Anda di halaman 1dari 5

FISIOLOGI PASCA PANEN SINERGISME ANTARA SPOILAGE (PENJAMURAN) DENGAN PATOGEN

Nadia Dwi Larasati

(20110210102)

PRODI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014

Penanganan pasca panen pada beberapa komoditas seperti buah dan sayuran memiliki arti penting sebagai faktor kunci dalam mempertahankan kualitas dan nilainya jualnya terhadap konsumen. Akan tetapi, penanganan pasca panen pada komoditas horikultura (buah) tidak

terlepas dari berbagai macam kendala, seperti serangan patogen jamur (Berk. et Curt.) Arx (Holliday, 1980). Serangan jamur tersebut dapat menurunkan kualitas buah. Hal tersebut didukung oleh informasi dari Martoredjo (1984), yang menyatakan bahwa kerusakan pisang di Ghana akibat serangan jamur tersebut dapat menurunkan kualitas buah sampai 33%. Dalam beberapa kasus, serangan jamur pada beberapa komoditas yang menyebabkan terjadi pembusukan pada komoditas seperti buah serta menurunkan mutu buah dan terhambatnya proses fisika kimia buah (Sudewo,1983). Sebagai contoh, serangan jamur Lasiodiplodia theobromae menghambat pertumbuhan dan perkembangan buah pisang sampai menyebabkan busuk buah dan keluarnya cairan pada buah pisang karena Lasiodiplodia theobromae masuk ke penghalang bergabus disekitar rongga gejala infeksi yang terlihat berupa pembusukan buah. Penyakit botryodiplodia akibat oleh serangan Lasiodiplodia theobromae dan T. Paradoxa menyebabkan terjadi kerusakan pada permukaan kulit pisang yang ditandai dengan bercakbercak hitam kusut. Disamping itu juga, menurut menurut laporan Balai Penelitian Hortikultura Lembang (2002) kehilangan hasil pada pertanaman cabai akibat penyakit antraknosa dapat mencapai 14%100% pada penanaman musim hujan. Suhardi (1992) juga melaporkan bahwa kehilangan hasil buah cabai karena penyakit antraknosa dapat mencapai 100% bila pengendaliannya kurang tepat, khususnya pada musim hujan. Penyakit antraknosa dapat ditemukan baik pada buah yang masih muda maupun buah yang telah masak di lapangan. Gejala serangan penyakit pada buah muda dan buah siap panen dapat terus berkembang selama pengangkutan dan penyimpanan (pasca

panen) apabila kondisi lingkungan mendukung sehingga diperlukan suatu tindakan pengendalian pasca panen yang efektif dan tepat. Penjamuran pada buah

Factor internal (resistensi varietas, kecepatan pemasakan, proses metabolisme,umur simpan)

Factor eksternal (perlakuan pasca panen, suhu, dan sanitasi komoditas )

Patogenesis (munculnya patogen spesifik Diperlukan penanganan pasca panen yang tepat -Kerusakan fisiologis -Penurunan kualitas komoditas -Kerugian secara finansial *Sumber:Analisa Pribadi Serangan jamur pada buah dapat disebabkan beberapa hal baik pada proses budidaya maupun pada perlakuan saat panen. Menurut Hamel dan Nasir (2009), kurang baiknya sanitasi dalam budidaya suatu komoditas dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan jamur yang lebih cepat karena kebersihan lingkungan yang kurang terjamin. Disamping itu juga penanganan pasca panen juga ikut menentukan serangan jamur dan kualitas buah itu sendiri. Terjadinya kerusakan mekanis mengakibatkan jaringan jaringan dalam buah terlibat kegiatan oksidasi dengan udara bebas sehingga dengan adanya jaringan yang terbuka mampu mendukung pertumbuhan jamur.

Terjadinya pelukaan sel tersebut memicu timbulnya patogen spesifik sesuai dengan golongan jamur. Serangan jamur dapat dikendalikan dengan syarat faktor yang mendukung

perkembangbiakan jamur dapat dikendalikan dan juga harus didukung dengan penanganan pasca panen yang tepat dan ekstra hati-hati terkait dengan keberlangsungan suatu komoditas. Pengaturan suhu yang tepat juga ikut serta dalam mengendalikan serangan jamur pada buah yang pada tingkatan selanjutnya menyebabkan buah terinfeksi patogen. Menurut Pantastico (1973), suhu rendah mampu menekan pematangan buah, sehingga mampu menekan perkembangan dan pertumbuhan patogen Colletotrichum Musae, yang diakibatkan kandungan senyawa penghambat, seperti asam organik dan senyawa fenol dalam buah yang tetap tinggi. Apabila kematangan buah terhambat, maka senyawa penghambat yang terkandung dalam buah tetap tinggi dan mampu menekan jamur patogen Colletotrichum musae (Soesanto, 2006).

DAFTAR PUSTAKA Harmel, R., and N. Nasir. 2008. Cacao in West Sumatra: Problem and solution. Collaboration Report of Project Uoutzending Managers Netherland and GENTA NGO Padang. 32p Holliday, P. 1980. Fungus Disease of Tropical Crops. Cambridge University Press. Cambridge. 606 pp. Martoredjo, T. 1984. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia, Yogyakarta. 96 hal. Pantastico, ER.B. 1973. Fisiologi Pascapanen: Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan oleh Kamariyani. 1993. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 906 hal. Soesanto, L. 2006. Penyakit Pascapanen: Sebuah Pengantar. Kanisius, Yogyakarta. 268 hal. Sudewo, A. 1983. Pengaruh bungkus plastik dan kalium permanganat pada penyimpanan buah pisang. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Jember, Jember. 16 hal. Suhardi dan A. Permadi. 1990. Evaluasi kultivar cabai (Capsicum spp.) terhadap antraknosa dan bercak daun Cercospora (Cercospora capsici). Buletin Penelitian Holtikultura 18:94-101.

Anda mungkin juga menyukai