearitas dilakukan sebagai syarat

untuk melakukan analisis korelasi atau regresi linear. Oleh sebab itu, uji

linearitas diperlukan untuk dapat melakukan uji regresi linear berganda.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinear digunakan untuk memeriksa ada tidaknya

hubungan yang linear antara variabel bebas pada model regresi ganda

(Basuki & Prawoto, 2016). Multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai

Variance Inflation Factors (VIF) dan nilai Tolerance. Semakin tinggi

nilai VIF, maka semakin membuktikan bahwa ada multikolinearitas.

Semakin rendah nilai Tolerance, maka semakin membuktikan bahwa

variabel terdapat multikolinearitas. Penelitian ini menggunakan uji

regresi berganda, sehingga perlu membuktikan bahwa variabel tidak

memiliki multikolinearitas supaya dapat melanjutkan analisis.

d. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya ketidaksamaan varian dari residual data (Basuki & Prawoto,

2016). Uji heterokedastisitas dilakukan dengan meregresikan nilai

absolute residual dengan variabel independen.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang

diteliti. Uji hipotesis yang akan digunakan adalah uji regresi linear

berganda, karena penelitian terdiri dari dua buah variabel bebas dan satu

buah variabel terikat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Januari 2018 hingga

tanggal 16 Januari 2018 menggunakan skala yang sudah diujicobakan

sebelumnya. Peneliti mengajukan izin penelitian ke SMP Bopkri 3 dan SMK

N 6 Yogyakarta. Melalui pengambilan data tersebut, siswa dengan usia 13

hingga 17 tahun dapat mengisi skala kuesioner yang dibagikan. Siswa SMP

yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 7 dan 8 saja. Peneliti

dibantu oleh 3 orang teman untuk membagikan skala penelitian ke kelas-

kelas tersebut. Sedangkan siswa SMK yang menjadi subjek penelitian adalah

siswa kelas 10 dan 11, terutama yang beragama nasrani saja, pengambilan

data di SMK 6 dibantu oleh Pak Galih, guru agama Katholik di sekolah

tersebut. Total responden yang peneliti dapatkan adalah 244 siswa, namun

peneliti menggugurkan 29 subjek karena tidak sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan. Total data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 215 subjek.

B. Deskripsi Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Peneliti memperoleh sebanyak 244 subjek dalam penelitian, akan tetapi

29 subjek digugurkan karena tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Total subjek yang diperoleh adalah 215 subjek yang terdiri dari remaja

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berikut ini adalah jumlah

subjek berdasarkan media elektronik yang digunakan:

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Tabel 4.1 Jumlah Subjek berdasarkan media elektronik yang

digunakan

Jumlah Prosentase
No. Media Elektronik
Subjek (%)

1 SMS 71 33,02

2 Facebook 87 40,47

3 Line 99 46,05

4 Whatsapp 197 91,63

5 Instagram 171 79,53

6 Path 16 7,44

7 Lain-lain 21 9,77

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas subjek

menggunakan media elektronik Whatsapp (91,63%) dan Instagram

(79,53%). Selanjutnya,berikut ini adalah data jumlah subjek berdasarkan

jenis perilaku cyberbullying yang pernah mereka alami:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Tabel 4.2 Jumlah Subjek berdasarkan jenis perilaku Cyberbullying

Bentuk perilaku Jumlah Prosentase


No.
cyberbullying subjek (%)

1 Flaming 163 75,81

2 Harassment 162 75,35

3 Denigeration 101 46,98

4 Impersonation 57 26,51

5 Outing dan Trickery 80 37,21

6 Cyberstalking 118 54,88

7 Exclusion 74 34,42

8 Happy Slapping/ Video 54 25,12

Recording

9 Sexting 14 6,51

Data tersebut menunjukkan bahwa perilaku cyberbullying yang paling

sering dialami oleh remaja adalah perilaku flaming, yaitu perilaku berupa

pesan yang saling menyinggung dan mengejek satu sama lain. Kemudian,

dalam penelitian ini, subjek laki-laki lebih banyak daripada subjek

perempuan, berikut tabel deskripsinya:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Tabel 4.3 Deskripsi berdasarkan jenis kelamin subjek

Jenis kelamin Jumlah subjek Prosentase (%)

Laki-laki 97 45

Perempuan 119 55

Total 215 100

Selain itu, subjek yang termasuk dalam penelitian adalah

subjek berusia 13 hingga 17 tahun. Penelitian ini didominasi oleh

subjek yang berusia 13 tahun. Berikut adalah deskripsi persebaran

data berdasarkan usia subjek:

Tabel 4.4 Deskripsi data usia subjek

Usia Frequency Percent (%)

13 tahun 84 39,1

14 tahun 47 21,9

15 tahun 30 14,0

16 tahun 17 7,9

17 tahun 37 17,2

Total 215 100,0

Jumlah subjek yang berusia 13 tahun adalah 84 orang, subjek berusia

14 tahun 47 orang, subjek berusia 15 tahun 30 orang, subjek berusia 16

tahun 17 orang dan subjek berusia 17 tahun 37 orang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

2. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan bahwa nilai maksimum

pada variabel resiliensi adalah 77, nilai minimum pada variabel Problem

Focus Coping adalah 62, sedangkan pada variabel Religious coping positif

dan negatif adalah 10 dan 7. Nilai maksimum pada variabel resiliensi,

Problem Focus Coping, serta religious coping positif dan negatif berurutan

adalah 149,125, 28, 28. Sedangkan rata-rata pada masing-masing variabel

adalah 114,62 (resiliensi), 92,99 (PFC), 24,87 (RCP), dan 17,05 (RCN).

Tabel 4.5 Deskripsi data penelitian

Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation

resiliensi 215 77 149 114,62 15,005

PFC 215 62 125 92,99 11,594

RCP 215 10 28 24,87 2,977

RCN 215 7 28 17,05 4,807

Berdasarkan data tersebut, peneliti memisahkan jumlah subjek yang

cenderung menggunakan Religious coping Positif (RCP) dan Religious

coping Negatif (RCN). Kecenderungan subjek melakukan Religious

coping dilihat dari jumlah skor yang tertinggi antara RCP dan RCN.

Subjek yang cenderung melakukan Religious coping Positif berjumlah 195

orang, sedangkan subjek yang cenderung melakukan Religious coping

Negatif berjumlah 9 orang. Selanjutnya, sebanyak 11 orang memiliki skor


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

yang seimbang antara religious coping positif dan religious negatif.

Berikut ini adalah tabel jumlah dan presentase subjek yang melakukan

Religious coping.

Tabel 4.6 Jumlah subjek yang melakukan religious coping

Valid Cumulative

Frequency Percent Percent Percent

Balance 11 5,1 5,1 5,1

RCP 195 90,7 90,7 95,8

RCN 9 4,2 4,2 100,0

Total 215 100,0 100,0

Keterangan

RCP = Religious coping Positif

RCN= Religious coping Negative

Balance= nilai seimbang antara Religious coping Positif dan Negatif

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan data

Religious

coping Positif saja untuk dibandingkan dengan Problem Focus Coping.

Alasannya adalah karena Religious coping Positif memiliki kecenderungan

yang lebih baik terhadap subjek dalam melakukan resiliensi. Jumlah

subjek yang melakukan Religious coping Positif adalah sebanyak 195

orang, oleh sebab itu, subjek yang akan dipakai keseluruhannya adalah

195 orang. Berikut ini adalah data deskriptif dari semua variabel yang

akan dipakai dalam penelitian ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Tabel 4.7 Deskripsi jumlah data yang akan digunakan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RCP 195 10 28 25,12 2,829

PFC 195 62 125 93,46 11,373

Resiliensi 195 80 149 115,48 14,589

Valid N 195

(listwise)

C. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada regresi hanya akan menggunakan normalitas dari

sebaran residunya, bukan normalitas sebaran variabel dependennya

(Pedhazur, dalam Santoso, 2010). Oleh sebab itu, peneliti melakukan uji

normalitas dari hasil residu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.8 Hasil uji normalitas residu

Kolmogorov-
a
Smirnov Keterangan

Sig.
*
Residu ,200 Normal

Berdasarkan uji normalitas residu, maka diperoleh nilai sig. > 0,05.

Maka, dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

b. Uji Linearitas

Hipotesis penelitian:

Ho: variabel resiliensi dan variabel PFC/RCP tidak linear.

Jika, p value Sig. < 0,05, maka Ho ditolak.

Tabel 4.9 Uji linearitas

Variabel Signifikansi Pengambilan Keterangan

Keputusan

Linearity
PFC 0,000 Linear
p < 0,050

Linearity
RCP 0,016 Linear
P < 0,050

Berdasarkan uji linearitas, data yang diperoleh pada kedua variabel

adalah linear, karena memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas akan dinilai dengan milhat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Semakin besar nilai VIF, maka

semakin tinggi kolinearitas yang terjadi. Akan tetapi jika nilai Tolerance

semakin kecil, maka akan menunjukkan bahwa kolinearitas dari suatu

variabel semakin parah (Santoso, 2010). Berikut ini adalah hasil

penilaian multikolinearitas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Tabel 4.10 Uji multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF

PFC ,932 1,073

RCP ,932 1,073

Berdasarkan tabel, dapat diketahui nilai VIF < 10, yaitu 1,073 pada

kedua variabel, dan nilai Tolerance yang besar pada kedua variabel

0,932. Oleh sebab itu, didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat

korelasi pada antar variabel independen.

d. Uji heterokedastisitas

Hasil uji heterokedastisitas menunjukkan sig > 0,05 pada kedua

variabel independen, artinya tidak ada heterokedastisitas antar variabel

sehingga asumsi terpenuhi.

Tabel 4.11 Uji heterokedastisitas

Variabel Signifikansi

PFC 0,327

RC 0,705

2. Uji Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh dari perbedaan

strategi coping korban cyberbullying terhadap tingkat resiliensinya.

Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji menggunakan analisis regresi

berganda menggunakan program SPSS versi 22. Analisis regresi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

berganda dilakukan karena penelitian terdiri dari dua buah variabel

independen dan 1 buah variabel dependen. Penarikan kesimpulan

didasarkan pada hasil uji signifikansi dengan taraf signifikansi 0,05.

Hasil uji signifikansi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil uji signifikansi regresi

R Adjusted Std. Error of

Model R Square R Square the Estimate

a
1 ,667 ,445 ,440 10,921

a. Predictor (constan), RCP, PFC

b. Dependent Vaeiable: Resiliensi

Data tersebut menunjukkan bahwa hasil nilai korelasi (R) secara

simultan antara kedua bentuk strategi koping dan resiliensi pada korban

cyberbullying, diperoleh nilai R = 0,667. Kontribusi yang diberikan oleh

kedua jenis strategi koping terhadap tingkat resiliensi korban

2 2
cyberbullying adalah KP = (R) x 100% = (0,667) x 100% = 44,5% (R

square x 100).

Tabel 4.13 Hasil Uji F pada analisis regresi

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

b
1 Regression 18390,606 2 9195,303 77,103 ,000

Residual 22898,040 192 119,261

Total 41288,646 194

a. Dependent Variable: Resiliensi

b. Predictors: (Constant), RCP, PFC


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Berdasarkan uji anova di atas, ditemukan bahwa nilai probabilitas

adalah sig = 0,00, dan F= 77,103. Nilai probabilitas (sig) < α , maka

hipotesis diterima. Strategi koping berpengaruh secara signifikan

terhadap resiliensi korban cyberbullying.

Tabel 4.14 Hasil analisis regresi untuk setiap variabel prediktor

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 35,557 8,490 4,188 ,000

PFC ,856 ,071 ,668 11,993 ,000

RCP -,005 ,287 -,001 -,016 ,988

a. Dependent Variable: Resiliensi

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa variabel Problem

Focused Coping (PFC) memiliki pengaruh yang signifikan positif

terhadap resiliensi korban cyberbullying (sig<0,05). Artinya, semakin

tinggi skor Problem Focused Coping, maka semakin tinggi pula resiliensi

korban cyberbullying sebanyak 0,856. Sedangkan variabel Religious

coping Positif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

resiliensi korban cyberbullying.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

3. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh, ditemukan bahwa perilaku

cyberbullying yang paling banyak dialami oleh subjek penelitian adalah

flaming, yaitu perilaku berupa saling bertukar pesan yang berisi ejekan

dan pesan yang menyinggung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh problem focused coping dan religious coping terhadap

resiliensi pada korban cyberbullying. Berikut ini dijabarkan pembahasan

mengenai hipotesis penelitian yang dipaparkan di bab sebelumnya.

Berdasarkan uji korelasi parsial pada masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen ditemukan bahwa problem

focused coping (PFC) memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap

resiliensi remaja korban cyberbullying. Semakin tinggi skor problem

focused coping, maka semakin tinggi pula resiliensi korban

cyberbullying. Setiap pertambahan 1 nilai pada skor problem focused

coping akan menaikkan skor resiliensi sebesar 0,889. Sedangkan variabel

Religious coping Positif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat resiliensi remaja korban cyberbullying.

Cyberbullying adalah agresi yang dilakukan perorangan atau

sekelompok orang menggunakan media elektronik secara berulang

kepada korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya. Perilaku

cyberbullying merupakan salah satu bentuk penolakan yang diberikan

teman korban kepadanya. Penolakan yang remaja terima ini, akan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

menyebabkan kesepian sehingga muncullah persaingan antar individu.

Hal ini dapat dijelaskan dengan bentuk-bentuk remaja yang kurang

diterima oleh teman sebayanya, yaitu remaja yang diabaikan dan remaja

yang ditolak. Penolakan ini tentu akan menimbulkan masalah pada

penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan sosialnya.

Saat seorang korban cyberbullying mengalami perilaku

cyberbullying, mereka akan melakukan resiliensi online dengan cara

menceritakan pengalamannya kepada orang lain (Kochenderfer-Ladd dan

Skinner, dalam Papartrairanou, 2014), hal ini merupakan salah satu cara

yang efektif untuk menghadapi perilaku cyberbullying yang korban

terima. Korban mencari nasihat dari orang lain dengan cara menceritakan

pengalaman sebagai korban cyberbullying. Keterbukaan korban ini tentu

perlu diikuti dengan adanya relasi yang hangat, energi positif, perhatian,

serta dukungan dari pihak keluarga kepada korban. Melalui bercerita

kepada orang lain dan mencari saran yang tepat, tantu remaja mampu

menemukan makna bahwa setiap kejadian negatif yang ia alami tentu

akan disusul dengan kejadian positif yang akan ia terima, sesuai dengan

sumber individu yang menjadi resilien, yaitu adanya ketenangan. Selain

itu, korban juga dapat langsung melakukan tindakan aktif berupa

mengurangi perhatian dari aktivitas di sosial media untuk menurunkan

tekanan yang ia terima sebagai korban cyberbullying. Pentingnya

dukungan lingkungan terhadap remaja menjadi pendukung korban

cyberbullying untuk melakukan resiliensi. Dukungan tersebut dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

menjadi salah satu sumber remaja dalam melakukan resiliensi, yaitu

perseverance. Remaja yang melakukan PFC tentu akan mendapatkan

kekuatan untuk dapat menghadapi tekanan dan kesulitan yang ia hadapi

sebagai korban. Pengaruh dari orang lain, seperti teman dan keluarga

akan membantu korban untuk menemukan potensi korban supaya dapat

bangkit kembali dari perilaku cyberbullying yang ia terima.

Menindaklanjuti hasil penelitian bahwa RC tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap resiliensi pada korban cyberbullying.

Masyarakat Indonesia yang tergolong negara berkembang seharusnya

memiliki respons yang lebih religius jika diperhadapkan pada keyakinan

(Lippman & Keith, dalam Santrock, 2012). Ketertarikan remaja terhadap

religiusitas akan mengalami perubahan di usia 14-18 tahun berupa

peningkatan frekuensi berdoa (Koenig, McGue & Iacono, dalam

Santrock, 2012). Remaja perempuan ternyata lebih religius daripada

remaja laki-laki (King dan Roeser dalam Santrock, 2012). Smith dan

Denton (dalam Santrock, 2012), juga menambahkan penelitiannya bahwa

remaja perempuan lebih sering mendatangi tempat ibadah, mereka juga

merasa bahwa agama akan membentuk kehidupan sehari-hari. Remaja

perempuan lebih sering berpartisipasi ke dalam kelompok keagamaan,

berdoa, dan merasa lebih dekat kepada Tuhan. Sehingga, dapat dikatakan

pula bahwa remaja perempuan mungkin bisa lebih efektif saat

menggunakan religious coping sebagai cara mereka mengatasi masalah.

Akan tetapi, remaja laki-laki lebih nyaman membuka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

dirinya secara online dibandingkan dengan remaja perempuan (Schouten,

et al. dalam Santrock, 2012). Artinya, remaja laki-laki akan lebih banyak

menggunakan problem focused coping. Subjek yang digunakan dalam

penelitian ini lebih didominasi oleh remaja perempuan daripada laki-laki,

namun hal ini nampaknya tidak terlalu memengaruhi gaya strategi

koping yang dipilih. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil penelitian ini,

bahwa ternyata kemunculan penggunaan religious coping bisa didasarkan

pada komitmen seseorang dalam religiusitasnya. Apabila agama

memberikan pengaruh yang signifikan bagi individu, maka agama akan

menjadi bentuk koping yang cukup penting (Baumgardner & Choters,

2009). Dengan begitu, dapat diartikan bahwa para subjek penelitian ini

kurang berkomitmen dalam religiusitasnya. Hal ini berarti, religious

coping tidak menjadi jenis koping yang cukup berpengaruh terhadap

resiliensi subjek yang merupakan remaja korban cyberbullying.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, problem

focused coping memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap resiliensi

remaja korban cyberbullying. Artinya, Semakin tinggi skor problem focused

coping, maka semakin tinggi pula resiliensi korban cyberbullying. Sedangkan

variabel Religious coping positif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat resiliensi korban cyberbullying. Sehingga, problem focus coping

berupa resiliensi online menjadi cukup efektif dilakukan oleh korban

cyberbullying, sedangkan religious coping positif tidak berpengaruh terhadap

resiliensi subjek dalam penelitian ini, karena kurangnya komitmen subjek

dalam religiusitasnya.

B. Saran
Peneliti memberikan beberapa saran untuk peneliti selanjutnya, orang

tua korban dan korban cyberbullying.

1. Kepada peneliti selanjutnya:

a. Sebaiknya peneliti selanjutnya mengambil subjek dengan sebaran

usia yang lebih seimbang.

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

b. Sebaiknya peneliti melakukan terjemahan ulang yang lebih baik

pada alat ukur religious coping, disesuaikan dengan usia subjek. Hal

ini ditunjukkan dari nilai reliabilitas alat tes yang masih bisa

ditingkatkan lagi.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian kepada subjek

dengan usia yang lebih tua, supaya dapat menganalisis pengaruh

religious coping dengan resiliensi korban cyberbullying dengan lebih

akurat.

2. Kepada orang tua korban

a. Menjadi orang tua yang komunikatif kepada anak, supaya anak dapat

mengomunikasikan perilaku cyberbullying yang ia terima kepada

orangtua.

b. Memberikan dukungan penuh dan membantu anak agar dapat

menghadapi permasalahan yang ia alami, khususnya di dunia maya.

3. Kepada korban

a. Menceritakan kepada orang lain tentang perilaku cyberbullying yang

pernah dialami, supaya dapat mengantisipasi stres yang mungkin

terjadi pada anak.

b. Membatasi atau mengurangi aktivitas online yang ia lakukan, untuk

menghindari munculnya emosi negatif akibat dari tindakan

cyberbullying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

DAFTAR PUSTAKA

Afi Nihaya Faradisa bullying bentuk apapun tak sehat, (n.d.). Diunduh dari :
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170723092434-255-
229715/afi-nihaya-faradisa-bullying-bentuk-apapun-tak-sehat.

Akbar, M. A., & Utari, P. 2015. Cyberbullying pada Media Sosial (Studi Analisis
Isi tentang Cyberbullying pada Remaja di Facebook). Surakarta: Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret. Tidak Diterbitkan.

Aliando Syarief pernah dibully karena haters, (n.d.). Diunduh dari:


http://cewekbanget.grid.id/News-And-Entertainment/Curhat-Aliando-
Syarief-Yang-Pernah-Depresi-Karena-Haters-Cyberbullying-Tapi-
Akhirnya-Bangkit.

Amanda Todd curhat di Youtube sebelum akhirnya bunuh diri, (n.d.). Diunduh
dari: http://sumut.pojoksatu.id/2016/04/09/selain-sonya-depari-ini-5-
kasus-bully-siswa-paling-tragis-yang-berujung-maut.

Angganantyo, W. (2014). Coping Religius pada Karyawan Muslim ditinjau dari


tipe Kepribadian. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 50-61.

Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bastian, S. D. (2012). Hubungan antara Resiliensi dan Coping pada Istri yang
Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga. Skripsi.

Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi
dan Bisnis (dilengkapi aplikasi spss dan eviews). Depok: P.T. Raja
Grafindo Persada.

Baumgarner, S. R., & Crothers, M. K. (2009). Positive Psychology. New Jersey:


Pearson.

C.R. Snyder, Shane J. Lopez, Jennifer Teramoto Pedrotti. (2011). Positive


Psychology: The Scientific and Practical Explorations of human Strengths.
USA: SAGE Publications.

Carver, C. S., Scheier, M. F., & J. K. (1989). Assessing Coping Strategies: A


Theoretically Based Approach. Journal of Personality and Social
Psychology, 56(02), 267-283.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Contoh negara berkembang dan penjelasannya, (n.d). diunduh dari:


https://perpustakaan.id/negara-berkembang

Cyberbullying lebih menyakitkan dari pukulan, (n.d. ). Retreived from:


https://inet.detik.com/cyberlife/d-1447435/cyber-bullying-lebih
menyakitkan-dari-pukulan.

Depkes RI. (2016). Infodatin: Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.
Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/ infodatin/infodatin%20reproduksi%20remaja-
ed.pdf

Edward P. Serafino, Timothy W. Smith. (2011). Health Psychology


Biopsychological Interaction (7th ed.). USA: Wiley.

Fenclau, E. J. (2016). Cyberbullying, Suicidal Behavior, and Emotional.


Electronic Theses and Dissertations.

Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengthening


the Humsn Spirit. Washington DC, America: Bernard Van Leer
Foundation.

Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengthening


the Humsn Spirit. Washington DC, America: Bernard Van Leer
Foundation.

Gurun, R. A. (2014). Health Psychology a Cultural Approach 3e. USA:


WADSWORTH Cengage Learning.

Hidayati, N. (2012, April). Bullying pada Anak: Analasis dan Alternatif Solusi.
INSAN, 14(1), 41-48.

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2012). Commentary, Cyberbullying: Neither an


epidemic nor a rarity. European Journal of Developmental Psychology,
1(1), 1-5. doi:10.1080/17405629.2012.706448

Jiwa, Y. S. (2008). Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah. Jakarta: P.T.


Grasindo.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (n.d.). Diunduh dari http://kbbi.web.id/korban.

Kasmadi, & Sunariah M.Pd., N. S. (2013). Panduan Modern Penelitian


Kuantitatif (Bacaan wajib bagi peneliti, guru, dan Mahasiswa Program
S1, dan S2 di lingkungan pendidikan). Bandung: ALFABETA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Khotimah, M. H. (2015). Resiliensi pada Korban Cyberbullying. Skripsi.

Kowalski, R. M., Limber, S. P., & Agatston, W. P. (2012). Cyberbullying:


Bullying in the Digital Age. United Kingdom: Wiley-Blackwell.

Lazarus, R. E., & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York:
Springer.

Lelah dicemooh Afi Nihaya minta remaja lain tak seperti dirinya, . (n.d). Diunduh
dari: http://citizen6.liputan6.com/read/2961685/lelah-dicemooh-afi-
nihaya-minta-remaja-lain-tak-seperti-dirinya.

Lestarianita, P., & Fakhrurrozi, M. (2007). Pengatasan Stress pada Perawat Pria
dan Wanita. Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(1), 47-51.

Masna. (2013). Resiliensi Remaja Penyandang Tunanetra Pada SLB A Ruhui


Rahayu di Samarinda. Journal Psikologi, 1(1), 48-57.

Mur, S. (2001). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV


Haji Masagung.

Nurhayati, S. R. (2012). Peningkatan Kemampuan Menggunakan Problem Focus


Coping Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Odgen, J. (2007). Health Psychology Text Book 4th Edition (4th ed.). New York:
McGrawHill Open University Press.

Oladipo, S. E., & Idemudia, E. E. (2015). Reliability and Validity Testing of


Wagnild and Young’s Resilience Scale in a Sample of Nigerian Youth. J
Psychology, 6(1), 57-65.

Orpinas, P., & Horne, A. M. (2006). Bullying Prevention: Creating a Positive


School Climate and Developing Social Competence. United States of
America: American Psychology Association.

Papartrairanou, L. H., Levine, D., & West, D. (2014). Resilience in the face of
cyberbullying. Patoral Care in Education: An International Journal of
Personal Social and Emotional Development. 32(4), 264-283.

Pargament, K. I., Koenig, H. G., & Perez, L. M. (2000). The Many Methods of
Religious Coping:Development and Initial Validation of the RCOPE.
Journal of Clinical Psychology, 56(4), 519-543.

Pargament, K., Feuille, M., & Burdzy, D. (2011, February). The Brief RCOPE:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Current Psychometric Status of a Short Measure of Religious Coping.


Religions, 2(1), 51-76. doi:10.3390/rel2010051

Pasudewi, C. (2012). Resliensi pada remaja binaan bapas ditinjau dari coping
stress. Skripsi.

Pendidikan, P. B. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Author.

Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah, dan


Bermanfaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Phillips, D., Chamberlain, A., & Goreczny, A. J. (2014). The Relationship


between Religious Orientation and Coping Styles among. Journal of
Psychology and Behavioral Science, 29-43.

Pinheiro, M., Matos, A., Pestana, C., Oliveira, S., & Costa, J. (2015). The
resilience scale: A study in a Portuguese adult sample. The european
proceedings of social and behavioural sciences, 67-80. doi:10.15405

Pratiwi, A. C., & Hermaningsih. (2016). Hubungan Coping dan Resiliensi pada
Perempuan. Jurnal Psikologi, 12(2), 68-73.

Primaldhi, A. (2008). Hubungan antara trait kepribadian neuroticism, strategi


coping, dan stress kerja. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 14(2), 205-217.

Putra, R. P., & Ariana, A. D. (2016). Gambaran Strategi Coping Stress pada
Remaja Korban Cyberbullying. Jurnal Psikologi Kinis dan Kesehatan
Mental, 5(1), 1-10.

Samuel E. Oladipo, Erhabor S. Idemudia. (2015). Reliability and Validity testing


of Wagnild and Young Resilience Scale in a Sample of Nigerian Youth. J
Psychology, 6(1), 57-65.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata


Dharma.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock`, J. W. (2012). Life-Span Development (13 ed.). Jakarta: Erlangga.

Septiani, T., & Fitria, N. (2016). Hubungan antara Resiliensi dengan Stres Pada
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedinasan. Jurnal Penelitian Psikologi, 59-76.

Serafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychologycal


Interaction. USA: Wiley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

SiregarM. M., I. (2014). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif


Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.
Jakarta: Bumi Aksara.

Snyder, C. R., Lopez, S. J., & Pedrotti, J. T. (2011). Positive Psychology : The
Scientific and Practical Explorations of Human Strengths. United States of
America: SAGE Publications.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: ALFABETA, CV.

Supratiknya, A. (2014). Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologis.


Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam


Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Tajiah, T. S. (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Strategi Koping Terhadap.


Skripsi.

Utami, M. S. (2012). Religiusitas, Koping Religius, dan Kesejahteraan Subjektif.


Jurnal Psikologi, 39(1), 46-66.

Utami, Y. C. (2013). Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang korban


Cyberbullying remaja di Surabaya. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam Pendidikan Karakter. Surakarta: Fakultas


Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wagnild, G. M. (2010). Discovering Your Resilience Core. Diunduh dari:


https://www.pobal.ie

Widuri, E. L. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi pada Mahasiswa Tahun


Pertama. Humanitas, 9(2), 148-156.

Wulansari, D. (2015). Perbedaan Problem Focus Coping antara Siswa Akselerasi


dan Siswa Reguler [SKRIPSI]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

LAMPIRAN 1 UJI ASUMSI

a. Uji Normalitas

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Unstandardized Residual ,057 195 ,200 ,987 195 ,075
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

b. Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Resiliensi * PFC Between Groups (Combined) 25634,684 47 545,419 5,122 ,000

Linearity 18390,577 1 18390,577 172,698 ,000

Deviation
from 7244,107 46 157,481 1,479 ,042
Linearity
Within Groups 15653,962 147 106,490

Total 41288,646 194

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared


Resiliensi * PFC ,667 ,445 ,788 ,621
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Resiliensi * RCP Between Groups (Combined) 2912,947 12 242,746 1,151 ,322

Linearity 1235,796 1 1235,796 5,861 ,016

Deviation
from 1677,151 11 152,468 ,723 ,715
Linearity
Within Groups 38375,699 182 210,855

Total 41288,646 194

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared


Resiliensi * RCP ,173 ,030 ,266 ,071
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

c. Korelasi (uji multikolinearitas)


a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Cons
35,557 8,490 4,188 ,000
tant)

PFC ,856 ,071 ,668 11,993 ,000 ,932 1,073

RCP -,005 ,287 -,001 -,016 ,988 ,932 1,073


a. Dependent Variable: Resiliensi

d. Uji Heterokedastisitas

a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 14,220 5,028 2,828 ,005

PFC -,042 ,042 -,073 -,983 ,327

RCP -,065 ,170 -,028 -,380 ,705


a. Dependent Variable: Abs_Resid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

LAMPIRAN 2 UJI HIPOTESIS REGRESI GANDA

b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 ,667 ,445 ,440 10,921
a. Predictors: (Constant), RCP, PFC
b. Dependent Variable: Resiliensi

a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF


1 (Cons
35,557 8,490 4,188 ,000
tant)

PFC ,856 ,071 ,668 11,993 ,000 ,932 1,073

RCP -,005 ,287 -,001 -,016 ,988 ,932 1,073


a. Dependent Variable: Resiliensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

LAMPIRAN 4 SURAT IZIN PELAKSANAAN PENELITIAN

a. SMK N 6 Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

b. SMP Bopkri 3 Yogyakarta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

LAMPIRAN 5
SKALA
PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

SKALA PENELITIAN

Disusun Oleh:

Maria Estu Tantri

139114112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Dengan hormat,

Perkenalkan nama saya Maria Estu Tantri, mahasiswa Psikologi di


Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013.

Terimakasih karena sudah mau meluangkan waktu anda untuk mengisi


kuesioner ini. Silakan mengikuti petunjuk yang tersedia pada setiap bagian. Perlu
diketahui bahwa segala informasi yang anda berikan tidak akan disebarluaskan.
Oleh sebab itu, saya mohon anda mengisi skala ini dengan jujur dan sesuai dengan
keadaan diri anda saat ini. Di dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah,
maupun baik atau buruk. Setiap jawaban hendaknya menggambarkan diri anda
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan anda untuk berpartisipasi.

Hormat saya,

Maria Estu Tantri

139114112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini telah setuju untuk mengisi
kuesioner penelitian yang diajukan tanpa ada paksaan dari pihak lain. Saya
bersedia memberikan jawaban jujur dan sesuai dengan diri saya dan tidak
menyesuaikan dengan jawaban yang diharapkan oleh masyarakat.

Yogyakarta,.........................

Menyetujui,

...........................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

DATA DIRI

Nama (Inisial) :

Laki-laki / Perempuan *lingkari yang sesuai

Umur :

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan mengenai penggunaan media elektronik


yang anda sering gunakan untuk berkomunikasi. Lingkarilah jawaban anda!

1. Biasanya anda berkomunikasi dengan media elektronik menggunakan apa


saja? (boleh memilih lebih dari satu)
a. SMS
b. Facebook
c. Line
d. Whatsapp
e. Instagram
f. Path
g. Lainnya ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

2. Pernahkah anda disinggung saat berkomunikasi (berkirim pesan)


menggunakan media elektronik tersebut?
a. Ya
b. Tidak

3. Pernahkah anda diejek atau dijelekkan orang lain di media elektronik saat
sedang berkomunikasi di dalamnya?
a. Ya
b. Tidak
4. Pernahkah anda merasa terganggu dan terancam dengan percakapan yang
anda lakukan di media elektronik?
a. Ya
b. Tidak
5. Pernahkah orang lain menyebarluaskan informasi yang tidak benar tentang
anda di media elektronik?
a. Ya
b. Tidak
6. Pernahkah akun anda dihack oleh orang lain untuk menyebarluaskan berita
yang membahayakan anda?
a. Ya
b. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

7. Pernahkah akun pribadi anda disalahgunakan oleh orang lain dengan


menerbitkan kiriman tanpa seizin anda?
a. Ya
b. Tidak
8. Pernahkah akun anda digunakan oleh orang lain untuk menerbitkan hal-hal
yang tidak ingin anda sebarluaskan?
a. Ya
b. Tidak
9. Mengenai jawaban no. 8 jika ya, apakah perilaku tersebut membuat anda
tidak nyaman?
a. Ya
b. Tidak
10. Pernakah anda diancam atau diteror oleh orang lain melalui media
elektronik?
a. Ya
b. Tidak
11. Di dalam sebuah grup online di media elektronik, apakah anda pernah
dikucilkan atau diasingkan oleh anggota dalam grup anda?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah anda pernah mengalami tindakan bullying sebelumnya?
a. Ya
b. Tidak
13. Jika ya, pernahkah kejadian yang anda alami itu disebarluaskan oleh orang
lain dalam bentuk rekaman/foto/video?
a. Ya
b. Tidak
14. Pernahkah akun anda dihack oleh orang lain untuk menyebarluaskan
video/foto orang tanpa busana?
a. Ya
b. Tidak
15. Pernahkah anda mendapatkan komentar negatif atau mengganggu melalui
media elektronik?
a. Ya
b. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

INSTRUKSI

Skala 1

Berikut ini terdapat 30 buah pernyataan yang mungkin akan sesuai atau tidak
sesuai dengan diri anda. Tugas anda adalah memberikan penilaian pada setiap
pernyataan disesuaikan dengan keadaan anda saat ini. Pilihlah jawaban anda
dengan cara memberikan tanda (X), menggunakan penilaian berikut ini:

STS : Sangat Tidak Sesuai


TS : Tidak Sesuai
N : Netral
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai

No. Pernyataan STS TS N S SS


1 Saya terbuka pada pengalaman yang
baru.
2 Saya tau ke mana saya mengarahkan
tujuan diri, karena saya punya rencana.

3 Saya menyadari jati diri saya


4 Saya yakin pada kemampuan yang
saya miliki.
5 Saya sadar akan potensi yang saya
miliki.
6 Saya hidup tanpa memiliki tujuan.
7 Saya mau berjuang saat keadaan sulit.
8 Saya tidak tahu apa kelemahan saya.
9 Saya memandang pengalaman dengan
sudut pandang yang lebih pesimis.
10 Saya gigih mengatasi kekecewaan
yang saya alami karena masalah saya.
11 Saya memiliki tujuan yang jelas dalam
hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

12 Saya memiliki tekad yang kuat saat


menghadapi masalah saya.
13 Saya belum menemukan jati diri saya
yang sebenarnya.
14 Saya merasa tidak mampu menghadapi
kesulitan yang terjadi di hidup saya.
15 Saya tidak memiliki potensi apapun.
16 Saya mudah menyerah saat terjadi
masalah pada diri saya.
17 Saya bukanlah siapa-siapa di mata
orang lain.
18 Saya menyukai diri saya apa adanya.
19 Setiap pengalaman yang terjadi di
dalam hidup saya, semuanya buruk.
20 Saya memiliki manfaat bagi
masyarakat.
21 Saya membenci diri saya
22 Saya menerima kekurangan dan
kelebihan pada diri saya.
23 Setiap hal yang terjadi dalam hidup
saya bervariasi.
24 Saya menghadapi masalah tanpa
benar-benar melakukan usaha yang
besar.
25 Saya pasti berhasil karena saya punya
tujuan.
26 Saya tidak percaya pada diri saya
sendiri.
27 Saya merasa tidak berharga
28 Segala sesuatu yang terjadi pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

saya semuanya monoton.


29 Saya tidak memiliki kontribusi apapun
bagi masyarakat
30 Pada setiap pengalaman yang buruk,
tentu akan ada pengalaman baik di
dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

INSTRUKSI

Skala 2

Berikut ini terdapat 25 buah pernyataan yang mungkin akan sesuai atau tidak
sesuai dengan diri anda. Tugas anda adalah memberikan penilaian pada setiap
pernyataan disesuaikan dengan keadaan anda saat ini. Pilihlah jawaban anda
dengan cara memberikan tanda (X), menggunakan penilaian berikut ini:

STS : Sangat Tidak Sesuai


TS : Tidak Sesuai
N : Netral
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai

No Pernyataan STS TS N S SS

1 Saya segera bertindak untuk


memperbaiki masalah yang terjadi
pada diri saya.
2 Saat menghadapi masalah, saya akan
berusaha menjaga pikiran saya dari hal
yang tidak berhubungan dengan
masalah saya.
3 Saya menyelesaikan masalah saya
tanpa pertimbangan apapun.
4 Saya akan bercerita kepada orang lain
saat mengalami masalah.
5 Saya akan mencari waktu yang tepat
untuk menghadapi masalah saya.
6 Saya akan memikirkan cara yang tepat
untuk mengatasi masalah saya.
7 Saya akan bertanya kepada orang lain
tentang apa yang harus saya lakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

8 Saya akan fokus menghadapi masalah


yang sedang saya alami.
9 Saya akan menyimpan masalah
saya sendiri tanpa menceritakan
kepada orang lain.
10 Saat menghadapi masalah, saya akan
mengambil keputusan secara langsung
tanpa memikirkan apapun.
11 Saat saya mengalami masalah, saya
akan melakukan sesuatu.
12 Saat terjadi masalah, saya akan
memperkirakan apa yang akan saya
lakukan untuk menyelesaikannya.
13 Saya menyelesaikan masalah tanpa
strategi.
14 saya berusaha untuk menyelesaikan
masalah saya dan mengatasinya.

15 Saya akan mengambil keputusan


dengan hati-hati.
16 Saat terjadi masalah, saya akan
menyelesaikannya secara langsung.
17 Saya mempertimbangkan keputusan
yang saya ambil saat menghadapi
masalah.
18 Saya mencari nasihat dari orang lain
untuk meringankan tekanan dari
masalah saya.
19 Saya akan merencanakan strategi
untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

20 Saya tidak terlalu membutuhkan


dukungan dari orang lain, saat
saya ada dalam masalah.
21 Saya kurang percaya pada pendapat
orang lain untuk membantu saya
menyelesaikan masalah.
22 Saya menentukan langkah terbaik
untuk menyelesaikan masalah saya.
23 Saat terjadi masalah saya tidak
melakukan tindakan apapun.
24 Saat terjadi masalah, saya akan
mengabaikan masalah saya
terlebih dahulu.
25 Saat terjadi masalah, saya akan
memilih untuk memikirkan hal lain
yang tidak berkaitan dengan masalah
saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

INSTRUKSI

Skala 3

Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan cara anda menghadapi


kejadian buruk di hidup anda. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah tentang
apa yang anda akan lakukan untuk mengatasi kejadian negatif tersebut. Tentunya
setiap orang menghadapi masalahnya dengan cara yang berbeda-beda. Setiap
pernyataan menunjukkan cara untuk mengatasinya. Lingkarilah angka pada
pernyataan dengan jawaban yang sesuai dengan diri anda. Gunakan pilihan
jawaban yang telah disediakan. Jawablah sejujur mungkin.

1 – tidak pernah

2 – jarang

3 – kadang-kadang

4 – selalu

PERNYATAAN

1. Mencari sebuah hubungan yang lebih kuat dengan Tuhan.

1 2 3 4

2. Memohon kasih dan perlindungan dari Tuhan.

1 2 3 4

3. Memohon tuntunan Tuhan untuk melepaskan kemarahan saya.


1 2 3 4

4. Mencoba menyerahkan rencana saya agar terjadi dengan bantuan Tuhan.

1 2 3 4

5. Mencoba untuk memahami bagaimana Tuhan menguatkan saya dalam situasi ini.
1 2 3 4

6. Meminta pengampunan untuk dosa-dosa saya.

1 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

7. Berfokus pada keyakinan untuk berhenti kuatir pada masalah saya.

1 2 3 4

8. Bertanya-tanya apakah Tuhan telah meninggalkan saya.


1 2 3 4

9. Merasa dihukum Tuhan karena saya kurang taat.

1 2 3 4

10. Ingin mengetahui apa yang saya perbuat sehingga Tuhan menghukum saya.
1 2 3 4

11. Mempertanyakan kasih Tuhan kepada saya.

1 2 3 4

12. Ingin mengetahui apakah saudara-saudara seiman telah meninggalkan saya.


1 2 3 4

13. Menuduh Iblis yang menyebabkan hal ini terjadi.

1 2 3 4

14. Mempertanyakan kekuasaan Tuhan.

1 234

Kritik & Saran

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai