Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANAJEMEN LIMBAH B3

“Pengelolaan Limbah B3 dalam Industri Elektronika”

Dosen Pengampu : Dr. Ling. Ir. Tri Joko, M.Si

Disususn Oleh :

Dini Kusumastuti

25010116120013

KL 2

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
Limbah Industri Elektronika

Industri elektronika adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau
memanfaatkan sumber daya sehingga menghasilkan produk berupa barang dan/atau jasa
industri elektronika yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi. Kehidupan umat
manusia di abad ini tidak bisa dilepaskan dari berbagai jenis perangkat elektronik yang
memanjakan aktivitas keseharian. Jumlah kebutuhannya pun semakin meningkat dari tahun ke
tahun sejalan dengan laju pertambahan penduduk. Perubahan model dan perkembangan
teknologi yang demikian cepat juga telah merubah gaya hidup masyarakat untuk selalu
mengikuti teknologi terbaru sehingga umur hidup (life span) perangkat elektronik menjadi
cepat usang. Akibat dari hal itu, telah timbul limbah baru dengan jumlah yang terus meningkat.
Sebagian besar limbah elektronik dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) karena mengandung komponen atau bagian yang terbuat dari substansi
berbahaya (seperti timbal, merkuri, kadmium dan lainnya). B3 adalah adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup manusia, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lain.
a. Karakteristik Limbah Industri Elektronika
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah, karakteristik limbah industri elketronika adalah sebagai berikut :
Parameter Satuan Konsentrasi
A. Parameter Fisik
TSS mg/L 60
BOD5 mg/L 50
COD mg/L 110
pH - 6-9
B. Parameter Kimia
NH3-N mg/L 10
F mg/L 10
Fenol mg/L 0,5
Minyak dan Lemak mg/L 10
Cu mg/L 0,6
Zn mg/L 5
Cr6+ mg/L 0,1
Cd mg/L 0,1
Hg mg/L 0,002
Pb mg/L 0,1
Ni mg/L 0,5

Pengkategorian Limbah Industri Elektronika sebagai Limbah B3


Berdasarkan lampiran Tabel 3 Daftar Limbah B3 dari sumber spesifik umum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, limbah industri elektronika digolongkan sebagai limbah B3
disebabkan oleh :
Jenis industri Sumber limbah Uraian limbah Kategori
Perakitan Manufaktur dan Mercury contactor/ switch 2
komponen perakitan Lampu fluoresen (Hg) 1
elektronik atau komponen dan Larutan untuk printed circuit
peralatan peralatan 1
elektronik elektronik
IPAL yang Caustic strapping
1
mengolah efluen (photoresist)
proses Sludge proses produksi
1
perakitan
Cathode Ray Tube (CRT) 2
Coated glass 2
Residu solder dan fluxnya 2
Printed Circuit Board (PCB) 2
Limbah kabel logam dan
2
insulasinya
Sludge dari IPAL 2
Rekondisi atau Remanufacturing, Mercury contactor/ switch 1
remanufacturing rekondisi, dan Lampu fluoresen (Hg) 1
perakitan Larutan untuk printed circuit 1
barang komponen dan Caustic strapping
1
elektronik peralatan (photoresist)
elektronik. Sludge proses produksi
1
perakitan
IPAL yang Cathode Ray Tube (CRT) 1
mengolah efluen Coated glass 2
proses. Residu solder dan fluxnya 2
Printed Circuit Board (PCB) 2
Limbah kabel logam dan
2
insulasinya
Sludge dari IPAL 2

Yang dimaksud limbah B3 kategori 1 dan kategori 2 dalam PP Nomor 101 tahun 2014
adalah sebagai berikut :
a. Limbah B3 kategori 1 adalah Limbah B3 yang berdampak akut dan langsung
terhadap manusia dan dapat dipastikan akan berdampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
b. Limbah B3 kategori 2 adalah Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek
tunda (delayed effect), dan berdampak tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungan hidup serta memiliki toksisitas sub-kronis atau kronis.

b. Proses Pengolahan Limbah B3 Industri Elektronika


Teknik pengolahan logam berat pada limbah cair industri secara konvensional
antara lain yaitu presipitasi kimia, adsorpsi, ekstrasi larutan (solvent extraction), teknik
pemisahan menggunakan membran, pertukaran ion, teknik elektrolitik,
koagulasi/flokulasi, sedimentasi, filtrasi, proses membran, proses pengolahan secara
biologi dan menggunakan reaksi kimia (Badmus,2007). Berikut ini merupakan bagan
alternatif pengolahan air yang dapat digunakan untuk meremoval kandungan polutan
dalam air limbah elektronika, terutama kandungan logam beratnya antara lain yaitu :
Gambar 1. Beberapa Metode Pengolahan Limbah Cair Tercemar Logam Berat
Bagan tersebut menunjukkan beberapa metode yang bisa digunakan dalam
pengolahan limbah yang mengandung logam berat dalam hal ini limbah industri
elektronik.

1) Pengolahan limbah cair menggunakan presipitasi


Keuntungan : merupakan pengolahan yang paling popular digunakan karena beberapa
logam berat (metal salts) bersifat terlarut (insoluble) dalam air sehingga
dengan cepat terpresipitasi ketika anion yang tepat ditambahkan. Proses
pengolahan dengan cara ini merupakan yang paling efisien diantara
proses lainnya.
Kelemahan : mudah terpengaruh oleh pH yang rendah, kehadiran ion-ion lain (salts)
dan menghasilkan banyak lumpur karena memakai bahan kimia.
2) Pengolahan limbah cair menggunakan ion exchange
Keuntungan : merupakan pengolahan yang tergolong sukses dipakai di industri untuk
polutan logam berat. Pengolahan ini membutuhkan lahan yang sedikit.
Kelemahan : biaya relatif mahal, operasional sulit, sensitif terhadap pH larutan dan
mudah terpengaruh terhadap kadar organik dan kadar solid pada air
limbah.
3) Pengolahan limbah cair menggunakan electro-winning
Keuntungan : digunakan secara luas dalam industri tambang, industri elektronik dan
industri metallurgical untuk meremoval dan merecovery logam berat.
Pengolahan ini efektif untuk banyak logam berat seperti Ag, Au, Cd, Co,
Cr, Ni, Pb, Sn and Zn menggunakan electro-deposition dengan insoluble
anoda.
Kelemahan : Biaya operasional mahal dan sulit
4) Pengolahan limbah cair menggunakan Electro-coagulation
Keuntungan : Kontaminan di dalam limbah cair diolah dengan mengandalkan
perubahan electrical sehingga membuat polutan terdestabilisasi dan
terpresipitasi dalam bentuk yang lebih stabil sehingga mudah untuk
dipisahkan dan dihilangkan. Pengolahan ini efektif dan cukup
terjangkau.
Kelemahan : memerlukan lahan yang luas
5) Pengolahan limbah cair menggunakan Cementation
Keuntungan : proses presipitasi menggunkan mekanisme electrochemical, mempunyai
tingkat oksidasi yang lebih tinggi dan pengolahan ini sangat efektif
untuk memisahkan dan menghilangkan Cu pada air limbah.
Kelemahan : Biaya tergolong mahal dan operasional sulit.
6) Pengolahan limbah cair Reverse osmosis and electro-dialysis
Keuntungan : menggunakan semi-permeable membran untuk recovery ion-ion logam
dalam limbah cair. Pengolahan ini mempunyai efektifitas tinggi dan
memerlukan lahan yang sedikit.
Kelemahan : Biaya operasional sangat mahal

Berdasarkan uraian beberapa pengolahan limbah cair untuk mengolah logam berat
dipilih alternatif pengolahan presipitasi kimia karena paling efisien.

Presipitasi Kimia Logam Berat Dengan Sodium Sulfida


Presipitasi kimia merupakan teknologi pengolahan dimana seperti sulfida, hidroksida
dan karbonat bereaksi dengan polutan organik dan inorganik yang ada pada air limbah
yang kemudian membentuk presipitasi yang sulit untuk dilarutkan lagi (insoluble) dalam
hal ini terjadi pengendapan. Teknologi pemisahan ini pada umumnya terdiri dari 4 fase:
1. Menambahkan bahan kimia ke air limbah
2. Proses pengadukan cepat untuk mendistribusikan bahan kimia secara homogen pada
air limbah
3. Pengadukan lambat bertujuan sebagai proses untuk memperbesar flok (membentuk
presipitasi padat yang sulit untuk dilarutkan) dan,
4. Filtrasi, settling atau penuangan untuk menghilangkan partikel padat dalam bentuk
flok.
Fase-fase tersebut dapat menunjukkan kondisi ambien menurut standar lingkungan
yang ditetapkan dan pengolahannya bisa dikontrol secara otomatis, sehingga
pengerjaannya bisa dikatakan efisien karena tidak memerlukan biaya yang terlalu besar
seperti pengolahan lainnya. Hidrogen sulfida atau garam-garam sulfida terlarut adalah
bahan kimia yang banyak dipakai di industri otomitif dalam pengolahan secara presipitasi
kimia. Sulfida ini dianggap paling efektif dalam menghilangkan logam yang kompleks dan
logam berat seperti merkuri, timah dan perak dari air limbah industri.
Presipitasi logam berat dengan sulfida dilakukan dengan menggunakan Na2S sebagai
precipitating agent untuk mengendapkan kation-logam berat. Penambahan Na2S akan
menyebabkan adanya reaksi S2- dengan kation logam atau meningkatnya jumlah ion S2-
dalam air limbah, sehingga semakin banyak logam terendapkan sebagai logam-sulfidanya.
Presipitasi sulfida tidak menyebabkan terbentuk kompleks logam yang akan melarutkan
kembali endapan logam yang telah terbentuk. Hal ini sangat baik sehingga presipitasi
sulfida dapat dilakukan dengan lebih efektif dibandingkan presipitasi hidroksida yang
memerlukan control pH yang lebih teliti. Dalam berbagai penelitian presipitasi
menggunakan sulfida memiliki pencapaian optimum yang tinggi rata-rata lebih dari 95%
(Adli, 2012). Maka dari itu, di dalam paper ini menggunakan presipitasi sulfida untuk
mereduksi logam berat pada air limbah industri otomotif yang dikenal sulit untuk diolah
karena banyak mengandung shelating agent (Kim, 2002).
Pengolahan limbah cair industri otomotif dalam paper ini dilakukan dengan proses
netralisasi-copresipitasi dengan menggunakan presipitator Na2S. Na2S terbentuk akibat
proses srubbing yang menggunakan NaOH yang berfungsi untuk mengikat zat-zat
pencemar yang ada di pada limbah cair industri otomotif terutama logam beratnya .
Presipitan memakai Na2S berdasarkan penelitian Kim dkk ( 2002) yang menunjukkan
efisiensi removal logam berat pada limbah cair industri otomotif yang paling optimum.
Presipitan Na2S efektif pada pH rendah yaitu pH 5 (Marchioretto,2002), karakteristik
limbah cair industri otomotif yang digunakan mempunyai rentang pH 5-10. Penambahan
HCl tidak perlu digunakan karena pH air limbah yang sudah sesuai dengan efektifitas
bekerjanya presipitan Na2S, tatapi memerlukan NaOH untuk menetralkannya sehingga
bisa memenuhi baku mutu air limbah dan dapat dibuang ke lingkungan dengan aman.
Berikut ini diagram alir pengolahan air limbah industri otomotif untuk mereduksi kadar
logam berat:

Keterangan Gambar:
1. Influent 3. Koagulasi 5. Clarifier 7. Sludge
2. Tangki Pelarut Presipitan 4. Flokulasi6. Efluent 8. Sludge Treatment

Pengolahan Limbah Industri Elektronika secara Terpadu


Daur ulang barang-barang elektronik yang dilakukan oleh sektor informal bukan hal
yang baru dan merupakan perkembangan praktek daur ulang E waste dengan biaya murah
dalam pengelolaan E Waste. Hal ini terjadi dibanyak negara berkembang termasuk
Indonesia, dimana terjadi kesenjangan dalam pengelolaan lingkungan, tingginya
permintaan untuk pemakaian peralatan elektronik bekas atau secondhand dan penjualan E
waste untuk para pengepul mendorong pertumbuhan daur ulang sektor informal yang kuat.
Daur ulang sektor informal tidak hanya berkaitan dengan dampak lingkungan dan
kesehatan, tetapi juga kurangnya layanan daur ulang pada sektor formal. Dalam Xinwen
et al, (2010), pengalaman sudah menujukkan bahwa hanya melarang atau bersaing dengan
pengepul dan pendaur ulang sektor informal bukanlah merupakan penyelesaian yang
efektif. Sistem daur ulang formal yang baru harus memperhitungkan sektor informal, dan
kebijakan yang meningkatkan daur ulang, kondisi kerja dan efisiensi peran sektor
informal. Permasalahan utama dalam pengelolaan E waste di negara berkembang adalah
bagaimana mengatur insentif untuk daur ulang sektor informal sehingga dapat mengurangi
aktivitas daur ualng yang tidak layak dan untuk mengalihkan lebih banyak E waste agar
mengalir ke daur ulang sektor formal.
Masih dalam Xinwen et al, (2010), dilaporkan Metode pengelolaan E waste
terpadu sektor formal dan informal yang diterpakan di China dan negara berkembang
pada umumnya dengan ide-ide utamanya meliputi :
1. Selama proses desain dan produksi, teknik pengukuran, seperti perubahan
penelitian dan proposal desain, menyesuaikan proses teknologi, penggantian dalam
penggunaan material dan menggunakan metode yang inovatif dalam proses
produksi, dan lain-lain.
2. Selama proses desain, produksi, impor dan penjualan, langkah-langkah seperti
identifikasi nama-nama bahan beracun dan zat berbahaya dan elemen dan tingkat
kandungannya dan istilah-istilah untuk lingkungan yang digunakan oleh produk
elektronik, dan lain-lain.
3. Selama proses penjualan, harus ada pengawasan yang ketat dari saluran pembeli,
menahan penjualan barang-barang elektonik yang mengandung B3, menemukan
standart industri untuk pengawasan pencemaran oleh produk elektronik.
4. Larangan untuk impor barang-barang elektronik yang gagal memenuhi standar
untuk pengawasan B3.

Pengolahan Limbah Industri Elektronik secara Terpadu


DAFTAR PUSTAKA

Adli, Hadyan. 2012. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Dengan Metode Presipitasi dan
Adsorpsi Untuk Penurunan Kadar Logam Berat. Skripsi, Universitasi Indonesia, Depok.
B. R. Kim, M.ASCE.,W. A. Gaines., M. J. Szafranski., E. F. Bernath., dan A. M. Miles. 2002.
Removal of Heavy Metals from Automotive Wastewater by Sulfide Precipitation.
Journal of Environmental Engineering, Vol. 128, No. 7, July 1.
Astuti, W. (2013). Pengelolaan Limbah Elektronik (Electronic Waste) Terpadu: Sektor Formal
dan Informal di Indonesia. Dinamika Sains, 11(26).
Marchioretto, Marina Maya. 2002. Optimization Of Chemical Dosage In Heavy Metals
Precipitation In Anaerobically Digested Sludge. Congreso Interamericano de Ingenierria
Sanitaria y Amciental Cancun, Mexico, Oktober 27-31
Wahyono, S. (2016). KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK DALAM
LINGKUP GLOBAL DAN LOKAL= Electronic Waste Management Policies in the
Scope of Global and Local. Jurnal Teknologi Lingkungan, 14(1), 49-58.

Anda mungkin juga menyukai