Makin banyak harga Z menyimpang dari satu, makin besar gas yang
bersangkutan menyimpang dari keadaan ideal.
Pengetahuan tentang harga Z memungkinkan perhitungan tekanan atau volume
dari pers. (1.19). Faktor ini yang bergantung pada jenis gas, tekanan dan
temperature, hanya dapat ditentukan dari data P,V,T. Metode penentuan Z dengan
mempergunakan diagram umum factor daya mampat, menurut Hougen dan Watson,
akan dibicarakan pada fatsal 1.3.4.
Gmb .1-3. Kurva Z_P untuk beberapa jenis gas pada 0C Keterangan
(a) Apabila tekanan diturunkan hingga harga-harga yang sangat rendah, maka Z mendekati harga
satu. Hal ini berarti bahwa bagi semua gas, Bila Z = 1, dan gas bersifat ideal
(b) Kecuali pada gas Hidrogen, kenaikan tekanan dari P = 0, mula-mula .menimbulkan penurunan
harga Z dibawah satu, kemudian mencapai suatu titik minimum dan pada tekanan tinggi
akhirnya mencapai harga yang melebihi satu. Gejala ini menunjukkan bahwa penyimpangan
terhadap keadaan ideal pada dasarnya disebabkan oleh dua factor. Faktor Pertama, yang
berperanan pada tekanan yang relative rendah, dan yang membuat harga Z lebih kecil dari
satu, adalah pengaruh gaya tarik menarik antara molekul molekul. Faktor Kedua, yang lebih
berpengaruh pada tekanan tinggi, adalah gaya tolak menolak, pada tekanan tinggi kedudukan
molekul-molekul yang sangat berdekatan menimbulkan gaya tolak menolak yang kuat dan hal
ini cenderung membuat harga Z menjadi lebih besar dari satu.
(c) Untuk gas Hidrogen (pada 0 , Z > 1 pada semua tekanan. Penelitian menunjukkan bahwa
pada temperature yang cukup rendah (t < - 166 ) gas hydrogen jugamemperlihatkan titk
minimum pada kurva Z_P.
Pengaruh temperature terhadap factor daya mampat diperlihatkan pada gmb.1.4 untuk gas
metan.
Pada temperature dibawah 640 semua kurva Z_P memperlihatkan titik minimum dan p = 0<
0 (arah lereng kurva pada P = 0) adalah negative), sedangkan di atas temperature ini Z > 1 untuk
semua tekanan dan
p=0> 0
Gmb 1_4. Kurva factor daya mampat pada
pelbagai temperature untuk gas CH4.
Temperature Boyle (
1. Pada B gas mulai mencair dan selama pencairan ini tekanan gas (sama dengan
tekanan uap CO2 cair pada temperature yang bersangkutan) tidak akan berubah.
2. Pada C semua gas telah mencair, kenaikan tekanan yang sangat besar sesudah titik
ini (kurva CD) disebabkan karena cairan sulit dimampatkan. Perubahan pada
temperature yang lebih tinggi, misalnya pada 21,5
memperlihatkan pola yang sama kecuali bahwa titik titik B dan C lebih
berdekatan kedudukannya.
Pada 31,1 kedua titik ini berhimpit, sedangkan di atas temperature ini tidak lagi
terdapat bagian yang datar pada isoterm. Hal ini berarti bahwa di atas
temperature31,1 karbon dioksida tidak dapat dicairkan , sekalipun pada tekanan
yang tinggi. Temperature ini disebut temperature Kritis (TC) dan titik K adalah titik
kritis. Tekanan dan Volume pada titik kritis adalah masing masing tekanan kritis
(PC) dan Volume kritis (VC). Makin tinggi temperature berada di atas temperature
kritis makin mirip isoterm dengan isoterm gas ideal ( misalnya pada 48,1 )
Gas dan Cairan hanya dapat ditemukan bersama sama pada daerah di bawah
kurva CKB. Diagram, seperti pada gmb. 1.5 , penting sekali dalam proses
pencairan gas.
Van Der Waals (1873) bertitik tolak dari persamaan gas ideal , PV = nRT, dan dengan cara
mengadakan koreksi terhadap tekanan P dan volume V dalam persamaan ini , berhasil
menurunkan suatu persamaan yang lebih memuaskan.
Koreksi terhadap tekanan didasarkan atas pertimbangan bahwa antara molekul-mlekul gas
terdapat gaya tarik menarik. Pada sebuah molekul di bagian dalam gas gaya-gaya tarik
menarik yang dialami molekul ini oleh molekul-molekul di sekitarnya saling meniadakan
akan tetapi pada molekul di dekat dinding ada gaya sisa yang terarah ke dalam.
Karena tekanan gas yang disebabkan oleh tabrakan molekul-molekul pada dinding, maka
dengan adanya gaya sisa itu tekanan gas akan menjadi lebih kecil.
Dengan P ialah tekanan yang sebenarnya, ialah tekanan ideal dan ialah besarnya
pengurangan tekanan yang disebabkan gaya tarik menarik itu.
Menurut Van Der Waals, berbanding lurus dengan c2 (c = konsentrasi molar)dan karena
maka Atau
Koreksi terhadap volume diperlukan oleh karena molekul gas mempunyai volume sendiri. Dalam
memperhitungkan pengaruh dari volume molekul . Molekul ini, Van Der Waals menganggapnya sebagai
bola kaku, sehingga volume bebas untuk gerakan molekul bukan lagi V melainkan V . n , dengan ialah
suatu tetapan yang besarnya empat kali volume sebenarnya dari molekul-molekul dalam suatu Mol gas
dan V ialah volum wadah.
Dengan memperhatikan koreksi-koreksi di atas , maka persamaan gas ideal dapat diubah menjadi,
Perbandingan antara persamaan gas ideal dan persamaan Van Der Waals pada 100
(P dalam atm)
Cksp
.
50 48,7 50,2 57,0 49,5
Untuk dapat menyatakan Z sebagai fungsi dari P dan T maka V = disubtitusikan ke dalam persamaan diatas :
Z 1+ (b )P
P=
Gambar 1-6. Isoterm garis CO2 menurut persamaan Van der Waals
Pada kondisi tertentu kondensasi ini dapat dihindarkan dan tekanan gas melampaui
tekana kesetimbangan yang sesuai dengan temperatur ini. Bagian kurva AA' yang
menyatakan uapa lewat jenuh merupakan keadaan metastabil. Bagian kurva CC', yang juga
mwerupakan keadaan metastabil, dapat terealisasi dengan cara penurunan tekanan secara
perlahan-lahan. Bagian kurva A'B'C' tidak dapat diwujudkan secara eksperimen.
Pada gambar 1-6 titik kritis K merupakan suatu titik belok pada kurva PV, oleh karena itu
harus berlaku,
Pada tabel 1-4 tertera tetapan-tetapan kritis dan tetapan-tetapan Van der Waals
untuk sejumlah gas. Tetapan Van der Waals dihitung dari tetapan kritis melalui
persamaan (1.30) dan persamaan (1.31).
Tabel 1-4
Tetapan kritis dan tetapan Van der Waals
Gas Tc Pc Vc a B
(K) (atm) (cc/Mol) (l2atm/Mol) (Cc/Mol)
He 5,23 22,6 57,6 0,0341 23,6
H2 33,3 12,8 65,0 0,245 26,7
N2 126,1 33,5 90,0 1,39 39,4
CO 133,0 34,53 90,0 1,49 39,9
Ar 150,8 48,0 75,5 1,35 32,3
O2 154,4 49,7 74,4 1,36 31,8
C2H4 282,9 50,9 127,5 4,47 57,1
CO2 304,2 73,0 95,7 3,59 42,7
NH3 405,6 112,0 72,4 4,17 37,0
H2O 647,2 218,5 56,0 5,46 30,5
Hg 1823,0 200,0 45,0 9,09 17,0
1.3.4. Hukum Keadaan Sehubungan
Apabila harga-harga a, b dan R pada persamaan (1.27), (1.28) dan (.29) disubtitusikan ke
dalam persamaan Van der Waals,
p=
Akan diperoleh
P= atau
Persamaan ini tidak lagi mengandung tetapan-tetapan yang bergantung pada jenis gas,sehingga
seharusnya berlaku untuk semua gas.
Persamaan (1.36) adalah suatu pernyataan matematis dari hukum keadaan sehubungan, yang
menyatakan bahwa bila dua atau lebih zat-zat mempunyai tekanan tereduksi (Pr), dan temperatur
tereduksi (Tr) yang sama, maka volume tereduksinya (Vr) harus sama pula. Ilistrasi dari hukum ini
dapat dilihat pada tabel 1-5.
Dari data eksperimen ternyata bahwa, secara pendekatan, faktor daya
mampat Z merupakan fungsi universil dari Pr dan Tr,
Z = f (Pr,Tr)
1. Suatu silinder dengan volume 10 liter dapat menampung gas hingga tekanan 133 atm pada 40C. Berapa banyak
gas etilena (C2H4) dapat disimpan dengan aman dalam silinder tersebut pada 40C? (Tc = 283K, Pc = 50,9 atm)
Penyelesaian :
Tr = = 1,10
Dari diagram Z
Pr = = 2,62
Hitung tekanan dalam suatu silinder dengan volume 360 liter yang berisi 70 kg gas karbon dioksida pada temperature
62oc. Tc = 304,2ok, Pc = 73,0 atm.
= 0,60Pr
1.3.5 beberapa persamaan lain
Tetapan yang bergantung pada temperature dan yang disebut koefisien virial. Koefisien pertama Av adalah
sama dengan RT, sedankan koeisien virial kedua Bv, negative pada temperature rendah dan berubah kearah
harga. Harga yang positif pada temperature tinggi . pada temperature boyle Bv=0. Persamaan ini dapat
menggambarkan keadaan gas dengan teliti hingga tekanan yang cukup tinggi.
T
Bp x Cp x Dp x Ep x
(oc Ap
102 105 108 1011
)
NITROGEN
koefisien virial ( P dalam
-50 18,312 -2,8790 14,980 -14,470 4,657
atm, V dalam liter mol-1 )
0 22,414 -1,0512 8,626 -6,910 1,704
10
30,619 0,6662 4,411 -3,534 0,9687
0
20
38,824 1,4763 2,775 -2,379 0,7600
0
HIDROGEN
-50 18,312 1,2027 1,164 -1,741 1,022