Anda di halaman 1dari 2

Contoh : pengendalian hama dengan nimba

Pemanfaatan nimba (yaitu residunya, setelah minyak diambil dari bijinya) untuk mengendalikan
nematoda dan hama lain yang berasal dari tanah semakin meningkat, bahkan di antara para
petani India kaya yang menanam cardamom, jeruk sitrun, sayuran, dan tebu.

Pestisida tanaman buatan. Penggunaan pestisida alami murah dan tidak membuat petani
bergantung pada input-input luar. Namun demikian, beberapa pestisida alami juga beracun bagi
manusia dan hewan. Oleh karenanya, dalam menggunakan bahan-bahan beracun ini harus ekstra
hati-hati, seperti nikotin dalam tembakau. Banyak tanaman memiliki efek defensif atau
mematikan pada vertebrata, serangga, tungau, nematoda, jamur atau bakteri. Komponen yang
aktif dapat dipisahkan dari berbagai tanaman, misalnya benih, daun, buah atau akar. Juga ada
banyak cara untuk memisahkan komponen-komponen ini dan menyebarkan pada lahan budidaya
(Stoll, 1986). Efek mematikan atau defensive biasanya bukan merupakan akibat dari satu
komponen, melainkan akibat campuran dari komponen-kompnen aktif, sehingga peluang untuk
menjadi kebal dari organisme hama menjadi kecil (Stoll, 1986; Project Consult, 1986).

Pengembangan teknik pengendalian hama yang berpusat pada petani

Banyak kegiatan pertanian mempengaruhi daur hidup organisme yang berpotensi untuk
berkembangnya hama atau penyakit jika jumlahnya terlalu tinggi. Pengetahuan tentang daur
hidup organisme ini dan tingkat kerusakan serta wawasan tentang dampak dari teknik khusus
sangat penting bagi teknik pengendalian hama dan penyakit yang tidak berhenti di pinggiran
lahan saja. Tindakan yang sinkronis dan kolektif penting untuk mencegah atau mengendalikan
hama dan penyakit dengan cara yang secara ekologis sehat, memerlukan suatu proses partisipatif
yang melibatkan seluruh komunitas.

1.2. Memilih, melestarikan, dan meningkatkan sumber daya genetik

Sumber daya genetik tanaman dan hewan yang tak terpakai

Sumber daya genetik yang sangat berharga telah dikonservasikan dan ditingkatkan oleh
masyarakat lokal di seluruh dunia. Banyak spesies tanaman yang dibudidayakan atau
dikumpulkan dan banyak pula spesies hewan yang dipelihara atau diburu dalam sistem LEISA
yang tidak dikenal oleh ilmu pengetahuan formal atau telah diremehkan potensinya (contoh
singkong pahit dan tanaman kaktus). Kajian yang baik tentang informasi sporadis dan tersebar
yang ada dalam beberapa spesies ini telah dilakukan oleh BOSTID (Board on Sciene and
Technology for International Development). Species yang diburu secara tradisional.

Produksi dan konservasi sumber daya genetik

Sumber daya genetik dikumpulkan oleh pusat-pusat penelitian, namun biasanya hanya tersimpan
dalam bank-bank genetik dengan teknologi tinggi, baik di negaranegara berkembang atau di
pusat-pusat penelitian pertanian internasional. Kelemahan-kelemahan dari sistem ini telah sangat
dikendalikan dan didokumentasikan (misalnya Mooney, 1983; Plucknett, 1987). Sumber daya
genetik yang tersimpan itu dipertahankan, namun tidak mudah tersedia bagi petani kecil.
Alternatif terhadap pendekatan ini adalah konservasi seperti dalam keadaan aslinya,
mengumpulkan, mengevaluasi, mengamankan, meningkatkan, menggandakan dan menyebarkan
sumber daya genetik asli di tempat asalnya.

Suatu pendekatan pengelolaan sumber daya genetik yang murah adalah unitunit suplai benih,
dibentuk unit-unit pertanian kecil untuk memproduksi benih unggul yang cukup memadai untuk
kebutuhan-kebutuhan lokal. Unit-unit pertanian seperti itu dapat dikelola secara perorangan, oleh
LSM atau di bawah kendali komunitas. Lahan-lahan benih terpusat dapat disuplai secara tahunan
oleh yayasan benih dari statsiun penelitian atau industri benih dan dapat berkonsentras pada
perbanyakan benih dan menjualnya secara lokal. Lahan benih didesa memerlukan arahan dari
unit-unit inspeksi benih terpusat. Jika petani telah terbiasa dengan teknik-teknik itu, mereka
dapat mengambil alih perawatan penangkaran dari komposit unggul hingga akhirnya menjadi
yayasan benih yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Budidaya tanaman dan benih dengan
fungisida dan pengemasannya dapat dilakukan di tingkat desa dengan menggunakan teknikteknik
yang sudah dikenal dan bersifat padat karya. Komposit benih jagung unggul dapat diproduksi
dan dimanfaatkan di daerah lokal, sehingga mengurangi biaya transportasi, yang sekarang ini
menjadi bagian utama yang menentukan harga benih. Harga-harga pada tahun 1988, perkiraan
biaya produksi dari komposit jagung unggul oleh produsen benih di tingkat desa adalah
sepersepuluh dari harga benih hibrida di tingkat konsumen (Friis-hansen, 1989).

Anda mungkin juga menyukai