Anda di halaman 1dari 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP PERKEMBANGAN


KEPRIBADIAN
(Studi Kasus Asuh Pada Ibu yang memiliki anak remaja putri)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:
Maria Imaculata Vetma Adventina S
NIM: 151114055

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHAMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important

thing is not to stop questioning”

~Albert Einstein~

Aku persembahkan karyaku untuk:


Tuhan Yesus Kristus untuk semua berkat yang telah diberikan kepadaku
Orangtuaku
Bapak Antonius S dan Ibu Paskalia Yani M
Terima kasih atas cinta dan dukungan yang telah memotivasi selama ini.

Adikku satu-satunya
Mathias Kevin Syah Putra terima kasih karena selalu mendukung dan
mendoakan ku dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

Dosen pembimbing tercinta Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. yang selalu
memberikan dukungan, doa, membantu dalam proses penyusunan skripsi
ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
(Studi Kasus Asuh Pada Ibu yang memiliki anak remaja putri)

Maria Imaculata Vetma Adventina S


Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2019

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pemahaman ibu sebagai


orang tua tunggal mengenai pola asuh dan pola asuh jenis apa yang digunakan
dalam membimbing dan mengawasi perkembangan kepribadian anak. (2)
Mengetahui ibu memilih pola asuh yang tepat terutama untuk perkembangan
kepribadian anaknya. (3) Mengetahui ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi
kekhawatiran yang ditemukan dalam menerapkan pola asuh. (4). Mengetahui
dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian anaknya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus.
Tempat penelitian di Baciro Yogyakarta. Sumber data penelitian ini terdiri dari
seorang ibu yang berstatus orang tua tunggal, beserta anak pertama dan anak
keduanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Teknik
analisa data kualitatif yang digunakan adalah membuat verbatim, membuat koding
verbatim, kemudian mengelompokkan tema, menyaring data, dan interpretasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman subjek mengenai Pola
Asuh adalah sebuah cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anaknya.. Pola
Asuh yang digunakan subjek untuk kepribadian anaknya adalah memberi
kebebasan untuk anaknya berperilaku, dan berbicara, namun tetap mengutamakan
mandiri dan sikap bertanggung jawab terhadap apapun. Alasan subjek memilih pola
asuh yang tepat untuk perkembangan kepribadian anaknya karena subjek merasa
nyaman menerapkannya, cocok dengan kondisinya dan kondisi anaknya. Subjek
mengungkapkan kekhawatiran yang dialami dalam proses menerapkan pola asuh
adalah kurangnya waktu untuk bertemu anak dan tidak ada dukungan secara fisik
maupun secara finansial dari keluarga besar dalam mengasuh anaknya. Cara subjek
mengatasi kekhawatiran yang dialaminya dengan mengurangi waktu bekerja di
luar. Subjek berpendapat ada dampak yang muncul pada anak bila orang tua tidak
menerapkan pola asuh secara optimal dan dampak tersebut dapat berpengaruh pada
psikis dan tingkah laku anak.

Kata Kunci: Pola Asuh, Ibu sebagai Orang Tua Tunggal.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
yang melimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi
ini merupakan tugas akhir sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari
bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dukungan
berbagai pihak.

Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan


bimbingan dari berbagai pihak, baik dari proses pengumpulan data selama
penelitian maupun dalam penulisanya. Untuk itu perlu menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si. dosen pembimbing yang sudah bersedia


membimbing saya dalam menyusun skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Retno, Ibu Indah,
Ibu Hayu, Bapak Sinurat, Bapak Nasar, Bapak Budi dan Bapak Agus yang telah
melimpahkan ilmunya.

6. Kedua orangtua saya Bapak Antonius S dan Ibu Paskalia Yani M yang selalu
mendukung, berdoa, memberikan kasih sayang, dan memperhatikan saya.

7. Adik saya satu-satunya Mathias Kevin Syah Putra yang selalu mendukung dan
mendoakan.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Teman-teman Prisma, Rai, Sr. Lili, Olin yang selalu memberikan dukungan yang
tiada henti.

9. Mas Moko yang sudah bersedia disusahkan dalam mengurus semua berkas untuk
membuat skripsi.

10. Teman-teman Program Studi Bimbingan Konseling khususnya angkatan 2015


yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tiada henti.

11. Sahabat-sahabat tercinta yaitu Ikeu, Mega, Kris, Damar, Lucy, Cici, Lerina,
Dian, Hastin, Sekar.

12. Semua pihak yang telah membantu dan tak dapat penyusun sebutkan satu-
persatu.

Peneliti menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
peneliti menerima saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan selanjutnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Yogyakarta, 23 Juli 2019

Peneliti

Maria Imaculata Vetma Adventina S

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. ............. i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ...... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. .......... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………….… ....... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………..… ...... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………….… ...... vi
ABSTRAK …………………………………………………………...…... ......... vii
ABSTRAC …………………………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ......... ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ......... xi
DAFTAR TABEL …………………..…………...………………………… ...... xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….... ......... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………..…………………………............ xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………..…………………………... ........ 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………..... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………..…………..... 6
C. Pembatasan Masalah ……………………………………..…………..... ... 7
D. Rumusan Masalah ………………………………………..……...……..... 7
E. Tujuan Penelitian ………………………………………..……..……..... .. 8
F. Manfaat Penelitian ………………………………………..…………..... .. 8
G. Batasan Istilah ………………………………………………………..... ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 10
A. Hakikat Pola Asuh ……………………………………………………… 10
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengasuhan Anak ………………… 18
C. Perkembangan Kepribadian Remaja …………………………………… 19
D. Hakikat Ibu Single Parent ……………………………………………… 23
E. Kerangka Pikir ………………………………………………………..... 32
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………... 33
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….... 33

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….. 33


C. Subjek Penelitian …………………………………………………….. 35
D. Teknik Instrumen Pengumpulan Data ……………………………….. 35
E. Keabsahan Data ……………………………………………………… 37
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………… 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 39
A. Deskripsi Data ……………………………………………………….. 39
B. Pelaksanaa Penelitian ……………………………………………….. 40
C. Hasil Penelitian ………………………………………………………. 41
D. Pembahasan ………………………………………………………...... 51
BAB V PENUTUP ………………………………………………………...... 56
A. Kesimpulan ………………………………………………………....... 56
B. Saran ……………………………………………………….................. 57
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 58
DAFTAR LAMPIRAN I …………………………………………………… 61
DAFTAR LAMPIRAN II ………………………………………………….. 72
DAFTAR LAMPIRAN III …………………………………………………. 82
DAFTAR LAMPIRAN IV …………………………………………………. 90

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Pikir ….…..………………………………………………. 32

Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...…………. 34

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ...……………………………...……………... 36

Tabel 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……….……………..………………. 40

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Verbatim Wawancara …..………………………..………. 61

Lampiran 2. Lembar Koding Wawancara …..………………………..……....... 72

Lampiran 3. Lembar Kategorisasi Wawancara ………………………………… 82

Lampiran 4. Lembar Penyaringan Data ………………………………………... 90

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah keluarga, sosok ibu memiliki peran yang penting. Peran

penting tersebut dalam mendidik dan mengawasi perkembangan kepribadian

anaknya, terutama saat memasuki usia remaja, Semua urusan rumah tangga,

mendidik serta mengawasi perkembangan kepribadian anak menjadi penting

karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan sosial, dan pribadi

anak. Pendidikan yang pertama kali diterima anak sebelum mendapatkan

pendidikan formal di sekolah, ialah pada saat anak dirumah. Ahmadi (2005),

menjelaskan bahwa keluarga merupakan kelompok primer paling penting di

dalam masyarakat.

Seorang ibu dapat menjadi orangtua tunggal karena berbagai situasi

seperti perceraian, suami meninggal dunia, kehamilan diluar nikah, dan

menjadi ibu karena mengadopsi anak namun tidak menikah. Seorang ibu yang

menyandang status orangtua tunggal memikul beban berat karena harus

berperan sebagai ibu dan juga ayah. Memiliki banyak tugas dan tanggung jawab

yang harus dipikul sendiri tidaklah mudah. Akmalia (2010) mengatakan

terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi orangtua tunggal khususnya ibu,

kesulitan tersebut dapat menyebabkan stres antara lain karena beratnya beban

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ekonomi, beban psikologis bagi dirinya dan anaknya. Orang tua tunggal yang

mengalami stress biasanya karena menemukan hambatan atau kurangnya

pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dalam menjalani tugas dan

tanggung jawabnya sebagai orang tua.

Menjadi ibu tanpa hadirnya sosok ayah dapat menimbulkan masalah

psikologis bagi ibu dan anaknya. Sebagai orangtua memikul beragam tugas dan

tanggung jawab menjadi hal yang sewajarnya. Tugas dan tanggung jawab

seorang ibu sebagai orang tua tunggal tidak hanya mengasuh dan mendidik

anaknya, ibu sebagai orang tua tunggal masih harus mengurus rumah dan

mencari nafkah. Tidak semua ibu sebagai orang tua tunggal mampu memikul

tugas dan tanggung jawab. Ibu sebagai orang tua tunggal tetap akan

menjalankan semua tanggung jawabnya tersebut, namun yang dikhawatirkan

adalah perannya didalam keluarga terutama dalam perkembangan kepribadian

anaknya menjadi tidak maksimal.

Ibu harus menemukan cara mengasuh yang efektif dalam memenuhi

kewajiban mendidik dan mengawasi perkembangan anaknya. Ibu sebagai orang

tua tunggal harus tepat dalam memilih pola asuh yang digunakan karena dapat

mempengaruhi perkembangan anak dalam segala aspek. Ada berbagai cara

untuk mengetahui informasi mengenai pola asuh, seperti membaca buku,

melalui internet, tayangan di televisi yang berkaitan dengan pola asuh ibu

terhadap anaknya, pengalaman masa lalu yang pernah dilalui berkaitan dengan

pola asuh, dll.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Terdapat beragam fenomena mengenai kehidupan ibu sebagai orang tua

tunggal. Jawa Pos 16 Juli 2017 memberitakan seorang ibu yang bernama Vivid

Sambas. Vivid berjuang untuk hidupnya setelah mengalami perceraian. Bagi

Vivid, tidak mudah untuk kembali bangkit setelah mengalami perceraian 9

tahun yang lalu. Vivid menangis, marah dan sedih, Namun sekarang ini ia

berhasil bangkit dan kembali melanjutkan hidupnya. Dengan kondisi

mengalami keterpurukan, perlahan Vivid kembali bangkit. Vivid bekerja

sebagai tenaga penjualan di Astra Group. Sembari menata perekonomiannya,

Vivid mampu bertahan pada proses pemulihan diri akibat dari perceraiannya,

mengasuh anak dan meraih impian. Jumat, 9 maret 2018; “Selama 14 tahun

menjadi orangtua tunggal, saya berjualan telur asin”. Seorang ibu sebagai orang

tua tunggal bernama Hera berjuang dengan menjual telur asin untuk menafkahi

keluarganya. Setiap hari, ia harus mendistribusikan telur asin sebanyak kurang

lebih 100 butir olahannya ke berbagai rumah makan di kawasan rumahnya.

Pada awalnya Hera mengalami putus asa, namun dengan keberaniannya untuk

memperjuangkan hidupnya akhirnya ia dapat kembali bangkit. Hera berpegang

teguh yakin bahwa dirinya mampu menghidupi anaknya (Tribunnews.com).

Problematika yang terjadi pada ibu sebagai orang tua tunggal tersebut,

dialami pula oleh seorang ibu sebagai orang tua tunggal asal kota Muntilan

dengan inisial nama yaitu BA. BA bukanlah ibu sebagai orang tua tunggal

karena bercerai secara resmi dipengadilan maupun ditinggal meninggal oleh

suaminya. Hingga saat ini, secara sipil BA masih berstatus seorang istri dari

bapak AB. BA dan AB menikah pada tahun 1994, menikah secara Katolik di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gereja. BA dan AB dikaruniai 2 orang anak, yaitu YA dan MA. Namun, sejak

tahun 2001 AB berhenti bekerja sehingga BA menjadi tulang punggung

keluarga. BA bekerja keras dengan berjualan nasi pecel. Selain tidak bekerja,

bapak AB mulai menjalin hubungan kembali dengan teman SMP nya yang

ternyata tinggal berdekatan dengan kediaman mereka. Sejak saat itu BA dan

AB terus-menerus terlibat konflik dan pada puncaknya di tahun 2003 mereka

berpisah. Mereka masih berstatus suami dan istri tapi sudah tidak tinggal

serumah dan sudah tidak ada komunikasi diantara mereka. Sejak saat itu AB

tinggal dirumah teman SMP nya.

Pada tahun 2004, AB menghubungi BA kembali. Hubungan mereka

kembali membaik, hingga akhirnya mereka dikaruniai anak yang ke 3 yaitu TA.

Ternyata hal tersebut tidak bertahan lama. AB kembali berhenti dari

pekerjaannya dan kembali berhubungan dengan teman SMP nya tersebut.

Akhirnya pada tahun 2008 AB dan BA kembali berpisah. Hingga saat ini BA

dan AB tidak ada komunikasi walaupun sering bertemu karena tempat tinggal

yang berdekatan.

Setelah menyandang status ibu sebagai orang tua tunggal BA berperan

menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga untuk ke tiga anaknya. BA

bekerja sebagai penjual nasi pecel dilingkungan tempat tinggalnya. Disisi lain

kesibukannya sebagai penjual nasi pecel, BA berusaha untuk tetap fokus pada

anak-anaknya. Terutama MA, anak kedua BA yang saat ini masih tergolong

remaja. BA benar-benar berjuang menghadapi dinamika dalam proses

menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya terutama MA. MA menjadi fokus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

utama bagi BA dalam penerapan pola asuh, karena usianya yang masih

tergolong remaja, dan MA satu-satunya anak perempuan. MA tidak memiliki

gambaran seorang ayah yang baik dalam kehidupan keluarganya, Sosok ayah

dimata MA adalah ayah yang pemarah, tidak menyayangi keluarga, dan pergi

meninggalkan keluarga. Menghadapi hal tersebut, BA memiliki tanggung

jawab untuk membimbing dan memberikan pengertian terhadap MA agar

pengalaman hidupnya melihat perilaku ayahnya tidak menjadi beban pikiran

maupun psikologis bagi MA.

Salah satu hambatan yang dialami BA dalam proses menerapkan pola

asuh adalah sulitnya mengatur waktu ditengah kesibukannya untuk mencari

nafkah. Disisi lain BA tidak ingin meninggalkan kegiatan gereja karena dengan

aktif mengikuti kegiatan gereja BA dapat menyembuhkan luka dihatinya karena

perilaku mantan suaminya. BA mengalami dilema dalam mengatur waktu, ia

sadar juga terhadap tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga tanpa hadirnya

sosok suami. Tanpa hadirnya suami baik secara fisik maupun psikologis dalam

mengasuh anaknya menjadi beban pikiran untuk BA. Luka yang diberikan

mantan suaminya masih harus BA sembuhkan sendiri, namun tanggung jawab

mengasuh anak tidak dapat ditunda.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka penulis memilih ibu BA

sebagai subjek penelitian. Peneliti tertarik untuk melihat pola asuh seorang ibu

sebagai orang tua tunggal dalam mendidik dan mengawasi perkembangan

kepribadian anaknya yang kedua yaitu MA, yang saat ini berada pada usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

remaja. Dalam kaitannya ibu sebagai orang tua tunggal dan perkembangan

kepribadian remaja putri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena yang ditemui pada kehidupan keluarga dengan

orang tua tunggal khususnya ibu yang telah dijelaskan di atas terkait dengan

perkembangan kepribadian remaja usia putri maka dapat diidentifikasi berbagai

masalah sebagai berikut :

1. Menyandang status ibu sebagai orang tua tunggal harus membentuk diri

menjadi pribadi yang tangguh, sebagai panutan bagi anak-anaknya

sedangkan ibu masih berproses mengelola perasaan dan dirinya pasca

perpisahannya dengan mantan suami;

2. Ibu sebagai orang tua tunggal fokus bertanggung jawab dalam mencari

penghasilan sehingga sulit mengatur waktu mengasuh dan mengawasi

anaknya;

3. Ibu sebagai orang tua tunggal masih harus menyembuhkan luka di hati

akibat perilaku mantan suami, namun harus menjalankan tanggung jawab

sebagai orang tua dalam mengasuh anak dan urusan rumah tangga;

4. Ibu sebagai orang tua tunggal kesulitan memilih pola asuh yang tepat

terutama untuk perkembangan kepribadian anak agar dapat menghasilkan

anak yang berkepribadian tangguh;

5. Menjadi ibu sebagai orang tua tunggal gagal mengatasi kekhawatiran yang

muncul sebagai orang tua tunggal dalam menjalankan kewajiban mendidik

dan mengawasi perkembangan kepribadian remaja


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Pembatasan Masalah

1. Ibu sebagai orang tua tunggal fokus bertanggung jawab dalam mencari

penghasilan sehingga sulit mengatur waktu mengasuh dan mengawasi

anaknya.

2. Ibu sebagai orang tua tunggal kesulitan memilih pola asuh yang tepat

terutama untuk perkembangan kepribadian anak agar dapat menghasilkan

anak yang berkepribadian tangguh.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat

diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pemahaman ibu sebagai orang tua tunggal mengenai pola

asuh dan pola asuh jenis apa yang digunakan dalam membimbing dan

mengawasi perkembangan kepribadian anaknya?

2. Bagaimanakah ibu memilih pola asuh yang tepat terutama untuk

perkembangan kepribadian anaknya?

3. Bagaimanakah ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran yang

ditemukan dalam menerapkan pola asuh?

4. Apa sajakah dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan

kepribadian anaknya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pemahaman ibu sebagai orang tua tunggal mengenai pola asuh

dan pola asuh jenis apa yang digunakan dalam membimbing dan mengawasi

perkembangan kepribadian anaknya.

2. Mengetahui ibu memilih pola asuh yang tepat terutama untuk

perkembangan kepribadian anaknya.

3. Mengetahui ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran yang

ditemukan dalam menerapkan pola asuh

4. Mengetahui dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan

kepribadian anaknya.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi terhadap

pengembangan kajian teori keilmuan Bimbingan dan Konseling, khususnya

pada pendidikan dalam keluarga.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru BK, acuan untuk guru BK.

Penelitian ini diharapkan sebagai acuan pemberian bimbingan dan

layanan dalam hal ini pribadi-sosial yang relevan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Bagi orangtua

Menambah wawasan orangtua khususnya orang tua tunggal mengenai

pola asuh terhadap perkembangan kepribadian remaja usia 12-16 tahun.

c. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini sebagai inspirasi peneliti lain untuk menyusun

penelitian yang sesuai dengan tema pada penelitian ini. Penelitian ini

diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain yang memiliki subjek yaitu ibu

sebagai orang tua tunggal sebagai informasi tentang pola asuh ibu

sebagai orang tua tunggal terhadap perkembangan kepribadian remaja

usia 12-16 tahun.

G. Batasan Istilah

1. Remaja adalah masa atau tahapan peralihan dari kanak-kanak menuju

dewasa.

2. Perkembangan Kepribadian adalah suatu perubahan menjadi bertambah

sempurna dalam hal pikiran atau akal, pengetahuan, dan lain sebagainya dan

kepribadian yakni keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan

sifat-sifat yang merupakan watak-watak seseorang.

3. Single Parent adalah orang tua dalam keadaan tidak lengkap atau tanpa

pasangannya, baik itu istri tanpa suami maupun suami tanpa istri yang

terjadi karena berpisah, perceraian hidup dan perceraian mati, dll.

4. Pola Asuh adalah cara orang tua mendidik, melindungi dan merawat anak

sejak kecil hingga anak dewasa dan mampu mengurus dirinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai hakikat pola asuh, hakikat

perkembangan kepribadian remaja, hakikat ibu single parent

A. Hakikat Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Keluarga merupakan kunci utama dalam pembentukan

kepribadian anak. Lingkungan dalam lingkup terkecil yang

berperan dalam pembentukan kepribadian anak yaitu keluarga.

Proses memberikan pendidikan pada anak terjadi melalui interaksi

antara orang tua dengan anak-anaknya. Pola asuh yang diterapkan

oleh orang tua akan membentuk kepribadian anak. Maka dari itu

keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

perkembangan kepribadian anak.

Pola asuh merupakan bentuk nyata dalam proses

pemeliharaan anak dengan menggunakan metode yang berpusat

pada pemberian kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam

dari orang tua kepada anak. Pola asuh tidak terlepas dari adanya

sebuah keluarga. Keluarga merupakan satuan tempat tinggal yang

ditandai oleh adanya kerja sama dan mempunyai fungsi untuk

melanjutkan keturunan sampai mendidik dan membesarkan anak

(W

idjaja dalam Ilahi Takdir, 2013:133).

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Pola pengasuhan anak sangat erat hubungannya dengan

kepribadiaan anak setelah dewasa. Hal ini karena ciri-ciri dan unsur

watak dari seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan

benih-benihnya kedalam jiwa seorang individu sejak sangat awal,

yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh

cara-cara ia waktu kecil diajarkan makan, diajar kebersihan,

disiplin, diajarkan bermain dan bergaul dengan anak-anak lain dan

sebagainya. (Koentjaraningrat, 1989:133).

Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak,

seperti mengurus makanannya, pakaiannya dan keberhasilannya,

dari kecil sampai dewasa. Mengasuh anak juga berkaitan dengan

proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan

baik, ketika dewasa menjadi bertanggung jawab. Pola asuh yang

baik menjadikan anak memiliki kepribadian yang kuat, tidak

mudah putus asa dan tangguh menghadapi tekanan hidup.

Sebaliknya pola asuh yang tidak tepat menjadikan anak rentan

terhadap stress, mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif.

Pola asuh orang tua merupakan cara mendidik orang tua

kepada anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung. Cara

mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua

yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan

keterampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah,

larangan, hukuman, penciptaan situasi maupun pemberian hadiah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

sebagai alat pendidikan, sedangkan pendidikan secara tidak

langsung adalah merupakan contoh kehidupan sehari-hari baik

tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup, hubungan

orang tua, keluarga, masyarakat dan hubungan suami istri. Akan

tetapi setiap orang tua juga mempunyai cara yang berbeda-beda

untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Pola asuh dari

seorang ibu rumah tangga akan lebih maksimal untuk mengurus

dan mendidik anak-anaknya di rumah. Beda dengan pola asuh ibu

yang mempunyai peran ganda, selain menjadi ibu rumah tangga ia

juga disibukkan dengan mencari penghasilan.

Menurut kamus bahasa Indonesia, kata pola berarti model,

sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan asuh

mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat

berdiri sendiri. Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa

berpendapat bahwa pola asuh adalah gambaran yang dipakai oleh

orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga, atau mendidik)

anak. Menurut Ahmad Tafsir, pola asuh berarti pendidikan,

sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut Darling (1999) pola asuh adalah aktivitas kompleks

yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara

individual dan bersama-sama. Pola asuh orang tua adalah pola


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten

dari waktu ke waktu. Terdapat pengertian lain mengenai pola asuh

orang tua yaitu sebuah bentuk interaksi antara anak dengan orang

tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang

tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi

anak dalam mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma

yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat.

Dari beberapa pemaparan diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa pola asuh merupakan sebuah metode atau

cara bagi orang tua mendidik anaknya melalui interaksi selama

masa pengasuhan guna membentuk kepribadian anak. Orang tua

perlu selektif dalam memilih pola asuh yang tepat untuk anaknya,

sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan anaknya, terutama pada

remaja.

2. Jenis-Jenis Pola Asuh

Ada 3 jenis pola asuh dan ciri-ciri yang dapat membedakan

ketiga pola asuh yaitu:

a. Pola Asuh Otoriter. Baumrind (dalam Santrock, 2007:167),

orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka

sebagai orang tua. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan

kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan

verbal.

1) Orang tua memukul anak,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

2) Memaksakan aturan secara kaku tanpa memberikan

penjelasan

3) Menunjukkan amarah pada anak. Baumrind (dalam Santrock

2002:257), “Anak-anak yang orang tuanya otoriter

seringkali cemas akan perbandingan sosial, gagal

memprakarsai kegiatan, dan memiliki keterampilan

komunikasi yang rendah”.

Menurut Boeree (2008:345-346), pola asuh Otoriter

sebenarnya berupa gaya pengasuhan tradisional yang ditemukan

hampir di seluruh dunia. Orang tua merupakan pemimpin dalam

keluarga, dan apa yang mereka katakan harus dijalankan.

Konsekuensi bila anak-anak melanggar bisa berupa hukuman fisik,

gerakan verbal, pengurungan. Meski hal ini juga bukan berarti tidak

ada kasih sayang.

b. Pola Asuh Demokratis

Berikut ini pemaparan para ahli mengenai ciri-ciri pola asuh

demokratis sebagai berikut :

1) Boeree (2008:345-346), berpendapat bahwa Pola asuh

Demokratis, yang berarti bahwa anak diberi kebebasan

dan diikutkan dalam pengambilan keputusan keluarga,

orang tua tetap saja orang tua. Aturan diterangkan

dengan sangat jelas dan tidak pernah semena-mena, dan

hukuman “setimpal dengan kesalahan”, namun tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

kejam secara fisik dan psikologis. Dimana para psikolog

yakin bahwa gaya ini paling memungkinkan untuk

mengarahkan anak pada perkembangan yang bagus

tentunya.

2) Baumrind (dalam Santrock, 2007:167) pola demokratis

ini mendorong anak untuk mandiri namun masih

menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka.

Tindakan verbal memberi dan menerima dimungkinkan,

dan orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap

anak. Orang tua otoritatif cenderung merangkul anak-

anaknya dan mengajak berdiskusi untuk menyelesaikan

suatu masalah, orang tua menunjukkan kesenangan dan

dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif

anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang

dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak yang

memiliki orang tua otoritatif seringkali ceria, bisa

mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada

prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan

hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja

sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres

dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

c. Pola Asuh Permissif

Berkaitan dengan pola asuh permissif terdapat beberapa ciri-ciri

yang dikemukakan oleh kedua ahli tersebut, antara lain:

1) Boeree (2008:345) Pola asuh Permissif (Laissez-fairez),

pada pola ini, anak diperbolehkan melakukan apa saja yang

mereka suka, dan orang tua turun tangan hanya pada situasi-

situasi darurat. Jenis ini dianut pada sejumlah masyarakat

primitif dengan lingkungan yang relatif aman dan damai, dan

juga sering dijumpai dalam masyarakat modern saat ini.

Boeree (2008:346) Baumrind membagi pola asuh

permissif menjadi dua, yaitu permissif indifferent dan

permissif indulgent. Dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Permissif Indifferent yaitu dimana pola asuh ini

merupakan gaya orang tua sangat tidak terlibat dalam

kehidupan anak. Gaya ini biasanya mengakibatkan anak

tidak memiliki kemampuan sosial terutama kurang

mampunya anak untuk mengendalikan dirinya sendiri.

Banyak orang tua menerapkan pola asuh ini dan memiliki

pengendalian diri yang buruk serta tidak mandiri. Mereka

sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa

dan mungkin terasing dari keluarga. (Santrock,

2007:167).

b) Permissif Indulgent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

(1). Orang tua ini membiarkan anak melakukan apa

yang mereka inginkan.

(2). Anak tidak pernah belajar mengendalikan

perilakunya sendiri.

(3). Selalu berharap mendapatkan keinginannya. Anak

yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya

jarang belajar menghormati orang lain dan

mengalami kesulitan untuk mengendalikan

perilakunya. Mereka mungkin mendominasi,

egosentris , tidak menuruti aturan yang ada, dan

kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya. Ki

Hadjar Dewantara (dalam Santrock, 2007:167-168)

menyatakan bahwa keluarga merupakan “pusat

pendidikan” yang pertama dan terpenting karena

sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini,

keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi

pekerti tiap-tiap manusia. Disamping itu, orang tua

juga dapat menanamkan benih kebatinan yang sesuai

dengan kebatinannya sendiri ke dalam pribadi anak-

anaknya. Sehubungan dengan ini, disiplin diri

sangatlah diperlukan bagi anak-anak agar mereka

memiliki budi pekerti yang baik. Bantuan yang

diberikan oleh orang tua adalah pendidikan dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

disiplin diri. Tanpa pendidikan orang akan

menghilangkan kesempatan untuk hidup dengan

sesamanya (Shochib, 2010 : 10) Ditinjau dari

pendapat para ahli diatas peneliti mengambil bentuk-

bentuk pola asuh dari ahli George Boeree yaitu

terdapat tiga jenis pola asuh otoriter, permissif, dan

demokratis. Didasarkan karena kebanyakan tiga jenis

pola asuh tersebut yang sering digunakan oleh para

orang tua pada umumnya.

d. Pola asuh Single parent

Keadaan orang tua yang tidak lagi lengkap dapat berpengaruh

pada pola asuh yang digunakan. Menurut Yuni Retnowati pola

komunikasi interaksi berperan dominan; faktor lingkungan, usia,

jumlah anak, tingkat pendidikan; serta lingkungan anak seperti

keluarga, sekolah, media massa.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Anak

Menurut Wahyuni, orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak

dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu pengalaman masa lalu

yang berhubungan erat dengan pola asuh, nilai-nilai yang dianut oleh

orang tua, tipe kepribadian dari orang tua, kehidupan perkawinan orang

tua dan alasan orang tua mempunyai anak (Gunarsa, 1976: 144).

Selain itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh

orang tua terhadap anak, antara lain sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

1. Jenis Kelamin.

Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak laki-laki

dibanding anak perempuan.

2. Kebudayaan

Pola asuh yang berbeda pada setiap keluarga yang orang tua

berikan kepada anaknya dipengaruhi juga oleh latar budaya yang

berbeda. Dipengaruhi juga peran laki-laki dan wanita didalam suatu

kebudayaan.

3. Status Sosial

Pola asuh juga dipengaruhi oleh status sosial, status sosial

yang tinggi dengan tingkat perekonomian tinggi, pendidikan tingkat

tinggi akan berbeda pengaruh sosialnya terhadap pola asuh dengan

status perekonomian yang rendah.

C. Perkembangan Kepribadian Remaja

1. Pengertian Perkembangan Kepribadian

Pandangan para ahli biologi mengenai, istilah

“Perkembangan” menunjukan perubahan-perubahan dalam bentuk

atau bagian tubuh dan integrasi berbagai bagian tubuh dan integrasi

berbagai bagiannya kedalam suatu kesatuan yang fungsional. Dalam

perkembangan terdapat beberapa aspek diantaranya, seperti

perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, moral. Kepribadian

merupakan suatu kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Menurut McDougal dan kawan-kawannya berpendapat,

bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya

sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang

menentukan”. Kepribadian adalah ciri dari individu yang satu dan

belum tentu sama dengan individu lainnya. Sedangkan Menurut

Abin Syamsuddin Makmun (1996), kepribadian dapat juga diartikan

sebagai “kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan

penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”.

Secara umum perkembangan kepribadian berarti

serangkaian perubahan yang berlangsung secara teratur. Perubahan

tersebut termasuk aspek pengetahuan, sifat sosial, moral, dan

sebagainya. Maka perubahan dapat diamati melalui bentuk tingkah

laku.

2. Pengertian Perkembangan Kepribadian Remaja

Kepribadian remaja merupakan sebuah ciri-ciri dan sifat-

sifat sebagai seseorang. Kepribadian remaja merupakan ciri-ciri dan

kemampuan yang dapat diukur oleh standar-standar masyarakat

dimana ia hidup. Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa

perkembangan kepribadian remaja adalah perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri seseorang kemudian berlangsung atau

berkelanjutan seumur hidup.

3. Aspek-Aspek Kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Menurut Abin Syamsyudin Makmun (1996), kepribadian

dapat juga diartikan sebagai “Kualitas perilaku individu yang

tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan

secara unik”. Keunikan penyesuaian diri tersebut sangat berkaitan

dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu:

a. Karakter, yaitu konsekuen atau tidaknya dalam mematuhi etika

perilaku, serta teguh atau tidaknya dalam memegang pendirian

atau pendapat.

1) Tempramen, yaitu disposisi reaktif seseorang atau gaya

perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi

tanggapan.

2) Sikap, sambutan terhadap objek yang bersifat positif,

negatif.

3) Stabilitas Emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi

emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.

4) Tanggung jawab, kesiapan untuk menerima resiko dari

tindakan atau perbuatan yang dilakukan.

5) Sosiabilitas, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Menurut Syamsu Yusuf (2002), kepribadian dipengaruhi

oleh berbagai faktor, baik pembawaan maupun lingkungan

seperti:

1) Fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Faktor fisik berupa postur tubuh (langsing, gemuk, tinggi,

pendek), cantik/tampan (cantik atau tidak, tampan atau

tidak), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh

(utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.

a) Inteligensi

Tingkat Inteligensi seseorang dapat mempengaruhi

kepribadiannya. Individu yang inteligensinya tinggi atau

normal mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

b) Keluarga

Suasana di dalam keluarga sangat penting bagi

perkembangan kepribadian individu. Hubungan

individu dengan anggota keluarga atau pengasuhan

merupakan dasar bagi perkembangan kepribadian: (a)

Teman Sebaya. Mulai bergaul dengan teman sebayanya

dan menjadi anggota kelompok. Pada saat inilah terjadi

pengalihan perhatian untuk mengembangkan sifat-sifat

atau perilaku yang cocok atau dikagumi teman-

temannya. (b) Kebudayaan. Setiap kelompok

masyarakat, memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang

khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat

memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap

anggotanya baik itu dalam hal pikiran, sikap atau cara

berperilaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

D. Hakikat Ibu Single Parent

1. Pengertian Ibu Single Parent

Istilah Orang tua tunggal menurut Hammer dan Turner

adalah orang tua yang tunggal dan masih tinggal satu rumah dengan

anaknya. Menurut Sager, orang tua tunggal adalah orang tua yang

secara sendirian atau tunggal membesarkan anak-anaknya tanpa

kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya, (Haryanto,

2012:32).

Rohayari Mohd Majzud (dalam Rahim 2006:34)

menyatakan bahwa lazimnya seorang ibu tunggal boleh dikatakan

ibu tunggal apabila wanita itu telah mengalami kematian suaminya

dan terpaksa meneruskan tugas membesarkan anak-anaknya atau

wanita yang telah bercerai dengan suaminya dan diberi hak

penjagaan atas anak-anaknya ataupun seorang wanita yang

digantung karena tidak diberi nafkah oleh suami untuk hidupnya dan

anak-anaknya. Rohayati menjelaskan bahwa seorang ibu bisa

dikatakan ibu tunggal apabila suaminya tinggal berjauhan

dengannya dan tidak memainkan peranan aktif sebagai ayah dalam

keluarga.

Dodson (dalam Rahim, 2006 : 34) menyatakan bahwa

keluarga dari ibu tunggal merupakan wujud akibat pembubaran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

ikatan perkawinan antara suami dan istri melalui cara perceraian

yang sah atau kematian. Selain itu, ibu tunggal juga termasuk wanita

yang mengambil anak angkat atau wanita yang mempunyai anak

diluar perkawinan yang sah.

Ibu single parent karena perceraian ataupun kematian

ternyata tetap memiliki problem/permasalahan yang kompleks.

Problem tersebut tidak terbatas dialami ibu saja, namun dirasakan

oleh anak-anaknya. Dengan status single parent seorang ibu harus

memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Secara psikis juga

segala kebutuhan rohani, keamanan keluarga ibu yang berupaya

mempertahankan. Kekuatan yang dimiliki ibu single parent

diperoleh dari ketebalan iman yang ada pada dirinya sendiri, juga

keberadaan anak-anak serta semangat dari saudara maupun teman-

temannya.

Permasalahan dalam keluarga dengan orang tua tunggal baik

wanita maupun pria yaitu merasa kesepian, tanggung jawab

mengasuh anak dan mencari sumber penghasilan, kekurangan waktu

untuk mengurus diri dan keluarga, kelelahan menanggung tanggung

jawab dan membesarkan anak sendiri, lebih banyak masalah

ekonomi yang muncul, menghadapi perubahan hidup yang lebih

menekan, lebih rentan terkena depresi, kurangnya dukungan sosial

dalam melakukan perannya sebagai orang tua, dan memiliki fisik

yang rentan terhadap penyakit. Berkaitan dengan dampak dari orang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

tua tunggal; Goode (2007) mengatakan bahwa anak yang dibesarkan

dalam keluarga yang berbahagia akan tumbuh bahagia dan sehat

secara psikologis. Sebaliknya anak yang dibesarkan dalam keluarga

yang terpisah akan menghasilkan remaja nakal dua kali lebih tinggi

daripada rumah tangga utuh.

2. Faktor – Faktor Menjadi Ibu Single Parent

Beberapa faktor yang menyebabkan ibu single parent atau

ibu tunggal diantaranya adalah :

1) Perceraian

Beberapa penyebab perceraian yang dijelaskan oleh ahli,

diantara :

Dijelaskan oleh Cohen (1992 : 181) bahwa penyebab–

penyebab perceraian hampir tidak terbatas karena perkawinan

melibatkan dua individu dengan kepribadiannya masing–masing

dan latar belakang yang berbeda berusaha untuk hidup bersama.

Alasan pokok terjadinya perceraian adalah adanya harapan–

harapan yang berlebihan yang saling diharapkan dari masing–

masing pihak sebelum memasuki jenjang perkawinan. Harapan

– harapan ini dapat berupa status sosial pasangan tersebut di

masa depan, hubungan – hubungan yang bersifat seksual,

popularitas, jaminan kesehatan, jaminan pekerjaan, peranan

yang tepat sebagai suami istri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

George Levinger (dalam Ihromi,1999 : 153) dengan

mengambil sampel 600 pasangan suami – istri yang mengajukan

perceraian dimana mereka ini paling sedikit mempunyai satu

orang anak dibawah usia 14 tahun menyusun 12 kategori

keluhan penyebab pasangan suami istri bercerai, diantaranya :

karena pasangan sering mengabaikan kewajiban terhadap rumah

tangga dan anak, masalah keuangan, adanya penyiksaan fisik

terhadap pasangan, pasangan sering berteriak dan mengeluarkan

kata – kata kasar serta menyakitkan, tidak setia (berselingkuh,

memiliki kekasih lain), ketidakcocokan dalam masalah

hubungan seksual, sering mabuk, adanya keterlibatan dan

tekanan sosial dari pihak kerabat pasangannya, sering muncul

kecurigaan, kecemburuan dan ketidakpercayaan dari pasangan

serta adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan.

Menurut Hurlock mengenai pengaruh rumah tangga yang

pecah pada hubungan keluarga adalah rumah tangga yang pecah

karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan

keluarga daripada rumah tangga yang pecah karena kematian.

Terdapat dua alasan untuk hal ini, yaitu:

a) Periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan sulit

bagi anak daripada periode penyesuaian yang menyertai

kematian orangtua. Hozman dan Froiland menemukan

bahwa kebanyakan anak melalui lima tahap dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

penyesuaian ini, yaitu : penolakan terhadap perceraian,

kemarahan yang ditujukan pada mereka yang terlibat dalam

situasi tersebut, tawar menawar dalam usaha mempersatukan

orangtua, depresi dan akhirnya penerimaan perceraian.

b) Perpisahan yang disebabkan perceraian itu serius sebab

mereka cenderung membuat anak berbeda dalam mata

kelompok teman sebaya. Jika anak ditanya dimana

orangtuanya atau mengapa mereka mempunyai orangtua

baru sebagai pengganti orangtua yang tidak ada, mereka

menjadi serba salah dan merasa malu. Di samping itu mereka

mungkin merasa bersalah jika menikmati waktu bersama

orangtua yang tidak ada atau jika mereka lebih suka tinggal

dengan orangtua yang tidak ada daripada tinggal dengan

orangtua yang mengasuh mereka.

2) Kematian

Seorang perempuan bisa menjadi ibu single parent ketika

suaminya meninggal, baik meninggal karena kecelakaan,

penyakit atau sebab – sebab lainnya.

Menurut Hurlock mengenai pengaruh rumah tangga yang

pecah karena sebab kematian pada hubungan keluarga bahwa

keretakan rumah tangga yang disebabkan oleh kematian dan

anak menyadari bahwa orangtua mereka tidak akan pernah

kembali lagi, mereka akan bersedih hati dan mengalihkan kasih


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

sayang mereka pada orangtua yang masih ada. Masalah praktis

yang ditimbulkan rumah tangga yang tidak lengkap lagi, anak

merasa ditolak dan tidak diinginkan. Hal ini akan menimbulkan

rasa tidak senang dalam hubungan keluarga.

Ibu harus bekerja dengan beban ganda di rumah dan

pekerjaan di luar, ibu mungkin kekurangan waktu atau tenaga

untuk mengasuh anak sesuai dengan kebutuhan mereka. Jika ibu

tidak memberikan hiburan dan lambang status seperti yang

diperoleh teman sebayanya, maka perasaan tidak senang anak

akan meningkat. Bagi anak laki – laki yang lebih besar,

kehilangan ayah berarti bahwa mereka tidak mempunyai sumber

identifikasi (Hurlock, 1978 : 216).

3. Peran Ganda Ibu Single Parent

a. Peran Ibu Dalam Keluarga

Peran penting seorang ibu sudah terlihat sejak kelahiran

anaknya, dia harus memberikan ASI agar anak bisa

melangsungkan hidupnya. Mula – mula ibu memenuhi

kebutuhan fisik, fisiologis, agar anak dapat meneruskan

hidupnya. Baru sesudahnya terlihat bahwa ibu juga harus

memenuhi kebutuhan – kebutuhan lainnya, kebutuhan sosial,

kebutuhan psikis. Sebagai dasar suasana keluarga, ibu perlu

menyadari perannya dalam memenuhi kebutuhan anak

(Gunarsa, 2004 : 31).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Peran ibu dalam merawat dan mengurus keluarga dengan

sabar, mesra dan konsisten, ibu mempertahankan hubungan-

hubungan dalam keluarga. Ibu menciptakan suasana mendukung

kelangsungkan perkembangan anak dan semua kelangsungan

keberadaan unsur keluarga lainnya. Seorang ibu yang sabar

menanamkan sikap–sikap, kebiasaan pada anak, tidak panik

dalam menghadapi gejolak didalam maupun diluar diri anak.

Peran ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan

mengendalikan anak. Ibu juga berperan dalam mendidik dan

mengembangkan kepribadian anak. Pendidikan juga menuntut

ketegasan dan kepastian dalam melaksanakannya. Biasanya ibu

sudah lelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga setiap hari, hal

tersebut menyebabkan cara mendidik ibu dipengaruhi oleh

emosi.

Ibu sebagai contoh dan teladan. Dalam mengembangkan

kepribadian dan membentuk sikap anak, seorang ibu perlu

memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima. Dalam

pengembangan kepribadian, anak belajar melalui peniruan

terhadap orang lain. Sering kali tanpa disadari, orang tua

memberi contoh dan teladan yang sebenarnya tidak diinginkan

oleh anak.

Ibu sebagai manajer yang bijaksana. Seorang ibu adalah

manajer di rumah. Ibu mengatur kelancaran rumah tangga dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

menanamkan rasa tanggung jawab pada anak. Anak pada usia

dini sebaiknya sudah mengenal adanya peraturan – peraturan

yang harus diikuti. Adanya disiplin di dalam keluarga akan

memudahkan pergaulan anak didalam masyarakat kelak

(Gunarsa, 2004 : 34).

Ibu memberi rangsangan dan pelajaran. Seorang ibu juga

memberi rangsangan sosial bagi perkembangan anak. Sejak

masa bayi pendekatan ibu dan percakapan dengan ibu memberi

rangsangan bagi perkembangan anak, kemampuan bicara dan

pengetahuan lainnya. Setelah anak masuk sekolah, ibu

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak

senang belajar di rumah, mengerjakan PR di rumah. Anak akan

belajar dengan lebih giat bila merasa nyaman daripada bila

diminta belajar dengan bentakan. Dengan didampingi ibu yang

penuh kasih sayang akan memberi rasa aman yang diperlukan

setiap anggota keluarga (Gunarsa, 2004 : 34).

b. Peran Ganda pada Ibu Single Parent

Dengan status sebagai ibu single parent atau ibu tunggal

maka otomatis seorang perempuan mengambil peran ganda di

dalam keluarga. Ibu single parent juga berperan sebagai ayah

untuk menggantikan sosok ayah yang tidak hadir dalam

keluarga. Salah satu peran ganda yang kemudian diambil oleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

ibu single parent adalah mengenai pekerjaan atau memberi

nafkah bagi anak–anak yang ditanggungnya.

Peran ganda lainnya yang harus ditanggung oleh seorang ibu

single parent yaitu masalah pengasuhan. Disebutkan oleh Dagun

(2013 : 13) bahwa hasil penelitian terhadap perkembangan anak

yang tidak mendapat asuhan dan perhatian ayah menyimpulkan,

perkembangan anak menjadi pincangg. Kelompok anak yang

kurang mendapat perhatian ayahnya cenderung memiliki

kemampuan akademis menurun, aktivitas sosial terhambat dan

interaksi sosial terbatas. Bahkan bagi anak laki–laki, ciri

maskulinnya (ciri–ciri kelaki-lakian) bisa menjadi berkurang.

Meskipun seorang ibu single parent menerapkan

pengasuhan yang benar-benar baik dan memperhatikan sang

anak tetap saja ada beberapa hal yang tidak bisa dilewati oleh

batasan kodrat seorang perempuan, salah satunya mengenai

kenyataan bahwa perempuan memiliki lebih sedikit sifat

maskulin dari laki – laki. Seorang ibu single parent mengasuh

anak laki – laki yang seharusnya mempelajari sifat – sifat

maskulin dari sang ayah, sang anak hanya mempelajari dan

melihat bagaimana ibunya mengasuhnya, dimana sang ibu

tersebut sangat kurang memperlihatkan sisi maskulin, sehingga

kemungkinan sisi maskulin yang seharusnya dipelajari oleh sang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

anak kemudian menjadi tidak tersampaikan dan anak laki–laki

tersebut memiliki sedikit sifat maskulin.

E. Kerangka Pikir

Tabel 2.1

Pola Asuh Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal

Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja

Santrock, Boeree; terdapat jenis-jenis


Pola Asuh:

1. Otoriter
2. Permisif
3. Demokratis

1. Pemahaman Dampak yang


Subjek Alasan 1. Hambatan muncul
mengenai Pola Subjek yang dialami berkaitan
Asuh memilih Subjek dalam dengan
2. Pola Asuh yang Pola Asuh
menerapkan perkembangan
digunakan
Pola Asuh kepribadian
Subjek
2. Cara Subjek anak, dan
mengatasi pengaruhnya
hambatan terhadap psikis
dalam dan tingkah laku
menerapkan anak
Pola Asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, tempat dan

waktu penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data dan analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode

studi kasus. Menurut Deddy Mulyana (2006), studi kasus adalah uraian

dan penjelasan komprehensif mengenai beberapa aspek seorang

individu, suatu kelompok dan suatu organisasi. Dalam kasus ini peneliti

mengumpulkan data mengenai diri subjek dari keadaan masa

sebelumnya, masa sekarang dan lingkungan sekitarnya.

Peneliti melakukan studi kasus dengan landasan teori sebagai acuan

ketika peneliti akan menggali suatu hal yang berkaitan dengan subjek.

Peneliti memilih metode kualitatif ini dengan alasan ingin mengetahui

secara mendalam mengenai pola asuh ibu single parent dalam

perkembangan kepribadian anaknya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dalam kediaman subjek di daerah Bachiro

Yogyakarta, dengan meminta persetujuan dari subjek dan keluarga

subjek.

Tabel 3.1

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Tabel Tempat dan Waktu Penelitian

Inisial
Waktu Tempat Keterangan
Responden
Kamis,
14 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
17.10-18.20 WIB
Senin,
18 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
09.10-10.15 WIB
BA
Jumat,
22 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
10.10-11.05 WIB
Selasa,
26 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
16.20-17.00 WIB
Kamis,
14 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
16.15-16.40 WIB
Senin,
18 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
17.30-18.10 WIB
YA
Jumat,
22 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
18.30-19.05 WIB
Selasa,
26 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
17.30-18.05 WIB
Kamis,
14 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
15.00-16.00 WIB
Senin,
18 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
16.30-17.05 WIB
MA
Jumat,
22 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
18.30-19.05 WIB
Selasa,
26 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
18.30.19.00 WIB

C. Subjek Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Inisial Nama : BA

Pekerjaan : Penjual nasi pecel

Data Anak : Ibu ini memiliki tiga orang anak. Anak pertama

berinisial nama YA berusia 24 tahun, anak kedua

berinisial nama MA berusia 16 tahun dan anak yang

ketiga berinisial TA berusia 12 tahun.

D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada

kondisi yang alamiah (natural setting), dan teknik pengumpulan data

wawancara mendalam (in depth interview). Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara.

Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang yang

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan

tertentu (Mulyana, 2006 : 180). Langkah-langkah yang harus dilakukan

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah menetapkan narasumber yang

akan diwawancarai, menentukan topik yang akan dibicarakan, menulis

hasil wawancara, kemudian mengidentifikasi hasil wawancara yang

telah diperoleh (Sugiyono : 2013). Hasil wawancara dituliskan dalam

bentuk verbatim yang ditulis kata per kata percakapan yang terdapat

dalam wawancara. Panduan wawancara dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel Pedoman Wawancara


Tabel 3.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Pertanyaan Penelitian Item Pertanyaan


1. Bagaimanakah pemahaman a. Apa yang ibu pahami tentang pola
ibu sebagai orang tua tunggal asuh?
mengenai pola asuh dan pola b. Berdasarkan pemahaman ibu
asuh jenis apa yang mengenai pola asuh, pola asuh
digunakan dalam seperti apa yang ibu terapkan pada
membimbing dan mengawasi anak-anak ibu? Bisakah ibu
perkembangan kepribadian menceritakannya?
anaknya?
2. Bagaimanakah ibu memilih a. Atas dasar apa ibu memilih pola
pola asuh yang tepat asuh yang ibu pandang cocok untuk
terutama untuk mendampingi putri ibu?
perkembangan kepribadian b. Bagaimana ibu menilai / melihat
anaknya? keberhasilan penerapan pola asuh
yang ibu gunakan?
3. Bagaimanakah ibu sebagai a. Apakah selama ini ibu mengalami
orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran dalam mengasuh
kekhawatiran yang anak? Bisa tolong ibu jelaskan
ditemukan dalam kekhawatiran apa yang dialami?
menerapkan pola asuh? b. Bagaimana cara mengatasi
kekhawatiran tersebut?
4. Apa sajakah dampak-dampak a. Dampak apa sajakah yang muncul
pola asuh terhadap berkaitan dengan perkembangan
perkembangan kepribadian kepribadian remaja secara umum
anaknya? jika ibu mengalami kesulitan
mengatur waktu mengawasi dan
mengasuh anak akibat berfokus
bertanggung jawab dalam mencari
penghasilan? Bisakah ibu
menjelaskannya?
b. Apakah hal tersebut mempengaruhi
secara psikis atau tingkah laku anak?

E. Keabsahan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Menurut Sugiyono (2013), Pengujian kredibilitas pada

triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber,

berbagai cara, dan waktu. Peneliti mencatat, dan menafsirkan jawaban

dari narasumber. Peneliti menggunakan teknik trianggulasi untuk

mengecek atau sebagai membandingkan data.

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data untuk

menggabungkan teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.

Teknik triangulasi terdiri dari dua jenis, yaitu triangulasi sumber dan

triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu proses mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik berarti

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama.

F. Teknik Anailisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, kemudian

menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilah

mana yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2011:335).

Teknik analisis data dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Tahap membaca verbatim


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Verbatim dibaca secara berulang-ulang agar memudahkan dalam

menemukan ide-ide pokok tentang penelitian.

2. Tahap membuat kode (koding)

Memberi kode pada tema atau tema yang muncul pada verbatim,

berdasarkan tujuan penelitian.

3. Tahap kategorisasi

Kategorisasi berarti memilah-milah tema-tema besar, sub-sub tema

dari semua data agar memudahkan dalam menemukan pola dari

verbatim.

4. Tahap menyaring data

Penyaringan data dilakukan dengan cara mencari gambaran besar

dari hasil penelitian, memilah pokok yang penting dan yang tidak

penting

5. Tahap interpretasi

Tahap ini menjelaskan makna dari data yang diperoleh. Ini adalah

tahap yang terakhir.

Tahap-tahap tersebut dapat dilakukan secara bersamaan atau

berurutan, atau simultan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan deskripsi data, pelaksanaan penelitian, hasil

penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini. Untuk menjaga privasi subjek,

maka nama dan beberapa informasi lainnya disamarkan oleh peneliti.

A. Deskripsi Data

a. Identitas Subjek BA

Nama : BA

Usia : 47 th

Pekerjaan : Penjual Nasi Pecel

Alamat Rumah : Bachiro

Penampilan Fisik : Berat badan (86kg), tinggi badan (159cm)

rambut ikal, kulit sawo matang

b. Identitas Subjek YA

Nama : YA

Usia : 24 th

Pekerjaan : Editor Sebuah Perusahaan Game

Alamat : Bachiro

Penampilan Fisik : Berat badan (54kg), tinggi badan (176cm)

rambut ikal, kulit putih

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

c. Identitas Subjek MA

Nama : MA

Usia : 16 th

Pendidikan : Pelajar SMP

Alamat : Bachiro

Penampilan Fisik : Berat badan (48kg), tinggi badan (155cm),

rambut ikal, kulit putih

B. Pelaksaan Penelitian

Tabel Tempat dan Jadwal Penelitian


Tabel 4.1
Inisial
Waktu Tempat Keterangan
Responden
Kamis,
14 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
17.10-18.20 WIB
Senin,
18 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
09.10-10.15 WIB
BA
Jumat,
22 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
10.10-11.05 WIB
Selasa,
26 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
16.20-17.00 WIB
Kamis,
14 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
16.15-16.40 WIB
Senin,
18 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
17.30-18.10 WIB
Jumat,
YA
22 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
18.30-19.05 WIB
Selasa,
26 Maret 2019
17.30-18.05 WIB Rumah BA Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Kamis,
14 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
15.00-16.00 WIB
Senin,
18 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
16.30-17.05 WIB
MA
Jumat,
22 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
18.30-19.05 WIB
Selasa,
26 Maret 2019 Rumah BA Wawancara
18.30.19.00 WIB

C. Hasil Penelitian

Peneliti mewawancarai Subjek yaitu BA, anak pertama Subjek yaitu YA

dan anak kedua Subjek yaitu MA di tempat tinggal Subjek. Dari hasil

wawancara, peneliti memperoleh hasil penelitian yang berkaitan dengan pola

asuh ibu sebagai orang tua tunggal terhadap perkembangan kepribadian remaja.

1. POLA ASUH ibu sebagai orang tua tunggal dalam membimbing dan

mengawasi perkembangan kepribadian anaknya

Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki jawaban yang

hampir sama mengenai pemahaman terhadap POLA ASUH secara umum.

Pemahaman mengenai POLA ASUH diartikan sebagai cara yang dilakukan

oleh orang tua dalam mengasuh anaknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan

hasil wawancara dengan Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA.

“Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap orang tua pasti


punya cara ngasuh anak kan mbak, jadi tiap orang tua beda-
beda cara ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua yang
ngasuh anak harus ikutin aturan orang tuanya, enggak boleh
ini-itu, ada juga yang sebaliknya”.
(I.a.BA/003-007)
“Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik anaknya, ngajarin
hal-hal baik, ngajarin agama, ngelindungin anaknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

ngurusin semua urusan anaknya mulai dari bangun pagi


sampe mau tidur malem”.
(I.a.YA/005-008)

“Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya cara ibu
ngasuh aku, mas sama adek”.
(I.a.MA/005-006)

Dari hasil wawancara dengan Subjek BA, Subjek YA dan Subjek

MA dapat dipahami bahwa POLA ASUH secara umum adalah cara yang

digunakan orang tua untuk mengasuh anaknya. Selain itu, setiap orang tua

memiliki caranya masing-masing dalam mengasuh anaknya, dalam

pengertian lain, antara orang tua yang satu dengan yang lainnya belum tentu

memiliki cara mengasuh yang sama.

Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki pendapat yang

sama berkaitan dengan pola asuh yang digunakan BA untuk membimbing

MA. Namun Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki cara

penyampaian yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan hasil

wawancara:

“POLA ASUH saya, cara ngasuh saya ke MA


mengutamakan tanggung jawab mbak. Sejak anak saya
kecil, saya latih tanggung jawab untuk diriya supaya enggak
bergantung sama orang tua, saya ajarin hal baik dan tidak
baik, selalu berkomunikasi dan saya menjadi pendengar
yang baik. Melatih MA supaya sadar tanggung jawab itu
penting disisi lain MA saat ini masih remaja. Buat saya anak
remaja yang terlibat pergaulan bebas, merokok, dll karena
rasa tanggung jawab buat dirinya sendiri kurang, apalagi
buat orang tuanya atau orang lain. Buat MA makannya saya
menekankan rasa tanggung jawab yang tinggi. Itu bisa
mempengaruhi perkembangan kepribadian MA jadi pribadi
yang bertanggung jawab, nantinya semua perkembangan
bisa mengarah ke hal-hal positif”.
(I.b.BA/012-026)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

“Ibu ngasih MA kebebasan tapi tetap ngutamain tanggung


jawab. Ibu ngajarin banyak hal baik tapi ibu ngutamain MA
harus mandiri. Ibu didik anaknya utamain tanggung jawab
mau itu ke diri sendiri atau ke orang lain”. (I.b.YA/012-015)

“Ibu ngasuhnya enggak ribet, jadi enggak banyak larang-


larang tapi aku dikasih tahu apa aja yang baik buat dilakuin,
apa aja yang enggak baik buat dilakuin. Ibu selalu
ngutamain mandiri sama tanggung jawab terutama untuk
diriku sendiri. Megang erat tanggung jawab nantinya segala
hal yang aku lakuin bakalan hal-hal baik aja. Aku nangkep
maksud ibu sih kalau aku jadi pribadi yang bertanggung
jawab, aku bakal lakuin hal-hal baik, sikap aku bakal baik,
karena kalau sampai aku ngelakuin hal buruk kaya mencuri,
atau pergaulan enggak bener misalnya aku tahu bakal ada
akibatnya, jadi aku harus tanggung jawab sendiri buat apa
yang mau aku lakuin atau aku omongin”.
(I.b.MA/010-022)

Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA mengungkapkan mengenai

POLA ASUH yang digunakan Subjek BA berdasarkan sudut pandangnya

masing-masing. Dari hasil wawancara diatas, POLA ASUH yang digunakan

oleh Subjek BA yaitu kebebasan yang bertanggung jawab. Subjek BA tidak

memberikan aturan-aturan ketat, maupun menerapkan sistem memberikan

hukuman bila melakukan kesalahan. Subjek BA memberikan kebebasan

kepada MA, namun mengutamakan sikap bertanggung jawab.

2. Ibu sebagai orang tua tunggal memilih POLA ASUH yang dipandang

tepat untuk perkembangan kepribadian anaknya

Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA mengungkapkan pendapat

yang sama mengenai Subjek BA memilih POLA ASUH yang digunakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

hingga saat ini. Ungkapan tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara

sebagai berikut:

“Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat hasilnya anak
tante saya baik semua. Semua anak saya, saya tegasin
benar-benar jadi orang yang bertanggung jawab. Tapi buat
MA saya lebih perhatian ke dia. Selain karna dia
perempuan, dia masih remaja, Jadi saya lebih lagi
pengertian tentang tanggung jawab ke dia. Saya yakin cara
mengasuh ini sudah tepat untuk MA setelah saya
mencobanya. Awalnya saya hanya yakin karena melihat
anak-anak dari tante saya tumbuh dengan kepribadian
yang baik dan bertanggung jawab. Kemudian setelah saya
coba pada MA, selain mudah untuk diterapkan, MA bisa
dengan mudah juga memahami yang saya ajarkan dan
terapkan. Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima sama
MA, saya bisa lihat juga MA benar-benar menerapkannya.
Dia melatih dirinya sendiri menjadi bertanggung jawab”.
(II.a.BA/032-047)

“Dari pengalaman ibu selama dirumah tantenya itu,


belajar ngasuh anak-anak, terus cocok sama cara-caranya,
liat juga anak-anak yang diasuh disana pada berhasil.
Makannya ibu pilih POLA ASUH yang kaya sekarang
dipake, apalagi buat MA pasti cocok”.
(II.a.YA/020-024)

“Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh yang ibu gunain
cocok buat dirinya sama cocok buat anak-anaknya. Kalau
cocok pasti bakalan berhasil. Dari akunya sendiri sih
ngerasanya enggak ada masalah sama pola asuh yang ibu
terrapin. Aku nyaman ibu menerapkan berlatih tanggung
jawab. Aku pelan-pelan belajar jadi orang yang
bertanggung jawab, aku rasa aku udah dapet banyak
manfaat juga kak. Banyak dipercaya orang, aku lihatnya
temen-temen ibu juga seneng sama aku, mereka nilai aku
pribadi yang baik, bertanggung jawab itu tadi kak”.
(II.a.MA/027-037)

Melalui hasil wawancara, dapat dilihat bahwa Subjek BA, Subjek YA

dan Subjek MA memiliki pendapat yang sama. Dari pendapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

tersebut dapat dipahami alasan Subjek BA sebagai orang tua tunggal

memilih POLA ASUH yang digunakan saat ini adalah Subjek BA

telah memperoleh pengalaman berkaitan dengan POLA ASUH

tersebut sehingga sudah merasa nyaman. Subjek BA juga sudah

melihat anak yang akhirnya menjadi orang yang berhasil dan

bertanggung jawab dengan didikan POLA ASUH tersebut. Setelah

mencoba menerapkan POLA ASUH tersebut BA melihat bahwa

dampak positif terhadap perkembangan kepribadian MA secara

perlahan berproses berkembang baik menjadi pribadi bertanggung

jawab sesuai yang BA harapkan. Dari penerapan POLA ASUH pada

MA, bagi BA adalah nyaman, tidak ada kendala, dan bisa

menerapkan berlatih tanggung jawab dengan baik. Kemudian bagi

MA, mudah dipahami sehingga tidak ada kendala untuk menerapkan

ajaran dari BA. MA juga merasa nyaman, tidak merasa adanya

tekanan atau aturan. BA meneruskan POLA ASUH tersebut, BA

merasa POLA ASUH tersebut memang cocok untuk MA setelah

melihat dampak positif tersebut.

3. Ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran dalam

menerapkan POLA ASUH

Ibu sebagai orang tua tunggal mampu mengatasi kekhawatiran yang

ditemukan pada proses menerapkan pola asuh dalam mengawasi dan

membimbing perkembangan kepribadian remaja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Ungkapan mengenai kekhawatiran yang dialami Subjek BA dan

cara yang digunakan Subjek BA untuk mengatasi kekhawatiran, dapat

dilihat dari jawaban Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA dalam hasil

wawancara:

“Menghadapi MA yang masih remaja, justru bukan MAnya


yang saya khawatirkan, kaya yang tadi saya bilang
kepribadian MA baik menurut saya. Tapi saya khawatir
temen-temennya, belum tentu baik. Mana saya sendirian
masih harus kerja cari uang dan aktif kegiatan digereja.
Yang jadi kekhawatiran kurangnya waktu buat ketemu anak.
Ditambah lagi saya bener-bener sendiri ngurusin semuanya.
Enggak ada dukungan atau bantuan ekonomi keluarga
besar. Fisiknya aja enggak nampak sama sekali buat bantu
saya ngurus anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari
setelah saya memutuskan enggak sama suami lagi”.
(III.a.BA/057-068)

“Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita ke aku sekalian
kaya nitipin MA ke aku, aku anak yang paling gede kan
dirumah jadi tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada kegiatan
atau kerja. Ibu tuh cerita kalau waktu ibu udah habis buat
cari uang sama kegiatan gereja. Ibu semuanya ngurus
sendiri, enggak ada bantuan dari keluarga besar sedikitpun.
Mau itu uang ya enggak ada. Datang kerumah atau kasih
kabar juga enggak”.
(III.a.YA/046-056)

“Mungkin ibu susah bagi waktu antara urusan gereja, kerja


sama ngasuh anak. Ibu paling aktif nanyain soal aku dan
komunikasi terus sama aku sih. Jadi aku lihat ibu paling
khawatir sama aku. Apalagi dia banyak kesibukan jadi susah
ngatur waktu. Ibu enggak pernah hubungan sama keluarga
besar. Enggak pernah dibantu apa-apa, jadi dari dulu ibu
sendiri aja urus anak-anaknya. Bantu uang sama sekali
enggak, makannya ibu harus kerja sampe susah bagi waktu
ketemu sama aku”.
(III.a.MA/052-060)

Dari uraian hasil wawancara diatas yang menjadi kekhawatiran bagi

Subjek BA dalam menerapkan POLA ASUH adalah sulitnya Subjek BA


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

dalam mengatur waktu untuk bertemu anak karena bekerja, dan tidak

adanya dukungan finansial maupun moral dari keluarga besar.

Kekhawatiran tersebut berpengaruh terhadap proses menerapkan pola asuh

pada anak yang menjadi tidak maksimal.

Subjek BA mengambil sebuah keputusan dalam mengupayakan

jalan keluar untuk mengatasi kekhawatiran yang dialaminya. Berikut hasil

wawancara mengenai upaya yang dilakukan Subjek BA untuk mengatasi

kekhawatiran yang dialami:

“Saya mengambil keputusan ngurangi jam kerja saya. Saya


jualan sampai siang aja mbak. Sisanya saya ambil pesenan
pecel atau masakan buat gereja atau acara-acara deket
rumah. Biar perekonomiannya cukup. Enggak ada bantuan
dari keluarga juga bikin saya sampai sakit hati sendiri.
Saya ikut aktif digereja jadi cara buat saya enggak terpuruk
sendiri. Ikut kegiatan positif digereja bantu saya nyembuhin
luka dihati saya. kayak enggak dianggap punya saudara
besar tapi enggak nampak sama sekali. Pinter-pinternya
saya ngelola keuangan sih mbak. Jadi tanpa bantuan
keluarga saya tetep bisa cukup secara keuangan juga tetep
bisa ngasuh anak. Saya menuhin tanggung jawab nerapin
pola asuh ke MA disela-sela saya mengerjakan pesanan
makanan dirumah. MA satu-satunya anak perempuan saya
jadi dia yang paling punya kesadaran bantu-bantu saya
apalagi urusan masak. Selain hari sabtu sama minggu MA
enggak pernah main sama temennya, bukan karna saya
larang, dia sendiri yang menentukan main maunya cuma
sabtu sama minggu aja. Itu menguntungkan buat saya,
selain dia bisa bantu saya, saya jadi punya waktu lebih
ketemu dia. Pada saat kerja pesanan sama MA biasanya
saya sambil ngobrol sama dia, bisa kasih masukan, ajaran-
ajaran, dengerin cerita dia. Paling penting saya bisa
nerapin soal tanggung jawab, dll yang jadi pegangan saya
buat ngasuh anak. Dengan saya ngerjain pesanan masakan
dirumah dibantu sama MA, itu jadi waktu khusus saya sama
MA. Banyak yang bisa saya ajarin dan bicarain soal
perkembangan dia di waktu-waktu itu”. (III.b.BA/071-099)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

“Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion. Jadi yang


tadinya dari pagi sampe sore. Sekarang cuma sampe siang
aja. Karna ibu cuma sendiri enggak ada yang bantu sama
sekali jadi ibu harus mikirin gimana caranya enggak
kesulitan ekonomi dan tetep bisa ngasuh anak. Saya rasa
ini cara yang terbaik versinya ibu buat ngasuh anak lancar
ekonomi juga cukup”.
(III.b.YA/052-058)

“Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu aktif mantau kita
lewat media sosial. Ibu juga ngurangin jam kerja, lebih
milih dirumah ambil pesenan nasi kotak buat gereja.
Kadang agak kasian lihat ibu apa-apa sendiri. Susah
sendiri enggak ada yang bantu, kayak enggak punya
keluarga besar, keluarga tuh ya kayak cuma ibu sama anak-
anaknya aja. Untungnya ibu aku enggak pernah ngeluh dan
semua bisa dia selesaiin sendiri. Waktu aku buat ibu banyak
kalau aku bantu ibu masak. Kita biasa sambil ngobrol-
ngobrol. Ibu ngajarin banyak, yang enggak pernah lupa
soal tanggung jawab, terus soal nilai-nilai hidup juga.
Banyak deh yang aku dapet kalau ngobrol berdua sama ibu
sambil bantu ibu. Aku ngerasanya kalau habis ngobrol gitu
sama ibu kaya pengen jadi orang yang lebih baik lagi, mau
lakuin semua yang ibu ajarin terutama soal pribadi
bertanggung jawab.”.
(III.b.MA/063-079)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, Subjek BA, Subjek YA dan

Subjek MA mengungkapkan bahwa Subjek BA mengambil keputusan

untuk mengurangi jam kerja pada saat berjualan nasi pecel. Agar kebutuhan

secara ekonomi tetap bisa terpenuhi, Subjek BA akhirnya mengambil

pesanan makanan dari gereja dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hal

tersebut dimanfaatkan Subjek BA sebagai saat untuk banyak berbincang

dengan MA. BA membimbing MA mengenai tanggung jawab, dan nilai-

nilai hidup. MA merasa ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan

melakukan hal-hal baik yang diajarkan ibunya. Hal tersebut membuktikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

bahwa keputusan BA mengurangi jam berjualan dan menerima pesanan di

rumah, merupakan keputusan yang tepat. BA memiliki waktu lebih untuk

membimbing MA disamping tetap mengerjakan pesanan masakannya. Hal

tersebut dilakukan agar Subjek BA memiliki waktu lebih untuk bertemu

dengan anak-anaknya, terlebih karena anaknya yang kedua tergolong masih

di usia remaja. Menurut Subjek BA dan subjek YA; MA memang

memerlukan perhatian lebih karena masih tergolong usia remaja.

4. Dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian

anaknya

Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki jawaban yang

hampir sama mengenai dampak-dampak pola asuh dari ibu yang muncul

pada perkembangan kepribadian anaknya. Pendapat subjek mengenai

dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian anaknya

bila ibu terlalu sibuk bekerja, penerapak pola asu kurang optimal ialah

pergaulan yang salah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara

dengan Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA:

“Seharusnya menurut saya dampaknya itu, anak saya bisa


saja kepribadiannya enggak sesuai harapan saya mbak.
Karna kan saya enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya
itu enggak terjadi mbak. Kepribadian anak saya sesuai
dengan harapan saya”.
(IV.a.BA/133-138)

“Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu ngasuh MA


dampaknya MA bisa salah gaul. Pribadinya enggak
bagus”.
(IV.a.YA/077-079)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

“Soal perkembangan kepribadian ya kak. Dampaknya aku


bisa kepribadiannya enggak baik kak. Salah pergaulan
juga bisa kak”.
(IV.a.MA/103-105)
Dari uraian hasil wawancara diatas, dampak-dampak pola asuh dari

ibu yang muncul pada perkembangan kepribadian anaknya bila ibu terlalu

sibuk bekerja, tidak optimal dalam menerapkan pola asuh ialah kepribadian

anak bisa saja berkembang tidak sesuai harapan dari orang tuanya. Selain

itu juga anak bisa mengalami pergaulan yang salah.

Subjek mengungkapkan pendapat mengenai dampak-dampak yang

muncul berikaitan dengan pola asuh yang ibu berikan bila tidak maksimal

diterapkan karena ibu sibuk bekerja, dapat mempengaruhi secara psikis atau

tingkah laku anak. Berikut hasil wawancara mengenai upaya yang dilakukan

Subjek:

“Dampak tadi yang saya bilang kan kepribadian anak saya bisa
aja enggak sesuai harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis apalagi
tingkah laku. Misalnya kepribadiannya enggak bagus, cuek,
enggak bertanggung jawab. Nanti tingkah lakunya bakal
seenaknya mbak, enggak tahu aturan, enggak bertanggung
jawab”.
(IV.b.1.BA/148-155)
“Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul, ngerokok, ikutan
genk, pribadinya bakal berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
bakal banyak bohong sama orang tua. Psikis sama tingkah laku
juga ngaruh. Tingkah lakunya jadi males, cuek, enggak ada
tanggung jawabnya”.
(IV.b.YA/084-090)
“Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi dampak kaya yang
tadi disebutin, salah pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah
laku jadi enggak baik. Bisa melawan orang tua, atau mencuri”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

(IV.b.MA/110-114)
Subjek BA, subjek YA dan subjek MA mengungkapkan bahwa

dampak dari penerapan pola asuh yang tidak maksimal pada anak akibat

terlalu fokus bekerja dapat mempengaruhi secara psikis maupun tingkah

laku untuk anaknya.

D. Pembahasan

1. POLA ASUH ibu sebagai orang tua tunggal dalam membimbing dan

mengawasi perkembangan kepribadian remaja.

Berdasarkan hasil penelitian, POLA ASUH secara umum

merupakan sebuah cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh

anaknya. Subjek meyakini bahwa setiap orang tua pasti memiliki caranya

sendiri dalam mengasuh anaknya. Maka antara orang tua yang satu dengan

yang lainnya dapat menggunakan / memilih cara mengasuh yang berbeda.

Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Darling (1999) pola asuh adalah

aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja

secara individual dan bersama-sama. Pola asuh orang tua adalah pola

perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu

ke waktu. Terdapat pengertian lain mengenai pola asuh orang tua yaitu

sebuah bentuk interaksi antara anak dengan orang tua selama mengadakan

kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing dan

mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai kedewasaan sesuai

dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan

masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

POLA ASUH yang digunakan subjek untuk perkembangan

kepribadian remaja adalah dengan mendidik anak untuk mandiri dan

bertanggung jawab dalam segala hal. Subjek menjadikan dirinya sebagai

model dalam mendidik anaknya agar berkembang kepribadiannya

bertanggung jawab dan mandiri. Subjek memberikan contoh konkrit dan

benar-benar melakukan hal-hal yang diajarkan pada anaknya sehingga

anaknya dapat memahami dan melakukan hal yang sama.

Hal tersebut serupa dengan pendapat Singgih D. Gunarsa

berpendapat bahwa pola asuh adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua

untuk mengasuh (merawat, menjaga, atau mendidik) anak. Subjek

berpendapat menerapkan kesadaran akan kemandirian dan bertanggung

jawab pada remaja sangat penting. Hal tersebut dapat mempengaruhi

perkembangan kepribadian remaja menjadi pribadi yang mandiri dan

bertanggung jawab. Pembiasaan yang dilakukan oleh subjek tersebut secara

perlahan akan membentuk remaja menjadi pribadi yang mandiri dan

bertanggung jawab. Pembiasaan yang Subjek BA terapkan pada MA secara

perlahan telah membuahkan hasil. Menurut sudut pandang Subjek BA,

perkembangan kepribadian MA baik. MA menjadi pribadi yang mandiri dan

bertanggung jawab sesuai yang BA ajarkan.

2. Ibu memilih POLA ASUH yang tepat terutama untuk perkembangan

kepribadian anaknya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, alasan subjek

memilih POLA ASUH yang tepat terutama untuk perkembangan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

kepribadian anaknya yang berada pada tahap remaja karena POLA ASUH

tersebut sesuai untuk BA yang menerapkan dan untuk MA yang menerima

POLA ASUH tersebut. Adanya pengalaman masa lalu BA saat mempelajari

POLA ASUH tersebut juga semakin meyakinkan BA bahwa POLA ASUH

tersebut cocok untuk kondisinya dan kondisi anaknya.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahyuni (dalam Gunarsa,

1976:144) , orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak dipengaruhi oleh

adanya beberapa faktor yaitu diantaranya dari pengalaman masa lalu yang

berhubungan erat dengan pola asuh, nilai-nilai yang dianut oleh orang tua,

tipe kepribadian dari orang tua, kehidupan perkawinan orang tua dan alasan

orang tua mempunyai anak.

3. Ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran dalam

menerapkan POLA ASUH.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat

kekhawatiran dalam menerapkan POLA ASUH yang dialami oleh subjek.

Kekhawatiran tersebut adalah kurangnya waktu untuk bertemu anak karena

sibuk mencari nafkah dan tidak adanya dukungan secara finansial maupun

kehadiran fisik dari keluarga besar. Kurangnya waktu untuk bertemu anak

menjadi kekhawatiran yang besar karena proses penerapan POLA ASUH

dapat dilakukan saat ibu bertemu dengan anaknya. Sehingga waktu bertemu

anak menjadi penting untuk proses penerapan POLA ASUH yang dapat

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Cara Subjek BA


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

mengatasi kekhawatiran adalah mengambil keputusan untuk mengurangi

jam kerja.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa ibu single parent

karena perceraian ataupun kematian ternyata tetap memiliki problem/

permasalahan yang kompleks. Problem tersebut tidak terbatas dialami ibu

saja, namun dirasakan oleh anak-anaknya. Dengan status single parent

seorang ibu harus memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Secara psikis

juga segala kebutuhan rohani, keamanan, ataupun hiruk pikuknya keluarga

ibulah yang berupaya mempertahankan.

4. Dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian

anaknya

Subjek berpendapat bahwa terdapat kemungkinan bahwa ada

dampak yang muncul dalam perkembangan kepribadian anak bila dalam

menerapkan pola asuh ibu tidak maksimal. Ibu terlalu sibuk mencari nafkah.

Dampak tersebut muncul karena anak tidak mendapat pengawasan yang

cukup dari orang tua. Selain itu subjek juga mengungkapkan bahwa dampak

yang muncul tersebut dapat mempengaruhi psikis dan tingkah laku anak.

Hal tersebut karena perkembangan yang meliputi psikis dan pola tingkah

laku anak juga dipengaruhi oleh pola asuh yang optimal dari orang tua. Pola

asuh yang tidak optimal juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dapat

menghasilkan anak yang nakal. Hal tersebut sesuai dengan Goode (2007)

mengatakan bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang berbahagia

akan tumbuh bahagia dan sehat secara psikologis. Sebaliknya anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

dibesarkan dalam keluarga yang terpisah akan menghasilkan remaja nakal

dua kali lebih tinggi daripada rumah tangga utuh.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
PENUTUP

Pada bab ini disampaikan kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran peneliti

terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat

disimpulkan beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok pembahasan

dalam penelitian ini:

1. Ketiga Subjek memiliki pemahaman bahwa Pola Asuh merupakan

sebuah cara yang digunakan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Pola

Asuh yang digunakan Subjek adalah bebas bertanggung jawab, dalam

arti Subjek tidak menetapkan banyak aturan untuk anaknya, Subjek

memberikan kebebasan untuk anaknya dalam bertindak, memilih dan

berbicara. Namun dibalik kebebasan tersebut Subjek menegaskan untuk

mengutamakan tanggung jawab pribadi atas pilihan, tindakan dan setiap

perkataan anaknya.

2. Alasan Subjek memilih Pola Asuh yang digunakan karena Subjek

merasa Pola Asuh tersebut cocok untuk diterapkan setelah melihat hasil

kerabatnya yang berhasil menggunakan Pola Asuh tersebut. Setelah

mencoba menerapkan Pola Asuh tersebut Subjek melihat bahwa Pola

Asuh tersebut cocok untuk kondisi dan perkembangan kepribadian

anaknya terutama MA yang remaja.

3. Kekhawatiran yang alami Subjek dalam proses menerapkan Pola Asuh

pada anaknya adalah kesulitan dalam mengatur waktu untuk mengasuh

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

anaknya karena sibuk mencari nafkah. Subjek mengatasi kekhawatiran

tersebut dengan mengurangi jam bekerja. Subjek hanya berjualan

sampai siang hari, dan mengambil pesanan makanan untuk menambah

penghasilan. Subjek mengerjakan pesanan makanan dibantu dengan

anak perempuannya. Subjek mengambil kesempatan pada waktu

mengerjakan pesanan untuk lebih mendekati anak perempuannya,

berbicara banyak hal terutama yang berkaitan dengan perkembangan

kepribadian remaja. Mengajarkan banyak hal dan menjadi pendengar

bagi anak remajanya pada saat mengerjakan pesanan makanan.

4. Ada dampak yang muncul akibat dari pola asuh yang tidak optimal,

dapat mempengaruhi psikis dan tingkah laku anak. Dampak tersebut

tidak nampak pada anak dari subjek. Dampak tersebut dapat

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dari subjek,

berkembang tidak sesuai dengan harapan subjek.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran-saran untuk

beberapa pihak:

1. Masih memerlukan penggalian informasi yang lebih mendalam.

2. Masih perlu ditambahkan dari pendapat para ahli.

3. Masih memerlukan tambahan teori yang berkaitan dengan Bimbingan

dan Konseling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmur. (1996). Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ahmadi.2005.Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar

mengajar.Bandung:Pustaka Setia.

Akmalia. (2010). Pengelolaan Stres Pada Ibu Single Parent. Skripsi. Yogyakarta:

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Boeree, George. 2008. Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi dan

Periku. Yogyakarta: Prima Sophie.

Cohen Bruce J. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cita 1992.

Dagun, Save M (2013). Psikologi Keluarga. Jakarta: Obor

Duane Schultz, Psikologi Perkembangan Model-model Kepribadian Sehat,

(Yogyakarta, Kanisius, 2007), 31.

Elisabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gunarsa, S. D. (1976). Psikologi untuk keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Goode, W.J. (2007) Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurlock, Psikologi Perkembangan Sebagai suatu Pendekatan sepanjang Rentang

Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2004), 67.

Ihromi. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Obor.

Illahi, Takdir Moh 2013. Kiat Sukses Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas.

Jogjakarta: Kata Hati.

Koentjaraningrat. 1989. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Mulyana Deddy, (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Rahim, dkk. 2006. Krisis dan Konflik Institusi Keluarga. Maziza SDN, BHD:

Kuala Lumpur.

Santrock, W John 2002. Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup.

Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Santrock, W John 2011. Masa Perkembangan Anak. Children. Edisi Kesebelas.

Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, W John. 2007. Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas. Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Satria Agus Prayoga dan Dewi Hidayati, “Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga

Single Parent “Jurnal Sosiologie” , vol.1, no.2: 106-113.

Shochib, Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Singgih D Gunarsa (1975). Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung

Mulia

Singgih D Gunarsa, (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai

Psikologi Perkembangan. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Syamsu Yusuf, 2002. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Yulia, Singgih D, Gunarsa (2002). Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman.

Jakarta: BPK Gunung Mulia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Lampiran 1

Lembar Verbatim Wawancara

A. Subjek BA
Waktu : Selasa, 26 Maret 2019; 16.20-17.00

Tempat : Rumah BA

Peneliti : “Apa yang ibu pahami tentang POLA ASUH? Bisa tolong ibu
jelaskan”.

BA : “Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap orang tua pasti punya
cara ngasuh anak kan mbak, jadi tiap orang tua beda-beda cara
ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua yang ngasuh anak harus
ikutin aturan orang tuanya, enggak boleh ini-itu, ada juga yang
sebaliknya”.

Peneliti : “Baik bu. Berdasarkan pemahaman ibu mengenai POLA ASUH,


POLA ASUH seperti apa yang ibu terapkan pada anak-anak ibu?
Bisakah ibu menceritakannya?”.

BA : “POLA ASUH saya, cara ngasuh saya ke MA mengutamakan


tanggung jawab mbak. Sejak anak saya kecil, saya latih tanggung
jawab untuk diriya supaya enggak bergantung sama orang tua, saya
ajarin hal baik dan tidak baik, selalu berkomunikasi dan saya
menjadi pendengar yang baik. Melatih MA supaya sadar tanggung
jawab itu penting disisi lain MA saat ini masih remaja. Buat saya
anak remaja yang terlibat pergaulan bebas, merokok, dll karena rasa
tanggung jawab buat dirinya sendiri kurang, apalagi buat orang
tuanya atau orang lain. Buat MA makannya saya menekankan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Itu bisa mempengaruhi perkembangan
kepribadian MA jadi pribadi yang bertanggung jawab, nantinya
semua perkembangan bisa mengarah ke hal-hal positif”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Peneliti : “Berdasarkan cerita ibu mengenai latar belakang POLA ASUH


yang ibu terapkan, atas dasar apa ibu memilih POLA ASUH yang
ibu pandang cocok untuk mendampingi anak ibu khususnya MA
yang tergolong remaja? Bisakah ibu menceritakannya?”.

BA : “Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat hasilnya anak tante
saya baik semua. Semua anak saya, saya tegasin benar-benar jadi
orang yang bertanggung jawab. Tapi buat MA saya lebih perhatian
ke dia. Selain karna dia perempuan, dia masih remaja, Jadi saya
lebih lagi pengertian tentang tanggung jawab ke dia. Saya yakin cara
mengasuh ini sudah tepat untuk MA setelah saya mencobanya.
Awalnya saya hanya yakin karena melihat anak-anak dari tante saya
tumbuh dengan kepribadian yang baik dan bertanggung jawab.
Kemudian setelah saya coba pada MA, selain mudah untuk
diterapkan, MA bisa dengan mudah juga memahami yang saya
ajarkan dan terapkan. Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima sama
MA, saya bisa lihat juga MA benar-benar menerapkannya. Dia
melatih dirinya sendiri menjadi bertanggung jawab”.

Peneliti : “Baik bu. Lalu bagaimana ibu menilai/melihat keberhasilan POLA


ASUH yang ibu terapkan?”.

BA : “Bagi saya anak saya nurut, baik, berhasil buat hidupnya sendiri
saya udah seneng mbak, berarti cara saya ngasuh udah cocok. Sama
kaya tante saya berhasil”.

Peneliti : “Baik bu. Kemudian kekhawatiran apa sajakah yang ibu temukan
pada proses mengawasi dan membimbing perkembangan
kepribadian, khususnya pada MA yang tergolong remaja?”.

BA : “Menghadapi MA yang masih remaja, justru bukan MAnya yang


saya khawatirkan, kaya yang tadi saya bilang kepribadian MA baik
menurut saya. Tapi saya khawatir temen-temennya, belum tentu
baik. Mana saya sendirian masih harus kerja cari uang dan aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

kegiatan digereja. Yang jadi kekhawatiran kurangnya waktu buat


ketemu anak. Ditambah lagi saya bener-bener sendiri ngurusin
semuanya. Enggak ada dukungan atau bantuan ekonomi keluarga
besar. Fisiknya aja enggak nampak sama sekali buat bantu saya
ngurus anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari setelah saya
memutuskan enggak sama suami lagi”.

Peneliti : “Menyadari adanya kekhawatiran tersebut bagaimana cara ibu


mengatasi kekhawatiran tersebut?”.

BA : “Saya mengambil keputusan ngurangi jam kerja saya. Saya jualan


sampai siang aja mbak. Sisanya saya ambil pesenan pecel atau
masakan buat gereja atau acara-acara deket rumah. Biar
perekonomiannya cukup. Enggak ada bantuan dari keluarga juga
bikin saya sampai sakit hati sendiri. Saya ikut aktif digereja jadi cara
buat saya enggak terpuruk sendiri. Ikut kegiatan positif digereja
bantu saya nyembuhin luka dihati saya. kayak enggak dianggap
punya saudara besar tapi enggak nampak sama sekali. Pinter-
pinternya saya ngelola keuangan sih mbak. Jadi tanpa bantuan
keluarga saya tetep bisa cukup secara keuangan juga tetep bisa
ngasuh anak. Saya menuhin tanggung jawab nerapin pola asuh ke
MA disela-sela saya mengerjakan pesanan makanan dirumah. MA
satu-satunya anak perempuan saya jadi dia yang paling punya
kesadaran bantu-bantu saya apalagi urusan masak. Selain hari sabtu
sama minggu MA enggak pernah main sama temennya, bukan karna
saya larang, dia sendiri yang menentukan main maunya cuma sabtu
sama minggu aja. Itu menguntungkan buat saya, selain dia bisa
bantu saya, saya jadi punya waktu lebih ketemu dia. Pada saat kerja
pesanan sama MA biasanya saya sambil ngobrol sama dia, bisa kasih
masukan, ajaran-ajaran, dengerin cerita dia. Paling penting saya bisa
nerapin soal tanggung jawab, dll yang jadi pegangan saya buat
ngasuh anak. Dengan saya ngerjain pesanan masakan dirumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

dibantu sama MA, itu jadi waktu khusus saya sama MA. Banyak
yang bisa saya ajarin dan bicarain soal perkembangan dia di waktu-
waktu itu”.

Peneliti : “Dampak apa sajakah yang mucul berkaitan dengan perkembangan


kepribadian MA khususnya yang tergolong remaja, saat ibu
mengalami kesulitan mengatur waktu berkerja dan mengasuh
anak?”.

BA : “Seharusnya menurut saya dampaknya itu, anak saya bisa saja


kepribadiannya enggak sesuai harapan saya mbak. Karna kan saya
enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya itu enggak terjadi mbak.
Kepribadian anak saya sesuai dengan harapan saya”.

Peneliti : “Kemudian bu, untuk dampak yang ibu sebutkan tadi apakah dapat
mempengaruhi psikis dan tingkah laku MA khususnya yang
tergolong remaja?”.

BA : “Iya jelas mempengaruhi mbak”.

Peneliti : “Bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi bu? Mungkin bisa


dijelaskan bu”.

BA : “Dampak tadi yang saya bilang kan kepribadian anak saya bisa aja
enggak sesuai harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis apalagi tingkah
laku. Misalnya kepribadiannya enggak bagus, cuek, enggak
bertanggung jawab. Nanti tingkah lakunya bakal seenaknya mbak,
enggak tahu aturan, enggak bertanggung jawab”.

Peneliti : “Kemudian apakah dampak-dampak yang ibu sebutkan terlihat


pada MA yang tergolong remaja?”.

BA : “Enggak terlihat mbak. Untungnya kepribadian MA baik, sesuai


harapan saya. sibuk cari nafkah saya juga tetap mengawasi dan
mendidik anak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

B. Responden YA
Waktu : Selasa, 26 Maret 2019; 17.30-18.05

Tempat : Rumah BA

Peneliti : “Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai POLA ASUH yang


digunakan ibu BA, saya ingin bertanya apa yang mas pahami tentang
POLA ASUH? Bisa tolong jelaskan”.

YA : “Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik anaknya, ngajarin hal-hal
baik, ngajarin agama, ngelindungin anaknya, ngurusin semua urusan
anaknya mulai dari bangun pagi sampe mau tidur malem”.

Peneliti : “Baik mas. Dari jawaban mas tadi, kira-kira POLA ASUH seperti
apa yang ibu BA terapkan pada anak-anaknya? Bisa diceritakan”.

YA : “Ibu ngasih MA kebebasan tapi tetap ngutamain tanggung jawab.


Ibu ngajarin banyak hal baik tapi ibu ngutamain MA harus mandiri.
Ibu didik anaknya utamain tanggung jawab mau itu ke diri sendiri
atau ke orang lain”

Peneliti : “Baik mas. Kemudian menurut mas YA alasan ibu BA memilih


POLA ASUH yang dipandang cocok untuk mendampingi anaknya
khususnya MA yang tergolong remaja? Bisa dijelaskan mas”.

YA : “Dari pengalaman ibu selama dirumah tantenya itu, belajar ngasuh


anak-anak, terus cocok sama cara-caranya, liat juga anak-anak yang
diasuh disana pada berhasil. Makannya ibu pilih POLA ASUH yang
kaya sekarang dipake, apalagi buat MA pasti cocok”.

Peneliti : “Baik mas. Lalu bagaimana mas YA menilai/melihat keberhasilan


POLA ASUH yang ibu BA sudah terapkan?”.

YA : “Mungkin kalau anak-anaknya berhasil kaya anak-anak tantenya,


atau paling untuk saat ini anak-anaknya ibu pada baik-baik,
tanggung jawab sama mandiri berarti ibu udah berhasil”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Peneliti : “Baik mas. Kemudian menurut mas YA kekhawatiran apa sajakah


yang ibu BA temukan pada proses mengawasi dan membimbing
perkembangan kepribadian, khususnya pada MA yang tergolong
remaja? Menurut yang mas YA lihat aja sehari-hari”.

YA : “Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita ke aku sekalian kaya
nitipin MA ke aku, aku anak yang paling gede kan dirumah jadi
tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada kegiatan atau kerja. Ibu tuh
cerita kalau waktu ibu udah habis buat cari uang sama kegiatan
gereja. Ibu semuanya ngurus sendiri, enggak ada bantuan dari
keluarga besar sedikitpun. Mau itu uang ya enggak ada. Datang
kerumah atau kasih kabar juga enggak”.

Peneliti : “Nah, dari kekhawatiran yang mas YA sebut tadi, kira-kira


menurut mas YA bagaimana cara ibu mengatasi kekhawatiran
tersebut?”.

YA : “Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion. Jadi yang tadinya dari
pagi sampe sore. Sekarang cuma sampe siang aja. Karna ibu cuma
sendiri enggak ada yang bantu sama sekali jadi ibu harus mikirin
gimana caranya enggak kesulitan ekonomi dan tetep bisa ngasuh
anak. Saya rasa ini cara yang terbaik versinya ibu buat ngasuh anak
lancar ekonomi juga cukup”.

Peneliti : “Baik mas. Kemudian menurut mas YA dampak apa sajakah yang
muncul berkaitan dengan perkembangan kepribadian MA
khususnya yang tergolong remaja, saat ibu BA mengalami kesulitan
mengatur waktu berkerja dan mengasuh anak?”.

YA : “Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu ngasuh MA dampaknya


MA bisa salah gaul. Pribadinya enggak bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Peneliti : “Kemudian mas, apakah dampak tersebut dapat mempengaruhi


psikis dan tingkah laku MA khususnya yang tergolong remaja? Bisa
tolong dijelaskan mas”.

YA : “Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul, ngerokok, ikutan


genk, pribadinya bakal berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
bakal banyak bohong sama orang tua. Psikis sama tingkah laku juga
ngaruh. Tingkah lakunya jadi males, cuek, enggak ada tanggung
jawabnya”.

Peneliti : “Kemudian apakah dampak-dampak tersebut terlihat pada diri MA


yang tergolong remaja?”.

YA : “Enggak terlihat. MA pribadinya bertanggung jawab. MA juga


enggak mudah kena pengaruh”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

C. Responden MA
Waktu : Selasa, 26 Maret 2019; 18.30-19.00

Tempat : Rumah BA

Peneliti : “Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai POLA ASUH yang


digunakan ibu BA, saya ingin bertanya apa yang MA pahami tentang
POLA ASUH? Bisa tolong jelaskan”.

MA : “Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya cara ibu ngasuh aku,
mas sama adek”.

Peneliti : “Baik cara ngasuh. Nah, kira-kira POLA ASUH seperti apa yang
ibu BA terapkan pada anak-anaknya? Bisa diceritakan”.

MA : “Ibu ngasuhnya enggak ribet, jadi enggak banyak larang-larang


tapi aku dikasih tahu apa aja yang baik buat dilakuin, apa aja yang
enggak baik buat dilakuin. Ibu selalu ngutamain mandiri sama
tanggung jawab terutama untuk diriku sendiri. Megang erat
tanggung jawab nantinya segala hal yang aku lakuin bakalan hal-hal
baik aja. Aku nangkep maksud ibu sih kalau aku jadi pribadi yang
bertanggung jawab, aku bakal lakuin hal-hal baik, sikap aku bakal
baik, karena kalau sampai aku ngelakuin hal buruk kaya mencuri,
atau pergaulan enggak bener misalnya aku tahu bakal ada akibatnya,
jadi aku harus tanggung jawab sendiri buat apa yang mau aku lakuin
atau aku omongin”.

Peneliti : “Kemudian menurut MA apa alasan ibu BA memilih POLA ASUH


yang dipandang cocok untuk mendampingi anaknya khususnya
yang tergolong remaja? Bisa tolong dijelaskan”.

MA : “Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh yang ibu gunain cocok
buat dirinya sama cocok buat anak-anaknya. Kalau cocok pasti
bakalan berhasil. Dari akunya sendiri sih ngerasanya enggak ada
masalah sama pola asuh yang ibu terrapin. Aku nyaman ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

menerapkan berlatih tanggung jawab. Aku pelan-pelan belajar jadi


orang yang bertanggung jawab, aku rasa aku udah dapet banyak
manfaat juga kak. Banyak dipercaya orang, aku lihatnya temen-
temen ibu juga seneng sama aku, mereka nilai aku pribadi yang baik,
bertanggung jawab itu tadi kak”.

Peneliti : “Saya setuju dengan jawabanmu. Lalu bagaimana MA


menilai/melihat keberhasilan POLA ASUH yang ibu BA sudah
terapkan?”.

MA : “Ibu pasti berharap anak-anaknya sukses dan baik-baik kaya anak-


anak tantenya. Jadi kalau anak-anak ibu baik-baik apalagi sukses
berarti ibu berhasil. Sekarang ibu juga udah berhasil, anak-anak ibu
baik-baik semua, enggak ada yang bermasalah”.

Peneliti : “Baiklah kalau begitu. Lalu menurut MA kekhawatiran apa sajakah


yang ibu BA temukan pada proses mengawasi dan membimbing
perkembangan kepribadian, khususnya pada MA yang tergolong
remaja? Sesuai dengan pengalaman dan yang MA lihat sehari-hari
saja”.

MA : “Mungkin ibu susah bagi waktu antara urusan gereja, kerja sama
ngasuh anak. Ibu paling aktif nanyain soal aku dan komunikasi terus
sama aku sih. Jadi aku lihat ibu paling khawatir sama aku. Apalagi
dia banyak kesibukan jadi susah ngatur waktu. Ibu enggak pernah
hubungan sama keluarga besar. Enggak pernah dibantu apa-apa, jadi
dari dulu ibu sendiri aja urus anak-anaknya. Bantu uang sama sekali
enggak, makannya ibu harus kerja sampe susah bagi waktu ketemu
sama aku”.

Peneliti : “Lalu menurut MA bagaimana cara ibu mengatasi kekhawatiran


tersebut?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

MA : “Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu aktif mantau kita lewat
media sosial. Ibu juga ngurangin jam kerja, lebih milih dirumah
ambil pesenan nasi kotak buat gereja. Kadang agak kasian lihat ibu
apa-apa sendiri. Susah sendiri enggak ada yang bantu, kayak enggak
punya keluarga besar, keluarga tuh ya kayak cuma ibu sama anak-
anaknya aja. Untungnya ibu aku enggak pernah ngeluh dan semua
bisa dia selesaiin sendiri. Waktu aku buat ibu banyak kalau aku
bantu ibu masak. Kita biasa sambil ngobrol-ngobrol. Ibu ngajarin
banyak, yang enggak pernah lupa soal tanggung jawab, terus soal
nilai-nilai hidup juga. Banyak deh yang aku dapet kalau ngobrol
berdua sama ibu sambil bantu ibu. Aku ngerasanya kalau habis
ngobrol gitu sama ibu kaya pengen jadi orang yang lebih baik lagi,
mau lakuin semua yang ibu ajarin terutama soal pribadi bertanggung
jawab”.

Peneliti : “Oke. Kemudian menurut MA dampak apa sajakah yang muncul


berkaitan dengan perkembangan kepribadian MA khususnya yang
tergolong remaja, saat ibu BA mengalami kesulitan mengatur waktu
berkerja dan mengasuh anak?”

MA : “Soal perkembangan kepribadian ya kak. Dampaknya aku bisa


kepribadiannya enggak baik kak. Salah pergaulan juga bisa kak”.

Peneliti : “Hm ya. Kemudian, apakah dampak tersebut dapat mempengaruhi


psikis dan tingkah laku remaja? Bisa tolong dijelaskan”.

MA : “Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi dampak kaya yang tadi
disebutin, salah pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah laku jadi
enggak baik. Bisa melawan orang tua, atau mencuri”.

Peneliti : “Kemudian apakah dampak-dampak tersebut kamu rasakan pada


dirimu sendiri yang tergolong remaja?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

MA : “Enggak terjadi sama aku kok kak. Ibu ngawasin terus. Dari akunya
sendiri bisa ngontrol diriku. Jadi walaupun ibu sibuk kerja aku tetep
bisa jaga diri. Dampak-dampak tadi enggak terjadi sama aku”.

Lampiran 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Lembar Koding Wawancara


A. Subjek BA
No.
Data Teks Koding
Urut
001 Apa yang ibu pahami tentang POLA I.a.BA
002 ASUH? Bisa tolong ibu jelaskan. -Cara orang tua
003 Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap ngasuh anaknya
004 orang tua pasti punya cara ngasuh anak kan -Tiap orang tua
005 mbak, jadi tiap orang tua beda-beda cara beda-beda cara
006 ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua ngasuh anaknya
007 yang ngasuh anak harus ikutin aturan orang
008 tuanya, enggak boleh ini-itu, ada juga yang
009 sebaliknya.
010 Baik bu. Berdasarkan pemahaman ibu
011 mengenai POLA ASUH, POLA ASUH
012 seperti apa yang ibu terapkan pada
013 anak-anak ibu? Bisakah ibu I.b.BA
014 menceritakannya? -Mengutamakan
015 POLA ASUH saya, cara ngasuh saya ke tanggung jawab
016 MA mengutamakan tanggung jawab mbak.
017 Sejak anak saya kecil, saya latih tanggung
018 jawab untuk diriya supaya enggak
019 bergantung sama orang tua, saya ajarin hal
020 baik dan tidak baik, selalu berkomunikasi
021 dan saya menjadi pendengar yang baik.
022 Melatih MA supaya sadar tanggung jawab
023 itu penting disisi lain MA saat ini masih
024 remaja. Buat saya anak remaja yang terlibat
025 pergaulan bebas, merokok, dll karena rasa
026 tanggung jawab buat dirinya sendiri kurang,
027 apalagi buat orang tuanya atau orang lain.
028 Buat MA makannya saya menekankan rasa
029 tanggung jawab yang tinggi. Itu bisa
030 mempengaruhi perkembangan kepribadian
031 MA jadi pribadi yang bertanggung jawab,
032 nantinya semua perkembangan bisa
033 mengarah ke hal-hal positif.
034 Berdasarkan cerita ibu mengenai latar
035 belakang POLA ASUH yang ibu
036 terapkan, atas dasar apa ibu memilih
037 POLA ASUH yang ibu pandang cocok
038 untuk mendampingi anak ibu khususnya II.a.BA
039 MA yang tergolong remaja? Bisakah ibu -Milih cara ngasuh
040 menceritakannya? seperti itu karna
041 udah lihat hasilnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

042 Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat


043 hasilnya anak tante saya baik semua. Semua
044 anak saya, saya tegasin benar-benar jadi
045 orang yang bertanggung jawab. Tapi buat
046 MA saya lebih perhatian ke dia. Selain
047 karna dia perempuan, dia masih remaja,
048 Jadi saya lebih lagi pengertian tentang
049 tanggung jawab ke dia. Saya yakin cara
050 mengasuh ini sudah tepat untuk MA setelah
051 saya mencobanya. Awalnya saya hanya
052 yakin karena melihat anak-anak dari tante
053 saya tumbuh dengan kepribadian yang baik
054 dan bertanggung jawab. Kemudian setelah
055 saya coba pada MA, selain mudah untuk
056 diterapkan, MA bisa dengan mudah juga
057 memahami yang saya ajarkan dan terapkan.
058 Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima
059 sama MA, saya bisa lihat juga MA benar-
060 benar menerapkannya. Dia melatih dirinya
061 sendiri menjadi bertanggung jawab
062 Baik bu. Lalu bagaimana ibu II.b.BA
063 menilai/melihat keberhasilan POLA -Anak nurut
064 ASUH yang ibu terapkan? -baik
065 Bagi saya anak saya nurut, baik, berhasil -berhasil buat
066 buat hidupnya sendiri saya udah seneng hidupnya sendiri
067 mbak, berarti cara saya ngasuh udah cocok.
068 Sama kaya tante saya berhasil.
069 Baik bu. Kemudian kekhawatiran apa
070 sajakah yang ibu temukan pada proses
071 mengawasi dan membimbing III.a.BA
072 perkembangan kepribadian, khususnya -Kurangnya waktu
073 pada MA yang tergolong remaja? buat ketemu anak
074 Menghadapi MA yang masih remaja, justru
075 bukan MAnya yang saya khawatirkan, kaya
076 yang tadi saya bilang kepribadian MA baik
077 menurut saya. Tapi saya khawatir temen-
078 temennya, belum tentu baik. Mana saya
079 sendirian masih harus kerja cari uang dan
080 aktif kegiatan digereja. Yang jadi
081 kekhawatiran kurangnya waktu buat
082 ketemu anak. Ditambah lagi saya bener-
083 bener sendiri ngurusin semuanya. Enggak
084 ada dukungan atau bantuan ekonomi
085 keluarga besar. Fisiknya aja enggak
086 nampak sama sekali buat bantu saya ngurus
087 anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

088 setelah saya memutuskan enggak sama


089 suami lagi. III.b.BA
090 Menyadari adanya kekhawatiran -Mengambil
091 tersebut bagaimana cara ibu mengatasi keputusan
092 kekhawatiran tersebut? mengurangi jam
093 Saya mengambil keputusan ngurangi jam kerja
094 kerja saya. Saya jualan sampai siang aja
095 mbak. Sisanya saya ambil pesenan pecel
096 atau masakan buat gereja atau acara-acara
097 deket rumah. Biar perekonomiannya cukup.
098 Enggak ada bantuan dari keluarga juga
099 bikin saya sampai sakit hati sendiri. Saya
100 ikut aktif digereja jadi cara buat saya
101 enggak terpuruk sendiri. Ikut kegiatan
102 positif digereja bantu saya nyembuhin luka
103 dihati saya. kayak enggak dianggap punya
104 saudara besar tapi enggak nampak sama
105 sekali. Pinter-pinternya saya ngelola
106 keuangan sih mbak. Jadi tanpa bantuan
107 keluarga saya tetep bisa cukup secara
108 keuangan juga tetep bisa ngasuh anak. Saya
109 menuhin tanggung jawab nerapin pola asuh
110 ke MA disela-sela saya mengerjakan
111 pesanan makanan dirumah. MA satu-
112 satunya anak perempuan saya jadi dia yang
113 paling punya kesadaran bantu-bantu saya
114 apalagi urusan masak. Selain hari sabtu
115 sama minggu MA enggak pernah main
116 sama temennya, bukan karna saya larang,
117 dia sendiri yang menentukan main maunya
118 cuma sabtu sama minggu aja. Itu
119 menguntungkan buat saya, selain dia bisa
120 bantu saya, saya jadi punya waktu lebih
121 ketemu dia. Pada saat kerja pesanan sama
122 MA biasanya saya sambil ngobrol sama dia,
123 bisa kasih masukan, ajaran-ajaran, dengerin
124 cerita dia. Paling penting saya bisa nerapin
125 soal tanggung jawab, dll yang jadi
126 pegangan saya buat ngasuh anak. Dengan
127 saya ngerjain pesanan masakan dirumah
128 dibantu sama MA, itu jadi waktu khusus
129 saya sama MA. Banyak yang bisa saya
130 ajarin dan bicarain soal perkembangan dia
131 di waktu-waktu itu IV.a.BA
132 Dampak apa sajakah yang mucul - Tidak sesuai
133 berkaitan dengan perkembangan harapan, karna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

134 kepribadian MA khususnya yang enggak total


135 tergolong remaja, saat ibu mengalami ngasuhnya
136 kesulitan mengatur waktu berkerja dan
137 mengasuh anak?
138 Seharusnya menurut saya dampaknya itu,
139 anak saya bisa saja kepribadiannya enggak
140 sesuai harapan saya mbak. Karna kan saya
141 enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya itu IV.b.BA
142 enggak terjadi mbak. Kepribadian anak -Iya jelas
144 saya sesuai dengan harapan saya. mempengaruhi
145 Kemudian bu, untuk dampak yang ibu
146 sebutkan tadi apakah dapat
147 mempengaruhi psikis dan tingkah laku IV.b.1.BA
148 MA khususnya yang tergolong remaja? - Kepribadian tidak
149 Iya jelas mempengaruhi mbak. sesuai harapan
150 Bagaimana hal tersebut dapat ngaruh sama psikis,
151 mempengaruhi bu? Mungkin bisa tingkah laku
152 dijelaskan bu. -kepribadian cuek,
153 Dampak tadi yang saya bilang kan tidak bertanggung
154 kepribadian anak saya bisa aja enggak jawab, tingkah laku
155 sesuai harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis juga tidak
156 apalagi tingkah laku. Misalnya bertanggung jawab.
157 kepribadiannya enggak bagus, cuek, enggak
158 bertanggung jawab. Nanti tingkah lakunya IV.b.2.BA
159 bakal seenaknya mbak, enggak tahu aturan, -Enggak terlihat
160 enggak bertanggung jawab. -kepribadian MA
161 Kemudian apakah dampak-dampak baik, sesuai
162 yang ibu sebutkan terlihat pada MA harapan.
yang tergolong remaja?
Enggak terlihat mbak. Untungnya
kepribadian MA baik, sesuai harapan saya.
sibuk cari nafkah saya juga tetap
mengawasi dan mendidik anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

B. Responden YA
No.
Data Teks Koding
Urut
001 Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai I.a.YA
002 POLA ASUH yang digunakan ibu BA, -Cara orang tua
003 saya ingin bertanya apa yang mas mengasuh anaknya
004 pahami tentang POLA ASUH? Bisa -Ngurusin semua
005 tolong jelaskan. urusan anaknya
006 Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik
007 anaknya, ngajarin hal-hal baik, ngajarin
008 agama, ngelindungin anaknya, ngurusin
009 semua urusan anaknya mulai dari bangun
010 pagi sampe mau tidur malem
011 Baik mas. Dari jawaban mas tadi, kira-
012 kira POLA ASUH seperti apa yang ibu
013 BA terapkan pada anak-anaknya? Bisa
014 diceritakan I.b.YA
015 Ibu ngasih MA kebebasan tapi tetap -Kebebasan tapi
016 ngutamain tanggung jawab. Ibu ngajarin tanggung jawab
017 banyak hal baik tapi ibu ngutamain MA -Ngajarin banyak
018 harus mandiri. Ibu didik anaknya utamain hal baik
019 tanggung jawab mau itu ke diri sendiri atau -Ngutamain mandiri
020 ke orang lain
021 Baik mas. Kemudian menurut mas YA
022 alasan ibu BA memilih POLA ASUH
023 yang dipandang cocok untuk
024 mendampingi anaknya khususnya MA
025 yang tergolong remaja? Bisa dijelaskan II.a.YA
026 mas. -Dari pengalaman
027 Dari pengalaman ibu selama dirumah ibu selama dirumah
028 tantenya itu, belajar ngasuh anak-anak, tantenya ngasuh
029 terus cocok sama cara-caranya, liat juga anak-anak
030 anak-anak yang diasuh disana pada -Cocok sama cara-
031 berhasil. Makannya ibu pilih POLA ASUH caranya
032 yang kaya sekarang dipake, apalagi buat
033 MA pasti cocok.
034 Baik mas. Lalu bagaimana mas YA II.b.YA
035 menilai/melihat keberhasilan POLA -Anak-anaknya baik
036 ASUH yang ibu BA sudah terapkan? -Tanggung jawab
037 Mungkin kalau anak-anaknya berhasil kaya
038 anak-anak tantenya, atau paling untuk saat
039 ini anak-anaknya ibu pada baik-baik,
040 tanggung jawab sama mandiri berarti ibu
041 udah berhasil
042 Baik mas. Kemudian menurut mas YA
043 kekhawatiran apa sajakah yang ibu BA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

044 temukan pada proses mengawasi dan


045 membimbing perkembangan III.a.YA
046 kepribadian, khususnya pada MA yang -Waktu ibu udah
047 tergolong remaja? Menurut yang mas habis buat cari uang
048 YA lihat aja sehari-hari. sama kegiatan
049 Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita gereja
050 ke aku sekalian kaya nitipin MA ke aku, -Kurang bisa
051 aku anak yang paling gede kan dirumah jadi ketemu langsung
052 tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada sama MA.
053 kegiatan atau kerja. Ibu tuh cerita kalau
054 waktu ibu udah habis buat cari uang sama
055 kegiatan gereja. Ibu semuanya ngurus
056 sendiri, enggak ada bantuan dari keluarga
057 besar sedikitpun. Mau itu uang ya enggak
058 ada. Datang kerumah atau kasih kabar juga
059 enggak III.b.YA
060 Nah, dari kekhawatiran yang mas YA -Ngurangin jam
061 sebut tadi, kira-kira menurut mas YA jualan
062 bagaimana cara ibu mengatasi Tadinya dari pagi
063 kekhawatiran tersebut? sampe sore
064 Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion. sekarang sampe
065 Jadi yang tadinya dari pagi sampe sore. siang
066 Sekarang cuma sampe siang aja. Karna ibu
067 cuma sendiri enggak ada yang bantu sama
068 sekali jadi ibu harus mikirin gimana
069 caranya enggak kesulitan ekonomi dan
070 tetep bisa ngasuh anak. Saya rasa ini cara
071 yang terbaik versinya ibu buat ngasuh anak
072 lancar ekonomi juga cukup.
073 Baik mas. Kemudian menurut mas YA
074 dampak apa sajakah yang muncul
075 berkaitan dengan perkembangan IV.a.YA
076 kepribadian MA khususnya yang -Salah gaul
077 tergolong remaja, saat ibu BA -Pribadi enggak
078 mengalami kesulitan mengatur waktu bagus
079 berkerja dan mengasuh anak?
080 Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu
081 ngasuh MA dampaknya MA bisa salah
082 gaul. Pribadinya enggak bagus.
083 Kemudian mas, apakah dampak tersebut
084 dapat mempengaruhi psikis dan tingkah IV.b.YA
085 laku MA khususnya yang tergolong -Bisa
086 remaja? Bisa tolong dijelaskan mas. mempengaruhi
087 Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul, -Tingkah laku jadi
088 ngerokok, ikutan genk, pribadinya bakal cuek
089 berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

090 bakal banyak bohong sama orang tua. -Enggak ada


091 Psikis sama tingkah laku juga ngaruh. tanggung jawabnya.
092 Tingkah lakunya jadi males, cuek, enggak
093 ada tanggung jawabnya.
094 Kemudian apakah dampak-dampak
095 tersebut terlihat pada diri MA yang IV.b.1.YA
096 tergolong remaja? -Enggak terlihat
097 Enggak terlihat. MA pribadinya -MA pribadi
bertanggung jawab. MA juga enggak bertanggung jawab
mudah kena pengaruh. -Enggak mudah
kena pengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

C. Responden MA
No.
Data Teks Koding
Urut
001 Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai I.a.MA
002 POLA ASUH yang digunakan ibu BA, -Cara orang tua
003 saya ingin bertanya apa yang MA ngasuh anak
004 pahami tentang POLA ASUH? Bisa
005 tolong jelaskan.
006 Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya
007 cara ibu ngasuh aku, mas sama adek.
008 Baik cara ngasuh. Nah, kira-kira POLA
009 ASUH seperti apa yang ibu BA terapkan
010 pada anak-anaknya? Bisa diceritakan I.b.MA
011 Ibu ngasuhnya enggak ribet, jadi enggak - Ngasih tahu apa
012 banyak larang-larang tapi aku dikasih tahu aja yang baik
013 apa aja yang baik buat dilakuin, apa aja dilakuin dan enggak
014 yang enggak baik buat dilakuin. Ibu selalu baik dilakuin
015 ngutamain mandiri sama tanggung jawab -Ngutamain mandiri
016 terutama untuk diriku sendiri. Megang erat sama tanggung
017 tanggung jawab nantinya segala hal yang jawab
018 aku lakuin bakalan hal-hal baik aja. Aku
019 nangkep maksud ibu sih kalau aku jadi
020 pribadi yang bertanggung jawab, aku bakal
021 lakuin hal-hal baik, sikap aku bakal baik,
022 karena kalau sampai aku ngelakuin hal
023 buruk kaya mencuri, atau pergaulan enggak
024 bener misalnya aku tahu bakal ada
025 akibatnya, jadi aku harus tanggung jawab
026 sendiri buat apa yang mau aku lakuin atau
027 aku omongin.
028 Kemudian menurut MA apa alasan ibu
029 BA memilih POLA ASUH yang
030 dipandang cocok untuk mendampingi II.a.MA
031 anaknya khususnya yang tergolong - Cara ngasuh cocok
032 remaja? Bisa tolong dijelaskan. -Kalau cocok pasti
033 Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh bakalan berhasil.
034 yang ibu gunain cocok buat dirinya sama
035 cocok buat anak-anaknya. Kalau cocok
036 pasti bakalan berhasil. Dari akunya sendiri
037 sih ngerasanya enggak ada masalah sama
038 pola asuh yang ibu terrapin. Aku nyaman
039 ibu menerapkan berlatih tanggung jawab.
040 Aku pelan-pelan belajar jadi orang yang
041 bertanggung jawab, aku rasa aku udah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

042 dapet banyak manfaat juga kak. Banyak


043 dipercaya orang, aku lihatnya temen-temen
044 ibu juga seneng sama aku, mereka nilai aku
045 pribadi yang baik, bertanggung jawab itu
046 tadi kak.
047 Saya setuju dengan jawabanmu. Lalu
048 bagaimana MA menilai/melihat II.b.MA
049 keberhasilan POLA ASUH yang ibu BA - Kalau anak-anak
050 sudah terapkan? ibu baik-baik
051 Ibu pasti berharap anak-anaknya sukses dan apalagi berhasil
052 baik-baik kaya anak-anak tantenya. Jadi berarti ibu berhasil
053 kalau anak-anak ibu baik-baik apalagi
054 sukses berarti ibu berhasil. Sekarang ibu
055 juga udah berhasil, anak-anak ibu baik-baik
056 semua, enggak ada yang bermasalah.
057 Baiklah kalau begitu. Lalu menurut MA
058 kekhawatiran apa sajakah yang ibu BA
059 temukan pada proses mengawasi dan
060 membimbing perkembangan
061 kepribadian, khususnya pada MA yang
062 tergolong remaja? Sesuai dengan III.a.MA
063 pengalaman dan yang MA lihat sehari- -Susah bagi waktu
064 hari saja. antara urusan gereja,
065 Mungkin ibu susah bagi waktu antara kerja sama ngasuh
066 urusan gereja, kerja sama ngasuh anak. Ibu anak
067 paling aktif nanyain soal aku dan
068 komunikasi terus sama aku sih. Jadi aku
069 lihat ibu paling khawatir sama aku. Apalagi
070 dia banyak kesibukan jadi susah ngatur
071 waktu. Ibu enggak pernah hubungan sama
072 keluarga besar. Enggak pernah dibantu apa-
073 apa, jadi dari dulu ibu sendiri aja urus anak-
074 anaknya. Bantu uang sama sekali enggak,
075 makannya ibu harus kerja sampe susah bagi III.b.MA
076 waktu ketemu sama aku. - Intens komunikasi
077 Lalu menurut MA bagaimana cara ibu lewat hp, media
078 mengatasi kekhawatiran tersebut? sosial, mengurangi
079 Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu jam kerja
080 aktif mantau kita lewat media sosial. Ibu
081 juga ngurangin jam kerja, lebih milih
082 dirumah ambil pesenan nasi kotak buat
083 gereja. Kadang agak kasian lihat ibu apa-
084 apa sendiri. Susah sendiri enggak ada yang
085 bantu, kayak enggak punya keluarga besar,
086 keluarga tuh ya kayak cuma ibu sama anak-
087 anaknya aja. Untungnya ibu aku enggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

089 pernah ngeluh dan semua bisa dia selesaiin


090 sendiri. Waktu aku buat ibu banyak kalau
091 aku bantu ibu masak. Kita biasa sambil
092 ngobrol-ngobrol. Ibu ngajarin banyak, yang
093 enggak pernah lupa soal tanggung jawab,
094 terus soal nilai-nilai hidup juga. Banyak
095 deh yang aku dapet kalau ngobrol berdua
096 sama ibu sambil bantu ibu. Aku ngerasanya
097 kalau habis ngobrol gitu sama ibu kaya
098 pengen jadi orang yang lebih baik lagi, mau
099 lakuin semua yang ibu ajarin terutama soal
100 pribadi bertanggung jawab.
101 Oke. Kemudian menurut MA dampak
102 apa sajakah yang muncul berkaitan IV.a.MA
103 dengan perkembangan kepribadian MA - Kepribadiannya
104 khususnya yang tergolong remaja, saat enggak baik
105 ibu BA mengalami kesulitan mengatur -salah pergaulan
106 waktu berkerja dan mengasuh anak?
107 Soal perkembangan kepribadian ya kak.
108 Dampaknya aku bisa kepribadiannya IV.b.MA
109 enggak baik kak. Salah pergaulan juga bisa - Bisa
110 kak. mempengaruhi
111 Hm ya. Kemudian, apakah dampak -Psikis terganggu
112 tersebut dapat mempengaruhi psikis dan -Tingkah laku jadi
113 tingkah laku remaja? Bisa tolong enggak baik
114 dijelaskan.
115 Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi
116 dampak kaya yang tadi disebutin, salah
117 pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah IV.b.1.MA
118 laku jadi enggak baik. Bisa melawan orang - Enggak terjadi
119 tua, atau mencuri. -Bisa ngontrol diri
120 Kemudian apakah dampak-dampak
121 tersebut kamu rasakan pada dirimu
122 sendiri yang tergolong remaja?
Enggak terjadi sama aku kok kak. Ibu
ngawasin terus. Dari akunya sendiri bisa
ngontrol diriku. Jadi walaupun ibu sibuk
kerja aku tetep bisa jaga diri. Dampak-
dampak tadi enggak terjadi sama aku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Lampiran 3

Lembar Kategorisasi Wawancara

A. Responden BA
Kategorisasi
Verbatim
Tema Subtema
Bentuk POLA POLA ASUH “Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap
ASUH ibu
orang tua pasti punya cara ngasuh anak kan
sebagai orang
tua tunggal mbak, jadi tiap orang tua beda-beda cara
dalam
ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua yang
membimbing
dan ngasuh anak harus ikutin aturan orang tuanya,
mengawasi
enggak boleh ini-itu, ada juga yang
perkembangan
kepribadian sebaliknya”.
remaja
(I.a.BA/003-007)
Ibu memilih Alasan ibu “Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat
POLA ASUH memilih
hasilnya anak tante saya baik semua. Semua
yang tepat POLA ASUH
terutama yang anak saya, saya tegasin benar-benar jadi orang
untuk dipandang
yang bertanggung jawab. Tapi buat MA saya
perkembangan cocok untuk
kepribadian mendampingi lebih perhatian ke dia. Selain karna dia
anaknya anaknya
perempuan, dia masih remaja, Jadi saya lebih
lagi pengertian tentang tanggung jawab ke dia.
Saya yakin cara mengasuh ini sudah tepat
untuk MA setelah saya mencobanya. Awalnya
saya hanya yakin karena melihat anak-anak
dari tante saya tumbuh dengan kepribadian
yang baik dan bertanggung jawab. Kemudian
setelah saya coba pada MA, selain mudah
untuk diterapkan, MA bisa dengan mudah juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

memahami yang saya ajarkan dan terapkan.


Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima sama
MA, saya bisa lihat juga MA benar-benar
menerapkannya. Dia melatih dirinya sendiri
menjadi bertanggung jawab”.
(II.a.BA/032-047)
Ibu sebagai Kekhawatiran “Menghadapi MA yang masih remaja, justru
orang tua
bukan MAnya yang saya khawatirkan, kaya
tunggal
mengatasi yang tadi saya bilang kepribadian MA baik
kekhawatiran
menurut saya. Tapi saya khawatir temen-
dalam
menerapkan temennya, belum tentu baik. Mana saya
POLA ASUH
sendirian masih harus kerja cari uang dan aktif
kegiatan digereja. Yang jadi hambatan
kurangnya waktu buat ketemu anak. Ditambah
lagi saya bener-bener sendiri ngurusin
semuanya. Enggak ada dukungan atau bantuan
ekonomi keluarga besar. Fisiknya aja enggak
nampak sama sekali buat bantu saya ngurus
anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari
setelah saya memutuskan enggak sama suami
lagi”.
Cara (III.a.BA/057-068)
mengatasi “Saya mengambil keputusan ngurangi jam
kekhawatiran kerja saya. Saya jualan sampai siang aja mbak.
Sisanya saya ambil pesenan pecel atau
masakan buat gereja atau acara-acara deket
rumah. Biar perekonomiannya cukup. Enggak
ada bantuan dari keluarga juga bikin saya
sampai sakit hati sendiri. Saya ikut aktif
digereja jadi cara buat saya enggak terpuruk
sendiri. Ikut kegiatan positif digereja bantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

saya nyembuhin luka dihati saya. kayak


enggak dianggap punya saudara besar tapi
enggak nampak sama sekali. Pinter-pinternya
saya ngelola keuangan sih mbak. Jadi tanpa
bantuan keluarga saya tetep bisa cukup secara
keuangan juga tetep bisa ngasuh anak. Saya
menuhin tanggung jawab nerapin pola asuh ke
MA disela-sela saya mengerjakan pesanan
makanan dirumah. MA satu-satunya anak
perempuan saya jadi dia yang paling punya
kesadaran bantu-bantu saya apalagi urusan
masak. Selain hari sabtu sama minggu MA
enggak pernah main sama temennya, bukan
karna saya larang, dia sendiri yang
menentukan main maunya cuma sabtu sama
minggu aja. Itu menguntungkan buat saya,
selain dia bisa bantu saya, saya jadi punya
waktu lebih ketemu dia. Pada saat kerja
pesanan sama MA biasanya saya sambil
ngobrol sama dia, bisa kasih masukan, ajaran-
ajaran, dengerin cerita dia. Paling penting saya
bisa nerapin soal tanggung jawab, dll yang jadi
pegangan saya buat ngasuh anak. Dengan saya
ngerjain pesanan masakan dirumah dibantu
sama MA, itu jadi waktu khusus saya sama
MA. Banyak yang bisa saya ajarin dan
bicarain soal perkembangan dia di waktu-
waktu itu”.
(III.b.BA/071-099)
Dampak yang Dampak “Seharusnya menurut saya dampaknya itu,
muncul
anak saya bisa saja kepribadiannya enggak
berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

dengan sesuai harapan saya mbak. Karna kan saya


perkembangan
enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya itu
kepribadian
remaja secara enggak terjadi mbak. Kepribadian anak saya
umum jika ibu
sesuai dengan harapan saya”.
berfokus
bertanggung (IV.a.BA/133-138)
jawab dalam
Dampak “Dampak tadi yang saya bilang kan
mencari
penghasilan berpengaruh kepribadian anak saya bisa aja enggak sesuai
sehingga sulit
pada psikis harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis apalagi
mengatur
waktu anak tingkah laku. Misalnya kepribadiannya enggak
mengasuh dan
bagus, cuek, enggak bertanggung jawab. Nanti
mengawasi
anak tingkah lakunya bakal seenaknya mbak,
enggak tahu aturan, enggak bertanggung
jawab”.
(IV.b.1.BA/148-155)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

B. Responden YA
Kategorisasi
Verbatim
Tema Subtema
Bentuk POLA POLA ASUH “Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik
ASUH ibu anaknya, ngajarin hal-hal baik, ngajarin
sebagai orang agama, ngelindungin anaknya, ngurusin semua
tua tunggal urusan anaknya mulai dari bangun pagi sampe
dalam mau tidur malem”.
membimbing (I.a.YA/005-008)
dan
mengawasi
perkembangan
kepribadian
remaja
Ibu memilih Alasan ibu “Dari pengalaman ibu selama dirumah
POLA ASUH memilih tantenya itu, belajar ngasuh anak-anak, terus
yang tepat POLA ASUH cocok sama cara-caranya, liat juga anak-anak
terutama yang yang diasuh disana pada berhasil. Makannya
untuk dipandang ibu pilih POLA ASUH yang kaya sekarang
perkembangan cocok untuk dipake, apalagi buat MA pasti cocok”.
kepribadian mendampingi (II.a.YA/020-024)
anaknya anaknya
Ibu sebagai Kekhawatiran “Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita
orang tua ke aku sekalian kaya nitipin MA ke aku, aku
tunggal anak yang paling gede kan dirumah jadi
mengatasi tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada kegiatan
kekhawatiran atau kerja. Ibu tuh cerita kalau waktu ibu udah
dalam habis buat cari uang sama kegiatan gereja. Ibu
menerapkan semuanya ngurus sendiri, enggak ada bantuan
POLA ASUH dari keluarga besar sedikitpun. Mau itu uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

ya enggak ada. Datang kerumah atau kasih


kabar juga enggak”.
Cara
(III.a.YA/046-056)
mengatasi
“Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion.
kekhawatiran
Jadi yang tadinya dari pagi sampe sore.
Sekarang cuma sampe siang aja. Karna ibu
cuma sendiri enggak ada yang bantu sama
sekali jadi ibu harus mikirin gimana caranya
enggak kesulitan ekonomi dan tetep bisa
ngasuh anak. Saya rasa ini cara yang terbaik
versinya ibu buat ngasuh anak lancar ekonomi
juga cukup”.
(III.b.YA/052-058)

Dampak yang Dampak “Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu
muncul ngasuh MA dampaknya MA bisa salah gaul.
berkaitan Pribadinya enggak bagus”.
dengan (IV.a.YA/077-079)
perkembangan “Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul,
Dampak
kepribadian ngerokok, ikutan genk, pribadinya bakal
remaja secara berpengaruh berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
umum jika ibu bakal banyak bohong sama orang tua. Psikis
pada psikis
berfokus sama tingkah laku juga ngaruh. Tingkah
bertanggung anak lakunya jadi males, cuek, enggak ada
jawab dalam tanggung jawabnya”.
mencari (IV.b.YA/084-090)
penghasilan
sehingga sulit
mengatur
waktu
mengasuh dan
mengawasi
anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

C. Responden MA
Kategorisasi
Verbatim
Tema Subtema
Bentuk POLA POLA ASUH “Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya
ASUH ibu cara ibu ngasuh aku, mas sama adek”.
sebagai orang (I.a.MA/005-006)
tua tunggal
dalam
membimbing
dan
mengawasi
perkembangan
kepribadian
remaja
Ibu memilih Alasan ibu “Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh
POLA ASUH memilih yang ibu gunain cocok buat dirinya sama
yang tepat POLA ASUH cocok buat anak-anaknya. Kalau cocok pasti
terutama yang bakalan berhasil. Dari akunya sendiri sih
untuk dipandang ngerasanya enggak ada masalah sama pola
perkembangan cocok untuk asuh yang ibu terrapin. Aku nyaman ibu
kepribadian mendampingi menerapkan berlatih tanggung jawab. Aku
anaknya anaknya pelan-pelan belajar jadi orang yang
bertanggung jawab, aku rasa aku udah dapet
banyak manfaat juga kak. Banyak dipercaya
orang, aku lihatnya temen-temen ibu juga
seneng sama aku, mereka nilai aku pribadi
yang baik, bertanggung jawab itu tadi kak”.
(II.a.MA/027-037)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Ibu sebagai Kekhawatiran “Mungkin ibu susah bagi waktu antara urusan
orang tua gereja, kerja sama ngasuh anak. Ibu paling
tunggal aktif nanyain soal aku dan komunikasi terus
mengatasi sama aku sih. Jadi aku lihat ibu paling
kekhawatiran khawatir sama aku. Apalagi dia banyak
dalam kesibukan jadi susah ngatur waktu. Ibu enggak
menerapkan pernah hubungan sama keluarga besar. Enggak
POLA ASUH pernah dibantu apa-apa, jadi dari dulu ibu
sendiri aja urus anak-anaknya. Bantu uang
sama sekali enggak, makannya ibu harus kerja
sampe susah bagi waktu ketemu sama aku”.
(III.a.MA/052-060)

Cara
“Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu
mengatasi aktif mantau kita lewat media sosial. Ibu juga
ngurangin jam kerja, lebih milih dirumah
kekhawatiran
ambil pesenan nasi kotak buat gereja. Kadang
agak kasian lihat ibu apa-apa sendiri. Susah
sendiri enggak ada yang bantu, kayak enggak
punya keluarga besar, keluarga tuh ya kayak
cuma ibu sama anak-anaknya aja. Untungnya
ibu aku enggak pernah ngeluh dan semua bisa
dia selesaiin sendiri. Waktu aku buat ibu
banyak kalau aku bantu ibu masak. Kita biasa
sambil ngobrol-ngobrol. Ibu ngajarin banyak,
yang enggak pernah lupa soal tanggung jawab,
terus soal nilai-nilai hidup juga. Banyak deh
yang aku dapet kalau ngobrol berdua sama ibu
sambil bantu ibu. Aku ngerasanya kalau habis
ngobrol gitu sama ibu kaya pengen jadi orang
yang lebih baik lagi, mau lakuin semua yang
ibu ajarin terutama soal pribadi bertanggung
jawab”.
(III.b.MA/063-079)
Dampak yang Dampak “Soal perkembangan kepribadian ya kak.
muncul Dampaknya aku bisa kepribadiannya enggak
berkaitan baik kak. Salah pergaulan juga bisa kak”.
dengan (IV.a.MA/103-105)
perkembangan
Dampak
kepribadian “Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi
remaja secara berpengaruh dampak kaya yang tadi disebutin, salah
umum jika ibu pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah
pada psikis
berfokus laku jadi enggak baik. Bisa melawan orang
bertanggung anak tua, atau mencuri”.
jawab dalam (IV.b.MA/110-114)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

mencari
penghasilan
sehingga sulit
mengatur
waktu
mengasuh dan
mengawasi
anak

Lampiran 4
Tabel Penyaringan Data

Kategori
Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Bentuk POLA POLA -Cara “Cara orang tua POLA ASUH
ASUH ibu ASUH orang tua mengasuh merupakan
sebagai orang ngasuh anaknya. Tiap cara orang tua
tua tunggal anaknya orang tua pasti mengasuh
dalam -Tiap punya cara ngasuh anaknya.
membimbing orang tua anak kan mbak, Setiap orang
dan beda-beda jadi tiap orang tua tua memiliki
mengawasi cara beda-beda cara cara
perkembangan ngasuh ngasuh anaknya. mengasuhnya
kepribadian anaknya Semisal ada orang masing-
remaja tua yang ngasuh masing.
anak harus ikutin
aturan orang
tuanya, enggak
boleh ini-itu, ada
juga yang
sebaliknya”.
(I.a.BA/003-007) POLA ASUH
adalah cara
-Cara “Cara orang tua orang tua
orang tua ngasuh anak. mengasuh
mengasuh Kaya didik anaknya,
anaknya anaknya, ngajarin diantaranya
hal-hal baik, mendidik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

-Ngurusin ngajarin agama, melindungi,


semua ngelindungin mengurus
urusan anaknya, ngurusin semua
anaknya semua urusan keperluan
anaknya mulai anak.
dari bangun pagi
sampe mau tidur
malem”. POLA ASUH
(I.a.YA/005-008) adalah cara
orang tua
-Cara “Cara orang tua mengasuh
orang tua ngasuh anak. anak.
ngasuh Sama aja kaya
anak cara ibu ngasuh
aku, mas sama
adek”.
(I.a.MA/005-006)

Kategori
Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Ibu memilih Alasan ibu -Milih cara “Saya milih cara Alasan
POLA ASUH memilih ngasuh ngasuh itu karna memilih
yang tepat POLA seperti itu udah lihat cara
terutama ASUH yang karna udah hasilnya anak mengasuh
untuk dipandang lihat tante saya baik yang
perkembangan cocok untuk hasilnya semua. Semua digunakan
kepribadian mendampingi anak saya, saya saat ini
anaknya anaknya tegasin benar- karena
benar jadi orang sudah
yang melihat
bertanggung dengan cara
jawab. Tapi buat itu orang
MA saya lebih bisa
perhatian ke dia. mengasilkan
Selain karna dia anak yang
perempuan, dia bertanggung
masih remaja, jawab.
Jadi saya lebih
lagi pengertian
tentang tanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

jawab ke dia.
Saya yakin cara
mengasuh ini
sudah tepat
untuk MA
setelah saya
mencobanya.
Awalnya saya
hanya yakin
karena melihat
anak-anak dari
tante saya
tumbuh dengan
kepribadian yang
baik dan
bertanggung
jawab.
Kemudian
setelah saya coba
pada MA, selain
mudah untuk
diterapkan, MA
bisa dengan
mudah juga
memahami yang
saya ajarkan dan
terapkan. Setelah
lihat pola asuh
saya bisa
diterima sama
MA, saya bisa
lihat juga MA
benar-benar
menerapkannya.
Dia melatih
dirinya sendiri
-Dari menjadi
pengalaman bertanggung
ibu selama jawab”. Alasan
dirumah (II.a.BA/032- memilih
tantenya 047) cara
ngasuh mengasuh
anak-anak “Dari yang
-Cocok pengalaman ibu digunakan
sama cara- selama dirumah saat ini
caranya tantenya itu, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

belajar ngasuh cocok


anak-anak, terus dengan cara
cocok sama cara- tersebut.
caranya, liat juga
anak-anak yang
diasuh disana
pada berhasil.
Makannya ibu
- Cara pilih POLA
ngasuh ASUH yang
cocok kaya sekarang
-Kalau dipake, apalagi
cocok pasti buat MA pasti Alasan
bakalan cocok”. memilih
berhasil. (II.a.YA/020- cara
024) mengasuh
yang
“Yang pasti digunakan
karna cocok kak. saat ini
Cara ngasuh karena
yang ibu gunain cocok untuk
cocok buat ibu dan
dirinya sama cocok untuk
cocok buat anak- anak-
anaknya. Kalau anaknya.
cocok pasti Yakin bila
bakalan berhasil. caranya
Dari akunya cocok pasti
sendiri sih akan
ngerasanya berhasil.
enggak ada
masalah sama
pola asuh yang
ibu terrapin. Aku
nyaman ibu
menerapkan
berlatih
tanggung jawab.
Aku pelan-pelan
belajar jadi
orang yang
bertanggung
jawab, aku rasa
aku udah dapet
banyak manfaat
juga kak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Banyak
dipercaya orang,
aku lihatnya
temen-temen ibu
juga seneng
sama aku,
mereka nilai aku
pribadi yang
baik,
bertanggung
jawab itu tadi
kak”.
(II.a.MA/027-
037)

Kategori
Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Ibu sebagai Kekhawatiran - “Menghadapi Kekhawatiran
orang tua Kurangnya MA yang masih dalam
tunggal waktu buat remaja, justru menerapkan
mengatasi ketemu bukan MAnya POLA ASUH
kekhawatiran anak yang saya adalah
dalam khawatirkan, kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

menerapkan kaya yang tadi waktu


POLA saya bilang bertemu anak.
ASUH kepribadian MA
baik menurut
saya. Tapi saya
khawatir temen-
temennya,
belum tentu
baik. Mana saya
sendirian masih
harus kerja cari
uang dan aktif
kegiatan
digereja. Yang
jadi hambatan
kurangnya
waktu buat
ketemu anak.
Ditambah lagi
saya bener-bener
sendiri ngurusin
semuanya.
Enggak ada
dukungan atau
bantuan
ekonomi
keluarga besar.
Fisiknya aja
enggak nampak
sama sekali buat
bantu saya
ngurus anak-
anak atau bantu
kehidupan
sehari-hari
setelah saya
memutuskan
Mengatasi enggak sama Kekhawatiran
Kekhawatiran -Waktu ibu suami lagi”. dalam
udah habis (III.a.BA/057- menerapkan
buat cari 068) POLA ASUH
uang sama adalah waktu
kegiatan “Paling soal yang ibu
gereja waktu sih mbak. miliki sudah
-Kurang Ibu suka cerita habis untuk
bisa ke aku sekalian mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

ketemu kaya nitipin MA nafkah dan


langsung ke aku, aku anak aktif kegiatan
sama MA. yang paling gede gereja
kan dirumah jadi sehingga
tugasku jaga kurang bisa
adek-adek kalau bertemu
ibu ada kegiatan langsung
atau kerja. Ibu dengan anak.
tuh cerita kalau
waktu ibu udah
habis buat cari
uang sama
kegiatan gereja.
Ibu semuanya
ngurus sendiri,
enggak ada
bantuan dari
keluarga besar
sedikitpun. Mau
itu uang ya
enggak ada.
Datang kerumah Kekhawatiran
-Susah atau kasih kabar dalam
bagi waktu juga enggak”. menerapkan
antara (III.a.YA/046- POLA ASUH
urusan 056) adalah ibu
gereja, kesulitan
kerja sama “Mungkin ibu membagi
ngasuh susah bagi waktu antara
anak waktu antara bekerja, aktif
urusan gereja, kegiatan
kerja sama gereja dan
ngasuh anak. Ibu mengasuh
paling aktif anak.
nanyain soal aku
dan komunikasi
terus sama aku
sih. Jadi aku
lihat ibu paling
khawatir sama
aku. Apalagi dia
banyak
kesibukan jadi
susah ngatur
waktu. Ibu
enggak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

hubungan sama
keluarga besar.
Enggak pernah
dibantu apa-apa,
jadi dari dulu ibu
sendiri aja urus
anak-anaknya.
Bantu uang
sama sekali
enggak,
makannya ibu
harus kerja
sampe susah
bagi waktu
ketemu sama
aku”.
(III.a.MA/052-
060)

Kategori
Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Dampak- Dampak -Tidak “Seharusnya - Tidak sesuai
dampak pola yang sesuai menurut saya harapan, karna
asuh terhadap muncul harapan, dampaknya itu, enggak total
perkembanga tidak anak saya bisa ngasuhnya
n kepribadian optimal saja
anaknya mengasuh kepribadiannya
enggak sesuai
harapan saya
mbak. Karna
kan saya
enggak total
ngasuhnya.
Tapi untungnya
itu enggak
terjadi mbak.
Kepribadian
anak saya
sesuai dengan
harapan saya”
(IV.a.BA/133-
138)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

-Bisa salah
“Kalau ibu gaul
-Salah Gaul, sibuk kerja -Pribadi
Pribadi susah atur menjadi
enggak waktu ngasuh enggak bagus
bagus MA
dampaknya
MA bisa salah
gaul.
Pribadinya
enggak bagus”
(IV.a.YA/077-
079)
Kepribadianny
Kepribadian a bisa enggak
enggak baik, “Soal baik,
salah gaul perkembangan bisa salah
kepribadian ya pergaulan
kak.
Dampaknya
aku bisa
kepribadiannya
enggak baik
kak. Salah
pergaulan juga
bisa kak”
Dampak (IV.a.MA/103-
berpengaru 105) - Kepribadian
h pada Kepribadian tidak sesuai
Psikis dan tidak sesuai “Dampak tadi harapan ngaruh
tingkah harapan dan yang saya sama psikis,
laku anak cuek, ngaruh bilang kan tingkah laku
sama psikis kepribadian -kepribadian
dan tingkah anak saya bisa cuek, tidak
laku aja enggak bertanggung
sesuai harapan, jawab, tingkah
Itu nanti ngaruh laku juga tidak
sama psikis bertanggung
apalagi tingkah jawab.
laku. Misalnya
kepribadiannya
enggak bagus,
cuek, enggak
bertanggung
jawab. Nanti
tingkah lakunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

bakal
seenaknya
mbak, enggak
tahu aturan,
enggak
bertanggung
jawab” -Bisa
Berpengaruh (IV.b.1.BA/148 mempengaruhi
, tingkah -155) -Tingkah laku
laku cuek, jadi cuek
tidak ada “Bisa -Enggak ada
tanggung mempengaruhi. tanggung
jawab Kalau MA jawabnya
salah gaul,
ngerokok,
ikutan genk,
pribadinya
bakal berubah,
enggak ada
tanggung
jawabnya,
bakal banyak
bohong sama
orang tua.
Psikis sama
tingkah laku
juga ngaruh.
Tingkah
lakunya jadi
males, cuek, - Bisa
enggak ada mempengaruhi
Berpengaruh tanggung -Psikis
, psikis jawabnya” terganggu
terganggu, (IV.b.YA/084- -Tingkah laku
tingkah laku 090) jadi enggak
tidak baik baik
“Bisa
mempengaruhi
kak. Kan kalau
terjadi dampak
kaya yang tadi
disebutin, salah
pergaulan
berarti psikis
terganggu,
tingkah laku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

jadi enggak
baik. Bisa
melawan orang
tua, atau
mencuri”
(IV.b.MA/110-
114)

Anda mungkin juga menyukai