Anda di halaman 1dari 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH POLA ASUH PADA ATTACHMENT REMAJA DENGAN AYAH


BERPROFESI MILITER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Maria Annunciata Andin Marchelyna

109114116

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan

Segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal

(Ayub 42: 2)

Aku tidak takut dengan masa depan, yang aku


takutkan jika hari ini aku tidak melakukan yang terbaik
yang bisa aku lakukan.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

KARYA INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA

Tuhan Yesus yang selalu memberikan

berkah yang luar biasa dalam

setiap langkah hidupku

Papa dan Mama tersayang

yang selalu memberikan doa dan memberi semangat

Adik, Suami dan Anakku yang

selalu memberikan semangat

Sahabat-sahabatku yang selalu setia

dalam keadaan apapun

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH POLA ASUH PADA ATTACHMENT REMAJA DENGAN AYAH


BERPROFESI MILITER

Maria Annunciata Andin Marchelyna

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh dan attachment remaja dengan ayah
berprofesi militer. Hipotesis penelitian menyatakan ada pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh
demokratis terhadap kelekatan aman, pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh otoriter terhadap
kelekatan takut menghindar, pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh permisif terhadap kelekatan
terpreokupasi, dan pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh penelantar terhadap kelekatan menolak.
Subjek adalah 40 remaja dengan ayah berprofesi militer. Analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh demokratis
terhadap kelekatan aman (t =7,878; sig=0,000), terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh otoriter
terhadap kelekatan takut menghindar (t =6,910; sig=0,000), terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pola
asuh permisif terhadap kelekatan terpreokupasi (t=11,146; sig=0,000), dan terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara pola asuh penelantar terhadap kelekatan menolak (t =11,765; sig =0,000).

Kata Kunci : pola asuh, kelekatan

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE INFLUENCE OF PARENTING STYLE FOR ATTACHMENT OF


TEENAGERS WITH FATHERS OF MILITARY BACKGROUND

Maria Annunciata Andin Marchelyna

ABSTRACT
The aim of this research was to comprehend the influence of parenting for attachment of teenagers with
fathers of military background. Hypotheses in this research, a positive and significant influence between
democratic parenting with secure attachment, positive and significant influence between authoritarian parenting
with fearfull-avoidant attachment, positive and significant influence between permissive parenting with pre-
occupied attachment, and positive and significant neglecter parenting with dismissing attachment. The subjects
were 40 teenagers who have father’s of military background. The method of analysis data that has been used in
this research is regressin’s analysis. The result of regression’s analysis showed that there is a positive and
significant influence between democratic parenting for secure attachment (t=7,878; sig=0,000), there is a
positive and significant influence between authoritarian parenting for fearfull-avoidant attachment (t=6,910;
sig=0,000), there is a positive and significant influence between permissive parenting for pre-ocupied
attachment (t=11,146; sig= 0,000), and there is a positive and significant influence between neglecter parenting
for dismissing attachment (t =11,765; sig =0,000).

Keyword : parenting style, attachment

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segaala rahmat dan kasih-Nya yang
luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penulisan skripsi,
penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki, sehingga dengan bantuan dari berbagai
pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Tarsisus Priyo Widiyanto M.Si, selakuDekan Fakultas Psikologi


Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Psi, selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas


Sanata Dharma.

3. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi., M.A selaku Wakaprodi Fakultas Psikologi


Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Debri Pristinella M.si, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dalam
penulisan skripsi hingga bab III, koreksi dan ilmu pengetahuannya dalam penulisan
skripsi ini.

5. Ibu Ratri Sunar Astuti M.Si, selaku Dosen Pembimbing selama pengerjaan skripsi ini.
Terimakasih atas kesediaan dalam membimbing dan memberikan saran selama
pengerjaan skripsi ini dengan penuh kesabaran dan perhatiannya.

6. Bapak Dr. Tarsius Priyo Widiyanto M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis selama kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

7. Semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis.

8. Semua Staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang dengan kerendahan
hati dan keramahan membantu penulis selama ada di Fakultas Psikologi

9. Kedua orang tuaku yang saya sayangi. Tidak cukup rasa terima kasihku untuk
membalas semua hal yang kalian berikan selama aku hidup.

10. Adikku Bagas, partner kelahi dan bercanda. Aku mengasihimu walaupun kita sering
tidak akur.

11. Suami dan anakku Nathan yang sangat aku sayangi. Kehadiran kalian membuat lebih
berwarna hidupku dan menjadi semangat. Terima kasih untuk dukungannya.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDUL…………………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………………… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………………….. vi

ABSTRAK…………………………………………………………………………….... vii

ABSTRACT…………………………………………………………………………….... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………. ix

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... x

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………. xvi

DAFTAR BAGAN……………………………………………………………………... xviii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………. xxi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang………………………………………………………………... 1

B. Tujuan Penelitian……………………………………………………………… 7

C. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 7

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….. 7

1. Manfaat Teoritis………………………………………………………….... 7

2. Manfaat Praktis……………………………………………………………. 8

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………….. 9

A. Pola Asuh……………………………………………………………………... 9

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Pengertian Pola Asuh………………………………………………………. 9

2. Jenis-jenis Pola Asuh…………………………………………………........ 9

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh…………………………………….. 11

4. Dampak Pola Asuh Orang Tua…………………………………………….. 12

B. Kelekatan (Attachment)………………………………………………………... 13

1. Pengertian Kelekatan………………………………………………………. 13

2. Jenis-jenis Gaya Kelekatan………………………………………………… 14

3. Mekanisme Terbentuknya Kelekatan………………………………………. 16

4. Figur Lekat…………………………………………………………………. 17

5. Faktor yang Mempengaruhi Kelekatan…………………………………….. 18

6. Kelekatan Remaja…………………………………………………………... 18

7. Kelekatan dengan Ayah……………………………………………………. 19

C. Remaja………………………………………………………………………… 20

1. Pengertian remaja…………………………………………………………. 20

2. Aspek-aspek Perkembangan remaja………………………………………. 21

D. Ayah Berprofesi Militer……………………………………………………… 23

1. Peran Ayah……………………………………………………………….. 23

2. Profesi Militer…………………………………………………………….. 24

E. Pengaruh Pola Asuh danAttachment…………………………………………. 26

F. Bagan Hubungan……………………………………………………………... 28

G. Hipotesis……………………………………………………………………… 29

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………….. 30

A. Jenis Penlitian…………………………………………………………………. 30

B. Variabel Penelitian………………………………………………………….. 30

1. Variabel Tergantung……………………………………………………….. 30

2. Variabel Bebas……………………………………………………………... 30

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………………………... 30

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Attachment………………………………………………………………… 30

2. Pola Asuh…………………………………………………………………. 30

D. Subjek Penelitian…………………………………………………………….. 31

E. Metode Pengambilan Sampel………………………………………………… 31

F. Instrumen Penelitian………………………………………………………….. 32

1. Skala Attachment (Kelekatan)……………………………………………... 32

2. Skala Pola Asuh…………………………………………………………… 33

G. Validitas dan Realibilitas ……………………………………………………. 38

1. Validitas…………………………………………………………………… 38

2. Realibilitas………………………………………………………………..... 39

3. Analisis dan Seleksi Item………………………………………………….. 39

H. Metode Analisis Data………………………………………………………… 40

1. Uji Regresi………………………………………………………………… 40

2. Uji Asumsi………………………………………………………………… 40

3. Uji Hipotesis………………………………………………………………. 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………… 42

A. Persiapan Penelitian………………………………………………………… 42

B. Deskripsi Data Penelitian……………………………………………………. 43

C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian………………………………………….. 45

1. Hasil Uji Coba Skala Attachment (kelekatan)……………………………. 45

2. Hasil Uji Coba Skala Pola Asuh…………………………………………. 48

D. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………………… 53

E. Analisis Data Penelitian……………………………………………………. 54

1. Uji Asumsi……………………………………………………………… 54

2. Uji Hipotesis…………………………………………………………..... 55

F. Pembahasan………………………………………………………………… 57

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………. 60

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Kesimpulan……………………………………………………………........ 60

B. Saran……………………………………………………………………….. 60

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………… 65

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Blue Print skala Attachment (sebelum analisis dan seleksi item)……………… 33

Tabel 2: Blue Print skala Pola Asuh Demokratis (sebelum analisis dan seleksi item)….... 35

Tabel 3 : Blue Print skala Pola Asuh Otoriter(sebelum analisis dan seleksi item)……….. 36

Tabel 4 : Blue Print skala Pola Asuh Permisif (sebelum analisis dan seleksi item)…….... 37

Tabel 5 : Blue Print skala Pola Asuh Penelantar (sebelum analisis dan seleksi item)……. 38

Tabel 6 : Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian………………………………………….. 43

Tabel 7 : Data Usia Subjek Penelitian……………………………………………………. 44

Tabel 8 : Data Pangkat Ayah Subjek Penelitian………………………………………….. 45

Tabel 9 : Skala Attachment………………………………………………………………… 46

Tabel 10 : Distribusi Skala Attachment Setelah Seleksi Item…………………………….. 47

Tabel 11 : Skala Pola Asuh Demokratis………………………………………………….. 48

Tabel 12 : Skala Pola Asuh Otoriter……………………………………………………… 49

Tabel 13 : Skala Pola Asuh Permisif …………………………………………………….. 49

Tabel 14 : Skala Pola Asuh Penelantar…………………………………………………… 50

Tabel 15 : Distribusi Skala Pola Asuh Demokratis Setelah Seleksi Item………………… 51

Tabel 16 : Distribusi Skala Pola Asuh Otoriter Setelah Seleksi Item…………………….. 51

Tabel 17 : Distribusi Skala Pola Asuh Permisif Setelah Seleksi Item……………………. 52

Tabel 18 : Distribusi Skala Pola Asuh Penelantar Setelah Seleksi Item…………………. 52

Tabel 19 : Deskripsi Data Penelitian……………………………………………………… 53

Tabel 20 : Uji Normalitas Pola Asuh dan Attahment……………………………………... 54

Tabel 21 : Uji Linearitas Variabel………………………………………………………… 55

Tabel 22 : Hasil Uji Hipotesis Variabel Pola Asuh Demokratis dan Kelekatan Aman….. 55

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 23 : Hasil Uji Hipotesis Variabel Pola Asuh Otoriter dan Kelekatan

Takut Menghindar……………………………………………………………. 56

Tabel 24 : Hasil Uji Hipotesis Variabel Pola Asuh Permisif dan Kelekatan

Terpreokupasi…………………………………………………………………. 56

Tabel 25 : Hasil Uji Hipotesis Variabel Pola Asuh Penelantar dan Kelekatan

Menolak……………………………………………………………………….. 57

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1 : Bagan Hubungan……………………………………………………… 28

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa remaja, relasi antara orang tua dan remaja menimbulkan sikap

saling tergantung satu sama lain yang bertahan dalam waktu lama. Ikatan relasi

yang hangat, mendalam dan berkualitas antara orang tua dan remaja mampu

membantu remaja dalam mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam

dirinya (Widiastuti, 2004).

Masa remaja adalah periode perubahan yang signifikan pada relasi

kelekatan (attachment). Masa remaja menentukan proses perkembangan. Interaksi

dengan orang tua terbentuk di pikiran dan tingkah laku sejak masih anak-anak,

mempersiapkan mereka berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya

(Hurlock, 1990). Remaja berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan orang

tuanya. Mereka ingin mengambil keputusan sendiri, tetapi pemikiran-pemikiran

mereka kurang mendalam (Singgih, 1990). Pada remaja terjadi perubahan fisik,

proses pencarian jati diri, persahabatan di dalam peer group (teman sebaya), dan

interaksi dengan keluarga.

Hubungan kelekatan remaja terbentuk pada siapa saja yang memenuhi

kebutuhan mereka secara fisik dan emosional. Remaja laki-laki lebih menikmati

dan lebih puas saat terlibat dalam aktivitas dengan ayah daripada dengan ibu

(Widiastuti, 2004). Penelitian Frank (dalam Johansen, 2000) menunjukkan bahwa

remaja yang mendapat dukungan dan berkomunikasi secara intensif dengan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ayahnya memiliki kebebasan yang lebih besar untuk bereksplorasi menjadi

dirinya sendiri, menemukan jati dirinya, dn mencoba kemampuan dirinya.

Interaksi dengan ayah yang penuh perhatian, akrab dan dapat diandalkan

berpengaruh baik pada pertumbuhan sosial remaja (Santrock, 2005).

Remaja yang lekat dengan ayah memiliki kemampuan yang sangat tinggi

untuk berempati, dan mampu melakukan penyesuaian diri. Kelekatan tersebut

dapat dijadikan prediktor bagi remaja dalam menjalin hubungan dengan teman

sebaya atau pun hubungan yang akan terjalin nantinya dengan orang lain.

Ketidaklekatan dengan ayah pada remaja laki-laki mengakibatkan kaburnya cirri

maskulinitas dan pada remaja perempuan mengakibatkan longgarnya dalam

aktivitas seksual. Widiastuti (2004) menambahkan bahwa tidak adanya kelekatan

dengan ayah menjadi faktor pendorong bagi anak untuk melakukan tindakan

kriminalitas.

Ayah memiliki peran cukup penting pada perkembangan anaknya. Secara

tradisional, dalam keluarga lengkap ibu yang berperan sebagai pengasuh utama

dan ayah sebagai sebagai pencari nafkah. Seorang psikolog (Siregar dalam

Hikmah, 2005) menyatakan bahwa kultur di Asia, termasuk di Indonesia,

memisahkan dengan tegas pembagian peran ayah dan ibu dalam urusan rumah

dan urusan di luar rumah. Ayah lebih banyak di luar untuk mencari nafkah serta

bertanggung jawab sebagai kepala keluarga, sementara ibu bertugas di rumah

untuk mengasuh keluarga. Psikolog sosial Pratama (dalam Hikmah,2005)

menyatakan bahwa peran ayah sering identik sebagai sosok yang menjaga dan

melindungi keluarga agar terasa aman dan nyaman. Seiring dengan perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang terjadi di masyarakat, ayah merupakan sosok penting dalam perkembangan

anak .

Bartholomew (dalam Baron dan Bryne, 2005) menyatakan bahwa jenis

kelekatan terbagi menjadi empat. Pertama, jenis kelekatan aman (secure

attachment). Kedua, jenis kelekatan takut-menghindar (fearfull-avoidant

attachment). Ketiga, jenis kelekatan terpreokupasi (pre-occupied attachment) dan

yang terakhir jenis kelekatan menolak (dismissing attachment). Pola kelekatan

yang terbentuk sejak bayi mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya

terutama dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sebagian besar anak telah

membentuk kelekatan dengan pengasuh utama (primary care giver) pada usia

sekitar delapan bulan dengan proporsi 50% pada ibu, 33% pada ayah dan sisanya

pada orang lain (Sutchliffe, 2002). Anak mendapat keamanan dan kenyamanan

melalui pola kelekatan yang ditanamkan oleh orang tua.

Respon yang tidak sesuai dalam memahami kebutuhan anak diduga

merupakan akibat dari attachment yang rendah. Kelekatan adalah salah satu

komponen yang ada dalam hubungan orang tua dan anak . Kedekatan yang terjadi

antara orang tua dan anak terbentuk dari pola asuh.

Rini (2008) menyatakan bahwa orang tua dengan pola asuh yang tepat

menumbuhkan ikatan emosional atau kelekatan yang aman. Faktor kualitas

pengasuhan meliputi kepekaan orang tua untuk merespon secara konsisten, tepat,

dan penuh kehangatan berkaitan dengan kelekatan ( attachment style).

Tarmudji (2001) menjelaskan pola asuh orang tua adalah interaksi antara

anak dan orang tua selama melakukan kegiatan pengasuhan. Setiap perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cenderung memberikan dampak yang berbeda bagi kepribadian anak. Keluarga

menjadi sumber ancaman dan ketidaktentraman anak, karena perlakuan salah

yang sering diterima anak dari keluarga, khususnya orang tua. Penelitian

Andayani (2001) menemukan bahwa hasil-hasil perlakuan salah (maltreated)

terhadap anak sebagian besar dilakukan oleh orang tua mereka. Pola asuh yang

baik menghasilkan hubungan timbal balik yang baik antara orang tua dan anak.

Ayah memiliki peran dalam pengasuhan. Seorang ayah terlibat dalam pengasuhan

dengan berinteraksi pada anak dan memanfaatkan sumber daya, baik fisik,

kognisi, dan afeksinya (Andyani dan Koentjoro, 2004). Jenis pekerjaan tertentu

akan berpengaruh secara psikologis terhadap pola asuh yang diterapkan (Hanif,

2005).

Seorang TNI mempunyai pekerjaan yang bersifat disiplin dengan

tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya. Remaja memiliki rasa ingin tahu

yang tinggi. Interaksi pengasuhan ayah militer yang cenderung tegas dan disiplin

membuat remaja kurang nyaman bahkan dapat memberontak. Kasus CZ

mengungkapkan bahwa hubungan dengan ayahnya kurang akrab karena sikap

ayah yang terlalu tegas dan disiplin. Profesi ayah sebagai TNI membuat ayah

jarang di rumah. Inilah yang dapat membuat hubungan di antara mereka menjadi

tidak dekat.

Baumrind (1967) mengungkapkan bahwa ada empat jenis pola asuh yaitu

otoriter (authoritarian), demokratis (authoritative), permisif dan penelantar atau

mengabaikan. Orang tua otoriter menetapkan kontrol perilaku yang tinggi dan

mengakibatkan kehangatan menjadi rendah. Orang tua demokratis menetapkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kontrol perilaku yang tinggi tetapi disampaikan dengan lembut sehingga membuat

kehangatan menjadi tinggi. Orang tua permisif menetapkan kontrol perilaku yang

rendah sehingga membuat kehangatan menjadi tinggi namun lebih terkesan

memanjakan. Pola asuh mengabaikan menggambarkan orang tua yang tidak

terlibat dalam urusan anak dan cenderung lalai. Orang tua penelantar atau

mengabaikan menetapkan kontrol perilaku rendah sehingga kehangatan menjadi

rendah. Pola asuh penelantar disebabkan ketidakhadiran orang tua di dekat anak.

Profesi militer dikenal sebagai profesi yang mengharuskan anggotanya

berpindah-pindah tempat untuk bertugas. Keluarga juga tidak selalu mengikuti ke

tempat tugas. Seperti hasil wawancara dari seorang ayah yang berprofesi sebagai

TNI. Komunikasi lebih sering dilakukan via telepon dikarenakan tugasnya di luar

kota dan jauh. Pola asuh yang dipersepsikan tergantung dari masing-masing orang

dan tidak bisa disamakan. Dia berusaha mengajarkan untuk hidup disiplin,

mandiri dan sederhana (JO 52 tahun, 21 Maret 2015).

Ayah berprofesi TNI-AD pada Asrama Sapta Marga IV lingkungan IV

memiliki peran dalam keluarga. Mereka menciptakan keluarga yang harmonis

(Baramuli, 2013). Dalam mencapai hal diperlukan sebuah komunikasi antar

pribadi sesama anggota keluarga. Kendala yang paling berat dirasakan istri dan

anak adalah berkomunikasi dengan ayah. Ayah sebagai pemimpin dalam keluarga

memiliki kewenangan atau berkuasa sepenuhnya melakukan apa saja sesuai

dengan keinginannya. Pernyataan JO (52 tahun) menegaskan bahwa beberapa

prinsip komando yang terbawa dalam pengasuhan membuat sikap ayah terkesan

tegas pada anak. Beberapa prinsip komando seperti disiplin, rasa tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(pantang berkata tidak pada komandan), pantang menyerah, jiwa kepemimpinan

dan sikap saling menolong atau kerjasama. Pandangan masyarakat menyatakan

bahwa anak dari orang tua yang militer cenderung memiliki hubungan kurang

akrab dan diharuskan patuh pada perintah. Seperti penelitian yang dilakukan

Revina dan Turhan (2015) di asrama militer bahwa seorang anak yang diberi

hukuman dengan cara dipukul, memasukannya ke kamar mandi serta

memasukanya ke dalam penjara asrama dikarenakan keluar tengah malam dengan

kekasihnya saat ayahnya sedang bertugas.

Pernyataan CZ menjelaskan bahwa sang ayah jarang mendengarkan

pendapatnya sehingga membuatnya harus mematuhi perintah sang ayah. Anak-

anak yang mempunyai orang tua militer terkadang melawan dengan tuntutan dari

ayah. Masyarakat beranggapan bahwa mereka yang memiliki orang tua militer

tidak dapat bebas dalam mengambil keputusan dan bertindak. Oleh karena itu,

banyak pandangan negatif terhadap anak yang memiliki orang tua berlatar

belakang militer.

Baramuli (2013) menyatakan bahwa orang tua yang berprofesi TNI

menerapkan komunikasi yang sangat tegas dan disiplin. Penerapan kedisiplinan

sangatlah penting agar segala sesuatu berjalan dengan lancar, baik dan teratur.

Adakalanya kedisiplinan yang tinggi dapat berakibat kurang produktif.

Pengekangan yang berlebihan akan menyebabkan trauma untuk anak. Oleh karena

itu, keluarga militer identik dengan sikap tegas. Terlihat dari cara atau gaya

penyampaian pesan dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kelekatan menjadi penting untuk diteliti karena kelekatan seseorang akan

berlangsung hingga dewasa bahkan sepanjang hidupnya (Ervika, 2005). Ketika

masih bayi, pengasuh menjadi sumber rasa aman untuk membentuk anak

mengeksplorasi lingkungan. Pada masa remaja, sumber rasa aman dari pengasuh

tetap menjadi dasar menghadapi dunia luar serta dalam menghadapi tekanan dari

teman, mengembangkan identitas diri, mencapai kemandirian dan merencanakan

masa depan.

Penelitian tentang pola asuh dengan ayah berprofesi militer menjadi

penting untuk diteliti karena profesi militer yang indentik dengan sikap keras.

Prinsip-prinsip komando dalam militer secara tidak langsung akan terbawa dalam

pengasuhan. Pada pola asuh harus adanya sikap responsitivitas, sensitivitas, kasih

sayang dan lainnya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui

jenis pola asuh yang diterapkan oleh ayah berprofesi militer.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pola asuh pada attachment remaja dengan ayah

berprofesi militer.

C. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh pola asuh pada attachment remaja dengan ayah

berprofesi militer ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hasil penelitian ini diharapkan menambah bahan kajian berkaitan dengan

pengaruh pola asuh pada kelekatan remaja dengan ayah berprofesi militer.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan bagi

peneliti selanjutnya dalam memahami pengaruh pola asuh pada kelekatan

remaja dengan ayah berprofesi militer.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pola Asuh

1. Pengertian Pola Asuh

Orang tua memiliki peran mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak

disebut pola pengasuhan. Kenny (1991) mengungkapkan bahwa pola asuh adalah

cara orang tua untuk membentuk perilaku anak-anak mereka yang meliputi semua

peringatan dan aturan, pengajaran dan perencanaan, contoh dan kasih sayang serta

pujian.

Baumrind (1967) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah segala bentuk

proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak dalam keluarga, yang

memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Pola pengasuhan

terbentuk dari kombinasi kehangatan dan aturan di dalamnya.

Peneliti menyimpulkan pola asuh adalah perlakuan orang tua untuk

membentuk perilaku anak, yang meliputi peringatan, aturan dan yang memberi

pengaruh pada perkembangan kepribadian anak.

2. Jenis-jenis Pola Asuh

Baumrind (1967) mengungkapkan empat jenis pola asuh sebagai berikut :

a. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis memprioritaskan kepentingan anak dan

mengendalikan anak denga aturan. Orang tua demokratis bersikap rasional

dan realistis terhadap kemampuan anak. Mereka memiliki kehangatan,

penuh perhatian, peka terhadap kebutuhan anak dan membangun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

hubungan menyenangkan. Orang tua bersikap tegas dan memberi kontrol

yang wajar pada anak. Pola asuh demokratis memiliki kombinasi

kehangatan dan aturan yang terjalin dengan baik. Keterlibatan orang tua

dan pemberian aturan yang tepat membuat anak mampu mengambil

keputusan saat mereka siap untuk mengambil keputusan (Berk, 2008).

b. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter memiliki penerimaan dan keterlibatan yang

rendah pada pemenuhan otonomi anak. Orang tua otoriter cenderung

memaksa, memberi perintah berlebihan dan menghukum. Mereka tidak

mengenal kompromi dan komunikasi bersifat satu arah. Orang tua otoriter

membuat keputusan untuk anak dan berharap anak menerima tanpa

banyak pertanyaan (Berk, 2008). Mereka sering memberikan hukuman

sehingga membuat ketidaknyaman hubungan dengan anak. Inilah yang

membuat kehangatan tidak ada dalam pola asuh otoriter. Anak

menunjukkan penolakan, orang tua akan bertindak memaksa dan

menghukum.

c. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif memiliki kehangatan dan penerimaan, namun

tidak terlibat. Orang tua permisif terlalu memanjakan namun tidak

perhatian pada anak. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak saat dalam bahaya. Dalam pola asuh permisif,

kombinasi di kehangatan dan aturan kurang terjalin pada anak. Orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

permisif hanya memberikan sedikit kehangatan karena kurang simpatik

dan perhatian kepada anaknya.

d. Pola Asuh Penelantar

Orang tua penelantar memberikan waktu dan biaya yang minim

pada anak. Orang tua terkadang berfokus pada kebutuhannya sendiri dan

mengabaikan kebutuhan anak. Pada pola asuh penelantar, kombinasi di

kehangatan dan aturan tidak terbentuk. Mereka tidak peduli terhadap

kebutuhan dan yang dilakukan anak.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Manurung (1995) mengungkapkan tiga faktor yang mempengaruhi pola asuh

orang tua sebagai berikut:

a. Latar Belakang Pola Pengasuhan Orang Tua

Orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan

pola pengasuhan yang pernah didapat orang tua mereka sebelumnya.

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung

berbeda pada pola pengasuhan dengan orang tua yang hanya memiliki

tingkat pendidikan yang rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

dimiliki orang tua akan semakin memperluas dan melengkapi pola

berpikirnya dalam mendidik anak.

c. Status Ekonomi serta Pekerjaan Orang Tua

Orang tua yang cenderung sibuk dengan urusan pekerjaan

terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Manurung (1995) menjelaskan bahwa tiga faktor yang mempengaruhi pola

asuh adalah latar belakang pola pengasuhan orang tua, tingkat pendidikan

orang tua dan status ekonomi serta pekerjaan orang tua.

4. Dampak Pola Asuh Orang Tua

Baumrind (1991) mengatakan bahwa dampak pola asuh pada anak adalah

sebagai berikut:

a. Pola Asuh Demokratis

Anak dengan orang tua demokratis memiliki sikap mandiri,

mampu mengendalikan diri, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Anak memiliki suasana hati yang stabil, harga diri tinggi, kedewasaan

secara sosial maupun moral dan performansi akademik yang baik (Amato

& Flower dalam Berk, 2008).

b. Pola Asuh Otoriter

Anak dengan orang tua otoriter mengalami kekurangan

kemampuan sosial teman sebaya, daam berinisiatif dan mengalami

kekurangan rasa ingin tahu. Anak merasa cemas, tidak bahagia dan

memiliki harga diri serta kemandirian yang rendah. Anak merasa putus asa

dengan bereaksi dan menujukkan rasa permusuhan (Berk, 2008)

c. Pola asuh Permisif

Anak dengan orang tua permisif memiliki sikap kurang dewasa,

kontrol impuls yang buruk dan sulit menerima tanggung jawab atas

tindakan mereka sendiri. Anak yang diberikan kebebasan berlebihan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

tumbuh dengan kepribadian kurang menghargai orang lain (Baumrind

dalam King, 2014).

d. Pola Asuh Penelantar

Anak memiliki karakteristik yang moody, agresif, kurang

bertanggung jawab, dan self esteem yang rendah (Baumrind, 1967). Anak

mempunyai kemampuan sosial rendah, kesulitan menentukan perilaku

benar dan salah serta masalah di sekolah baik akademik maupun masalah

perilaku.

B. Kelekatan (Attachment)

1. Pengertian Kelekatan

Istilah kelekatan (attachment) pertama kali dikemukan oleh

psikolog dari Inggris bernama John Bowbly pada tahun 1985. Ainsworth

(1985) mengatakan bahwa kelekatan sebagai ikatan emosional yang

dibentuk seorang individu dengan orang lain yang memiliki arti khusus

dan mengikat mereka pada kelekatan kekal. Mc Cartney dan Dearing

(2002) menjelaskan bahwa suatu ikatan emosional yang kuat dapat

dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai

arti khusus dalam kehidupannya, orang tua. Hubungan tersebut bertahan

cukup lama sehingga individu tetap merasa aman walaupun figur lekatnya

tidak berada di dekatnya (Sutchliffe, 2002).

Orang-orang yang dipilih sebagai figur lekat adalah orang-orang

yang sering memberi reaksi terhadap tingkah laku anak. Tingkah laku

lekat paling mudah dikenali adalah adanya usaha yang dilakukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

seseorang untuk mencari dan mempertahankan kedekatan dengan figur

lekatnya. Kelekatan disebabkan oleh anak yang merasa terpenuhi

kebutuhannya baik fisik maupun psikis.

Peneliti menyimpulkan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional

yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang memiliki arti

khusus. Kelekatan yang bertahan cukup lama membuat individu merasa

aman walaupun figur lekatnya tidak berada di dekatnya.

2. Jenis-Jenis Kelekatan

Teori Bowbly dalam Baron dan Bryne (2005) menekankan dua sikap yang

mendasari kelekatan, adalah sikap dasar pada diri (self) dan sikap dasar pada

orang lain. Perilaku interpersonal dipengaruhi dan dipersepsikan positif (dapat

dipercaya) dan negatif (tidak dapat dipercaya). Setelah itu Bartholomew

(dalam Baron dan Bryne, 2005) mengusulkan bahwa kedua sikap dasar

dimunculkan secara bersamaan. Oleh karena itu Bartholomew membagi jenis

kelekatan menjadi empat yaitu :

a. Jenis Kelekatan Aman (Secure Attachment)

Individu memiliki komunikasi yang baik, memiliki harga diri,

kepercayaan interpersonal yang tinggi, mempunyai pandangan positif

tentang dirinya dan orang lain serta mampu membuat hubungan

interpersonal berdasarkan rasa saling percaya. Individu memiliki

hubungan yang hangat dengan orang tua mereka (Brigle dan Bagby dalam

Baron dan Bryne, 2005). Individu memiliki alienasi dalam kategori yang

rendah dikarenakan jarang mengalami penolakan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

b. Jenis Kelekatan Takut-Menghindar (Fearfull-Avoidant Attachment)

Individu memiliki komunikasi dengan orang tua mereka secara

negatif (Levy dkk dalam Baron Bryne, 2005). Individu memandang

negatif orang lain sehingga cenderung meminimalkan kedekatan

interpersonal dan menghindari hubungan akrab. Pandangan negatif pada

orang lain disebabkan oleh penolakan atau alienasi yang menyakitkan.

c. Jenis Kelekatan Terpreokupasi (Pre-Occupied Attachment)

Individu merasa depresi saat hubungannya dengan orang lain

sedang buruk. Perasaan depresi disebabkan oleh kebutuhan untuk dicintai

dan diakui. Individu mempunyai pandangan negatif mengenai dirinya

(self) dan harapan positif bahwa orang lain mencintai dan menerimanya.

Individu mencari kedekatan berlebihan dengan orang lain tetapi

mengalami kecemasan karena merasa tidak pantas menerima cinta dari

orang lain ( Lopez dkk dalam Baron dan Bryne, 2005). Kecemasan

membuat individu mengalami alienasi.

d. Jenis Kelekatan Menolak (Dismissing Attachment)

Individu menghindari interaksi langsung dan lebih memilih kontak

interpersonal dalam bentuk catatan atau email (Daniel dan Bryne dalam

Baron dan Bryne, 2005). Individu melihat dirinya berharga, independen dan

sangat layak untuk mendapatkan hubungan dekat. Namun, orang lain

melihat individu tersebut negatif, tidak ramah ,dan berketerampilan sosial

terbatas. Individu mengalami alienasi dan kurang dapat mengolahnya

dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Peneliti menyimpulkan bahwa seseorang dengan gaya kelekatan aman

memiliki harga diri dan kepercayaan interpersonal yang tinggi, mempunyai

pandangan yang positif mengenai dirinya dan orang lain. Seseorang dengan

gaya kelekatan takut-menghindar memiliki pandangan yang negatif tentang

orang lain. Individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi memiliki

pandangan negatif terhadap dirinya, tetapi mempunyai harapan yang positif

bahwa orang lain mencintai dan menerimanya. Individu dengan gaya

kelekatan menolak mempunyai pandangan yang terlalu positif akan dirinya

namun orang lain memandang negatif pada individu tersebut.

3. Mekanisme Terbentuknya Kelekatan

Kelekatan berkembang melaui mekanisme “working model” atau “internal

working model” (Ainsworth, 1985). Internal working model adalah kualitas

hubungan anak dengan pengasuh. Anak mengembangkan internal working

model mengenai diri sendiri dan orang lain dalam hubungan sosial (Bowbly,

1973). Bowbly (1973) menyatakan bahwa internal working model memiliki

figur lekat yang saling melengkapi dengan anak. Memasuki masa remaja,

attachment sering terjalin dengan figur selain orang tua atau caregiver

(Armsden & Greenberg, 1987).

Peneliti menyimpulkan bahwa kelekatan berkembang sejak lahir. Tingkah

laku lekat memiliki mekanisme internal working model. Anak

mengembangkan internal working model mengenai diri sendiri dan orang lain

dalam hubungan sosial.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Perilaku Pengasuh Utama pada Anak

Anak ‘Working Model’ pada Diri Sendiri

Positif & Dicintai Tidak Dicintai Marah&Negatif &

& Ditolak Khawatir Ditolak

Gaya Kelekatan Gaya Kelekatan Gaya Kelekatan Gaya

Aman Takut-Menghindar Terpreokupasi Kelekatan

Menolak

4. Figur Lekat

Bowbly (1973) menyatakan ada dua macam figur lekat sebagai berikut:

a. Figur lekat utama, adalah individu yang memiliki sikap responsif dan

memberikan perawatan fisik pada anaknya.

b. Figur lekat pengganti, adalah individu yang selalu siap memberikan respon

ketika anak menangis tetapi tidak memberikan perawatan fisik.

Uraian di atas menyatakan dua figur lekat menurut Bowbly (1973) yaitu figur

lekat utama dan figur lekat pengganti.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

5. Faktor yang Mempengaruhi Kelekatan

Papalia, dkk (2008) mengungkapkan dua faktor yang mempengaruhi dalam

membentuk kelekatan sebagai berikut:

a. Sensitivitas Figur

Sensitivitas figur adalah seberapa besar kepekaan figur terhadap

kebutuhan individu atau sejauh mana figur kelekatan mampu mengetahui

kebutuhan-kebutuhan individu. Figur kelekatan peka dan memahami benar

dengan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan individu tersebut.

b. Responsitivitas Figur

Responsitivitas figur adalah cara figur kelekatan memenuhi

kebutuhan individu. Figur kelekatan diharapkan mampu memberikan

respon yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Papalia (2008) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

timbulnya kelekatan adalah sensitivitas figur dan responsitivitas figur.

6. Kelekatan pada Remaja

Kelekatan yang terbentuk antara bayi dan orang tua (hubungan sosial

pertama dalam hidup manusia) adalah dasar bagi hubungan manusia pada

perkembangan selanjutnya (Erickson dalam Kail dan Cavanaugh, 2000). Remaja

tetap memperoleh dukungan dan perlindungan dari orang tua. Kelekatan pada

masa remaja adalah kesinambungan kelekatan (attachment) yang dikembangkan

oleh anak dengan pengasuh selama awal kehidupan dan terus berlanjut sepanjang

rentan kehidupan (Cassidy, 1999).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Pada masa remaja, figur kelekatan yang banyak memainkan peran penting

adalah orang tua dan teman sebaya (Santrock, 2003). Orang tua dan keluarga

bukanlah satu-satunya figur attachment yang dimiliki. Collin (1996) menjelaskan

bahwa hubungan dengan teman sebaya menjadi sangat penting bagi remaja.

Namun kelekatan terhadap orang tua menjadi sumber utama dalam memberikan

rasa aman pada remaja karena konflik yang semakin meningkat pada masa remaja

awal dan tengah.

Peneliti menyimpulkan bahwa kelekatan pada masa remaja merupakan

kesinambungan kelekatan (attachment) yang dikembangkan oleh anak dengan

pengasuh selama masa awal kehidupan dan terus berlanjut sepanjang rentang

kehidupan.

7. Kelekatan dengan Ayah

Kelekatan (attachment) bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan

manusia diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu

(ayah). Ayah sebagai tulang punggung, pencari nafkah dan kepala keluarga yang

harus bertanggung jawab dan menjadi figur panutan (Kriswandaru,2004). Ayah

memberikan manfaat yang positif dan mendidik emosi bagi remaja. Ayah

mendorong anak tumbuh menjadi mandiri, percaya diri, berprestasi dan bercita-

cita tinggi (Papalia dkk, 2008).

Berk (2012) menyatakan bahwa kehangatan dari pihak ayah meningkatkan

perkembangan kognitif, emosional dan sosial jangka panjang yang baik kepada

anak-anaknya. Pelukan seorang ayah menjadi media yang mengirimkan

kemandirian dan keberanian ke anak untuk berinteraksi dengan figur otoritas di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

luar rumah. Anak yang sering mendapat pelukan ayah cenderung menjadi anak

mandiri, tidak penakut, dan lebih kuat dalam lebih berinteraksi di kehidupan

sosialnya (Kevin, 2016).

Peneliti menyimpulkan bahwa ayah mendorong anak untuk tumbuh

menjadi mandiri, percaya diri, berprestasi dan bercita-cita tinggi. Kehangatan dari

pihak ayah meningkatkan perkembangan kognitif, emosional dan sosial jangka

panjang yang baik kepada anak-anaknya.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa perkembangan transisi dari masa anak-anak dan

masa dewasa mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional

(Santrock, 2003). Batasan usia remaja yang digunakan oleh para ahli

adalah antara 12 tahun sampai 21 tahun. Batasan usia remaja dari berbagai

ahli memang sangat bervariasi. Rentang waktu usia remaja biasanya

dibedakan menjadi tiga yaitu, remaja awal dengan rentang umur berkisar

12 tahun sampai 15 tahun, remaja tengah berkisar 15 tahun sampai 18

tahun dan remaja akhir mulai 18 tahun sampai 21 tahun. Di Indonesia

rentang usia remaja adalah 11 sampai 24 tahun dan belum menikah

(Sarlito, 2008). Masa awal remaja adalah sebuah periode ketika tingkat

konflik dengan orang tua semakin tinggi melebihi pada masa anak-anak.

Oleh karena itu, orang tua lebih menyadari bahwa masa remaja merupakan

periode transisi menuju masa dewasa yang membutuhkan waktu lama

(Santrock, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Peneliti menyimpulkan bahwa remaja merupakan masa

perkembangan transisi dari masa anak-anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.

2. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja

Santrock (2003) menjelaskan dalam perubahan dan perkembangannya,

remaja memiliki tiga aspek perkembangan adalah sebagai berikut:

a. Aspek Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, tubuh individu berkembang dan terjadi

perubahan bentuk. Remaja yang tidak dapat menerima perubahan fisik

pada tubuhnya berada pada situasi yang mendukung munculnya

sentivitas terhadap penolakan yang tinggi.

b. Aspek Perkembangan Kognitif

Perkembangan ini tampak dalam kemampuan berpikir. Piaget

menjelaskan bahwa perkembangan kognitif remaja adalah pemikiran

operasional formal (formal operational stage) yang muncul pada usia

11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal bersifat lebih

abstrak dan idealis. Remaja dapat melakukan penalaran dan

membayangkan secara nyata berbagai situasi abstrak (Santrock, 2003).

Perkembangan kognitif pada masa remaja memungkinkan remaja

untuk membayangkan situasi penolakan yang akan terjadi pada

dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

c. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional

Aspek sosial-emosional mencakup perubahan ketika melakukan

hubungan dengan orang lain yang melibatkan emosi, kepribadian dan

peran konteks sosial dalam perkembangan. Seperti membantah orang

tua, berperilaku agresif terhadap teman sebaya, berkembangnya sifat

asertif dan orientasi peran gender dalam masyarakat. Perkembangan

sosio-emosional lebih mengarah pada hubungan seseorang dengan

orang lain.

Pada usia remaja, individu mulai mendapat peran-peran baru dan

kegiatan-kegiatan baru. Mereka lebih banyak meluangkan waktu

dengan teman sebaya. Individu yang memiliki kelekatan yang aman

dapat mengembangkan aspek sosio-emosional secara positif terhadap

lingkungannya. Individu memiliki rasa percaya dan dapat membangun

hubungan yang baik dengan figur lekatnya sehingga hal ini memberi

pengaruh positif pada aspek perkembangan sosial-emosionalnya.

Pengalaman lingkungan memberikan pengaruh terhadap

perkembangan sosialnya. Salah satunya aspek perkembangan sosial

remaja berkaitan dengan pola asuh orang tua yaitu perilaku dengan

teman. Peran orang tua yang positif dan suportif dapat menimbulkan

perasaan positif pada remaja. Peran orang tua membantu mereka lebih

bertanggung jawab terhadap perkembangan sosialnya dan tidak mudah

masuk pada kenakalan remaja seperti tawuran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Peneliti menyimpulkan bahwa menurut Santrock ada tiga aspek

pada perkembangan remaja. Pertama, aspek perkembangan fisik adalah

saat tubuh individu mengalami perubahan bentuk. Remaja yang tidak

dapat menerima perubahan fisik pada tubuhnya berada pada situasi

yang mendukung munculnya sensitivitas terhadap penolakan yang

tinggi. Kedua, aspek perkembangan kognitif adalah perkembangan

yang tampak dalam kemampuan berpikir. Remaja melakukan

penalaran dan membayangkan secara nyata berbagai situasi abstrak.

Ketiga, aspek perkembangan sosial-emosional mencakup perubahan

saat melakukan hubungan antara individu dengan orang lain yang

melibatkan emosi, dan peran konteks sosial dalam perkembangan.

D. Ayah Berprofesi Militer

1. Peran Ayah

Penelitian pada perkembangan anak menunjukkan bahwa baik

ayah maupun ibu memiliki kemampuan yang sama dalam mengerjakan

tugas pengasuhan. Ayah merespon kebutuhan anak-anak mereka,

menangkap isyarat seperti yang dilakukan para ibu. Menurut Coleman dan

Garflied (2004), peran ayah saat ini tidak hanya sekedar sebagai pencari

upah. Ayah mempunyai peranan dalam melakukan berbagai fungsi di

keluarga seperti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

a. Menyediakan afeksi, pengasuhan dan kenyaman bagi anak.

Ayah melakukan banyak cara untuk memberikan rasa kasih sayang

yang menyenangkan untuk anak mereka. Ayah melakukan pengasuhan

dengan cara yang berbeda dari ibu.

b. Sebagai role model dan penegak disiplin.

Ayah menunjukkan tanggung jawab dalam mengajar anak tentang

cara untuk bertahan hidup. Ayah juga mengajari banyak hal yang harus

diketahui mengenai kehidupan dan mempunyai peran dalam memantau

tingkah laku anaknya.

c. Sebagai guru.

Ayah mengajari anak tentang pelajaran sekolah, kemampuan

sosialisasi dan kemampuan-kemampuan lain yang dibutuhkan anak.

d. Mendorong hubungan yang positif.

Ayah melakukannya dengan pasangan, anggota keluarga lain dan

saudara, seperti dengan memberi dukungan emosional kepada pasangan

yang membantu meningkatkan kualitas perkawinan dan pengasuhan.

Contohnya, ayah memberi dukungan penuh kepada ibu saat menyusui.

2. Profesi Militer

Militer berasal dari kata miles adalah seorang yang dipersenjatai

dan dipersiapkan untuk melakukan pertempuran-pertempuran terutama

dalam rangka pertahanan dan keamanan negara (Sianturi, 1981). Anggota

militer memiliki tugas untuk menjaga pertahanan negara. Orang yang

berprofesi militer cenderung memiliki sikap disiplin yang tinggi dan keras.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Sikap displin dan keras berkaitan dengan profesi mereka yang lebih

banyak menghabiskan kegiatan di lapangan. Hasratman (2012)

menyatakan bahwa ada 12 prinsip anggota militer dalam berorganisasi.

Pertama, prinsip objektif adalah prinsip dalam bentuk kemampuan

merumuskan tujuan atau cita-cita. Tujuan- tujuan ini secara baik dapat

dipahami oleh siapapun di dalam dunia militer. Kedua, prinsip ofensif

adalah prinsip menyerang sebagai bentuk pertahanan terbaik. Ketiga,

prinsip masa fokus pada kuantitas yang penuh dengan kualitas. Seorang

pemimpin melakukan pemusatan perhatian anggotanya pada satu aktivitas

penting untuk menggapai kesuksesan. Keempat, prinsip maneuver sebagai

gerakan yang cepat dan tangkas untuk menguasai pertahanan lawan,

dilakukan tepat saat melakukan penyerangan yang sesungguhnya.

Kelima, prinsip intelijen adalah mengenai hal-hal yang boleh dibuka di

depan publik namun ada hal-hal yang bersifat rahasia dalam sebuah

organisasi. Selain itu, dalam berjuang harus menggunakan strategi yang

menjadi kepunyaan sendiri. Keenam, prinsip kerjasama adalah semangat

kerjasama yang diwujudkan di dalam bertahan dan menyerang. Ketujuh,

prinsip satu komando adalah hanya satu orang yang mengendalikan. Hal

ini diartikan pada pemusatan arah pergerakan pada satu arah sehingga

lebih kokoh dan kuat mencapai tujuannya. Kedelapan, prinsip

kesederhanaan adalah menerjemahkan ‘bahasa’ dari sebuah cita-cita

organisasi yang banyak menjadi sederhana sehingga mudah memahami

dan menjalankannya. Kesembilan, prinsip kejutan adalah sebagai upaya-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

upaya tertentu yang secara mendadak diketahui oleh lawan tanpa adanya

antisipasi dari pihak lawan. Kesepuluh, prinsip keamanan adalah suatu

upaya atau antisipasi atas berbagai masalah yang berpotensi muncul.

Kesebelas, prinsip ekonomi diartikan pada prinsip efisien dan efektif

dalam organisasi. Keduabelas, prinsip eksploitasi adalah prinsip yang

mengutamakan pemanfaatan segala hal positif diperoleh dari sebuah

kemenangan untuk membuat kemenangan-kemenangan berikutnya.

Keduabelas prinsip yang dipegang pada anggota militer dan diterapkan

pada kehidupan sehari-sehari.

Peneliti menyimpulkan bahwa ayah yang berprofesi militer adalah

orang tua laki-laki yang memiliki fungsi menyediakan afeksi, pengasuhan,

kenyamanan untuk anak, sebagai role model, penegak disiplin, sebagai

guru dan mendorong hubungan yang positif dengan pasangan.

E. Pengaruh Pola Asuh pada Attachment Remaja dengan Ayah Berprofesi

Militer

Orang tua memiliki peran yang bermacam-macam, salah satunya

pengasuhan anak. Pola asuh dipandang oleh berbagai ahli sebagai suatu perilaku

anak yang mempengaruhi pada perkembangan kehidupannya. Kehangatan dan

perhatian orang tua adalah konsep dari pola pengasuhan (Salkind, 2002). Pada

pola asuh terjadi interaksi anak dengan orang tua dengan menggambarkan cara-

cara tertentu yang dianggap baik untuk anak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Hal-hal yang muncul dalam pola asuh diasumsikan mempunyai hubungan

yang erat dengan attachment. Hubungan antara orang tua dan anak mempengaruhi

pada perkembangan seorang anak.

Penelitian pada perkembangan anak menunjukkan bahwa baik ayah

maupun ibu memiliki kemampuan yang sama dalam mengerjakan tugas

pengasuhan. Ayah yang menjalankan peran dan pengasuhan tepat pada anak

memungkinkan untuk menjadi figur lekat. Berk (2012) menyatakan bahwa

kehangatan dari pihak ayah diprediksikan dapat meningkatkan perkembangan

kognitif, emosional dan sosial jangka panjang yang baik kepada anak-anaknya.

Orang tua menerapkan pola asuh yang sesuai menumbuhkan ikatan

emosional atau kelekatan (Rini, 2008). Selain itu, kelekatan merupakan salah satu

komponen dalam hubungan orang tua dan anak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

F. Bagan Hubungan

Pola Asuh Demokratis Dampak Pola Secure Attachment


Orang Tua: Asuh: :

-Rasional dan realistis Kontrol diri yang Memiliki


pada kemampuan anak baik, mandiri, rasa komunikasi yang
ingin tahu baik, harga diri dan
-Kehangatan orang tua kepercayaan
tinggi,suasana hati
terbentuk dengan baik interpersonal yang
stabil, kedewasaan
secara sosial tinggi, pandangan
-Kontrol yang wajar
maupun moral dan positif tentang
performansi dirinya dan orang
Pola Asuh Otoriter lain dan memiliki
REMAJA Orang Tua : Dampak Pola alienasi yang
Asuh: rendah.
-Memberi perintah
berlebihan Kurang inisiatif, Fearfull-Avoidant
cemas, kurang Attachment :
-Kombinasi kehangatan
dalam kemampuan
dan aturan tidak Pada aspek
sosial, kurang
terbentuk dengan baik komunikasi memiliki
memiliki rasa ingin
-Kontrol tinggi dan tahu dan hubungan dengan
menghukum kemandirian yang orangtua secara
rendah. negatif,
meminimakan
Pola Asuh Permisif kedekatan
Dampak Pola
Orang Tua : interpersonal,
Asuh:
-Terlalu memanjakan melindungi diri dari
Sulit menerima penolakan.
tetapi tidak perhatian
tanggung jawab,
-Sedikit kehangatan dan tidak dewasa, Pre-Occupied
kurang simpatik implusif dan kurang Attachment :
dapat menghargai
-Kontrol rendah orang lain. Depresi saat
hubungan dengan
orang lain buruk dan
Pola Asuh Penelantar Dampak Pola
cenderung
Orang Tua : ASuh:
mengalami alienasi.
-Fokus pada Agresif, kurang
Dismissing
kebutuhannya sendiri bertanggung jawab,
Attachment :
self esteem rendah,
-Kehangatan dan aturan kemampuan sosial Menghindari
tidak terbentuk rendah dan interaksi langsung
-Kontrol rendah kesulitan dalam dan cenderung
belajar. mengalami
alienasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini yaitu :

1. Pola asuh demokratis berpengaruh positif dan signifikan pada kelekatan

aman (secure attachment) remaja.

2. Pola asuh otoriter berpengaruh positif dan signifikan pada kelekatan takut-

menghindar (fearfull-avoidant attachment) remaja.

3. Pola asuh permisif berpengaruh positif dan signifikan pada kelekatan

terpreokupasi (pre-occupied attachment) remaja.

4. Pola asuh penelantar berpengaruh positif dan signifikan pada kelekatan

menolak (dismissing attachment) remaja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif . Penelitian dengan

pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

(angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Pengaruh ubahan

bebas pada ubahan terikat dihitung dengan regresi linear.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Tergantung : Attachment

2. Variabel Bebas : Pola Asuh

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Attachment : Attachment (kelekatan) disusun melalui

skala kelekatan yang disusun berdasarkan empat gaya kelekatan

menurut Bartholomew (dalam Baron dan Bryne, 2005), yaitu gaya

kelekatan aman (secure attachment style), gaya kelekatan takut-

menghindar (fearfull-avoidant attachment style), gaya kelekatan

terpreokupasi (pre-occupied attachment style) dan gaya kelekatan

menolak (dismissing attachment style) dengan menggunakan tiga

aspek kelekatan yaitu komunikasi, kepercayaan dan keterasingan.

Selanjutnya akan diwakili oleh skor kelekatan.

2. Pola Asuh : Pengukuran menggunakan skala pola asuh yang disusun

berdasarkan empat jenis pola asuh yang dikemukakan oleh Baumrind


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

(1967) yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh

permisif dan pola asuh penelantar dengan menggunakan indikator-

indikator yang terdapat dalam tiap jenis pola asuh.

D. Subjek Penelitian

Kriteria subjek dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Subjek berusia antara 11 tahun sampai 24 tahun (Sarlito, 2008)

2. Subjek memiliki ayah berprofesi militer

Subjek dengan usia antara 11 tahun sampai 24 tahun termasuk dalam

masa remaja. Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi dari

masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,

kognitif dan sosial-emosional. Selanjutnya, subjek yang memiliki ayah

berprofesi militer. Peran ayah mempengaruhi dalam mendidik anak dan

seorang militer serta kebiasaan dalam menaati peraturan akan membentuk

kedisiplinan dalam dirinya mempengaruhi pada pola asuh dan attachment

pada subjek.

E. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling adalah teknik

menentukan sampel melalui pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki

(Azwar,2010). Peneliti memilih partisipan secara acak untuk dijadikan sampel

yang mewakili populasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

F. Instrumen Penelitian

Penulis menggunakan dua macam alat ukur untuk mendapatkan data

variabel bebas dan variabel tergantung. Berikut dijelaskan kedua macam alat ukur

tersebut :

1. Skala Attachment (Kelekatan)

Untuk mendapatkan data mengenai attachment ini, penulis

menggunakan skala attachment (kelekatan). Kelekatan yang disusun

berdasarkan empat gaya kelekatan menurut Bartholomew & Horowitz

(1991) yaitu kelekatan aman, kelekatan takut-menghindar, kelekatan

terpreokupasi dan kelekatan menolak. Skala yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan model penskalaan Likert. Skala tersebut

terdiri dari sejumlah item pernyataan yang terbagi menjadi empat pilihan

jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan

Sangat Tidak Sesuai (STS).

Penilaian untuk setiap jawaban dibagi menjadi 2, yaitu item-item

favorable dan unfavorable. Pada kriteria skor favorable penilaian jawaban

adalah 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 3 untuk pilihan

jawaban Sesuai (S), 2 untuk pilhan jawabanTidak Sesuai (TS) dan 1 untuk

pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada kriteria skor unfavorable

penilaian jawaban adalah 1 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), 2

untuk pilhan jawaban Sesuai (S), 3 untuk pilhan jawaban Tidak Sesuai

(TS) dan 4 untuk pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala

pengukuran attachment (kelekatan) dalam penelitian ini menggunakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

data nominal. Selain itu, penentuan jenis kelekatan berdasarkan mean

terbesar dari skor jawaban masing-masing kelekatan.

Tabel 1. Blueprint Skala Attachment (Kelekatan)

Gaya Kelekatan Aspek Item

Favorable Unfavorable Total

Aman Komunikasi 6,19,29,49,80 12,53,70,81,86

Kepercayaan 1,14,34,46,60 7,16,37,57,76 25 %

Alienasi 8,43,73 27,65

Takut- Komunikasi 2,21,44,66,89 10,56,61,77

Menghindar Kepercayaan 3,30,47,88,92 23,54,87,99 25 %

Alienasi 13,42,63,74 17,58,71

Terpreokupasi Komunikasi 9,20,62,68,75 4,40,52,79

Kepercayaan 11,22,36,67,91 5,31,38,72,82 25 %

Alienasi 18,51,59 28,85,90

Menolak Komunikasi 24,26,83,96,100 32,64,93,95

Kepercayaan 15,25,56,69,97 39,41,78,98 25 %

Alienasi 33,48,55,84 35,45,94

2. Skala Pola Asuh

Skala pola asuh dalam penelitian ini berdasarkan empat jenis pola asuh

menurut Baumrind (1967), yaitu otoriter, demokratis, permisif dan penelantar.

Empat pola asuh ini memiliki beberapa indikator di dalamnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Skala ini menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian untuk

setiap pilihan jawaban dibagi menjadi dua yaitu, item-item favorable dan

unfavorable. Pada kriteria skor untuk item favorable adalah sebagai berikut :

SS=4, S=3, TS=2, STS=1

Sedangkan untuk item unfavorable adalah sebagai berikut :

SS=1, S=2, TS=3, STS=4

a. Pola Asuh Demokratis adalah jenis pola asuh yang memprioritaskan

kepentingan anak tetapi tetap ada aturan untuk mengendalikannya. Orang

tua demokratis bersikap rasional dan realistis terhadap kemampuan anak

serta memberikan kebebasan untuk memilih, melakukan tindakan, dan

peka terhadap kebutuhan anak. Pola asuh demokratis memiliki indikator

sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Tabel 2. Blueprint Skala Pola Asuh Demokratis

No Indikator Item Total

. F UF

1. Kebebasan mengemukakan 13,17,32,66 3,43 5

pendapat.

2. Sikap terbuka antara orang tua 20,29,53,69 6,59,61 5

dan anak. ,98

3. Kontrol dan pengawasan orang 1,35,49 27,40,93 5

tua terhadap anak secara wajar.

4. Pelaksanaan aturan dilakukan 25,47 23,38,52 5

secara konsisten.

TOTAL 14 11 25

b. Pola Asuh Otoriter adalah jenis pola asuh yang memiliki penerimaan

dan keterlibatan yang rendah pada pemenuhan otonomi. Orang tua

cenderung memaksa, memberi perintah berlebihan dan menghukum.

Orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya

bersifat satu arah. Pola asuh otoriter memiliki indikator sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Tabel 3. BlueprintSkala Pola Asuh Otoriter

No Indikator Item Total

. F UF

1. Tidak memberi kesempatan 2,64 26,48,71 5

berpendapat.

2. Keinginan untuk selalu 10,16,36,48 5,14,55, 8

dipenuhi. 76

3. Penerapan peraturan secara 8,30,80,91 56,89 6

ketat terhadap anak.

4. Pemberian hukuman tanpa 11,28,45,54 21,72 6

kompromi.

TOTAL 14 11 25

b. Pola Asuh Permisif adalah jenis pola asuh yang memiliki kehangatan

dan penerimaan, namun tidak terlibat. Orang tua terlalu memanjakan

tetapi tidak perhatian. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila dalam bahaya. Pola asuh permisif

memiliki indikator sebagai berikut :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Tabel 4. Blueprint Skala Pola Asuh Permisif

No. Indikator Item Total

F UF

1. Kontrol terhadap anak lemah 37,39,50,94 9,41,82 7

atau longgar.

2. Komunikasi sangat tergantung 18,33,62 22,77 5

pada anak.

3. Disiplin kepada anak sangat 24,75,78,85 58,73,87 9

longgar, orang tua bersifat ,90 ,92

bebas.

4. Hukuman atau konsekuensi 42,81 4,79 4

perilaku tergantung pada anak.

TOTAL 14 11 25

c. Pola Asuh Penelantar peran orang tua pada umumnya memberikan

waktu dan biaya yang minim pada anak. Orang tua terkadang hanya

berfokus pada kebutuhannya sendiri dan mengabaikan kebutuhan anak.

Pola asuh penelantar memiliki indikator sebagai berikut :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Tabel 5. Blueprint Skala Pola Asuh Penelantar

No Indikator Item Total

. F UF

1. Diberi kebebasan penuh untuk 44,60,86 15,51,83 7

bertindak. ,95

2. Komunikasi antara orang tua dan 31,74 46,57,63 6

anak ttidak terbentuk. ,70

3. Tidak ada kontrol dan pengawasan 12,34,88 7,67,97 7

pada anak. ,99

4. Tidak ada pelaksanaan aturan dan 65,84,100 19,96 5

hukuman yang diberikan.

TOTAL 14 11 25

G. Validitas dan Realibilitas

1. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengukuran memiliki

validitas tinggi jika menghasilkan data yang secara akurat memberikan

gambaran variabel yang diukur seperti yang dikehendaki oleh pengukuran

tersebut. Azwar (2012) menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah skala

psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan

ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Penelitian ini menggunakan validitas isi adalah sejauhmana

kelayakan suatu tes sebagai sampel dari item yang hendak diukur (Azwar,

2012). Validitas isi menunjukkan item-item skala mewakili komponen-

komponen variabel yang hendak diukur dan mencerminkan perilaku yang

hendak diukur. Validitas isi ditentukan melalui pendapat professional

judgement (dosen pembimbing). Hal ini diperlukan untuk menilai apakah

item-item tersebut telah mencakup data komprehensif dan relevan dengan

tujuan penelitian (Azwar, 2012).

2. Reliabilitas

Reliabilitas memiliki berbagai arti seperti konsistensi, kepercayaan,

kestabilan, keajegan, dan lain-lain. Gagasan pokok konsep realibilitas

adalah sejauh mana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya

(Azwar, 2012). Pengujian dua skala ini menggunakan reliabilitas analisis

skala atau Alpha Cronbach menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi

16.0. Reliabilitas analisis skala atau Alpha Cronbach memiliki rentang

0,00 sampai dengan 1,00 dengan asumsi bahwa apabila angka reliabilitas

mendekati 1,00 maka nilai realibilitas semakin tinggi begitu sebaliknya.

3. Analisis dan Seleksi Item

Penelitian ini melakukan analisis dan seleksi item dengan korelasi

item total melalui SPSS for Windows versi 16.0. Hal tersebut dimaksudkan

untuk melihat korelasi antara variabel yang satu dengan variabel yang

lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan antara

attachment dan pola asuh.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Prosedur pengujian konsistensi item total menghasilkan koefisien

korelasi item total atau indeks daya beda item. Tidak ada batasan universal

mengenai angka minimal yang harus diperoleh agar suatu alat ukur dapat

dikatakan valid (Azwar, 2012). Kriteria pemilihan item berdasarkan

korelasi item total, biasanya menggunakan ≥0,312 (Sugiyono, 2005).

H. Metode Analisis Data

1. Uji Regresi

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui perubahan nilai variabel

tergantung apabila nilai varibel bebas di naik-turunkan. (Sugiyono, 2005). Uji

regresi diperoleh dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0.

2. Uji Asumsi

Salah satu syarat dalam menggunakan teknik korelasi adalah uji

asumsi. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan kesimpulan yang

benar berdasarkan data yang ada. Uji asumsi yang dilakukan, yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas mengetahui distribusi sebaran variabel bebas dan

variabel tergantung bersifat normal atau tidak melalui aplikasi SPSS for

Windows versi 16.0. Dalam penelitian ini pola asuh merupakan variabel bebas

dan attachment merupakan variabel tergantung.

Menurut Santoso (2010), apabila nilai p < 0,05 maka sebaran data pada

penelitian tersebut tidak normal. Sebaliknya, apabila nilai p > 0,05 maka

sebaran data pada penelitian tersebut normal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

b. Uji Linearitas

Uji linearitas mengetahui hubungan antara variabel bebas (pola asuh) dan

variabel tergantung (attachment) berupa garis lurus atau tidak melalui aplikasi

SPSS for Windows versi16.0. Apabila hubungan antara variabel tersebut

berupa garis lurus maka hal tersebut menunjukkan bahwa adanya korelasi

linear antara kedua variabel tersebut.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menguji pengaruh anatara varibel pola asuh dan variabel

kelekatan (attachment). Teknik analisis data adalah teknis analisis korelasi

Spearman melalui aplikasi SPSS for Windows versi 16.0.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara membagikan skala

pola asuh dan attachment kepada subjek penelitian. Kedua skala disajikan

secara bersamaan dalam bentuk booklet kuisioner yang diisi oleh subjek sesuai

dengan petunjuk yang ada dalam kuisioner tersebut. Peneliti mencari subjek

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Peneliti menggunakan subjek terpakai

dikarenakan keterbatasan subjek. Waktu yang dibutuhkan peneliti untuk

melakukan penelitian selama 4 bulan yaitu dimulai dari 14 Mei 2016 sampai

28 Agustus 2016. Peneliti membagikan kuisioner kepada kerabat yang berusia

remaja yang memiliki ayah berlatar belakang militer. Saat itu, ada 20

kuisioner yang dibagikan. Selanjutnya, peneliti menitipkan kuisioner di

komplek perumahan militer yang berada di Blok O daerah Janti, Yogyakarta.

Peneliti sempat mengalami kesulitan untuk dapat masuk di tempat tersebut

walaupun sudah membawa surat ijin dari kampus. Pada saat itu, peneliti

akhirnya menemui ketua RW setempat. Peneliti menitipkan 70 kuisioner,

namun hanya 20 buah kuisioner yang kembali. Oleh karena itu, total kuisioner

yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini adalah 40 buah kuisioner.

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki ayah berlatar

belakang militer. Berikut ini disajikan data demografis subjek.

a. Jenis Kelamin

Total subjek dalam penelitian ini adalah 40 orang yang terdiri dari

14 laki-laki dan 26 perempuan. Berikut ini tabel data deskripsi jenis

kelamin subjek penelitian:

Tabel 6

Data jenis kelamin subjek penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Presentasi

Laki-laki 14 0,35%

Perempuan 26 0,65%

Total 40 100%

b. Usia

Rentang usia subjek dalam penelitian ini berusia antara 11

tahun sampai 18 tahun. Dari keseluruhan jumlah subjek, diantaranya

subjek berusia 11 tahun sebanyak 2 orang, subjek berusia 12 tahun

sebanyak 1 orang sedangkan lainnya terdapat 9 orang berusia 13 tahun,

1 orang berusia 14 tahun, 9 orang berusia 15 tahun, 5 orang berusia 16

tahun, 12 orang berusia 17 tahun, dan 1 orang berusia 18 tahun.

Berikut ini tabel data deskripsi usia subjek penelitian:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Tabel 7

Data usia subjek penelitian

Kategori Usia Jumlah Persentase

11 tahun 2 0,05%

12 tahun 1 0,02%

13 tahun 9 0,22%

14 tahun 1 0,02%

15 tahun 9 0,22%

16 tahun 5 0,12%

17 tahun 12 0,3%

18 tahun 1 0,02%

Total 40 100%

c. Pangkat Ayah

Pangkat ayah subjek dalam penelitian ini terdiri dari

LETKOL sebanyak 2 orang, MAYOR sebanayak 3 orang, KAPTEN

sebanyak 3 orang, LETTU sebanyak 2 orang, LETDA sebanyak 2

orang, PELTU sebanyak 10 orang, PELDA sebanyak 6 orang, SERMA

sebanyak 3 oarang, SERKA sebanyak 2 orang, SERTU sebanyak 2

orang, SERDA sebanyak 3 orang dan TAMTAMA sebanyak 3 orang.

Berikut ini tabel data deskripsi pangkat ayah subjek penelitian :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Tabel 8

Data pangkat ayah subjek penelitian

Pangkat Ayah Jumlah Persentase


LETKOL 2 0,05 %
MAYOR 3 0,07%
KAPTEN 3 0,07%
LETTU 2 0,05%
LETDA 2 0,05%
PELTU 10 0,25%
PELDA 6 0,15%
SERMA 3 0,07%
SERKA 2 0,05%
SERTU 2 0,05%
SERDA 3 0,07%
TAMTAMA 3 0,07%
Total 40 100%

C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Coba Skala Attachment (kelekatan)

a. Skala Attchment

Koefisien korelasi item total untuk 100 item pada skala pola asuh

berkisar antara hingga -0,147 dengan 0,641 Alpha Cronbach sebesar

0,928. Selanjutnya, dilakukan seleksi item total dengan menghilangkan

nilai minus sebanyak 2 item. Selain itu dilakukan juga seleksi item

total dengan standar ≥ 0,312 sebanyak 63 sehingga item total yang

gugur berjumlah 37 item. Berikut tabel skala pola asuh :


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Tabel 9
Skala Attachment
No Gaya Kelekatan Aspek Nomor Item Total
1. Aman Komunikasi 6*, 12*, 19,
29*, 49,
53*, 70*,
80, 81, 86
Kepercayaan 1*, 7, 14, 25 item
16*, 34*,
37, 46, 57,
60*, 76*
Alienasi 8, 27, 43,
65*, 73*
2. Takut- Komunikasi 2*, 10*, 21,
Menghindar 44, 50, 61*,
66*, 77*,
89*
Kepercayaan 3*, 23, 30,
47, 54*, 87, 25 item
88, 92, 99*
13, 17, 42,
Alienasi 58*, 63,
71*, 74
3. Terpreokupasi Komunikasi 4*, 9, 20,
40, 52, 62*,
68, 75, 79*

Kepercayaan 5, 11*, 22, 25 item


31, 36, 38*,
67, 72*,
82*, 91*
Alienasi 18, 28, 51,
59, 85, 90
4. Menolak Komunikasi 24, 26, 32*,
64*, 83, 93,
95, 96,
100*
Kepercayaan 15, 25, 39, 25 item
41,
56,69,78,
97*,98*
Alienasi 33*, 35, 45,
48, 55, 84,
94
Total 100 item
Ket : item dengan tanda bintang (*) adalah item yang gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

b. Distribusi skala Attachment (kelekatan)

Skala attachment seleksi item memiliki jumlah item yang berbeda-

beda pada setiap aspek. Total item yang sahih berjumlah 63 item.

Tabel distribusi skala setelah seleksi item adalah sebagai berikut :

Tabel 10

Distribusi skala attachment setelah seleki item

No Gaya Aspek Nomor Item


Kelekatan Fav Unfav Total
1. Aman Komunikasi 19,49,80 81,86

Kepercayaan 14,46 7,37,57 13 item

Alienasi 8,43 27
2. Takut- Komunikasi 21,44 50
Menghindar
Kepercayaan 30,47,88 23,87,92 14 item

Alienasi 13,42,63,74 17
3. Terpreokupasi Komunikasi 9,20,68,75 40,52

Kepercayaan 22,36,67 5,31 17 item

Alienasi 18,51,59 28,85,90


4 Menolak Komunikasi 24,26,83,96 93,95

Kepercayaan 15,25,56,69 39,41,78 19 item

Alienasi 48,55,84 35,45,94


Total 37 item 26item 63 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

2. Hasil Uji Coba Skala Pola Asuh

a. Skala Pola Asuh

Koefisien korelasi item total untuk 100 item pada skala

pola asuh berkisar dari –0,157 sampai dengan 0,645 dengan Alpha

Cronbach sebesar 0,928. Seleksi item total dengan menghilangkan 2

item yang tidak memenuhi syarat. Seleksi item total dengan standard

≥ 0,312 sebanyak 65 item sehingga item total yang gugur berjumlah

35 item. Tabel skala pola asuh adalah sebagai berikut :

Tabel 11

Skala Pola Asuh Demokratis

No Indikator Nomor Item Total


1. Kebebasan mengemukakan 3*, 13, 17, 32*, 43, 6 item
pendapat. 66*
2. Sikap terbuka antara orang tua 6*, 20, 29*, 53*, 59, 8 item
dan anak. 61*, 69, 98*
3. Kontrol dan pengawasan orang 1, 27, 35, 40, 49, 93 6 item
tua terhadap anak secara wajar.
4. Pelaksanaan aturan dilakukan 23, 25, 38*, 47, 52 5 item
secara konsisten.
Total 25item

Ket: item dengan tanda bintang (*) adalah item yang gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Tabel 12

Skala Pola Asuh Otoriter

No Indikator Nomor Item Total


1. Tidak memberi kesempatan 2, 26, 48, 64*, 71* 5 item
berpendapat.
2. Keinginan untuk selalu 5, 10*, 14, 16*, 36, 8 item
dipatuhi. 55, 68, 76*
3. Penerapan peraturan secara 8*, 30, 56, 80*, 89*, 6 item
ketat terhadap anak. 91*
4. Pemberian hukuman tanpa 11, 21, 28, 45, 54*, 6 item
kompromi. 72*
Total 25item
Ket: item dengan tanda bintang (*) adalah item yang

Tabel 13

Skala Pola Asuh Permisif

No. Indikator Nomor Item Total


1. Kontrol terhadap anak lemah 9, 37, 39, 41, 50, 7 item
atau longgar. 82*, 94
2. Komunikasi sangat tergantung 18, 22, 33*, 62*, 77* 5 item
pada anak.
3. Disiplin kepada anak sangat 24, 58*, 73*, 75, 78, 9 item
longgar, orang tua bersifat 85, 87, 90, 92
bebas.
4. Hukuman atau konsekuensi 4*, 42, 79, 81 4 item
perilaku tergantung pada anak.
Total 25item
Ket: item dengan tanda bintang (*) adalah item yang gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Tabel 14

Skala Pola Asuh Penelantar

No Indikator Nomor Item Total

1. Diberi kebebasan penuh untuk 15, 44, 51, 60*, 83, 7 item

bertindak. 86, 95

2. Komunikasi antara orang tua 31, 46, 57, 63, 70*, 6 item

dan anak tidak terbentuk. 74

3. Tidak ada kontrol dan 7, 12*, 34*, 67, 88, 7 item

pengawasan pada anak. 97*, 99*

4. Tidak ada pelaksanaan aturan 19, 65*, 84, 96, 100* 5 item

dan hukuman yang diberikan.

Total 25item

b. Distribusi Skala Pola Asuh

Seleksi item skala pola asuh memiliki jumlh item yang berbeda-

beda pada setiap aspek. Total item yang sahih berjumlah 65 item.

Tabel ditribusi skala pola asuh setelah seleksi item sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Tabel 15

Distribusi skala Pola Asuh Demokratis setelah seleksi item

No Indikator Nomor Item Total


Fav Unfav
Kebebasan mengemukakan 13,17 43 3 item
pendapat.
2. Sikap terbuka antara orang tua 20,69 59 3 item
dan anak.
3. Kontrol dan pengawasan orang 1,35,49 27,40,93 6 item
tua terhadap anak secara wajar.
4. Pelaksanaan aturan dilakukan 25,47 23,52 4 item
secara konsisten.
Total 9 item 7 item 16 item

Tabel 16

Distribusi Skala Pola Asuh Otoriter setelah seleksi item

No Indikator Nomor Item Total


Fav Unfav
1. Tidak memberi kesempatan 2 26,48 3 item
berpendapat.
2. Keinginan untuk selalu 36,68 5,14,55 5 item
dipatuhi.
3. Penerapan peraturan secara 30 56 2 item
ketat terhadap anak.
4. Pemberian hukuman tanpa 11,28,45 21 4 item
kompromi.
Total 7 item 7 item 14 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Tabel 17

Distribusi skala pola asuh permisif setelah seleksi item

No Indikator Nomor Item Total


Fav Unfav
1. Kontrol terhadap anak 37,39,50,94 9,41 6 item
lemah atau longgar.
2. Komunikasi sangat 18 22 2 item
tergantung pada anak.
3. Disiplin kepada anak 24,75,78,85,90 87,92 7 item
sangat longgar, orang tua
bersifat bebas.
4. Hukuman atau konsekuensi 42,81 79 3 item
perilaku tergantung pada
anak.
Total 12 item 6 item 18 item

Tabel 18

Distribusi skala pola asuh penelantar setelah seleksi item

No Indikator Nomor Item Total


Fav Unfav
1. Diberi kebebasan penuh 44,86 15,51,83,95 6 item
untuk bertindak.
2. Komunikasi antara orang 31,74 46,57,63 5 item
tua dan anak tidak
terbentuk.
3. Tidak ada kontrol dan 88 7,67 3 item
pengawasan pada anak.
4. Tidak ada pelaksanaan 84 19,96 3 item
aturan dan hukuman yang
diberikan.
Total 6 item 11 item 17 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

D. Deskripsi Hasil Penelitian

Analisis data penelitian menghasilkan data empirik dan data

hipotetik sebagai berikut :

Tabel 19

Deskripsi data penelitian


Data
Data Hipotetik
Empirik
Variabel N Mean Skor Mean Skor SD
Min Max Min Max
Kelekatan aman 12 30 12 48 32.5 12 39 5.14
Kelekatan takut-
15 37.5 15 60 34.8 15 47
menghindar 7.02
Kelekatan
19 47.5 19 76 43.5 19 57
Terpreokupasi 6.15
Kelekatan
19 47.5 19 76 50.4 19 58
Menolak 4.76
Pola Asuh
16 40 16 64 40.3 16 48
Demokratis 5
Pola Asuh
14 35 14 56 34.4 14 42
Otoriter 5.65
Pola Asuh
17 42.5 17 68 42.1 17 53
Permisif 5.65
Pola Asuh
17 42.5 17 68 44.2 17 52
Penelantar 5.38

Deskripsi data penelitian pada tabel 19 menunjukkan bahwa

kelekatan aman, kelekatan menolak, pola asuh demokratis dan pola asuh

penelantar tinggi. Mean empirik mempunyai nilai lebih besar dari pada

mean hipotetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

E. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Teknik uji normalitas adalah One Sample Kolmogrof-

Smirnov Test. Nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05 (P >0,05)

sebaran data bersifat normal. Hasil perhitungan uji normalitas

adalah sebagai berikut :

Tabel 20

Uji Normalitas Pola Asuh dan Attachment

Variabel P Keterangan
Pola Asuh 0,001 Tidak Normal
Attachment (kelekatan) 0,001 Tidak Normal

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sebaran data

variabel pola asuh dan variabel kelekatan memiliki nilai

probabilitas (p) lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Data berbeda

secara signifikan dengan data normal. Sebaran data bersifat tidak

normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas menggunakan pengujian Test for Linearity.

Nilai probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05)

menunjukkan bahwa hubungan antar variabel mengikuti garis

lurus. Berikut hasil perhitungan uji linearitas adalah sebagai

berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Tabel 21

Uji Linearitas Variabel

ANOVA Table Sig.

Skor Total Attachment Between (Combined) .000

Skor Total Pola Asuh Groups Linearity .000

DeviationfromLinearity .186

Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari pola

asuh dan kelekatan adalah 0,000. Nilai p lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)

dan deviation from linearity 1,86 yaitu p > 0,05 sehingga hubungan

antara variabel pola asuh dan kelekatan mengikuti garis lurus atau

linear.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana antara pola

asuh dan kelekatan (attachment). Hasil uji hipotesis adalah sebagai

berikut :

Tabel 22 Hasil uji hipotesis variabel pola asuh demokratis dan

attachment (kelekatan) aman

N Adjusted R t Sig.

Square

40 ,610 7,878 ,000


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Hasil uji hipotesis memperlihatkan bahwa pengaruh pola

asuh demokratis pada kelekatan (attachment) aman terbukti positif dan

signifikan (t=7,878; sig=0,000). Hasil hipotesis dan (r=0,610)

menerangkan bahwa pola asuh demokratis berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kelekatan aman diterima.

Tabel23 Hasil uji hipotesis variabel pola asuh otoriter dan attachment

(kelekatan) takut-menghindar

N Adjusted R t Sig.

Square

40 ,545 6,910 ,000

Hasil uji hipotesis menerangkan bahwa pengaruh pola asuh

otoriter pada kelekatan (attachment) takut-menghindar terbukti positif

dan signifikan (t=6,910; sig=0,000). Hasil hipotesis dan (r=0,545)

menunjukkan bahwa pola asuh otoriter berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kelekatan takut-menghindar diterima.

Tabel 24 Hasil uji hipotesis variabel pola asuh permisif dan

attachment (kelekatan) terpreokupasi

N Adjusted R t Sig.

Square

40 ,760 11,146 ,000


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Hasil uji hipotesis memperlihatkan bahwa pengaruh pola

asuh permisif pada kelekatan (attachment) terpreokupasi terbukti

positif dan signifikan (t=11,146; sig=0,000). Hasil hipotesis dan

(r=0,760) menujukkan bahwa pola asuh permisif berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kelekatan terpreokupasi diterima.

Tabel 25 Hasil uji hipotesis variabel pola asuh penelantar dan

attachment (kelekatan) menolak

N Adjusted R t Sig.

Square

40 ,779 11,765 ,000

Hasil uji hipotesis menerangkan bahwa pengaruh pola asuh

penelantar pada kelekatan (attachment) menolak terbukti positif dan

signifikan (t=11,765; sig=0,000). Hasil hipotesis dan (r=0,779)

menyatakan bahwa pola asuh penelantar berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap kelekatan menolak diterima.

F. Pembahasan

Hasil analisis data membuktikan bahwa keempat hipotesis pada penelitian

ini diterima. Pengaruh pola asuh pada attachment terbukti signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokratis berpengaruh

secara positif terhadap kelekatan aman (t=7,878; sig=0,000) dan (r=0,610). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan ayah berprofesi militer yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

mendapat pola asuh demokratis, berpengaruh positif dan signifikan pada

kelekatan aman. Penelitian Rini (2008) menyatakan bahwa orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis dapat menumbuhkan ikatan emosional atau

kelekatan aman.

Hasil penelitian pada pola asuh otoriter berpengaruh secara positif

terhadap kelekatan takut-menghindar (t=6,910; sig=0,000) dan (r=0,545). Hasil

penelitian menerangkan bahwa remaja dengan ayah berprofesi militer yang

mendapat pola asuh otoriter, berpengaruh positif dan signifikan pada kelekatan

takut-menghindar. Penelitian Baron dan Bryne (2005) menyatakan bahwa remaja

dengan kelekatan takut-menghindar memiliki pandangan negatif tentang diri

sendiri dan orang lain. Mereka menghidari berhubungan dekat dengan orang lain

karena merasa takut terhadap penolakan . Individu yang mendapatkan pola asuh

otoriter, pada aspek komunikasi memiliki hubungan yang negatif dengan orang

tuanya.

Hasil penelitian pola asuh permisif berpengaruh secara positif terhadap

kelekatan terpreokupasi (t=11,146; sig=0,000) dan (r=0,760). Hasil penelitian

menjelaskan bahwa remaja dengan ayah berprofesi militer yang mendapat pola

asuh permisif, berpengaruh positif dan signifikan pada kelekatan terpreokupasi.

Penelitian Baron dan Bryne (2005) menyatakan bahwa remaja dengan kelekatan

terpreokupasi membutuhkan kedekatan dengan orang lain karena sangat takut

ditelantarkan. Perasaan takut ditelantarkan diduga dikarenakan sikap orang tua

(ayah) kurang simpatik dan perhatian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Hasil penelitian pola asuh penelantar berpengaruh secara positif terhadap

kelekatan menolak (t=11,765; sig=0,000) dan (r=0,779). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa remaja dengan ayah berprofesi militer yang mendapat pola

asuh penelantar, berpengaruh positif dan signifikan pada kelekatan menolak.

Penelitian Baron dan Bryne (2005) menyatakan bahwa individu dengan kelekatan

menolak membuatnya menolak hubungan dengan orang lain. Remaja dengan

kelekatan menolak memiliki pandangan negatif terhadap dirinya, tetapi remaja

memiliki harapan positif bahwa orang lain amencintai dan menerimanya. Hal ini

sesuai dengan sikap remaja yang mendapat pola asuh penelantar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,

diperoleh hasil bahwa pola asuh demokratis memberikan pengaruh positif dan

signifikan terhadap kelekatan aman dengan skor (t=7,878; sig=0,000) dan

(r=0,610). Pola asuh otoriter memberikan pengaruh positif dn signifikan

terhadap kelekatan takut menghindar dengan skor (t=6,910; sig=0,000) dan

(r=0,545). Pola asuh pemisif memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap kelekatan terpreokupasi dengan skor (t=11,765; sig=0,000) dan

(r=0,760). Pola asuh penelantar memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap kelekatan menolak dengan skor (t=11,146; sig=0,000) dan (r=0,779).

Hasil analisis membuktikan bahwa pola asuh memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap kelekatan remaja dengan ayah berprofesi militer.

B. Saran

Peneliti selanjutnya disarankan memberikan kuisioner secara langsung

untuk memasukkan data .

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, M. (1985). Attachment Across A Life Span. New York Academy


Buletin, 69 (792-812).

Andayani dan Koentjoro. (2004). Psikologi Keluarga: Peran Ayah Menuju


Coparenting. Yogyakarta: Citra Media.

Andayani, T.R. (2001). Perlakuan Salah Terhadap Anak (Child Abuse) Ditinjau
Dari Nilai Anak dan Tingkat Pendidikan Orang Tua. Tesis. Yogyakarta:
Program tudi Psikologi Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

Armsden, G.C., dan Greenberg, M.T. (1987). The Inventory of Parent and Peer
Attachment: Individual Difference and Their Relationship to Psychologial
Went-Being in Adolescence. Journal of Youth and Adolescence, 16 (427-
454).

Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2012). Realibilitas dan Validitas , Edisi ke-3. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Baramuli, L. (2013). Fenomena Komunikasi Keluarga TNI Angkatan Darat


Asrama Sapta marga IV Keluarga Sario Kotabaru. Skripsi. Manado.

Baron, R.A., dan Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial, Edisi 10. Jakarta: Erlangga.

Baumrind, D. (1967). Child Care Practices Anteceding Three Patterns of


Preschool Behviour. Genetic Psychology Monographs.

Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolscent Competence


and Subtance Use. Journal of Early Adolsecence, 11 (1), 56-95.

Berk, L. (2008). Infants, Children, and Adolescence (6th Edition). Boston: Pearson
Education, Inc.

Berk, L. (2012). Developmental Through The Life Span: Dari Prenatal Sampai
Remaja, Ed.5. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bowbly, J. (1973). Attachment Loss, Volume 2. Separation, Anxiety, and Anger.


New York: Basic Books.

Cassidy, J., dan Shaver, P. R. (1999). Handbook of Attachment: Theory, Research


and Clinical Appliations. New York: Guilford Publication INC.

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Coleman, L., dan Garfield. (2004). Fathers and Pediatricians : Enhancing Men’s
Roles in The Care and Developmental of Their Children. American
Academy of Pediatrics (1406-1410).

Collin, L. (1996). Human Attachment. New York: The McGraw Hill Companies.

Dagun, M.S. (2002). Psikologi Keluarga. Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Rieka
Cipta.

Ervika, E. (2005). Kelekatan (Attachment) pada Anak. Tesis. Sumatera:


Universitas Sumatera Utara.

Gunarsa, D.S. (1990). Psikologi untuk keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia.

Hanif. (2005). Perbedaan Tingkat Agresitivitas Pada Siswa SMU Muhammadiyah


I Yogyakarta Berdasarkan Pola Asuh dan Jenis Pekerjaan Orang Tua.
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.6 No.2, 144-154.

Hazan, C., dan Shaver, P. (1994). Attachment is an Organization Frameworkfor


Research on Close Relationships. Psychological Attachment Style
Comunication and Inquiry, 5 (1), 1-22.

Hurlock, E.B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Alih Bahasa: Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.

Jul, H. (2012). Prinsip Militer Dalam Berorganisasi


http://julhasratman.blogspot.co.id/2012/05/prinsip-militer-dalam-
berorganisasi.html Diakses 5 November 2015

Kevin, R.P. (2016). Pelukan Orang Tua Kepada Anak


http://kevinramdaputrablogspot.co.cid/2016/04/pelukan-orang-tua-kepada-
anak.html Diakses 11 Agustus 2016

Kail, R., dan Cavanaugh, J. C. (2000). Human Development. A Lifespan View (Ed.
II). New York: Thomson Learning.

Kenny, J. (1991). Dari Bayi Sampai Dewasa. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

King, L. A. (2014). The Science of Pschology an Appreciate View (3rd ed). New
York: McGraw Hill Education.

Manurung, H.U. (1995). Manajemen Keluarga. Bandung: Indonesia Publishing


House.

McCartney, D. dan Dearing, E. (2002). Child Development. New York: Mc


Millan Reference.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Mikulincer, M. (1998). Adult Attachment Style and Individual Deferences in


Functional Versus Dysfunctional Experiences of Anger. Journal of
Personality and Social Psychology, 74, 513-524.

Musen, P. (1994). Perkembangan dan Kepribadian Anak (Terj: Budiyanto, Fx,


dkk). Jakarta: Arcan.

Papalia, D.E., dan Feldman, R. D. (2008). Human Development: Psikologi


Perkembangan (ed. ke-10, bag. II). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

“Peran Ayah dan Ibu Tidak Lagi Dibedakan”. Dalam Harian Pikiran Rakyat,
Edisi Minggu 20 Febuari 2005. http://www.pikiranrakyat.com/02/05/20/hikmah02

Revina, C.P., dan M, Turhan. (2015). Pola Asuh Orang Tua Dalam Kelurga
Militer Asram Btalyon Infantri Lintas Udara 503 Kecamatan Mojosari
Kabupaten Mojokerto. Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
Vol.3Nomor 3 (1244-1258)

Rini, J. F. (2008). Problem Kelekatan.


https://keluargasehat.wordpress.com/2008/04/problem.kelekatan Diakses 20 April
2016

Salkind, N.J. (2002). Child Development. New York: Macmillan Reference.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta:
Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J.W. (2005). Adolescence (Edisi 10). New York : McGraw-Hill,Inc.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa:


Shinto,dkk. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S.W. (2008). Psikologi Remaja (edisi revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Sianturi, SR. (1981). Hukum Pidana Militer Indonesia. Jakarta: Alumni


AHMPTHM.

Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Indonesia.

Sutchliffe, J. (2002). Baby Bonding, Membentuk Ikatan Batin Dengan Bayi.


Jakarta: Tarmedia & Restu Agung.

Taramuji, T. (2001). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Agresitivitas


Remaja.
. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/37/hubungan_pola_orang_tua.html.
Diakses 10 Januari 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Widiastuti, N. (2004). Hubungan Antara Kualitas Relasi Ayah Dengan Harga Diri
Remaja Putra. Jurnal Psikologi (Vol. 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKALA PENELITIAN

Disusun Oleh :
Maria Annunciata Andin Marchelyna
109114116

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

PRAKATA

Dengan Hormat,
Saya Maria Annunciata Andin Marchelyna, mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan tugas akhir (skripsi) sebagai syarat kelulusan. Sehubungan dengan
hal tersebut, saya memohon partisipasi anda untuk meluangkan waktu dalam
mengisi skala yang terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B.
Saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi skala ini dengan
lengkap pada setiap pernyataan sesuai dengan keadaan, perasaan dan pikiran anda
yang sebenarnya sebab tidak ada jawaban benar atau salah maupun baik atau
buruk. Semua jawaban dan identitas anda akan dijamin kerahasiannya. Oleh
karena itu, anda tidak perlu khawatir dengan kejujuran jawaban anda.Saya
berharap tidak ada pernyataan yang terlewat atau tidak terjawab.
Atas partisipasinya, saya mengucapkan terimakasih.

Hormat saya,

M.A Andin Marchelyna


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

IDENTITAS DIRI SUBJEK


Nama (inisial) :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jabatan Ayah :

Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya bersedia


mengisi skala penelitian ini dengan jawaban yang sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya pada diri saya.

Tanda tangan

( )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

BAGIAN A

PETUNJUK
Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan yang tersedia.
Teman-teman diminta kesediannya untuk menjawab pernyataan-pernyataan
tersebut dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri
anda. Kemudian, isilah kolom pilihan yang ada di sebelah kanan setiap
pernyataan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang tersedia
dengan pilihan jawaban sebagai berikut :

SS :Jika Sangat Sesuai dengan diri anda


S : Jika Sesuai dengan diri anda
TS : Jika Tidak Sesuai dengan diri anda
STS : Jika Sangat Tidak Sesuai dengan diri anda

Contoh cara menjawab pernyataan :


No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya memiliki komunikasi yang baik √


dengan ayah

*) Artinya : Pernyataan di atas sesuai dengan keadaan diri anda.

“ SELAMAT MENGERJAKAN”

NO. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya percaya bahwa ayah


menyayangi saya.
2. Saya merasa takut memulai
pembicaraan dengan ayah.
3. Saya lebih senang menghabiskan
waktu sendiri daripada bersama ayah.
4. Saya merasa tenang saja saat ayah
tidak menanyakan kondisi saya.
5. Ketika memiliki masalah dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

ayah, saya mampu memperbaikinya.


6. Ketika saya tidak mengerti pelajaran
di sekolah, saya akan bertanya pada
ayah.
7. Saya merasa ayah sering kurang
menghargai setiap prestasi saya.
8. Saya ingin berada di samping ayah
saat dalam masalah.
9. Saya merasa canggung saat ayah
mengobrol dengan ayah.
10. Ayah sering berkata bahwa beliau
sangat peduli dengan saya.
11. Saya akan melakukan sama dengan
yang dilakukan ayah di rumah.
12. Terkadang saya merasa memahami
keinginan saya.
13. Saya lebih baik diam daripada
mengajak ngobrol ayah.
14. Saya membutuhkan ayah untuk
membantu dalam melakukan hal yang
sulit.
15. Saya merasa tetap percaya diri dengan
kelemahan dan kelebihan pada diri
saya.
16. Saya merasa keberatan jika harus
percaya pada ayah dalam hal
menyimpan rahasia.
17. Saya dapat menahan rasa marah saat
diremehkan oleh ayah.
18. Saya merasa takut kehilangan ayah.
19. Saya senang sharing dengan ayah.
20. Saya merasa sedih saat ayah marah
pada saya.
21. Saya enggan untuk menanyakan
bagaimana keadaan ayah ketika
sedang bertugas.
22. Saya malu menunjukkan kemampuan
yang saya miliki.
23. Saya sering meminta bantuan ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

ketika mengerjakan sesuatu.


24. Saya merasa keberatan jika
berkomunikasi dengan ayah seperti
harus berbagi cerita dengannya.
25. Saya merasa pantas menerima cinta
atau kasih sayang dari ayah.
26. Saya lebih baik diam daripada harus
mengawali obrolan dengan ayah.
27. Terkadang saya merasa nyaman
meskipun saya sendiri.
28. Saya merasa ayah sangat perhatian
dan sayang pada saya.
29. Saya menanyakan pendapat ayah
sebelum mengambil keputusan.
30. Saya akan memendam masalah saya
sendiri.
31. Saya lebih senang mengerjakan segala
sesuatu sendiri sesuai dengan
keinginan saya.
32. Ketika ada masalah, saya sering
bercerita kepada ayah.
33. Saya lebih baik tidak mengajak ayah
pergi karena pasti ia akan menolak.
34. Ayah mendukung setiap rencana yang
saya buat.
35. Saya sangat senang ayah selalu
perhatian pada prestasi yang saya
dapat.
36. Saya akan mengikuti setiap aturan
yang dibuat ayah daripada ayah marah
pada saya.
37. Saya lebih senang mengerjakan segala
sesuatu sendiri daripada meminta
bantuan orang lain.
38. Saya merasa tidak khawatir saat ayah
tidak menanyakan kondisi saya.
39. Saya terkadang meminta bantuan
ayah dalam tugas sekolah.
40. Saya berani mengutarakan keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

saya pada ayah.


41. Saya merasa canggung untuk
memulai obrolan dengan orang lain.
42. Saya lebih baik mengerjakan segala
sesuatu sendiri daripada harus
meminta tolong ayah.
43. Saya berusaha untuk melihat sisi
positif dari setiap masalah yang
dihadapi.
44. Ketika saya akan pergi, saya takut
meminta ijin kepada ayah.
45. Saya sangat mengkhawatirkan ayah
jika tidak memberi kabar saat
bertugas.
46. Saya percaya bahwa ayah menghargai
apa yang saya kerjakan.
47. Saya lebih baik mengerjakan tugas
sekolah sendiri daripada harus
meminta bantuan orang lain.
48. Saya tidak peduli jika ayah jarang ada
di rumah karena ia juga jarang
mengajak ngobrol kalau ada di rumah.
49. Ketika sedang marah, ayah akan
mengajak berbicara di tempat yang
tenang.
50. Saya dapat bercerita pada ayah
tentang kegiatan di sekolah.
51. Saya merasa ayah tidak peduli dengan
saya.
52. Terkadang saya tidak menuruti
perintah ayah jika tidak sesuai dengan
yang saya inginkan .
53. Ketika saya marah, saya nenolak
memulai pembicaraan dengan ayah.
54. Saya senang memiliki hubungan
akrab dengan ayah.
55. Saya lebih baik tidak menanyakan
kondisi ayah karena ia juga tidak akan
menanyakan kondisi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

56. Saya dapat mengurus keperluan saya


sendiri.
57. Saya kurang senang jika harus setuju
dengan rencana yang ayah buat terkait
sekolah saya.
58. Saya akan meminta maaf ketika
melakukan kesalahan pada ayah.
59. Saya merasa malu untuk
menunjukkan bakat saya di depan
ayah.
60. Ayah memberi kebebasan dan
memberi ijin saat saya akan pergi
dengan teman-teman.
61. Saya sering sharing dengan ayah
tentang masalah yang saya hadapi.
62. Saya segan untuk bertanya apabila
ada hal yang saya tidak ketahui.
63. Saya akan memendam masalah saya
sendiri daripada harus memberitahu
ayah.
64. Saya akan meminta pendapat ayah
saat akan memilih kegiatan di luar
sekolah.
65. Saya merasa ayah jarang ada saat saya
membutuhkannya.
66. Ketika saya melakukan kesalahan,
ayah akan memaki-maki saya.
67. Saya merasa ragu-ragu setiap
membuat keputusan.
68. Saya ingin bercerita tentang masalah
saya kepada ayah, tetapi saya ragu
dan akhirnya mengurungkan niat
tersebut.
69. Saya dapat mengerjakan tugas-tugas
sekolah tanpa perlu bantuan orang
lain termasuk ayah.
70. Saya sulit dapat bercanda dengan
ayah.
71. Saya akan lebih rajin belajar ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

nilai raport saya turun.


72. Saya yakin pada diri saya bahwa saya
mampu mendapat rangking.
73. Saya merasa hubungan saya sangat
dekat dengan ayah.
74. Saya lebih baik berdiam diri di kamar
daripada harus meminta ijin ayah.
75. Saya suka merasa takut untuk
menyampaikan pendapat saya pada
ayah.
76. Saya sering melanggar aturan yang
dibuat ayah.
77. Saya merasa ayah sering menanyakan
kondisi saya saat ayah sedang
bertugas.
78. Saya percaya bahwa ayah akan
menolong saya ketika mengalami
kesulitan belajar.
79. Saya tidak takut ketika ayah
memarahi saya.
80. Saya akan bercerita pada ayah tentang
masalah yang saya hadapi.
81. Saya sering berbeda pendapat ketika
sharing dengan ayah.
82. Saya selalu mampu mendapatkan nilai
baik.
83. Saya dapat mengatasi masalah dan
tidak membutuhkan pendapat ayah.
84. Saya lebih baik mengerjakan segala
sesuatu sendiri.
85. Saya sering melakukan kegiatan
bersama ayah.
86. Saya kurang senang saat ayah
menyuruh untuk belajar.
87. Saya sering pergi bersama ayah di
akhir pekan.
88. Saya lebih senang melakukan
kegiatan apapun tanpa bantuan orang
lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

89. Saya takut memulai pembicaraan


dengan ayah.
90. Ayah selalu perhatian pada setiap
perkembangan akademik saya.
91. Saya melakukan kegiatan apapun
bersama ayah.
92. Saya mampu menyelesaikan masalah
yang sedang saya hadapi.
93. Saya sering mendengar nasihat ayah
karena untuk menjadikan saya lebih
baik.
94. Ketika mengalami kesulitan belajar,
saya akan meminta bantuan orang
lain.
95. Saya sering sharing kegiatan-kegiatan
yang saya lakukan pada ayah.
96. Saya kurang senang jika ayah
mengomentari apa yang saya
kerjakan.
97. Saya adalah orang yang cukup
dipercaya oleh orang lain.
98. Saya percaya bahwa ayah selalu
mendukung apa yang saya kerjakan.
99. Saya selalu memberitahu masalah
yang sedang saya hadapi kepada ayah.
100. Saya akan menjauhi ayah jika tidak
sependapat dengan saya.

Silahkan periksa kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang


terlewat.
Kemudian lanjutkan ke halaman berikutnya….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

BAGIAN B

PETUNJUK
Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan yang tersedia.
Teman-teman diminta kesediannya untuk menjawab pernyataan-pernyataan
tersebut dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri
anda. Kemudian, isilah kolom pilihan yang ada di sebelah kanan setiap
pernyataan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang tersedia
dengan pilihan jawaban sebagai berikut :

SS :Jika Sangat Sesuai dengan diri anda


S : Jika Sesuai dengan diri anda
TS : Jika Tidak Sesuai dengan diri anda
STS : Jika Sangat Tidak Sesuai dengan diri anda

Contoh cara menjawab pernyataan :


No Pernyataan SS S TS STS

1. Ayah sering menanyakan kabar saya. √

*) Artinya : Pernyataan di atas sesuai dengan keadaan diri anda.

“ SELAMAT MENGERJAKAN”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

NO. PERNYATAAN SS S TS STS


1. Ayah akan memberi peringatan kepada
saya supaya selalu berhati-hati dalam
bersikap.
2. Saya merasa pendapat yang saya berikan
tidak didengar ayah.
3. Ayah sering tidak mendengarkan pendapat
dan ide-ide saya.
4. Ayah akan menegur dan menghukum jika
saya bolos sekolah.
5. Ayah membebaskan saya memilih kegiatan
di luar sekolah.
6. Ayah sering melarang saya mengikuti
kegiatan-kegiatan di luar sekolah.
7. Ayah selalu mengingatkan saya untuk rajin
belajar dan melakukan apapun.
8. Ayah mengharuskan saya belajar juga pada
hari libur.
9. Ayah sering mengingatkan agar saya rajin
belajar.
10. Saya diijinkan mengikuti kegiatan di luar
sekolah tetapi harus sesuai dengan kriteria
ayah.
11. Jika saya melanggar peraturan di rumah,
ayah akan menghukum saya.
12. Ayah mengabaikan kegiatan yang saya
lakukan di luar rumah.
13. Saya dapat bertukar pikiran dengan ayah.
14. Ayah selalu memberi kebebasan pada saya
melakukan aktivitas apapun.
15. Ayah selalu mengingatkan agar selalu
berhati-hati dalam melakukan apapun.
16. Saya harus merubah rencana yang sudah
saya buat karena harus mengikuti dengan
kemauan ayah.
17. Saya merasa senang jika ayah mengajak
saya untuk memecahkan masalah bersama.
18. Ketika saya pulang hingga tengah malam,
ayah tidak menegur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

19. Ayah akan memberi hukuman jika saya


bolos sekolah.
20. Saya nyaman setiap kali ingin meminta ijin
kepada ayah.
21. Ayah jarang menghukum saya ketika nilai
raport saya jelek.
22. Ayah sering menanyakan kabar saya
walaupun sedang bertugas.
23. Ayah melarang saya mencoba minuman
keras dan merokok tetapi kadang
membiarkannya.
24. Ayah menyerahkan kebebasan pada saya
untuk belajar dan melakukan apa saja.
25 Segala aktivitas di luar jam sekolah dibuat
atas kesepakatan antara saya dengan ayah.
26. Ayah sering mendengarkan pendapat yang
saya katakan terutama yang berhubungan
dengan sekolah.
27. Ayah tidak menegur ketika saya pulang
hingga larut malam.
28. Jika saya mendapat nilai jelek pada raport,
ayah akan marah dan menghukum.
29. Saya senang ayah banyak memberi saya
kebebasan untuk beraktivitas asal itu
positif.
30. Saya harus mengikuti semua aturan yang
dibuat ayah tanpa membantah.
31. Ayah tidak menanyakan tentang
perkembangan belajar saya di sekolah.
32. Saya akan mengatakan pada ayah jika ingin
sesuatu.
33. Jika saya tidak masuk sekolah, ayah tidak
menanyakan bahkan tidak memberikan
reaksi apapun.
34. Saya dapat bebas pergi bermain setiap hari
tanpa ada larangan dari ayah.
35. Ayah akan menanyakan kabar saya ketika
telat pulang sekolah.
36. Ayah mengharuskan saya mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

kegiatan di sekolah yang sesuai dengan


keinginannya.
37. Saya dapat pergi dengan teman saya tanpa
harus meminta ijin ayah.
38. Ayah sering menyuruh saya melakukan
kegiatan yang saya kurang minati.
39. Ayah mengijinkan saya mengendarai motor
atau mobil meskipun saya belum memiliki
SIM.
40. Ayah membebaskan saya melakukan
kegiatan apapun di luar sekolah.
41. Ayah selalu menanyakan dengan siapa saya
pergi.
42. Jika saya melakukan kesalahan, ayah tidak
marah dan tidak menghukum.
43. Ayah sering tidak memberi kesempatan
saya untuk mengatakan keinginan saya.
44. Ketika saya merasa kesulitan mengerjakan
tugas sekolah, saya memilih tidak
mengerjakannya.
45. Jika saya bertengkar dengan kakak atau
adik, ayah akan menghukum kami.
46. Ayah sering menasehati saya agar prestasi
belajar saya meningkat.
47. Ayah akan menjelaskan alasannya jika saya
tidak diijinkan melakukan sesuatu.
48. Ayah selalu menanyakan pendapat saya
saat mengambil keputusan.
49. Jika saya ingin melakukan sesuatu, ayah
akan mengingatkan baik buruknya.
50. Ayah tidak menegur saya ketika pulang
tengah malam.
51. Saya harus membereskan kamar dan tempat
tidur ketika bangun.
52. Ayah sering melarang saya tanpa alasan
untuk mengikuti kegiatan yang saya suka.
53. Ayah memberi kebebasan pada saya
memilih kegiatan di luar sekolah.
54. Jika saya berbuat salah, ayah tidak segan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

untuk langsung menghukum saya.


55. Ayah dapat menerima keputusan yang saya
buat.
56. Ayah sering melarang saya mencoba
merokok dan minuman keras karena tidak
baik untuk saya.
57. Ayah akan selalu meluangkan waktu untuk
dapat sharing dengan saya.
58. Ayah memberi batasan jam pulang malam
ketika saya pergi.
59. Ayah melarang saya mengikuti kegiatan
yang berhubungan dengan seni.
60. Setiap hari saya dapat pergi bermain dan
pulang hingga larut malam.
61. Ayah membatasi saya dalam melakukan
aktivitas di luar rumah.
62. Ketika ayah sedang di rumah, ayah jarang
mengajak ngobrol saya.
63. Ayah sering menanyakan kondisi saya saat
ia sedang bertugas.
64. Saya merasa kesal pada ayah karena tidak
diberi kesempatan berpendapat.
65. Saya bebas menaruh perlengkapan pribadi
saya berserakan dimana-mana.
66. Saya dapat sharing dengan ayah tentang
kegiatan saya di sekolah.
67. Ayah akan menegur jika saya pulang
hingga larut malam.
68. Ayah akan menuntut dan memaksakan
kehendaknya pada saya.
69. Saya bebas bermain asal nilai raport selalu
baik.
70. Ayah selalu menanyakan perkembangan
akademik saya.
71. Saya dapat bebas mengutarakan keinginan
saya.
72. Ayah hanya menasehati agar saya tidak
malas belajar.
73. Ayah sering menegur saat saya tidak belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

untuk ulangan semester.


74. Ketika saya mendapatkan prestasi di
sekolah, ayah tidak memberi ucapan
selamat.
75. Ketika saya pulang larut malam, ayah
hanya bertanya tanpa melakukan tindakan
apapun.
76. Ayah tidak memberi batasan untuk
mengembangkan bakat saya.
77. Ayah akan mengajak ngobrol saya ketika
sedang di rumah.
78. Ayah percaya saya bisa mengatur
keuangan.
79. Ayah akan menghukum jika saya ketahuan
pulang larut malam.
80. Saya diharuskan mendapat ranking di kelas
oleh ayah.
81. Jika nilai raport saya jelek, ayah tidak
mempermasalahkannya.
82. Ayah akan menegur jika saya ketahuan
bolos sekolah.
83. Saya hanya dapat pulang tengah malam
pada saat hari libur.
84. Saya dapat bebas pulang hingga larut
malam setiap hari.
85. Jika saya mendapat nilai raport jelek, ayah
tidak akan marah dan tidak akan
menghukum.
86. Ketika saya sedang malas, saya memilih
tidak masuk sekolah.
87. Ayah akan marah jika saya bolos sekolah.
88. Saya jarang masuk sekolah dan ayah tidak
akan peduli.
89. Ayah mengijinkan saya pergi hingga tengah
malam pada saat hari libur.
90. Ayah tidak akan menegur saat mengetahui
saya tidak belajar untuk ulangan semester.
91. Saya dibatasi melakukan kegiatan di luar
rumah tanpa alasan yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

92. Ayah melarang saya mencoba merokok dan


minuman keras.
93. Ayah jarang menanyakan kondisi saya.
94. Jika saya tidak keluar kamar, ayah hanya
menengok tanpa ada reaksi apapun.
95. Saya harus meminta ijin dulu sebelum pergi
dengan teman-teman.
96. Ayah akan menghukum dan marah ketika
nilai raport saya jelek.
97. Ayah akan menegur dan menasehati jika
saya melakukan kesalahan.
98. Ayah akan menghargai setiap kegiatan
yang saya lakukan.
99. Ayah akan mengawasi kegiatan yang saya
lakukan di luar rumah.
100. Saya jarang pulang ke rumah dan ayah
tidak peduli bahkan tidak menghukum.
Silahkan periksa kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang
terlewat.
“Terima Kasih”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Realibilitas Skala Pola Asuh

Ca se P rocessing Sum ma ry

N %
Cases Valid 40 100,0
Ex cludeda 0 ,0
Total 40 100,0
a. Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,928 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


ScaleM eanif Varianceif Item-Total Alphaif Item
ItemDeleted ItemDeleted Correlation Deleted
P1 244,8250 720,661 ,314 ,927
P2 245,5500 725,279 ,320 ,927
P3 245,4500 725,023 ,305 ,927
P4 244,7000 730,985 ,268 ,927
P5 245,3500 729,515 ,375 ,927
P6 244,7500 731,679 ,236 ,927
P7 244,4500 726,510 ,380 ,927
P8 244,9250 725,199 ,268 ,928
P9 244,9500 721,382 ,488 ,926
P10 245,8000 729,497 ,254 ,927
P11 244,9500 730,305 ,317 ,927
P12 245,6000 730,400 ,238 ,927
P13 244,5500 728,921 ,414 ,927
P14 244,4000 730,400 ,387 ,927
P15 245,1250 729,087 ,576 ,927
P16 244,6500 730,541 ,282 ,927
P17 245,0750 726,994 ,373 ,927
P18 243,8750 716,010 ,504 ,926
P19 243,9000 720,708 ,397 ,927
P20 244,3000 721,190 ,633 ,926
P21 245,1500 726,285 ,645 ,926
P22 245,0000 726,154 ,580 ,926
P23 245,3500 730,285 ,326 ,927
P24 244,8750 727,035 ,357 ,927
P25 243,8500 722,336 ,416 ,927
P26 244,9000 723,631 ,446 ,926
P27 245,2750 731,435 ,353 ,927
P28 245,6250 725,984 ,323 ,927
P29 244,1000 723,272 ,301 ,927
P30 245,0000 724,103 ,597 ,926
P31 244,7250 726,615 ,318 ,927
P32 244,2250 724,897 ,248 ,928
P33 244,2500 724,141 ,258 ,928
P34 244,6000 732,708 ,259 ,927
P35 243,8250 721,071 ,481 ,926
P36 243,8750 720,779 ,471 ,926
P37 244,4250 724,302 ,583 ,926
P38 244,1750 726,097 ,224 ,928
P39 244,6250 725,728 ,500 ,926
P40 245,1500 727,823 ,514 ,927
P41 243,9500 722,151 ,372 ,927
P42 244,3750 720,856 ,527 ,926
P43 244,4250 722,712 ,486 ,926
P44 244,6750 723,712 ,518 ,926
P45 243,8250 722,148 ,455 ,926
P46 243,8750 723,651 ,388 ,927
P47 245,0250 726,846 ,471 ,927
P48 245,0750 728,533 ,483 ,927
P49 244,2750 728,410 ,365 ,927
P50 245,2250 728,538 ,340 ,927
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

P50 245,2250 728,538 ,340 ,927


P51 245,1000 727,733 ,382 ,927
P52 245,0000 729,846 ,399 ,927
P53 245,5500 728,049 ,255 ,927
P54 245,7250 726,307 ,301 ,927
P55 244,9750 726,384 ,410 ,927
P56 244,8500 725,823 ,406 ,927
P57 244,3500 730,079 ,485 ,927
P58 245,6500 729,823 ,271 ,927
P59 244,8750 727,497 ,364 ,927
P60 243,9250 727,969 ,273 ,927
P61 245,4500 727,126 ,264 ,927
P62 244,2000 728,267 ,223 ,928
P63 245,0750 726,687 ,362 ,927
P64 245,1500 722,490 ,263 ,928
P65 244,0000 730,923 ,194 ,928
P66 244,0750 728,071 ,221 ,928
P67 245,1000 726,913 ,433 ,927
P68 244,9250 725,558 ,448 ,927
P69 244,9500 726,767 ,449 ,927
P70 244,6000 732,759 ,241 ,927
P71 245,6500 729,618 ,264 ,927
P72 244,8250 733,789 ,168 ,928
P73 243,8750 727,856 ,263 ,927
P74 244,5000 729,590 ,407 ,927
P75 245,7000 726,472 ,335 ,927
P76 245,6750 731,251 ,216 ,928
P77 245,7000 729,600 ,304 ,927
P78 245,0250 730,281 ,393 ,927
P79 245,7000 728,626 ,313 ,927
P80 244,5750 731,943 ,309 ,927
P81 245,2000 728,215 ,447 ,927
P82 244,1250 729,087 ,191 ,928
P83 244,5750 730,815 ,320 ,927
P84 245,1000 727,990 ,432 ,927
P85 244,9500 728,664 ,422 ,927
P86 245,1000 730,451 ,427 ,927
P87 244,4750 729,948 ,405 ,927
P88 245,0000 727,846 ,430 ,927
P89 245,4500 726,356 ,279 ,927
P90 245,1000 727,836 ,405 ,927
P91 244,8500 729,721 ,287 ,927
P92 244,9250 726,481 ,398 ,927
P93 245,0000 727,487 ,385 ,927
P94 244,4250 727,533 ,472 ,927
P95 244,5000 732,103 ,321 ,927
P96 243,9250 723,815 ,348 ,927
P97 243,9500 730,613 ,204 ,928
P98 243,8750 752,266 -,242 ,930
P99 244,0250 749,769 -,157 ,930
P100 245,5500 726,562 ,246 ,928
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Ca se P rocessing Sum ma ry

N %
Cases Valid 40 100,0
Ex cludeda 0 ,0
Total 40 100,0
a. Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,928 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Item-TotalStatistics

Scale C orrected C ronbach's


ScaleM
eanif Varianceif Item -Total Alphaif Item
ItemD
eleted ItemD eleted Correlation Deleted
K1 245,1750 723,328 ,312 ,928
K2 245,9000 728,349 ,309 ,928
K3 245,8000 728,164 ,293 ,928
K4 245,0500 733,228 ,276 ,928
K5 245,7000 732,010 ,377 ,927
K6 245,1000 734,400 ,232 ,928
K7 244,8000 728,933 ,383 ,927
K8 244,9250 725,199 ,321 ,928
K9 245,3000 724,164 ,482 ,927
K10 246,1500 732,387 ,247 ,928
K11 245,3000 733,087 ,310 ,927
K12 245,9500 733,433 ,228 ,928
K13 244,9000 731,272 ,420 ,927
K14 244,7500 732,859 ,390 ,927
K15 245,4750 731,743 ,571 ,927
K16 245,0000 732,821 ,289 ,928
K17 245,4250 729,687 ,369 ,927
K18 244,2250 718,128 ,513 ,926
K19 244,2500 722,808 ,406 ,927
K20 244,6500 723,721 ,633 ,926
K21 245,5000 728,923 ,641 ,927
K22 245,3500 728,900 ,572 ,927
K23 245,7000 732,779 ,328 ,927
K24 245,2250 729,871 ,350 ,927
K25 244,2000 724,472 ,424 ,927
K26 245,2500 726,449 ,439 ,927
K27 245,6250 733,984 ,353 ,927
K28 245,9750 728,999 ,313 ,927
K29 244,4500 725,228 ,311 ,928
K30 245,3500 726,849 ,589 ,927
K31 245,0750 728,840 ,325 ,927
K32 244,5750 726,763 ,259 ,928
K33 244,6000 725,990 ,268 ,928
K34 244,9500 735,023 ,266 ,928
K35 244,1750 723,225 ,490 ,927
K36 244,2250 722,897 ,481 ,927
K37 244,7750 726,743 ,586 ,927
K38 244,5250 727,999 ,234 ,928
K39 244,9750 728,025 ,507 ,927
K40 245,5000 730,462 ,511 ,927
K41 244,3000 724,215 ,382 ,927
K42 244,7250 723,333 ,528 ,927
K43 244,7750 725,153 ,489 ,927
K44 245,0250 725,974 ,526 ,927
K45 244,1750 724,302 ,464 ,927
K46 244,2250 725,769 ,397 ,927
K47 245,3750 729,574 ,465 ,927
K48 245,4250 731,225 ,477 ,927
K49 244,6250 730,958 ,365 ,927
K50 245,5750 731,122 ,339 ,927
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

, , , ,
K51 245,4500 730,408 ,379 ,927
K52 245,3500 732,592 ,392 ,927
K53 245,9000 731,118 ,244 ,928
K54 246,0750 729,251 ,293 ,928
K55 245,3250 729,148 ,403 ,927
K56 245,2000 728,677 ,398 ,927
K57 244,7000 732,574 ,487 ,927
K58 246,0000 732,821 ,261 ,928
K59 245,2250 730,333 ,356 ,927
K60 244,2750 730,051 ,282 ,928
K61 245,8000 730,267 ,253 ,928
K62 244,5500 730,151 ,235 ,928
K63 245,4250 729,379 ,358 ,927
K64 245,5000 725,846 ,251 ,928
K65 244,3500 732,951 ,204 ,928
K66 244,4250 730,046 ,231 ,928
K67 245,4500 729,587 ,429 ,927
K68 245,2750 728,358 ,441 ,927
K69 245,3000 729,549 ,441 ,927
K70 244,9500 735,074 ,248 ,928
K71 246,0000 732,615 ,254 ,928
K72 245,1750 735,943 ,177 ,928
K73 244,2250 729,974 ,271 ,928
K74 244,8500 731,977 ,413 ,927
K75 246,0500 729,433 ,325 ,927
K76 246,0250 734,230 ,207 ,928
K77 246,0500 732,562 ,293 ,928
K78 245,3750 733,010 ,387 ,927
K79 246,0500 731,587 ,302 ,928
K80 244,9250 734,276 ,316 ,927
K81 245,5500 730,818 ,445 ,927
K82 244,4750 731,025 ,201 ,928
K83 244,9250 733,148 ,326 ,927
K84 245,4500 730,664 ,428 ,927
K85 245,3000 731,446 ,414 ,927
K86 245,4500 733,126 ,422 ,927
K87 244,8250 732,353 ,410 ,927
K88 245,3500 730,592 ,423 ,927
K89 245,8000 729,497 ,268 ,928
K90 245,4500 730,510 ,401 ,927
K91 245,2000 732,574 ,280 ,928
K92 245,2750 729,281 ,391 ,927
K93 245,3500 730,233 ,379 ,927
K94 244,7750 729,974 ,476 ,927
K95 244,8500 734,490 ,327 ,927
K96 244,2750 725,897 ,358 ,927
K97 244,3000 732,677 ,213 ,928
K98 244,2250 754,384 -,232 ,930
K99 244,3750 751,779 -,147 ,930
K100 245,9000 729,631 ,236 ,928
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Normalitas Pola Asuh dan Attachment (Kelekatan)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Gaya_
kelekatan Pola_Asuh
N 40 40
Normal Parameters a,b Mean 161,1750 161,0500
Std. Deviation 19,59054 19,06124
Most Extreme Absolute ,301 ,307
Differences Positive ,193 ,218
Negative -,301 -,307
Kolmogorov-Smirnov Z 1,904 1,943
As ymp. Sig. (2-tailed) ,001 ,001
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Linearitas Pola Asuh dan Attachment (Kelekatan)

ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Pola_Asuh * Between (Combined) 13998,233 17 823,425 105,526 ,000
Gaya_kelekatan Groups Linearity 13810,791 1 13810,791 1769,927 ,000
Deviation from Linearity 187,442 16 11,715 1,501 ,186
Within Groups 171,667 22 7,803
Total 14169,900 39

Anda mungkin juga menyukai